PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN FILARIASIS DI ACEH BESAR BEHAVIOUR OF THE PEOPLE ABOUT PREVENTION OF FILARIASIS AT ACEH BESAR

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT DI RW 1 DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT TENTANG FILARIASIS TAHUN

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

ABSTRAK. Pembimbing I : Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc Pembimbing II : Hartini Tiono, dr.,m. Kes

PERILAKU MINUM OBAT ANTI FILARIASIS DI KELURAHAN RAWA MAMBOK Anti-filariasis Medicine Drinking Behavior in Rawa Mambok Village

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

ABSTRAK STUDI KASUS PENENTUAN DAERAH ENDEMIS FILARIASIS DI DESA RANCAKALONG KABUPATEN SUMEDANG JAWA BARAT TAHUN 2008

Gambaran Pengobatan Massal Filariasis ( Studi Di Desa Sababilah Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Filariasis limfatik atau yang biasa disebut dengan kaki

GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN MENELAN OBAT MASSAL PENCEGAH FILARIASIS

GAMBARAN PERILAKU IBU YANG MEMILIKI BALITA DENGAN ISPA DI KELURAHAN KALIPANCUR SEMARANG

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PENCEGAHAN FILARIASIS DI RASAU JAYA II KABUPATEN KUBU RAYA ABSTRAK

Prevalensi pre_treatment

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

ABSTRAK. Raden Ghita Sariwidyantry, 2009, Pembimbing : Donny Pangemanan, drg., SKM. dan Surya Tanurahardja, dr., MPH., DTM&H.

ABSTRAK. Feti Andriani, Pembimbing : Donny Pangemanan, Drg., SKM.

Juli Desember Abstract

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN FILARIASIS DI PUSKESMAS SE-KOTA PEKALONGAN TAHUN 2016

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP FILARIASIS DI KABUPATEN MAMUJU UTARA, SULAWESI BARAT. Ni Nyoman Veridiana*, Sitti Chadijah, Ningsi

Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Tindakan, Sanitasi Lingkungan

GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA FILARIASIS DI DESA SANGGU KABUPATEN BARITO SELATAN KALIMANTAN TENGAH

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT FILARIASIS DENGAN TINDAKAN MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN FILARIASIS

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes Pembimbing II : Budi Widyarto L, dr., MH

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

PENGARUH FAKTOR PRILAKU PENDUDUK TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBELANG KECAMATAN TOULUAAN SELATAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

ABSTRAK. Cecilia Martinelly Putri, Pembimbing I : Donny Pangemanan, drg., SKM. Pembimbing II : Budi Widyarto, dr.

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Kata kunci: filariasis; IgG4, antifilaria; status kependudukan; status ekonomi; status pendidikan; pekerjaan

Proses Penularan Penyakit

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG SKISTOSOMIASIS DI KECAMATAN LINDU KABUPATEN SIGI SULAWESI TENGAH TAHUN 2015

Gambaran pengetahuan, Sikap dan Perilaku Penduduk terhadap Filariasis. di Desa Bata Lura Kecamatan tanah Pinoh Kabupaten Melawi Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT FILARIASIS DI KABUPATEN BEKASI, PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

ABSTRAK PREVALENSI FILARIASIS DI KOTA BEKASI PERIODE

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU-IBU TERHADAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI KELURAHAN TEGAL GUNDIL BOGOR

ANALISIS SITUASI FILARIASIS LIMFATIK DI KELURAHAN SIMBANG KULON, KECAMATAN BUARAN, KABUPATEN PEKALONGAN Tri Wijayanti* ABSTRACT

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

Kondisi Filariasis Pasca Pengobatan Massal di Kelurahan Pabean Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan

PENGARUH PENGGUNAAN KELAMBsU, REPELLENT,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kaki gajah atau dalam bahasa medis. disebut filariasis limfatik atau elephantiasis adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Filariasis limfatik atau Elephantiasis adalah. penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit di mana

PENCEGAHAN PENYAKIT FILARIASIS OLEH KELUARGA DI DESA RUMPIN KECAMATAN RUMPIN KABUPATEN BOGOR

Promotif, Vol.5 No.1, Okt 2015 Hal 09-16

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU

Risk factor of malaria in Central Sulawesi (analysis of Riskesdas 2007 data)

Fajarina Lathu INTISARI

RISIKO KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT DENGAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG SULIT

CAKUPAN PENGOBATAN MASSAL FILARIASIS DI KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2011 FILARIASIS MASS TREATMENT COVERAGE IN DISTRICT SOUTHWEST SUMBA 2011

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT KECAMATAN MADANG SUKU III KABUPATEN OKU TIMUR TENTANG FILARIASIS LIMFATIK

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia. No ISBN :

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBARAN KEPATUHAN PENGOBATAN MASAL DI DAERAH ENDEMIS KOTA PEKALONGAN

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT Chikungunya DI KOTA PADANG. Mahaza, Awaluddin,Magzaiben Zainir (Poltekkes Kemenkes Padang )

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU IBU-IBU TERHADAP PENCEGAHAN KANKER SERVIKS DI KELURAHAN TEGAL GUNDIL KOTA BOGOR

PERILAKU 3M, ABATISASI DAN KEBERADAAN JENTIK AEDES HUBUNGANNYA DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah sejenis penyakit menular pada manusia. Sekitar

Transkripsi:

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN FILARIASIS DI ACEH BESAR BEHAVIOUR OF THE PEOPLE ABOUT PREVENTION OF FILARIASIS AT ACEH BESAR 1 Julia Novita Astri; 2 Rini Minar Melati 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2 Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Email: uya24juli@yahoo.com; melati_rini@yahoo.com ABSTRAK Filariasis (kaki gajah) disebabkan oleh cacing filaria jenis Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori yang ditularkan oleh gigitan nyamuk yang dapat menyebabkan cacat seumur hidup berupa pembesaran pada tangan dan kaki. Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu daerah yang pengetahuan, sikap dan perilaku yang diperlukan untuk mencegahan penularan filariasis karena dari data awal yang diperoleh, Desa ini adalah desa yang paling rendah terhadap upaya pencegahan filariasis. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar tentang upaya pencegahan penyakit filariasis 2016. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif dengan desain cross sectional study. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara terpimpin dengan menggunakan kuesioner pada 94 responden di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Hasil penelitian adalah tingkat pengetahuan mengenai upaya pencegahan penyakit filariasis adalah cukup (39,4%), sikap responden mengenai upaya pencegahan penyakit filariasis adalah cukup (58,5%) dan perilaku responden secara keseluruhan adalah kurang (95,7%). Kesimpulan tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku responden di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar tentang upaya pencegahan filariasis adalah cukup. Disarankan kepada masyarakat Desa Blang Krueng dapat bekerja sama dengan baik untuk mencegah penyakit filariasis dengan meminum obat anti filariasis yang diberikan dan tetap menjaga lingkungan sekitar. Kata Kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, filariasis, masyarakat ABSTRACT Filariasisis a disease caused by filarial worms such as Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, and Brugia timori and transmitted through mosquito bites. Blang Krueng village Baitussalam of Aceh Besar district is an area that is the knowledge, attitude and behavior need to prevention filariasis disease because from first data, Blang Krueng village was still low about the prevention flariasis disease. This study aims to achieve description of knowledge, attitude and behavior of the people at Blang Krueng village Baitussalam district of Aceh Besar about prevention of filariasis disease in 2016. This study is a descriptive cross sectional study design. Data obtained using a guided interview to 94 respondents at Blang Krueng village Baitussalam district of Aceh Besar. The result obtained are the level of respondents knowledge about prevention filariasis disease which is adequate (39,4%), respondents attitudes regarding prevention of filariasis disease adequate 58,5%) and the overall level of respondent behavior is low (95,7%). Conclusion the level of knowledge, attitude and behavior of respondents at Blang Krueng village Baitussalam district of Aceh Besar about prevention filariasis disease is good. Suggested to Blang Krueng village communities can work together properly to prevent filariasis disease by taking medicines to prevent filariasis that given and keep the surrounding environment to prevent filariasis disease. Keywords : knowledge, attitude, behavior, filariasis, people 1

PENDAHULUAN Filariasis limfatik atau elephantiasis yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penyakit kaki gajah adalah golongan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Setelah digigit nyamuk, parasit (larva) akan menjalar dan berkembang ketika sampai pada jaringan sistem limpa. Penyakit kronis ini bersifat menahun, apabila tidak mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran pada kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-laki (Santoso, Yenni, dan Mayasari, 2012, p.20). Di Dunia 120 juta orang di 83 negara di dunia terinfeksi penyakit kaki gajah dan lebih dari 1,5 milyar penduduk dunia (sekitar 20% populasi dunia) berisiko terinfeksi penyakit ini. Menurut WHO tahun 2000, urutan negara yang terdapat penderita mengalami penyakit filariasis adalah Asia Selatan (India dan Bangladesh), Afrika, Pasifik dan Amerika dan banyak pula terjadi di Negara Thailand dan Indonesia (Asia Tenggara) (Masrizal, 2013, p.32). Jumlah provinsi di Indonesia yang melaporkan kasus filariasis terus bertambah setiap tahunnya. Dimulai pada tahun 2000 tercatat 6.233 kasus filariasis dan meningkat hingga tahun 2009 tercatat 11.914 kasus filariasis (Lusi, Utami, dan Nauli 2015, p.1). Tiga provinsi dengan jumlah kasus terbanyak filariasis adalah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) (2.359 orang), Nusa Tenggara Timur (NTT) (1.730 orang), dan Papua (1.158 orang). Kejadian Filariasis di NAD sangat menonjol bila dibandingkan dengan provinsi lain dan merupakan provinsi dengan jumlah kasus tertinggi di seluruh Indonesia. Penyakit filariasis ini sangat berbahaya apabila tidak segera diatasi. Penyakit menular ini bisa saja akan menjadi penyakit yang tidak lagi langka apabila pemerintah serius menangani. Kabupaten yang perlu mendapat perhatian khusus adalah, Aceh Timur, Aceh Utara, Nagan Raya dan Aceh Besar (Pramono, Maryani & Wulandari, 2014, p.36). WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global (The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health problem by The Year 2020) dimulai berdasarkan deklarasi WHO pada tahun 2000. Sedangkan Indonesia dimulai pada tahun 2002 untuk memberantas penyakit ini sampai tuntas. Dasar pemberantasan penyakit ini di Indonesia itu didasari pada dua pilar. Pilar pertama memutuskan rantai penularan dengan Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis (POMP Filariasis) di daerah endemis. Pilar ke dua yaitu mencegah dan membatasi kecacatan karena filariasis (Buletin Jendela Epidemiologi, 2010, p.1). Untuk menindaklanjuti kesepakatan global tersebut, Indonesia telah melaksanakan langkah-langkah untuk mewujudkan pemberantasan filariasis dalam skala Nasional secara bertahap sejak tahun 2002. Bertepatan dengan pencanangan Belkaga (Bulan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah), Menteri Kesehatan menyerukan kepada seluruh masyarakat agar minum obat bersama untuk Indonesia Bebas Penyakit Kaki Gajah (Kemenkes RI, 2015, p.1) Pada 1 Oktober 2015, Menteri Kesehatan RI, Prof. dr. Nila Farid Moeloek Sp.A (K), mencanangkan Kampanye Nasional Bulan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) tahun 2015 di Lapangan Tegar Beriman, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kegiatan tersebut merupakan momentum dalam mewujudkan Indonesia Bebas Kaki Gajah pada tahun 2020. Selanjutnya, setiap bulan Oktober, sejumlah 105 juta penduduk di 241 Kabupaten/Kota endemis penyakit filariasis, harus melaksanakan Pemberian Obat Massal Pencegahan (POMP) selama lima tahun, mulai dari 2015 2020 (Kemenkes RI, 2

2015, p.1). Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mendukung program tersebut adalah meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat, baik perorangan atau lembaga kemasyarakatan agar berperan aktif dalam pemberantasan filariasis (Veridiana, Chadijah & Ningsi 2015, p. 47). Berdasarkan laporan cakupan hasil pelaksanaan POMP filariasis di Kabupaten/Kota Aceh Besar pada tanggal 6 10 Oktober 2015 oleh Puskesmas Kajhu terhadap 19 Desa, didapatkan paling tinggi yang mengkonsumsi obat pencegah yang dibagikan adalah Desa Cadek, yaitu 98% dari 65% sasaran, dan Desa Blang Krueng yang paling rendah mengkonsumsi obat pencegah yang dibagikan, yaitu 21% dari 65% sasaran penduduk yang minum obat pencegah filariasis. Berdasarkan uraian dan fenomena di atas, penulis tertarik melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Blang Krueng. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar, khususnya masyarakat dewasa awal sampai dewasa akhir. METODE Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan desain cross sectional study. Teknik pengumpulan data adalah wawancara terpimpin.penelitian ini dilakukan selama 9 hari sejak tanggal 30 Juni s/d 05 Juli 2016. Penelitian dilakukan di Desa Blang krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar. Alat pengumpulan data yaitu kuesioner yang peneliti kembangkan sendiri yang terdiri dari 19 pernyataaan pada variabel pengetahuan, 5 pernyataan pada variabel sikap dan 6 pernyataan untuk variabel perilaku. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar tahun 2016 yang berjumlah 1699. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 94 masyarakat yang tidak mengkonsumsi obat pencegah yang dibagikan. Uji analisa data yang dilakukan adalah univariat. HASIL Berikut adalah tabel distribusi frekuensi item pernyataan pengetahuan masyarakat terkait upaya pencegahan penyakit filariasis: Tabel 1. Pengetahuan Masyarakat Pengetahuan f % Baik 34 36,2 Cukup 37 39,4 Kurang 23 25,5 Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi gambaran pengetahuan masyarakat terkait upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kbupaten Aceh Besar berada pada kategori cukup yaitu sebanyak 37 orang (39,4%). Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi item pernyataan sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar: Tabel 2. Sikap Masyarakat Sikap f % Baik 4 4,3 Cukup 55 58,5 Kurang 35 37,2 Berdasarkan tabel dapat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar berada pada kategori cukup dengan frekuensi 55 responden (58,5%). 3

Berikut ini adalah tabel distribusi frekuensi item pernyataan perilaku masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar: Tabel 3. Perilaku Masyarakat Perilaku f % Baik 2 2,1 Cukup 2 2,1 Kurang 90 95,7 Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa distribusi frekuensi perilaku masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar berada pada kategori kurang dengan frekuensi 90 responden (95,7%). PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar yang berada pada kategori cukup dengan frekuensi 37 responden (39,4%). Menurut Notoatmodjo (2003, p.35), faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari pendidikan, motivasi dan persepsi. Adapun faktor eksternalnya terdiri dari informasi, sosial budaya dan lingkungan. Seseorang mempunyai pengetahuan tentang suatu hal tidak hanya melalui jenjang pendidikan saja, tetapi didukung oleh terpapar informasi dari media massa yang ada seperti televisi, radio, koran, majalah, dan sebagainya. Selain itu, motivasi juga mempengaruhi seseorang untuk berusaha ingin tahu terhadap sesuatu. Semakin tinggi rasa ingin tahu semakin tinggi pula motivasi untuk mencari informasi tentang hal tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusi, Utami dan Nauli (2015) tantang hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit filariasis dengan tindakan masyarakat dalam pencegahan filariasis menyimpulkan bahwa tingkat pengetahuan sebagian besar responden yaitu mempunyai tingkat pengetahuan yang tinggi berjumlah 55 responden (55%) dan responden paling sedikit dengan tingkat pengetahuan rendah berjumlah 17 responden (17%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Veridiana, Chadijah dan Ningsi (2015) tentang pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap filariasis di Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat menyimpulkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang filariasis di Mamuju Utara masih sangat rendah. Hasil wawancara menunjukkan bahwa semua responden tidak mengetahui penyebab filariasis. Hampir semua (98%) tidak mengetahui bahwa nyamuk merupakan penular filariasis. Berdasarkan penelitian di atas, penulis berpendapat bahwa pengetahuan masyarakat Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar terhadap upaya pencegahan penyakit filariasis berada dalam kategori cukup dikarenakan masyarakat sebelumnya sudah terpapar informasi dari pihak puskesmas mengenai penyakit filariasis. Berdasarkan hasil penelitian, sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar berada pada kategori cukup sebanyak 55 responden (58,5%). Menurut Notoatmodjo (2010, p. 45), terbentuknya sikap dimulai dari domain kognitif dalam arti subjek atau individu mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus berupa materi atau objek diluarnya, yang menimbulkan pengetahuan baru pada individu sehingga terbentuk respon batin yang tampak dalam sikap individu terhadap objek yang diketahuinya tersebut. Pembentukan sikap dipengaruhi beberapa faktor, yaitu pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, faktor emosi dalam diri individu (Azwar, 2011, p.57). Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Pangemanan, Lana, dan Pramono (2014) tentang gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di RW 1 Desa Nanjung Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung Jawa Barat tetang 4

filariasis tahun 2014 menyimpulkan bahwa 247 responden (100%) memiliki sikap baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lusi, Utami dan Nauli (2015) tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit filariasis dengan tindakan masyarakat dalam pencegahan filariasis menyimpulkan bahwa sebagian besar responden yaitu 56 responden (56%) memiliki sikap yang positif. Berdasarkan uraian di atas, penulis menganalisa bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi sikap masyarakat adalah pengalaman pribadi masyarakat yang megeluh sakit kepala setelah mengkonsumsi obat anti filariasis. Sehingga masyarakat yang lain pun takut untuk mengkonsumsi obat yang dibagikan oleh pihak puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian, perilaku masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit filariasis di Desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar berada pada kategori kurang sebanyak 90 responden (95,7%). Perilaku merupakan perwujudan dari sikap, namun untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata tetap diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas atau sarana kesehatan seperti puskesmas, obat-obatan dan faktor dukungan (support) (Notoatmodjo, 2003, p.70). Menurut teori Lewin dalam Notoatmodjo (2010, p.57), seseorang berupaya untuk mengobati dan mencegah penyakit, ia harus merasakan bahwa ia rentan terhadap penyakit tersebut (susceptible) yang berarti bahwa suatu upaya pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul jika seseorang merasa rentan terhadap penyakit tersebut. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Pangemanan, Lana, dan Pramono (2014) tentang gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat di RW 1 Desa Nanjung Kecamatan Margaasih Kabupaten Bandung Jawa Barat tetang filariasis tahun 2014 menyimpulkan bahwa 246 responden (99,6%) memiliki perilaku baik, sedangkan 1 responden (0,4%) memiliki perilaku kurang. Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Purnomo, Supriyo dan Hidayati (2014) tentang pengaruh faktor pengetahuan dan petugas kesehatan terhadap konsumsi obat kaki gajah (filariasis) di Kelurahan Bligo Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan menyimpulkan bahwa 61,7% responden meminum obat dan yang tidak minum obat pencegah kaki gajah masih tergolong besar yaitu 38,3%. Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis berpendapat bahwa perilaku masyarakat Desa Blang Krueg Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar berada pada Kategori kurang karena masyarakat tidak menerapkan hasil paparan informasi yang telah diberikan oleh pihak puskesmas untuk mengkonsumsi obat anti filariasis. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa pengetahuan masyarakat desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar adalah cukup dengan persentase (39,4%). Sikap masyarakat desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar adalah cukup dengan persentase (58,5%) dan perilaku masyarakat desa Blang Krueng Kecamatan Baitussalam Kabupaten Aceh Besar adalah kurang dengan persentase (95,7%). Bagi masyarakat Desa Blang Krueng diharapkan dapat bekerja sama dengan baik untuk mencegah penyakit filariasis dengan meminum obat pencegah kaki gajah yang diberikan, melaporkan segera ke puskesmas atau ke petugas kesehatan jika ada masyarakat yang mengalami tanda dan gejala filariasis, serta tetap menjaga lingkungan sekitar dengan cara bergotong royong. Bagi peneliti selanjutnya disarankan agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang upaya pencegahan penyakit filariasis dengan metode penelitian yang berbeda, seperti mencari perbandingan, hubungan, dan observasi. 5

REFERENSI Azwar. (2011). Sikap manusia, teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Epidemiologi Filariasis. Jakarta: Ditjen PP & PL Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Mengenal Filariasis (Penyakit Kaki Gajah). Jakarta: Ditjen PP & PL Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Pusat Data dan Informasi. Filariasis di Indonesia. In: Buletin Jendela Epidemiologi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Menkes Canangkan Kampanye Nasional Bulan Eliminasi Penyakit Kaki Gajah : Cibinong. Available from URL: http://www.depkes.go.id/article/view/ 15100600001/menkes-canangkankampanye-nasional-bulan-eliminasipenyakit-kaki-gajah.html. Diakses pada tanggal 12 Desember 2015 Lusi, I., Utami. G.T., & Nauli. F.A. (2015). Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Filariasis Dengan Tindakan Masyarakat Dalam Pencegahan Filariasis. Program Strudi Ilmu Keperawatan: Universitas Riau Masrizal. (2013). Penyakit Filariasis. Jurnal Kesehatan Masyarakat, September 2012-Maret 2013, Vol. 7, No. 1 Notoatmodjo, S. (2003). Ilmu kesehatan masyarakat. Bab V, pendidikan dan prilaku. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. (2010). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pramono, M.S., Maryani, H., & Wulandari, S.P. (2013). Analisi kasus Penyakit Filariasis di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dengan Pendekatan Metode Zero Inflatedpossion (ZIP) Regression. Surabaya: Institut Teknologi Surabaya Santoso.,Yenni, A., & Mayasari, R. (2012). Faktor Risiko Kejadian Filariasis Pada Masyarakat di Indonesia. Sumatera Selatan Veridiana, N,N., Chadijah. S., & Ningsi. (2015). Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Terhadap Filariasis di Kabupatenn Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Balai Litbang P2B2 Donggala Indonesia 6