BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Kebutaan merupakan masalah kesehatan global yang harus segera diatasi, karena kebutaan dapat menyebabkan berkurangnya kualitas sumber daya manusia dan kehilangan produktifitas (Depkes, 2007). World Health Organization (WHO) menyatakan sekitar 38 juta orang menderita kebutaan dan hampir 110 juta orang menderita penurunan penglihatan. Hal ini menunjukkan bahwa ada sekitar 150 juta orang menderita gangguan penglihatan. Tidak terdapat data mengenai insiden kebutaan yang tersedia dengan baik. Meskipun demikian, diperkirakan jumlah orang buta di seluruh dunia akan meningkat 1-2 juta orang per tahun. Pada tahun 2006, WHO mengeluarkan estimasi global terbaru, yaitu 314 juta orang di dunia menderita gangguan penglihatan, 45 juta dari mereka menderita kebutaan (Trithias,2011). Data dari World Helath Organization (WHO) menunjukkan katarak merupakan penyebab utama berkurangnya penglihatan di dunia, diperkirakan jumlah penderita kebutaan katarak di dunia saat ini sebesar 17 juta orang dan akan meningkat menjadi 40 juta pada tahun 2020 (Mo otapu,2015). Indonesia sampai saat ini merupakan negara dengan jumlah penderita buta katarak tertinggi kedua di Asia Tenggara, mencapai 1,5 % atau 2 juta jiwa. Setiap tahunnya bertambah 240.000 orang yang terancam mengalami kebutaan. Sebagai perbandingan angka kebutaan Bangladesh 1 %, di India 0,7%, dan Thailand 0,3%. Survei yang dilakukan kementrian kesehatan menunjukkan, penyebab kebutaan di indonesia adalah penyakit katarak 1
2 0,78%, disusul penyakit glaukoma 0,12%, kelainan reflaksi 0,14%, dan penyakit lain terkait usia lanjut 0,38% (Beritasatu, 2013). Menurut Riskesdas (2013) dalam Infodatin (2014) Kalimantan Selatan menempati urutan ke 28 dari 33 provinsi di Indonesia dengan angka penderita katarak mencapai 1,4 %. Daerah di Indonesia yang memiliki penderita katarak tertinggi sebesar 3,7 % di tempati oleh Provinsi Sulawesi Utara sedangkan yang terendah sebesar 0,9% ditempati oleh DKI Jakarta. Data yang diperoleh di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dari bulan Januari s/d Oktober tahun 2016, menunjukkan bahwa katarak merupakan penyakit mata yang sering diperiksakan di Poliklinik Mata. Jumlah penderita katarak yang memeriksakan matanya di RSUD Dr. Moch Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2013 berjumlah 1035, tahun 2014 berjumlah 1638, tahun 2015 berjumlah 2232 pasien, dan untuk tahun 2016 dari bulan Januari sampai dengan bulan Oktober berjumlah 1767 pasien. Pasien yang melakukan operasi katarak dari bulan Januari-Oktober 2016 berjumlah 309 pasien. Operasi katarak merupakan satu-satunya cara untuk mengobati katarak dan menurunkan risiko kebutaan sehingga operasi katarak semakin ditingkatkan menjadi tiga kali lipat untuk mengimbangi peningkatan jumlah penderita katarak. Hal ini dapat terwujud dengan deteksi dini dan penatalaksanaan secara cepat dan tepat Budiono,et al (2013). Sjamsuhidajat (2005) Operasi atau pembedahan adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh, dan pada umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, pada bagian tubuh yang akan ditangani, lalu dilakukan tindakan perbaikan dan diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka.
3 Pengetahuan, dan sikap masyarakat Indonesia terhadap kesehatan mata masih kurang dalam pencegahannya. Karena kurangnya akses informasi mengenai penyebab penyakit katarak dan cara pengobatannya. Keberhasilan pengobatan atau tidak terlalu lama kesembuhan katarak tidak luput juga dari perawatan pasca operasi. Perawatan pasca operasi juga sangat menentukan keberhasilan dari pengobatan katarak atau tingkat kesembuhan yang lebih baik lagi dalam jangka waktu yang antar lain yaitu pengetahuan, sikap dan kepatuhan pasien dalam perawatan post operasi katarak. Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti yang bersumber dari Balai Kesehatan Mata Masyarakat Sulawesi Utara para pasien yang melakukan operasi berjumlah 2017 pasien selama periode Januari-Desember 2013. Pasien yang sadar memelihara kesehatan mata sebesar 28 % (Arimbi, 2014). Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti dari tanggal 17-18 November 2016 di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin, dilakukan dengan metode wawancara dengan 10 orang pasien yang memeriksakan matanya ke Poliklinik Mata, 6 orang pasien kontrol mata setelah operasi katarak sedangkan 4 orang pasien lainnya hanya melakukan pemeriksaan mata. Dari 6 orang pasien post operasi katarak semua mengatakan tahu tentang perawatan mata setelah operasi karena diberitahu oleh dokter dan selalu patuh untuk kontrol sesuai instruksi dokter, dari hasil wawancara juga diketahui 6 orang pasien ini mereka memiliki sikap positif terhadap perawatan post operasi katarak dan mempunyai perikaku yang cukup baik dalam hal merawat mata sehabis operasi. Berdasarkan hasil penelitian Rusbayanti (2011) dengan judul Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dengan Kepatuhan Perawatan Dalam Tingkat Kesembuhan Post Operasi Katarak Pada Anak Usia 0 4 Tahun Dipoliklinik Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Tahun 2011.
4 Hasil dari penelitian ini ialah Hasil hubungan pengetahuan orang tua terhadap kepatuhan perawatan dalam tingkat kesembuhan post operasi dan terdapat hubungan sikap orang tua terhadap kepatuhan berobat pasca operasi katarak pada anak usia 0-14 tahun di poliklinik Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Tahun 2011. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik ingin menulis penelitian tentang Faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin dengan alasan peneliti mengemukakan bahwa operasi bedah katarak bertujuan untuk memperbaiki atau membersihkan lensa yang keruh dan memperbaiki penglihatan yang lebih jelas lagi, walaupun operasi katarak memberikan hasil 95% positif bagi penderita katarak tetapi keberhasilan operasi katarak tidak luput dari perawatan pasca operasi katarak. Perawatan pasca operasi katarak sangat menentukan keberhasilan operasi bedah katarak pada pasien katarak itu sendiri, untuk itu perawatan pasca operasi bedah katarak ini pasien maupun keluarga harus mempunyai pengetahuan, kepatuhan dan sikap yang disiplin tentang perawatan pasca operasi katarak agar memiliki tingkat kesembuhan yang lebih baik lagi jangka waktu yang tidak lama. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang yang sudah diuraikan, maka rumusan masalah yang dapat diangkat pada penelitian ini ialah Faktor Apakah yang Mempengaruhi Kesembuhan Pasien Post Operasi Katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin.
5 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi pengetahuan pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. 1.3.2.2 Mengidentifikasi sikap pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. 1.3.2.3 Mengidentifikasi kepatuhan perwatan pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. 1.3.2.4 Mengidentifikasi kesembuhan pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. 1.3.2.5 Menganalisis hubungan pengetahuan dengan kesembuhan pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. 1.3.2.6 Menganalisis hubungan sikap dengan kesembuhan pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. 1.3.2.7 Mengidentifikasi hubungan kepatuhan dengan kesembuhan pasien post operasi katarak di Poliklinik Mata RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan responden dapat memahami dengan jelas faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan pasien pasca operasi katarak dan responden diharapkan dapat mengaplikasikan halhal yang sudah disarankan oleh dokter dan petugas kesehatan lainnya mengenai proses penyembuhan pada pasien post operasi katarak. 1.4.2 Bagi Institusi 1.4.2.1 Dinas Kesehatan Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi dinas kesehatan agar lebih sering mengadakan kegiatan penyuluhan dan
6 pemberian informasi untuk perawatan post operasi katarak yang benar agar tingkat kesembuhan dalam pengobatan semakin maksimal 1.4.2.2 Perguruan Tinggi Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan bacaan dan referensi oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Banjarmasin terutama Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan, bagi mahasiswa yang sedang praktik di masyarakat agar dapat memberikan informasi kepada mereka yang menderita katarak untuk segera melakukan operasi karena jika dibiarkan katarak bisa mengakibatkan kebutaan. 1.4.2.3 RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan terutama perawat yang mempunyai peran sebagai edukator untuk meningkatkan pengetahuan, kepatuhan serta sikap pasien post operasi yang menjalani perawatan selama proses penyembuhan dengan tujuan agar pasien tersebut dapat memahami dan menjalankan tanggung jawabnya dalam menjalani masa perawatan post operasi agar semakin cepat dalam proses penyembuhan post operasi katarak. 1.4.3 Bagi Bidang Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan terutama perawat yang mempunyai peran sebagai edukator untuk meningkatkan pengetahuan, kepatuhan serta sikap pasien post operasi yang menjalani perawatan selama proses penyembuhan dengan tujuan agar pasien tersebut dapat memahami dan menjalankan tanggung jawabnya dalam menjalani masa perawatan post operasi agar semakin cepat dalam proses penyembuhan post operasi katarak.
7 1.4.4 Bagi Peneliti Selanjutnya Memberikan masukan dan gambaran dalam melaksanakan penelitian lebih lanjut serta diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti variabel lain yang mempengaruhi proses penyembuhan post operasi katarak. 1.5 Penelitian Terkait 1.5.1 Penelitian yang dilakukan oleh Rusbayanti (2011) dengan judul Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dengan Kepatuhan Perawatan Dalam Tingkat Kesembuhan Post Operasi Katarak Pada Anak Usia 0 4 Tahun Dipoliklinik Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Tahun 2011. Hasil dari penelitian ini ialah Hasil hubungan pengetahuan orang tua terhadap kepatuhan perawatan dalam tingkat kesembuhan post operasi katarak (p-value : 0,00 < α : 0,05) dan terdapat hubungan sikap orang tua terhadap kepatuhan berobat pasca operasi katarak pada anak usia 0-14 tahun di poliklinik Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung Tahun 2011(p-value : 0,00 < α : 0,05). Perbedaan penulisan penelitian ini dengan penelitian Rusbayanti (2011) Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional. Adapun populasinya seluruhnya lansia yang terkena katarak senil pada umur >45 tahun, teknik sampling menggunakan purfosive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan analisa yang digunakan uni- variat menggunakan persentase dan analisa bivariat dengan skala ordinal. 1.5.2 Penelitian yang dilakukan oleh Maloring (2014) dengan judul Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Dengan Kepatuhanperawatan Pada
8 Pasien Post Operasi Katarak Di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Sulawesi Utara Tahun 2014. Hasil dari penelitian ini ialahmenunjukan adanya hubungan pengetahuan dengan kepatuhan perawatan post operasi katarak di Balai kesehatan Mata Masyarakat Sulawesi Utara,(ρ = 0,00 < α = 0,05). Serta ada hubungan Sikap dengan kepatuhan perawatan post operasi katarak di Balai kesehatan Mata Masyarakat Sulawesi Utara (ρ = 0,011 < α = 0,05). Perbedaan penulisan penelitian ini ialah Jenis penelitian yang digunakan adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional. Adapun populasinya seluruhnya lansia yang terkena katarak senil pada umur >45 tahun, teknik sampling menggunakan purfosive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan analisa yang digunakan uni- variat menggunakan persentase dan analisa bivariat dengan skala ordinal.