BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rahayu (2010) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. auditee. Ada lima jenis pendapat auditor (IAI,2001), yaitu: 1. pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion),

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) usahanya. Kelangsungan

BAB II OPINI AUDIT GOING CONCERN DAN MODEL-MODEL PREDIKSI KEBANGKRUTAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukkan tingkat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Masing-masing akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. atau lebih dan masing-masing pihak yang terlibat dalam kontrak mencoba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melaksanakan beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan. dan dan semata-mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan untuk dapat survive melainkan harus mampu memiliki keunggulan bersaing

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Keuangan (PSAK) No.1 terdiri dari komponen-komponen, (a) Neraca, (b)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang yang kompeten dan independen.

BAB I pengecualian (Unqualified Opinion), namun pada tahun 2001

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Suatu perusahaan menjalankan bisnisnya tidak hanya untuk

BAB II. Tinjauan Pustaka. Mulyadi (2002:11) mendefinisikan auditing : Berdasarkan definisi auditing tersebut terdapat unsur-unsur yang penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menurut PSAK no.1 revisi 2009 (IAI, 2012) adalah suatu

II. LANDASAN TEORI. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, serta

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis. Laporan keuangan memuat catatan-catatan tentang kegiatan bisnis yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. American Accounting Association Committee dalam Basic Audit Concepts

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan, investor dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. yang berbeda kepentingan. Masalah agensi telah menarik perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. erat dengan perusahaan yaitu sebagai salah satu stakeholder. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya.. Berikut penjabaran dari beberapa penelitian terdahulu beserta

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kondisi perekonomian suatu negara dapat ditandai dengan pergerakan dunia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002:11) auditing adalah :

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. antara agen (pihak manajemen suatu perusahaan) dengan principal (pemilik).

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam landasan teori ini dijelaskan mengenai teori yang mendasari atau

BAB 2 LANDASAN TEORI & PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan

BAB I PENDAHULUAN. usaha dan mempertahankan kelangsungan usaha (going concern). Salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari variabel-variabel yang terdapat di dalam penelitian ini.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Indonesia. Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2002) auditing adalah Suatu proses sistematis untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Committee on Basic Accounting Concept-a statement of basic

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buku atau akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan instrumen penting yang harus disajikan oleh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. (Standar Akuntansi Keuangan, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian adalah kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. karena telah menggunakan sumberdaya pemilik untuk menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern). Going concern merupakan. mempertahankan hidupnya secara langsung akan mempengaruhi laporan

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat pernyataan wajar dari auditor. Dalam melaksanakan proses

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Menurut Anthony dan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan Publik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup (going concern) entitas bisnis tersebut.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal). Agen diberi wewenang oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu daya tarik bagi para investor. Investor biasanya menginvestasikan dananya pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. sebagai suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) meminta

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. (Riyatno, 2007). Untuk menghasilkan integritas yang baik atas suatu laporan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

BAB I PENDAHULUAN. cukup waktu untuk menyelesaikan usaha dan perjanjian-perjanjian usahannya.

BAB I PENDAHULUAN. usahanya dan tidak jarang perusahaan akan mengalami kebangkrutan jika tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, mengakibatkan permintaan akan laporan keuangan perusahaan

BABl PENDAHULUAN. Keberadaan entitas bisnis telah banyak diwarnai kasus hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. tidak terbatas (Syahrul,2000). Asumsi going concern memiliki arti bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. AFTA merupakan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari laporan keuangan telah dijelaskan dalam Statement of

BAB I PENDAHULUAN. yang saling bertolak belakang. Selain profit yang tinggi salah satu yang menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup (going concern) usahanya melalui asumsi going. concern. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telah dilakukan oleh Warnida (2012), Yaitu faktot faktor yang mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit going concern

BAB I PENDAHULUAN. sumber eksternal untuk mendapatkan dana ialah dengan go public atau. menjual saham perusahaan kepada para investor di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan. Kelangsungan hidup

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara agen (manajemen) dengan pemilik (principal).agen diberi wewenang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seorang kreditor memiliki kemampuan untuk menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan oleh Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) untuk melakukan audit

BAB I PENDAHULUAN. pergerakan dunia bisnis di Negara tersebut. Dunia bisnis dapat dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang terjadi. Perkembangan yang terjadi membuat perusahaan satu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Dibagian ini akan dijelaskan teori-teori mengenai opini audit going

BAB I PENDAHULUAN. dengan tujuan memperoleh laba (profit oriented). Laba menjadi tolok ukur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendapatan suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam

Kata Kunci : Disclosure, Debt Default, Kualitas Audit, Opini audit tahun sebelumnya, Going Concern.

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan semakin meningkat. Perusahaan Go Public diwajibkan

BAB II LANDASAN TEORITIS. perusahaan adalah ciri khas atau sifat yang melekat dalam suatu entitas usaha.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Opini Audit Rahayu (2010) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai informasi tingkat kesesuaian antara tindakan atau peristiwa ekonomi dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta melaporkan hasilnya kepada pihak yang membutuhkan, dimana auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2011): SA Seksi 110, Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan audit penting untuk dicantumkan dalam suatu audit karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya, yang mana didalamnya termasuk opini audit. Opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2011): SA Seksi 508, jenis-jenis opini audit adalah sebagai berikut: 1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi 9

yang berlaku umum di Indonesia. Ini adalah pendapat yang dinyatakan dalam laporan auditor bentuk baku apabila suatu audit telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing. Bahasa penjelasan ditambahkan dalam laporan audit bentuk baku Keadaan tertentu seringkali mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditor bentuk baku. Seperti adanya kondisi yang menyebabkan auditor sangsi akan kelangsungan hidup entitas, tapi setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu telah memadai, dan sebab hal lain. 2. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang dikecualikan, yaitu bukti-bukti kurang cukup, adanya pembatasan lingkup audit, dan sebab hal lain. 3. Pendapat tidak wajar (adverse opinion) Suatu pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat ini dinyatakan bila, menurut pertimbangan auditor, laporan keungan secara 10

keseluruhan tidak disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 4. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) Suatu pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Kondisi yang menyebabkan auditor tidak memberikan pendapat adalah: pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkungan audit dan auditor tidak independen dalam hubungannya dengan klien. 2.2 Paragraf Penjelas going concern Paragraf penjelas going concern dikeluarkan auditor untuk memastikan apakah entitas dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya (Institut Akuntan Publik Indonesia, 2011: SA seksi 341). Keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelas (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit tanpa mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang dinyatakan oleh auditor. Kelangsungan hidup entitas (going concern) dipakai sebagai suatu asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang berlawanan. Beberapa informasi tersebut mungkin akan menjadi signifikan setelah ditinjau bersama-sama dengan kondisi lain. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2011): SA seksi 341, peristiwa atau kondisi tersebut adalah sebagai berikut: 11

1. Trend negatif, sebagai contoh: kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiatan usaha, rasio keuangan penting yang jelek. 2. Petunjuk lain tentang kemungkinan kesulitan keuangan, sebagai contoh: kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penolakan dari pemasok terhadap pengajuan permintaan pembelian kredit biasa, atau penjualan sebagian besar aset, dan hal lain. 3. Masalah intern, sebagai contoh: pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, dan hal lain. 4. Masalah luar yang telah terjadi, sebagai contoh: pengaduan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang yang kemungkinan membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi, dan hal lain. Asumsi going concern ini berlaku tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit, yang mana periode tersebut disebut dengan jangka waktu pantas. Auditor tidak perlu merancang prosedur audit dengan tujuan khusus untuk mengevaluasi adakah peristiwa-peristiwa yang menunjukkan perusahaan tidak akan going concern selama jangka waktu pantas. Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (2001): SA Seksi 341, kemampuan perusahaan untuk going concern dievaluasi dengan cara sebagai berikut: a. Auditor mempertimbangkan apakah hasil prosedur yang dilaksanakan dalam perencanaan, pengumpulan bukti audit untuk berbagai tujuanaudit, dan penyelesaian auditnya, dapat mengidentifikasi keadaan atau peristiwa yang secara keseluruhan manunjukkan adanya kesangsianbesar mengenai 12

kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. b. Jika auditor yakin bahwa terdapat kesangsian mengenai kemampuansatuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas, ia harus: 1) memperoleh informasi mengenai rencana manajemen yang ditujukan untuk mengurangi dampak kondisi dan peristiwa tersebut, misal rencana menjual aset, rencana penarikan utang atau restrukturisasi utang, rencana untuk mengurangi atau menunda pengeluaran, dan rencana untuk menaikkan modal pemilik. 2) menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut secara efektif dilaksanakan. c. Setelah auditor mengevaluasi rencana manajemen, ia mengambil kesimpulan apakah ia masih memiliki kesangsian besar mengenai kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam jangka waktu pantas. 2.3 Kualitas Audit Auditor memiliki tanggung jawab yang besar dalam mengevaluasi laporan keuangan sehingga menghasilkan informasi berkualitas yang akan berguna bagi para pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Tamba (2009) menyatakan bahwa perusahaan yang gagal dan tidak menjelaskan going concern pada opini auditnya menunjukkan bahwa auditor tersebut lebih mementingkan 13

aspek komersial, hal ini berdampak buruk pada citra auditor dan hilangnya kepercayaan investor terhadap perusahaan auditan. Widyantari (2011) menyatakan pengukuran kualitas audit masih tetap merupakan sesuatu yang tidak jelas, tetapi pemakai laporan keuangan biasa mengaitkannya dengan reputasi auditor. Menurut Ruiz-barbadillo (2004), kualitas audit diartikan sebagai gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien. Widyantari (2011) menyatakan klien biasanya mempersepsikan bahwa auditor yang berasal dari KAP besar dan yang memiliki afiliasi dengan KAP internasional akan memiliki kualitas yang lebih tinggi karena auditor tersebut memiliki karakteristik yang dapat dikaitkan dengan kualitas, seperti pelatihan, pengakuan internasional, dan adanya peer review. KAP besar juga dianggap lebih berkompetensi. KAP yang berafiliasi dengan big four dianggap menyediakan kualitas audit yang lebih baik karena dikenal menginvestasikan dana yang lebih besar dalam pelatihan auditor mereka untuk menjamin kompetensi (Hao et al, 2011). Tampubolon (2011) menyatakan alasan pemilihan ukuran KAP sebagai proksi kualitas audit sebagai berikut: a. KAP The big four umumnya memiliki reputasi yang lebih baik dibanding dengan KAP non-big four. b. KAP The big four memiliki sumber daya manusia yang banyak sehingga mampu memperoleh tenaga kerja yang lebih terampil dan kompeten. 14

c. KAP The big four juga lebih cenderung mengungkapkan apa yang ada karena siap menghadapi resiko proses pengadilan. Kualitas audit diproksikan dengan kantor akuntan publik (KAP) yangberafiliasi dengan The Big Four maupun KAP yang tidak berafiliasi dengan The Big Four. Ukuran kantor akuntan publik the big four didasarkan atas besarnya jumlah pendapatan yang diterima atas jasa audit atau jasa lainnya. KAP yang termasuk dalam the big four dan afiliasinya di Indonesia adalah (Pandiangan, 2013): 1. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerja sama dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan. 2. KAP Ernst dan Young, yang bekerja sama dengan KAP Purwantoro, Sarwoko dan Sandjaja. 3. KAP Price Waterhouse, yang bekerja sama dengan KAP Haryanto Sahari dan rekan. 4. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerja sama dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja. 2.4 Opini Audit Tahun Sebelumnya Opini audit going concern yang telah diterima auditee pada tahun sebelumnya akan menjadi faktor pertimbangan yang penting bagi auditor dalam mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan. Opini audit going concern sering diberikan kepada auditee yang sebelumnya menerima opini serupa (Lennox, 2000). 15

Januarti (2008) menganalisis tentang faktor faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Hasilnya menunjukkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going concern. Sehingga apabila auditee menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya, maka kemungkinan auditee untuk menerima kembali opini audit going concern pada tahun berikutnya akan semakin besar. Mutchler (1985) menguji pengaruh ketersediaan informasi publik terhadap prediksi opini audit going concern, yaitu tipe opini audit yang telah diterima perusahaan (Tamba, 2009). Hasilnya menunjukkan bahwa model discriminant analysis yang memasukkan tipe opini audit tahun sebelumnya mempunyai akurasi prediksi keseluruhan yang paling tinggi sebesar 89,9 persen dibanding model yang lain. Mutchler (1985) juga melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa perusahaan yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan (Tamba, 2009). 2.5 Rasio Keuangan Menurut Insitut Akuntan Publik Indonesia (2011: SA Seksi 341) petunjuk tentang kesulitan keuangan seperti kegagalan memenuhi kewajibannya, penunggakan pembayaran deviden dan lain-lain adalah kondisi yang menunjukkan kesangsian besar tentang entitas bisnis untuk tetap going concern. Leverage diproksikan dengan debt to asset ratio. Kasmir (2008) menyebutkan bahwa debt to asset ratio merupakan rasio utang yang digunakan 16

untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Semakin tinggi rasio ini, artinya pendanaan perusahaan melalui utang semakin tinggi dan dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utang dengan aktiva yang dimilikinya. Rumusnya sebagai berikut: tttttttttt llllllllllllllllllllll tttttttttt aaaaaaaaaa Likuiditas yang diproksikan dengan current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo (Kasmir, 2008). Rumusnya sebagai berikut: cccccccccccccc aaaaaaaaaa cccccccccccccc llllllllllllllllllllll Profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan (Kasmir, 2008). Semakin kecil rasio ini, semakin kurang baik. Rumusnya sebagai berikut: nnnnnn iiiiiiiimmmm tttttttttt aaaaaaaaaa Operating cash inflow ratio merupakan rasio yang mengukur kas masuk dari aktivitas operasional yang dihasilkan oleh jumlah aktiva. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik perusahaan dalam mengelola asetnya. Rumusnya sebagai berikut: 17

cccccch ffffffff ffffffff oooooooooooooooooo tttttttttt aaaaaaaaaa 2.6 Tinjauan Peneliti Terdahulu Penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini adalah Hao, Zhang, Wang, Yang, Zhao (2011) dengan judul Audit quality and independence in China: Evidence from Going-Concern Qualifications Issued During 2004-2007, Pandiangan (2013) dengan judul Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Leverage, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Aiisiah (2012) dengan judul Analisis Pengaruh Faktor Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan Terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern, Tamba (2009) dengan judul Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit dan Opini Audit terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Januarti (2008) dengan judul Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Peneliti/ Tahun Hao, Zhang, Wang, Yang, Zhao (2011) Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu Judul Hasil Penelitian Audit quality and independence in China: Evidence from Going- Concern Qualifications independen: Rasio keungan yaitu debt to asset ratio, current ratio, return on asset Auditor cenderung memberikan opini non going concern pada perusahaan dengan rasio keuangan yang 18

Pandiangan (2013) Issued During 2004-2007 Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Leverage, dan Pertumbuhan Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ratio, operating cash inflows ratio; independensi audit, dan kualitas audit dependen: opini audit going concern independen: kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, leverage, dan pertumbuhan perusahaan dependen: opini audit going concern buruk sedangkan independensi audit, dan kualitas audit tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan sedangkan kualitas audit, leverage, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Aiisiah (2012) Analisis Pengaruh Faktor Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan Terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern independen: Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Ukuran Perusahaan dependen: opini audit going concern Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan tidak berpengaruh signifikan sedangkan Kondisi Keuangan Perusahaan dan Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. 19

Tamba (2009) Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit dan Opini Audit terhadap Penerimaan Opini Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia independen: debt default, kualitas audit, dan opini audit dependen: opini audit going concern Debt default dan opini audit berpengaruh signifikan sedangkan kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Januarti (2008) Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) independen: kondisi keuangan, audit lag, ukuran perusahaan, Debt default, audit client tenure, opini sebelumnya, kualitas audit, opinion shopping & kepemilikan dependen: opini audit going concern Debt default, ukuran perusahaan, kondisi keuangan, audit client tenure, kualitas audit dan opini tahun sebelumnya berpengaruh signifikan sedangkan audit lag, opinion shopping, dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. 2.7 Kerangka Konseptual Kualitas Audit (X1) Opini Audit Tahun Sebelumnya (X2) Leverage (X3) Likuiditas (X4) Profitabilitas (X5) Opini Audit Going Concern (Y) Operating Cash Inflow Ratio (X6) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 20

Dalam penelitian ini, yang merupakan variabel independen adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, leverage, likuiditas, profitabilitas, operating cash inflow ratio, dan yang menjadi variabel dependen adalah opini audit going concern. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan tidak dapat mengetahui pengaruhnya secara simultan karena hasil pengujian dengan metode regresi logistik hanya dapat menguji secara parsial. 2.8 Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah proposisi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris. Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena (Erlina, 2008). Penelitian ini merujuk kepada penelitian Hao et al (2011) yang meneliti pengaruh rasio keuangan, independensi audit, dan kualitas audit terhadap kecenderungan auditee menerima opini audit going concern dari auditor. Peneliti mengambil variabel kualitas audit dan rasio keuangan dari penelitian terdahulu dan menambahkan variabel opini audit tahun sebelumnya. Auditor berskala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritik yang menyebabkan kerusakan reputasi mereka dibandingkan auditor skala kecil sebab KAP besar memiliki insentif lebih untuk mendeteksi dan melaporkan masalah dalam asumsi going concern (Lennox, 2000). Namun hasil penelitian Hao (2011) di China menyimpulkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh 21

terhadap kecendrungan auditee menerima opini audit going concern. Atas dasar ini penulis memutuskan hipotesis yang pertama: H1: Kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Januarti (2008) menyatakan auditee yang menerima opini audit going concern pada tahun sebelumnya dianggap tidak memiliki masalah dalam menjaga kelangsungan hidupnya, sehingga semakin besar kemungkinan bagi auditor untuk mengeluarkan opini audit going concern pada tahun berjalan. Penelitian yang dilakukan oleh Lennox (2000) menyimpulkan perusahaan yang pada tahun sebelumnya menerima opini audit going concern akan kembali menerima opini audit yang sama pada tahun berikutnya. Atas dasar ini penulis memutuskan hipotesis yang kedua: H2: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Auditor sering memberikan opini going concern dengan pertimbangan berdasarkan kondisi keuangan yang dilaporkan (Bruynseels dan Willekens, 2006). Tingkat kesehatan suatu perusahaan dapat dilihat dari kondisi keuangan perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kondisi keuangan yang baik maka auditor tidak akan mengeluarkan opini audit going concern (Ramadhany, 2004). Semakin dekat perusahaan dengan kebangkrutan maka semakin besar kemungkinan perusahaan menerima opini non going concern (Lennox, 2000). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hao (2011) pada perusahaan non finansial di China menyimpulkan auditor cenderung memberikan opini audit non going concern kepada auditee yang memiliki rasio keuangan yang buruk. 22

leverage yang diproksikan dengan debt to asset dipilih untuk menjelaskan kemampuan aset perusahaan menjamin utang, likuiditas yang diproksikan dengan current ratio untuk mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban kepada pemasok, profitabilitas yang diproksikan dengan return on asset untuk memberikan investor gambaran mengenai efektivitas perusahaan dalam mengelola aset mereka menjadi laba bersih; dan oleh sebab itu, operating cash inflows ratio juga menjadi faktor yang penting dalam memprediksi kebangkrutan. H3: Leverage berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. H4: Likuiditas berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. H5: Profitabilitas berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. H6: Operating cash inflows ratio berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. 23