BAB I PENDAHULUAN. F. Latar Belakang Masalah. Menapaki milenium ketiga ini, Djamarah (dalam Solikah, 2008)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan daya saing dalam pencarian, perolehan dan penciptaan pekerjaan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia diharapkan memiliki kemampuan untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang bersifat mendasar berupa perubahan dari pandangan kehidupan

Prodi kedokteran FK UNS Oktober 2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkuliahan Pada Pendidikan Dokter (Sistem Pembelajaran PBL) Eryati Darwin Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi diharapkan proses pemahaman akan menjadi lebih berkembang dan

I. PENDAHULUAN. kedokteran dasar di Indonesia. Dari sistem konvensional berupa teacher

BAB I PENDAHULUAN. dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta (FKIK UMY) telah menggunakan beberapa metode pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. setingkat dengan perguruan tinggi (Siswoyo, 2007). Berdasarkan Indonesian

METABOLISME DAN NUTRISI DI FAKULTAS KEDOKTERAN UMSU TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Statistik data mahasiswa Pendidikan Dokter (DAA UGM, 2014)

Kata Kunci: Dasar Hukum implementasi KBK, Implementasi KBK.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Pembelajaran IPE berbasis komunitas memberikan dampak positif dengan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

2013 PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi menekankan pada kecakapan-kecakapan yang berguna untuk

Adult Learning dan Berpikir Kritis. By : Kelompok 6

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. berjalan secara efektif dan efisien yang dimulai dari perencanaan, mengupayakan agar individu dewasa tersebut mampu menemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Problem-Based Learning (PBL) diperkenalkan pertama kali di

STANDAR PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER (S P P A)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB IV PENYELENGGARAAN PEMBELAJARAN

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penerapan Integrasi Model Pembelajaran Group Investigation (Gi) dan Inkuiri Terbimbing Berbasis Lesson Study

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar di kelas masih memiliki kendala dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengatur dan menyelesaikan tugas-tugas yang mempengaruhi kehidupannya

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ahmad Mulkani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Slameto (2003) menyatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi Informasi berkembang sangat pesat seiring penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan suatu keadaan, sehingga masa depan dapat diketahui dari

I. PENDAHULUAN. dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. antisipasi kepentingan masa depan (Trianto, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN. wahana penting. Alasannya menurut Hasan (Tt: 1) disebabkan adanya keyakinan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat di era

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Metode pembelajaran PiTBL berdampak positif terhadap nilai student

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dan canggih didukung pula oleh arus globalisasi yang semakin

Komentar dan RekomendasiHasil Visitasi PSPD FKK UMJ

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jadi, yang tinggal dipindahkan ke orang lain dengan istilah transfer of knowledge.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan tanggung jawab utama pendidikan tinggi adalah menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran dengan sistem integrasi berbagai multidisiplin ilmu dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

PERANAN GURU DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

IDENTIFIKASI PERAN STAF EDUKASI YANG DIBUTUHKAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI

Kompetensi Apoteker Indonesia adalah :

BAB I PENDAHULUAN. yang mendasari perkembangan sains dan teknologi, mempunyai peran

LAMPIRAN. PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bertandatangan di bawah ini: Nama :

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat D3 Keperawatan, S1 Keperawatan dan juga profesi ners. Imbasnya adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik. Belajar tidak hanya menerima informasi dari orang lain. Belajar yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENEMUKAN GAGASAN UTAMA PADA TEKS ARGUMENTASI MENGGUNAKAN TEKNIK SQ3R PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 JEPON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar mandiri merupakan faktor penting dalam sistem pembelajaran

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan kedokteran diharapkan dapat berperan serta dalam Sistem

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mengingat pentingnya bahasa tersebut, maka dalam dunia pendidikan perlu. mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Selain itu, bahasa Indonesia pun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

PENGARUH PENERAPAN METODE SOCRATIC CIRCLES DISERTAI MEDIA GAMBAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA SKRIPSI OLEH: IHDA NURIA AFIDAH K

BAB 1 PENDAHULUAN. betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kinerja setelah lepas dari institusi pendidikan (Barr, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. ke waktu mengalami perubahan dan perbaikan. Salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memecahkan masalah (problem solving skill) serta berfokus pada mahasiswa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah Menapaki milenium ketiga ini, Djamarah (dalam Solikah, 2008) menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia tidaklah sedikit. Realita ini menuntut sumber daya manusia (SDM) yang handal untuk menghadapinya. Pendidikan tidak dipungkiri lagi merupakan salah satu faktor pendukung untuk meningkatkan kualitas SDM. Berdasarkan Laporan Pembangunan Manusia Badan Program Pembangunan PBB, Indonesia menempati peringkat ke 108 dari 194 negara (Klugman, 2010). Kualitas SDM yang rendah tersebut antara lain disebabkan oleh rendahnya mutu pendidikan di setiap jenjang dan satuan pendidikan (Irawan, 2005). Pembaharuan pendidikan dan pembelajaran selalu dilaksanakan dari waktu ke waktu dan tak pernah berhenti. Pendidikan dan pembelajaran berbasis kompetensi merupakan contoh hasil perubahan dimaksud dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan atas Undangundang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, model kurikulum untuk meningkatkan mutu pendidikan yang diterapkan di semua jenjang pendidikan di Indonesia adalah berbasis kompetensi (Tantra, 2009).

Menurut Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas, secara umum kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Sedangkan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai pembelajar, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum. Ranah kompetensi yang terdapat dalam KBK antara lain: kompetensi akademik (academic competency), kompetensi kehidupan (life competency), dan kompetensi karakter nasional (national character competency). Untuk mencapai kompetensi tersebut, maka pembelajaran ditekankan pada bagaimana belajar tentang belajar (learning how to learn), bukan pada apa yang harus dipelajari (learning what to be learn) (Tantra, 2009). Salah satu instansi perguruan tinggi yang menerapkan KBK adalah Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (FK UMSU). FK UMSU yang didirikan pada tahun 2008 menyesuaikan tujuan pendidikannya dengan kurikulum lokal fakultas dan Kurikulum Inti Pendidikan Dokter Indonesia (KIPDI) III tentang KBK (Taufiq dkk, 2010). Program pendidikan sarjana kedokteran FK UMSU dalam pelaksanaannya menggunakan metode pembelajaran PBL (Problem Based Learning) dengan kriteria SPICES (Student centred, Problem based, Integrated, Community oriented, Early clinical exposure dan Self directed learning). Proses pendidikan melalui metode ini bertujuan menyiapkan mahasiswa sebagai lifelong learner atau pembelajar sepanjang hayat sehingga di masa mendatang menjadi dokter yang

terlatih menghadapi permasalahan dan memecahkannya. Adapun dalam metode PBL, kegiatan belajar mengajarnya meliputi tutorial, kuliah, praktikum, keterampilan klinik (Skill s laboratorium atau Skill s lab), belajar mandiri, dan diskusi panel (Taufiq dkk, 2010). Proses pendidikan di FK UMSU bergerak dari visi dan misi yang telah ditetapkan. Tujuan akhir proses pendidikannya adalah menghasilkan dokter yang islami dan memegang teguh etika kedokteran, menghasilkan dokter yang berkompeten dan profesional sesuai dengan standar kompetensi dokter Indonesia, menghasilkan dokter yang selalu mengikuti perkembangan ilmu kedokteran dan menjalankan praktik kedokteran berbasis data, menghasilkan dokter yang memiliki kesadaran terhadap kebutuhan kesehatan masyarakat, mampu mengayomi masyarakat dalam bidang kesehatan dan punya orientasi pencegahan. Untuk mencapai tujuan akhir seperti tersebut di atas dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap general education, tahap integrasi pada program sarjana kedokteran dan tahap klinik atau profesi pada program pendidikan profesi (Taufiq dkk, 2010). Tahap general education pada periode awal pendidikan adalah tahap transisi dimana mahasiswa beralih dari teacher centered di pendidikan menengah atas ke student centred di perguruan tinggi. Tahap integrasi adalah tahap dimana mahasiswa belajar ilmu kedokteran secara terintegrasi baik vertikal maupun horizontal dalam setiap blok. Tahap ini menggunakan laboratorium biomedik, laboratorium keterampilan klinik, rumah sakit dan lapangan untuk tempat praktiknya. Tahap terakhir yaitu tahap klinik atau profesi adalah tahap dimana

mahasiswa belajar dan berinteraksi dengan pasien secara langsung di rumah sakit (Taufiq dkk, 2010). Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang mahasiswa FK UMSU, peneliti memperoleh keterangan bahwa perkuliahan sangat padat dan menuntut mahasiswa untuk belajar mandiri. Tutorial aja dua kali seminggu, skills lab lagi. Jadi sebenarnya gak bisa gak belajar tiap malam. Bahan banyak kali dari dosen. Harus dicicil tiap hari sebenarnya. Hutabarat (dalam Sukadji dan Salim, 2001) mengemukakan bahwa dalam proses belajar, agar mahasiswa dapat berhasil dalam menempuh studinya, ada beberapa keterampilan dasar yang perlu dimiliki. Keterampilan-keterampilan dasar itu antara lain adalah membaca, menulis, berhitung, dan mendengar. Saat ini telah dikembangkan berbagai strategi belajar yang sangat membantu. Strategi tersebut meliputi strategi mengingat, membaca, menulis, dan membuat catatan dalam bentuk peta pikiran (Khoo, 2008). Banyak mahasiswa tidak berhasil di perguruan tinggi karena tidak memiliki strategi belajar yang dibutuhkan untuk mendapatkan nilai yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Niest dan Diehl (1994) yang menunjang hal tersebut; mahasiswa yang menggunakan strategi belajar yang tepat performansinya cenderung lebih baik dibandingkan mahasiswa yang tidak menggunakan strategi yang tepat. Pengalaman mengajarkan bahwa orang yang gagal di sekolah biasanya karena gagal dalam membaca (Ahuja dan Ahuja, 2007).

Dewasa ini, ilmu dan teknologi berkembang semakin pesat dan tak dapat dibendung lagi kehadirannya (Pramuki, 2006). Pesatnya kemajuan mesin cetak saat ini telah memungkinkan penyebaran informasi secara cepat. Hasil-hasil penelitian dan kemajuan sains dan teknologi begitu cepat dilipatgandakan dan disebar (Soedarso, 2010). Seiring dengan hal tersebut, setiap orang dituntut untuk selalu cepat dan tepat dalam menafsirkan dan menyerap berbagai informasi bila tidak ingin ketinggalan. Informasi yang berkaitan dengan peristiwa dunia serta pertumbuhan dan perkembangan ilmu dan teknologi tidak cukup hanya diperoleh dari sumber lisan, tetapi juga dari sumber tertulis (Pramuki, 2006). Kegiatan membaca merupakan satu-satunya cara untuk menyerap dan menafsirkan informasi tertulis. Itulah sebabnya setiap orang dituntut memiliki keterampilan membaca yang tinggi agar dapat mengikuti laju perkembangan ilmu dan teknologi. Dengan memiliki keterampilan membaca, seseorang dapat memaparkan kembali peristiwa masa lalu untuk diambil manfaatnya dalam usaha memperbaiki kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Hal tersebut berarti bahwa keterampilan membaca harus dikembangkan dan dikuasai sehingga akan menjadi modal utama dalam kehidupan. Dengan modal tersebut seseorang dapat membuka pintu gerbang ilmu pengetahuan (Pramuki, 2006). Ilmu pengetahuan sebagai sumber kekuatan para intelektual berasal dari buku. Oleh sebab itu, siapa yang ingin memiliki kekuatan tersebut harus membaca buku. Pernyataan ini mengarahkan bahwa hanya bangsa yang banyak membaca buku yang akan mempunyai SDM berkualitas dan handal sehingga dapat

mempertahankan eksistensinya serta mampu tampil sebagai pemenang dalam persaingan (Pelenkahu, 2006). Buku teks merupakan sumber utama dalam dunia pendidikan, baik tingkat sekolah dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Sebelum dapat memulai membuat catatan, mengingat atau memperbaikinya, langkah pertama tentu membaca buku teks dan mencari informasi materi yang dibutuhkan. Namun sangat disayangkan, kebanyakan mahasiswa tidak membaca buku teks atau mencari bahan-bahan dari sumber lain untuk mengumpulkan informasi. Mereka berpendapat membaca hanya untuk memahami atau mendapatkan pengetahuan. Mereka akan membaca bahan yang sama berulang-ulang dan berusaha mengingatnya. Jika terus melakukan hal ini, mahasiswa akan merasa waktu ujian terlalu dekat, terlalu banyak yang harus dibaca, terlalu banyak yang harus dilakukan, dan mereka akan kekurangan waktu untuk melakukan semua itu. Untuk itu, diperlukan keterampilan membaca yang akan membantu mahasiswa mendapatkan sesuatu seoptimal mungkin. Dengan demikian, keterampilan membaca pemahaman bagi mahasiswa sebagai calon ilmuwan amat diperlukan. Agar dapat membaca buku teks secara efektif dan mengumpulkan informasi, mahasiswa harus belajar bagaimana agar memiliki kekuatan membaca. Membaca cepat adalah sebuah teknik membaca yang dirancang untuk meningkatkan konsentrasi saat membaca dengan pemahaman (Khoo, 2008). Kebiasaan membaca cepat sangat besar manfaatnya bagi seorang pembaca. Dengan bidang pengetahuan manusia yang berkembang pesat, muncul tuntutan untuk banyak dan lebih banyak membaca dalam waktu semakin pendek (Ahuja

dan Ahuja, 2007). Menurut para ahli pengajaran, teknik membaca cepat merupakan salah satu teknik pengajaran yang dapat membuat mahasiswa lebih cepat memahami teks yang dibaca dan dapat mengurangi kesalahan. Hal senada juga dikemukakan oleh Mikulecky dan Jeffries (dalam Marhamah, 2004): Reading faster helps you understand more. This may seem surprising to you, but infact, your brain works better when you read faster. If you read slowly, you read one word at a time, and you must remember many separate words. Soon you get tired or bored. Nurhadi (1987) mengemukakan bahwa membaca cepat artinya membaca yang mengutamakan kecepatan dengan tidak mengabaikan pemahamannya. Mendukung pernyataan tersebut, Soedarso (2010) mengemukakan bahwa dalam membaca cepat terkandung di dalamnya pemahaman yang cepat pula. Theodore Roosevelt membaca tiga buku dalam sehari selama di Gedung Putih. John F. Kennedy mempunyai kecepatan membaca 1.000 kpm (kata per menit). Sementara Jimmy Carter, Indira Gandhi, Marshal Mc. Luhan, dan Burt Lancaster hanyalah sedikit dari nama-nama terkenal yang mengakui manfaat membaca cepat bagi kemajuan karier mereka (Soedarso, 2010). Banyak orang menghindari membaca cepat karena berpikir akan mengurangi kemampuan konsentrasi, serta mengurangi pemahaman tentang halhal yang dibaca. Pada kenyataannya, alasan konsentrasi yang buruk adalah karena membaca terlalu lambat. Kurangnya konsentrasi adalah akibat membayangkan dan memikirkan hal lain. Hal itu terjadi (terutama pada otak kanan) karena otak tidak sepenuhnya digunakan dan menjadi bosan. Penelitian menunjukkan, mata dan otak mempunyai kemampuan untuk menyerap lebih dari 20.000 kata per

menit, tetapi kebanyakan orang membaca hanya dengan kecepatan 200 kata per menit, kurang dari satu persen kemampuan manusia sebenarnya (Khoo, 2008). Membaca pada kecepatan sangat tinggi bernilai kurang jika tidak memahami apa yang dibaca. Di sisi lain, membaca dengan tingkat pemahaman tinggi tanpa hirau pada waktu yang digunakan juga kurang bermanfaat. Sedikit yang akan memperselisihkan fakta bahwa pemahaman adalah faktor penting, jika bukan pokok, dalam membaca. Membaca tanpa pemahaman sama artinya dengan tidak membaca. Tetapi ironisnya, membaca dengan pemahaman kurang diperhatikan dan kurang dipahami oleh para peneliti bahkan hingga kini (Ahuja dan Ahuja, 2007). Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti tertarik dan berpikir perlu melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengaruh pelatihan membaca cepat terhadap pemahaman bacaan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen pretest-posttest control group design dengan satu macam perlakuan. Perlakuan yang diberikan adalah pelatihan membaca cepat dan kemudian dilihat dengan menggunakan alat ukur bagaimana pengaruhnya terhadap pemahaman bacaan. G. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh pelatihan membaca cepat terhadap pemahaman bacaan.

H. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelatihan membaca cepat terhadap pemahaman bacaan. I. Manfaat Penelitian 3. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam pengembangan ilmu psikologi, khususnya bidang psikologi pendidikan. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana pengaruh pelatihan membaca cepat terhadap pemahaman bacaan. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wacana dalam ilmu psikologi sendiri mengenai membaca cepat dan pemahaman bacaan. 4. Manfaat Praktis a. Bagi mahasiswa Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana pengaruh membaca cepat terhadap pemahaman bacaan, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengaplikasikan teknik membaca cepat sebagai salah satu strategi belajar untuk meningkatkan prestasi akademis. b. Bagi pendidik dan pihak-pihak yang berkaitan dengan pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana pengaruh membaca cepat terhadap pemahaman bacaan, sehingga dapat

menjadi bahan pertimbangan untuk menerapkan teknik membaca cepat dalam setting pembelajaran. c. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berkaitan dengan membaca cepat dan pemahaman bacaan. J. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Berisikan uraian singkat mengenai gambaran latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II : Landasan Teori Berisikan teori-teori yang berkaitan dengan variabel yang diteliti, yaitu membaca cepat, pemahaman bacaan, dan pengaruh pelatihan membaca cepat terhadap pemahaman bacaan, serta hipotesa. Bab III : Metode Penelitian Bab ini terdiri dari identifikasi variabel, defenisi operasional variabel, rancangan penelitian, teknik kontrol, populasi dan metode pengambilan sampel, alat ukur dan instrumen yang digunakan, validitas dan reliabilitas, prosedur eksperimen, dan metode analisa data.

Bab IV: Analisa Data dan Hasil Pembahasan Berisikan deskripsi subjek penelitian, hasil utama penelitian dan pembahasan. Bab V : Kesimpulan dan Saran Berisikan kesimpulan dan saran penelitian.