BAB I PENDAHULUAN. kredit oleh debitur dan penerimaan jaminan kredit tersebut merupakan ketentuan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi termasuk sektor keuangan dan perbankan harus segera

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduknya. Peningkatan pertumbuhan penduduk. meningkatkan pula kebutuhan lahan permukiman di kawasan perkotaan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka menyejahterakan hidupnya. Keinginan manusia akan benda

BAB I PENDAHULUAN. satu jasa yang diberikan bank adalah kredit. sebagai lembaga penjamin simpanan masyarakat hingga mengatur masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat tinggal, tetapi juga sebagai investasi, mengingat nilainya yang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penyediaan dana secara cepat ketika harus segera dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) Undang undang Nomor 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. nasabah merupakan kegiatan utama bagi perbankan selain usaha jasa-jasa

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber daya alam yang mempunyai nilai batiniah yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. bahwa hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang

BAB I PENDAHULUAN. pinjaman yang mempunyai kelebihan uang bersedia meminjamkan uang kepada

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya, maka berbagai macam upaya perlu dilakukan oleh pemerintah. lembaga keuangan yang diharapkan dapat membantu meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kapal laut merupakan salah satu transportasi perairan yang sangat. Indonesia, baik dalam pengangkutan umum maupun

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Beserta Benda Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Undang undang Hak

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Bank selaku lembaga penyedia jasa keuangan memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. sebelum itu, Islam telah mendefinisikan konsep risiko dan usaha dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya. Dana atau permodalan merupakan salah satu inti utama

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pilihan memiliki rumah yang terjangkau bagi banyak orang.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi nasional semakin menyatu dengan ekonomi regional dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang adalah di bidang ekonomi. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan. Peranan bank dalam perekonomian yaitu sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat yang sejahtera adil dan makmur berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam rangka mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka Pembangunan Nasional Indoinesia yang pada. hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, perekonomian dimasyarakat dituntut untuk tetap stabil, agar membantu

BAB I PENDAHULUAN. efisien. Tujuan kegiatan bank tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 2. UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan, perkembangan, dan kemajuan internasional yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Institusi keuangan mempunyai peranan yang sangat penting karena melalui

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian kredit pembiayaan. Perjanjian pembiayaan adalah salah satu bentuk perjanjian bentuk

BAB I PENDAHULUAN. penduduk menjadikan Indonesia harus dapat meningkatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Sektor perbankan memiliki peran sangat vital antara lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. didukung dengan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki daratan luas, tanah

B AB I PENDAHULUAN. peraturan bank tersebut. Sebelumnya, calon nasabah yang akan meminjam

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. mendesak para pelaku ekonomi untuk semakin sadar akan pentingnya

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lainnya, pengaturan mengenai Notarisdiatur dalamundangundang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

I. PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahun akan menimbulkan berbagai macam problema. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB 1 PENDAHULUAN. perjanjian dalam hukum perdata berlaku saat melakukan perjanjian kredit. Saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor kehutanan di Indonesia telah memiliki peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. merangsang dan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk meningkatkan. produktifitas di bidang usahanya. Meningkatnya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan atau agunan yang diajukan atau yang diberikan oleh debitur

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dan hakikat pembangunan nasional adalah untuk. menciptakan masyarakat yang adil dan makmur, sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan kekayaan alam yang mempunyai arti sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Pengertian kredit menurutundang-undang

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan kegiatan ekonomi regional dan internasional,

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. fiqh klasik.dewasa ini, wacana tentang Mudharabah menjadi semakin mencuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. harga tanah dan bangunan yang terus naik dari tahun ke tahun. Tanah dan

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Namun demikian perjanjian kredit ini perlu mendapat perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan pertahanan keamanan. Tujuan dari pembangunan tersebut adalah untuk. dapat dilakukan yaitu pembangunan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. warga perseorangan lainnya, kenyataannya para ahli hukum mendefinisikan hukum

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sehari-hari senantiasa akan melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 1 ayat (3) Undang -Undang Dasar Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara internasional maupun domestik masing-masing Negara.

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. menunculkan bidang-bidang yang terus berkembang di berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan hidup terutama kebutuhan untuk tempat tinggal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. umum berwenang untuk membuat akta otentik, sejauh pembuatan akta otentik

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau seluruh lapisan masyarakat dikarenakan harganya yang tinggi. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah dan mengalami kemajuan yang cukup pesat adalah. bidang ekonomi. Dalam perekenomian salah satu bidang yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. risiko yaitu yang paling mungkin terjadi adalah terjadinya tunggakan

BUY BACK GUARANTEE DAN PERKEMBANGAN HUKUM JAMINAN KONTEMPORER DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. hukum publik menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian kredit dari bank berupa pemberian pinjaman uang oleh bank kepada anggota masyarakat yang umumnya disertai dengan penyerahan jaminan kredit oleh debitur dan penerimaan jaminan kredit tersebut merupakan ketentuan dari hukum jaminan. Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang prinsip-prinsip hukum jaminan, pengikatan jaminan, lembaga jaminan, eksekusi, dan penjualan jaminan, penanggungan utang dan lainya sepenuhnya wajib dan seharusnya dipatuhi bank dalam rangka kegiatan pemberian kreditnya. Mengingat pentingnya dana perkreditan tersebut dalam proses pembangunan, sudah semestinya jika penerima kredit serta pihak lain yang terkait mendapat perlindungan melalui suatu lembaga hak jaminan yang kuat dan yang dapat memberikan kepastian hukum bagi semua pihak yang berkepentingan. 1 Dalam proses pembangunan perumahan yang dikelola oleh pihak pengembang atau developer, pihak pengembang atau developer sudah pasti membutuhkan dana untuk melakukan pembangunan dan pemasaran. Dengan kata lain, transaksi untuk pemesanan atas kepemilikan rumah tersebut tidaklah selalu tunai, sehinggah pihak developer melakukan kerja sama dengan pihak bank untuk mendanai pembangunan atas perumahan dengan perjanjian penyaluran kredit konstruksi. Para pihak bank melakukan suatu program perjanjian Kredit Pemilikan Rumah 1 Adrian Sutedi, 2010, Hukum Hak Tanggungan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 94

2 (KPR) untuk para debitur atau konsumen yang akan membeli rumah tersebut, dasarnya adalah perjanjian kerjasama antara developer dengan bank. Bank pemerintah maupun Bank swasta saat ini telah mempunyai produk Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan tingkat suku bunga yang saling bersaing. Bank-bank tersebut mempunyai kerjasama dengan para pengembang (developer) dimana hak dan kewajiban antara developer dengan bank dituangkan dalam suatu Perjanjian Kerjasama atau dapat dituanglan dengan Memorandum of Understanding (MOU). Kredit Pemilikan Rumah (KPR) ada 3 (tiga) pihak yang saling terkait didalamnya, yaitu Bank sebagai penyandang dana atau disebut kreditur, developer sebagai pihak penjual, dan konsumen sebagai pihak debitur/pembeli. Secara singkat dapat digambarkan konsumen yang membeli sebuah rumah diharuskan membayarkan sejumlah uang muka kepada developer yang besar uang muka tersebut diatur dalam Perjanjian Kerjasama antara Bank dan developer, dalam praktek dilapangan uang muka tersebut biasanya berkisar diantara 10% (sepuluh persen) atau 20% (duapuluh persen), dan sisanya yang nantinya akan dibayarkan oleh Bank yang ditunjuk melalui mekanisme Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan syarat dan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank. Hubungan antara Bank dan debitur dijembatani dengan Perjanjan Kredit yang mengatur hak dan kewajiban terkait fasilitas kredit yang diberikan oleh bank dilanjutkan dengan pengikatan agunan yaitu Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT) kemudian dilanjutkan dengan Akta Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

3 (APHT), dan konsumen juga akan menandatangani Akta Jual Beli dengan developer selaku penjual. Hubungan hukum antara developer dan Bank telah dibuat suatu Perjanjian Kerjasama dengan prestasi didalamnya ada klausul untuk Jaminan untuk Membeli Kembali guna mengatasi masalah jual beli rumah dimana sertipikat belum siap, atau masih induk sehingga antara developer dengan konsumen menandatangani Perjanjian Pengikatan Jual Beli dan nantinya ketika sertipikat sudah siap akan dilanjutkan kembali untuk penandatanganan Akta Jual Beli dengan developer dan pengikatan angunan dengan Bank. Tindakan yang dilakukan ini sebenarnya cukup berrisiko bagi Bank selaku penyandang dana karena Bank tidak mempunyai hak preferensi atas agunan berkaitan dengan fasilitas kredit yang telah diberikan konsumen/debitur. Untuk mengatasi masalah risiko, maka dalam Perjanjian Kerjasama antara Bank dan developer dicantumkan dalam klausulanya janji dari developer untuk membeli kembali agunan apabila fasilitas kredit yang diberikan oleh Bank kepada debitur tersebut mengalami kredit macet atau tidak lancarnya pembayaran. Jaminan untuk membeli kembali tersebut dikenal dengan istilah buy back guarantee. Jaminan untuk membeli kembali atau yang dikenal dengan istilah buy back guarantee adalah penyelesaian total outstanding kredit debitur oleh developer dengan konsekuensi pemindahan semua hak bank seperti yang tertera pada akta Perjanjian Kredit dan pemindahan jaminan kepada developer. Perjanjian buy back guarantee dalam praktek hukum jaminan adalah konsekuensi dari asas kebebasan berkontrak dalam hukum perikatan pada buku III, yang perjanjian buy

4 back guarantee yang merupakan accesoir dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara kreditur dan developer sering digolongkan dengan penjaminan penanggungan (borgtocht). Tetapi seiring perkembangan dalam segi bisnis dalam dunia perbankan ditemukan jaminan untuk membeli kembali yang bentuk hubungan hukumnya debitur dengan developer yang melakukan perjanjian penjaminan dalam akta Jaminan untuk membeli kembali (buy back guarantee) yang subjek hukum didalamnya adalah developer dan debitur. Perjanjian Jaminan untuk membeli kembali yang jenis seperti ini adalah bentuk penjaminan developer untuk melaksanakan semua prestasi yang tertera dalam perjanjian kredit apabila debitur melakukan wanprestasi terhadap perjanjian kredit. Perjanjian Jaminan untuk membeli kembali (buy back guarantee) seperti ini sering juga digolongkan sebagai jaminan penanggungan padahal hubungan hukum yang terjadi dalam perjanjian buy back guarantee belum dapat dikatakan sebagai suatu jaminan dalam sistem hukum jaminan. Berdasarkan uraian diatas maka penulis sangat tertarik untuk mengangkat judul KAJIAN YURIDIS PERJANJIAN BUY BACK GUARANTEE SEBAGAI PENDUKUNG JAMINAN YANG DIBERIKAN OLEH DEVELOPER UNTUK KEPENTINGAN BANK TERHADAP PEMBELIAN RUMAH MELALUI KREDIT PEMILIKAN RUMAH B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

5 1. Bagaimana kedudukan perjanjian jaminan membeli kembali (buy back guarantee) dalam sistem hukum jaminan? 2. Bagaimana akibat hukum bagi kreditur ketika developer melakukan wanprestasi terhadap perjanjian jaminan membeli kembali (buy back guarantee)? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang penulis uraikan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini tidaka lain adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Objektif a. Untuk mengetahui kedudukan perjanjian buy back guarantee dalam sistem hukum jaminan. b. Untuk mengetahui akibat hukum bagi kreditur dan langkah hukum seperti apa yang dilakukan oleh kreditur ketika developer sebagai penjamin dalam perjanjian buy back guarantee tidak memenuhi kesanggupannya pada perjanjian tersebut. 2. Tujuan Subyektif a. Untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Magister Kenotariatan dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada b. Sebagai sumbangsih pemikiran ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan

6 D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran kepustakaan di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulis menemukan beberapa penelitian yang bertema serupa dengan tulisan in, yakni sebgai berikut : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Kristina Novi Nugroho Proborini (09/294070/PHK/06033, tahun 2012, judul Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Buy Back Guarantee Terhadap Kredit Kepemilikan Rumah Pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Banjarmasin dengan rumusan masalah sebagai berikut : 2 a. Bagaimana bentuk dan jenis perjanjian buyback guarantee terhadap perjanjian kredit kepemilikan rumah pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Banjarmasin? b. Bagaimana kedudukan para pihak yang mengikatkan diri dalam perjanjian buy back guarantee pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Banjarmasin? Kesimpulan dari penelitian adalah bentuk dan jenis perjanjian buy back guarantee bentuk dan jenis perjanjiannya adalah jenis perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali (buyback guarantee), berdasarkan hasil penelitian perjanjian buy back guarantee berbeda dengan perjanjian Jual Beli dengan Hak Membeli Kembali yang diatur dalam KUHPerdata. 2 Kristina Novi Nugroho Proborini, Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Buy Back Guarantee Terhadap Kredit Kepemilikan Rumah Pada PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Banjarmasin, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 2012

7 Kedudukan para pihaknya terikat dalam perjanjian menjadi tidak seimbang, meskipun mengingat efisiensi waktu dalam pengikatan perjanjiannya, namun dipihak debitur menyebabkan adanya kedudukan yang lemah akibat tidak terakomodirnya kehendak debitur dalam klausulklausul perjanjian. 3 2. Penelitian yang dilakukan oleh Firda Anggraeni, tahun 2007, judul Lembaga Buy Back Guarantee sebagai Jaminan yang diberikan Developer untuk Kepentingan Bank Terhadap Pembelian Apartemen yang masih dalam Tahap Pembangunan dengan rumusan masalah sebagai berikut : 4 a. Apa dasar pertimbangan developer memberikan buy back guarantee? b. Sejauh mana buy back guarantee dapat memeberi kepastian hukum bagi para pihak yang terlibat didalamnya? Kesimpulan pada penelitian ini adalah buy back guarantee yang diberikan developer sebagai jaminan terhadap pembelian unit apartemen yang masih dalam tahap pembangunan adalah sebagai kebutuhan praktik untuk menjembatani kepentingan tiga pihak. Pemenuhan kepastian hukum bagi para pihak yang terlibat adalah buy back guarantee berguna untuk membantu kedudukan bank yang sangat berisiko karena belum dapat mengikat jaminan Hak Tanggungan atas objek unit apartemen yang 3 Ibid hlm. 100, 4 Firda Anggraeni, Lembaga Buy Back Guarantee sebagai Jaminan yang diberikan Developer untuk Kepentingan Bank Terhadap Pembelian Apartemen yang Masih Dalam Tahap Pembangunan, Tesis, Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2007

8 dibiayainya, lalu untk developer untuk pencairan dana kredit untuk membiayai pembangunan apartemen dan untuk debitur apartemen dapat diwujudkan dengan keleluasaan dana dan jangka waktu pembayaran. 5 3. Penelitian yang dilakukan oleh R.M Satya Wijayantara, tahun 2011, judul Tinjauan Yuridis Akta Buy Back Guarantee KPR indent PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk dengan rumusan masalah sebagai berikut : 6 a. Apakah Buy Back Guarantee sebagai satu akta tambahan dalam perjanjian KPR Indent BTN sudah sah ditinjau dari konsepsi hukum perjanjian nasional? b. Apakah Akta Buy Back Guarantee yang teercantum dalam perjanjian KPR Indent BTN melanggar ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia? Kesimpulan pada penelitian adalah bahwa akta buy back guarantee yang terdapat dalam perjanjian KPR Indent BTN dalam prespektif kebebasan membuat perjanjian (freedom of contract) telah memenuhi syarat subyektif dan obyektif sebagai mana ditentukan pada Pasal 1320 KUHPerdata. Didalam akta buy back guarantee berisi janji developer untuk membeli kembali rumah yang telah dijualnya kepada konsumen adalah bentuk kegiatan penanggungan yang telah diatur dalam Pasal 1820 KUHPerdata 5 Ibid, hlm. 125 6 R.M Satya Wijayantara, Tinjauan Yuridis Akta Buy Back Guarantee KPR indent PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk, Skripsi, Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2011

9 dengan demikian ketentuan buy back guarantee adalah sah dan tidak melanggar Undang-Undang. 7 Peneliti beranggapan bahwa penelitian ini berbeda atau tidak sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Adapun perbedaan-perbedaan ialah peneliti terdahulu lebih menitik beratkan kepada kedudukan para pihak dalam perjanjian buy back guarantee serta bentuk dan jenis dari perjanjian buy back guarantee, dan juga konsepsi buy back guarantee dalam sistem hukum perjanjian nasional sedangkan yang diteliti oleh penulis ialah tentang kedudukan dari perjanjian buy back guarantee dalam sistem hukum jaminan, serta akibat hukum bagi kreditur ketika developer sebagai penjamin justru melakukan wanprestasi terhadap perjanjian buy back guarantee. Peneliti terdahulu menetukan lokasi penelitian di PT Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Banjarmasin dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, sedangkan penelitian ini mengambil data penelitian di salah satu PT Bank X Cabang Kota Makassar. Berdasarkan hal diatas, maka rencana penelitian hukum berjudul Kajian Yuridis Perjanjian Buy Back Guarantee sebagai Pendukung Jaminan yang diberikan oleh Developer untuk Kepentingan Bank terhadap Pembelian Rumah Melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang akan peneliti buat dapat di anggap asli dan layak untuk ditulis. Tetapi apabila terdapat penelitian serupa diluar sepengetahuan peneliti, diharapkan rencana penelitian hukum ini dapat melengkapinya. 7 Ibid, hlm. 89

10 E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan baik secara teoritis maupun praktis sebgai berikut : 1. Manfaat Akademis Sebagai wujud pengamalan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu Dharma Penelitian. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya, dunia kenotariatan dan hukum perdata pada khususnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan penulis terkait kedudukan buy back guarantee sebagai pendukung jaminan dalam sistem hukum jaminan b. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam perkembangan hukum secara umum dan sistem hukum jaminan secara khusus dalam pembentukan lembaga jaminan. c. Bagi Masyarakat Diharapkan penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan bagi masyarakat luas mengenai penjaminan buy back guarantee sebagai pendukung jaminan dalam hakikatnya sebagai jaminan.