BAB II METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan menggambarkan satu keadaan secara sistematis yaitu untuk mengetahui kadar kandungan mineral Kalsium, Besi, Pospor dan Seng pada belinjo (Gnetum gnemon). Penelitian untuk uji kualitatif dilakukan di Laboratorium Kimia Bahan Makanan Fakultas Farmasi USU, sedangan uji kuantitatif dilakukan di Laboratorium Riset dan Teknologi Majelis Ulama Indonesia (MUI). 2.1 Bahan-bahan Asam nitrat, titan yellow, ammonium molibdat, kalium heksasianoferat (II), asam sulfat, barium klorida, perak nitrat, ammonium tiosianat, meditren,kalium antimonil tartrat, asam askorbat, asam oksalat, kalium dihidrogen posfat,natrium hidroksida, dithizon, larutan standard Ca (1000 mcg /ml), larutan standard Fe (1000 mcg / ml), larutan standard P (1000 mcg /ml), larutan standard Zn (1000 mcg /ml) dan air suling. Semua bahan diatas adalah pro analis buatan E merck kecuali air suling (Lab.Kimia Bahan Makanan Fakultas Farmasi USU). 2.2 Alat-alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Spektrofotometri Serapan Atom (Perkin Elmer 3100, Gemany), Spektrofotometri UV/Visible (Perkin Elmer Lambda 3 PE), alat alat gelas, oven, penangas air, mikroskop (Nikon Japan), neraca listrik (Santorius CP 423 SGermany), tanur (Philips Harris
Ltd.Shentone), Lampu Ca 10 ma (Perkin Elmer), Lampu Fe 25 ma (Perkin Elmer), lampu Zn 25 ma (Perkin Elmer). 2.3 Rancangan Penelitian 2.3.1 Sampel 2.3.1.1 Pengambilan sampel Sampel yang digunakan adalah daun melinjo yang muda. Yang dipilih secara purposif dan merupakan sample sesaat (Grab sampling) (Sudjana, 2002). 2.3.1.2 Penyiapan sampel Sampel segar dicuci dengan air mengalir, kemudian dikeringkan. Daun dihaluskan dan ditimbang masing-masing 10 g dalam krusibel porselen. 2.3.2 Pembuatan pereaksi 2.3.2.1 larutan asam nitrat 5 N Larutan HNO3 65% (b/v) sebanyak 340 ml diencerkan dengan air suling sebanyak 1000 ml (Ditjen POM, 1995). 2.3.2.2 larutan asam sulfat 5 N Larutkan H2SO4 96 % (b/v) sebanyak 70 ml diencerkan dalam air suling hingga 500 ml (Depkes, 1979). 2.3.2.3 Larutan asam askorbat 0,889 % (b/v) Asam askorbat sebanyak 0,889 gram dilarutkan dalam 50 ml air suling (Walinga, 1989). 2.3.2.4 larutan asam oksalat 6,3 % (b/v) Asam oksalat sebanyak 6,3 gram dilarutkan dengan air suling sebanyak 100 ml (Depkes, 1979).
2.3.2.5 Larutan kalium heksasianoferat (II) 5% (b/v) Kalium heksasianoferat (II) sebanyak 5 gram dilarutkan dalam 100 ml air suling (Depkes, 1979). 2.3.2.6 Larutan ammonium tiosianat 10 % (b/v) Ammonium tiosianat sebanyak 10 gram dilarutkan dalam 100 ml air suling (Depkes, 1979). 2.3.2.7 Larutan ammonium molibdat 4 %(b/v) Ammonium molibdat sebanyak 4 gram dilarutkan dalam 100 ml air suling (Vogel, 1985). 2.3.2.8 Larutan ammonium molibdat 10 % (b/v) Ammonium molibdat sebanyak 10 gram dilarutkan dalam 100 ml air suling (Depkes, 1979). 2.3.2.9 Larutan kalium antimonil tartrat 0,274% (b/v) Kalium antimonil tartrat sebanyak 0,274 gram dilarutkan dengan air suling sebanyak 100 ml (Walinga, 1989). 2.3.2.10 Larutan perak nitrat 5% (b/v) Perak nitrat sebanyak 5 gram dilarutkan dalam 100 ml air suling (Depkes, 1979). 2.3.2.11 Larutan dithizhon 0,005 % (b/v) Dithizon sebanyak 5mg dilarutkan dalam 100 ml kloroform (Vogel, 1985).
2.3.2.12 Larutan NaOH 1N Sebanyak 4 gram pelet NaOH dilarutkan dalam 100 ml air suling bebas CO2 (Depkes, 1979). 2.3.2.13 Larutan campuran (untuk fospor) Larutan ammonium molibdat 4 % sebanyak 15 ml dicampurkan dengan asam sulfat 5N sebanyak 50 ml, lalu ditambah dengan 30 ml larutan asam askorbat, diaduk kemudian dicampur dengan 50 ml larutan kalium antimonil tartrat dan diaduk (Walinga, 1989). 2.3.2.14 Larutan standard fospor Kalium dihidrogen fospat sebanyak 0,2195 gram dilarutkan dengan 500 ml H2SO4 0,36 N (Walinga, 1989). 2.3.3 Proses destruksi Daun melinjo yang telah ditimbang seksama lebih kurang 10 g dalam krusibel porselen didestruksi dengan api langsung hingga menjadi arang, lalu diabukan dalam tanur dengan suhu 500 C selama 5 jam dan didinginkan dalam desikator (Helrich, K., 1990). 2.3.4 Pembuatan larutan sample Abu dilarutkan dalam 20 ml HNO3 5N, lalu dituang ke dalam labu takar 100 ml, krusibel porselen dibilas sebanyak 3 kali dan encerkan dengan air suling hingga garis tanda (Helrich, K., 1990), dan disaring ke dalam erlenmeyer. Filtrat ini digunakan untuk analisis kuantitatif dan kualitatif. 2.3.5 Analisis kualitatif 2.3.5.1 Analisis Kualitatif kalsium
2.3.5.1.1 Uji kristal kalsium dengan asam oksalat Ke dalam tabung reaksi dimasukan 2 ml larutan sampel, lalu ditambahkan 1 ml larutan asam oksalat, dikocok dan didiamkan. Terbentuk endapan putih diamati dibawah mikroskop berupa kristal amplop (Vogel, 1985). 2.3.5.1.2 Uji dengan larutan meditren Ke dalam tabung reaksi dimasukan 2 ml larutan sampel lalu ditambahkan 1 ml larutan meditren. Terbentuk endapan jingga (Vogel, 1985). 2.3.5.2 Analisis Kualitatif besi 2.3.5.2.1 Uji dengan larutan kalium heksasianoferat (II) Ke dalam tabung reaksi dimasukan 2 ml larutan sampel, lalu ditambahkan 1 ml larutan kalium heksasianoferat (II), dikocok, didiamkan dan diamati. Terbentuk endapan biru tua (Vogel, 1985). 2.3.5.2.2 Uji dengan larutan ammonium tiosianat Ke dalam tabung reaksi dimasukan 2 ml sampel, lalu ditambahkan 1 ml larutan ammonium tiosianat, dikocok dan diamati. Terbentuk pewarnaan merah tua (Vogel, 1985). 2.3.5.3 Analisis Kualitatif Fospor 2.3.5.4.1 Uji dengan larutan ammonium molibdat Ke dalam tabung reaksi dimasukan 2 ml larutan sampel, lalu ditambahkan 1 ml larutan ammonium molibdat, dikocok dan diamati. Terbentuk endapan kuning kristalin (Vogel, 1985).
2.3.5.4.2 Uji dengan larutan AgNO3 Ke dalam tabung reaksi dimasukan 2 ml larutan sampel, lalu ditambahkan 1 ml larutan perak nitrat. Terbentuk endapan kuning kristalin (Vogel, 1985). 2.3.5.4 Analisis Kualitatif Seng 2.3.5.4.1 Uji dengan larutan dithizhon Ke dalam tabung reaksi dimasukan 2 ml larutan sampel, ditambahkan larutan NaOH1N, kemudian ditambahkan larutan dithizhon 0,005% dikocok. Terbentuk warna merah pada lapisan kloroform (Vogel, 1985). 2.3.6 Analisis Kuantitatif 2.3.6.1 Analisis kuantitatif Kalsium Prosedur analisis kuantitatif merujuk pada acuan normative SNI-19-2896- 1992. 2.3.6.1.1 Pembuatan kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium Larutan baku kalsium (1000 mcg /ml) dipipet sebanyak 10 ml,dan dimasukan ke dalam labu takar 100 ml. Kemudian ditambah 10 ml HNO3 5N dan dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan air suling (konsentrasi larutan baku 100 mcg /ml). Dari larutan baku dipipet 5, 10, 15, 20, 35, 55, 80 ml dimasukan ke dalam labu takar 100 ml dan ditambah 10 ml HNO3 5N. Kemudian dicukupkan volumenya dengan air suling sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, 35, 55, 80 mcg/ ml, dimana konsentarsi ini adalah rentang linier (range linier) untuk kalsium. 2.3.6.1.2 Analisis Kalsium Dalam Sampel
Larutan sampel dipipet 25 ml lalu dimasukan dalam labu takar 100 ml dan dicukupkan dengan air suling hingga garis tanda dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 422,7 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam rentang nilai kurva kalibrasi larutan baku sehingga konsentrasi kalsium dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresinya. 2.3.6.2 Analisis Kuantitatif Besi 2.3.6.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Besi Larutan baku besi (1000 mcg /ml) dipipet sebanyak 10 ml,dan dimasukan ke dalam labu takar 100 ml. Kemudian ditambah 10 ml HNO3 5N dan dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan air suling (konsentrasi larutan baku 100 mcg /ml). Dari larutan baku dipipet 2, 5, 7, 8, 10 ml dimasukan ke dalam labu takar 100 ml dan ditambah 10 ml HNO3 5N. Kemudian dicukupka volumenya dengan air suling sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 2, 5, 7, 8, 10 mcg/ ml, dimana konsentarsi ini adalah rentang linier (range linier) untuk besi. 2.3.6.2.2 Analisis Besi dalam Sampel Larutan sampel diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada panjang gelombang 283,3 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam rentang nilai kurva kalibrasi larutan baku sehingga konsentrasi besi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresinya. 2.3.6.3 Analisis Kuantitatif Seng 2.3.6.3.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Seng
Larutan baku magnesium (1000 mcg /ml) dipipet sebanyak 10 ml, dan dimasukan ke dalam labu takar 100 ml. Kemudian ditambah 10 ml HNO3 5N dan dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan air suling (konsentrasi larutan baku 100 mcg /ml). Dari larutan baku dipipet 1, 2, 3, 4, 6 ml dimasukan ke dalam labu takar 100 ml dan ditambah 10 ml HNO3 5N. Kemudian dicukupkan volumenya dengan air suling sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, 6 mcg/ ml,dimana konsentarsi ini adalah rentang linier (range linier) untuk seng. 2.3.6.3.2 Analisis Seng dalam Sampel Larutan sampel diukur absorbansinya dengan spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 213,9 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam rentang nilai kurva kalibrasi larutan baku sehingga konsentrasi seng dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresinya. 2.3.6.4 Analisis Kuantitatif Fosfor 2.3.6.4.1 Penentuan panjang gelombang maksimum Larutan baku fosfor (1000 mcg /ml) dipipet sebanyak 10 ml, dan dimasukan kedalam labu takar 100 ml. Kemudian ditambah 10 ml HNO3 5N dan dicukupkan volumenya sampai garis tanda dengan air suling (konsentrasi larutan baku 100 mcg /ml). Dari larutan baku 100 mcg /ml dipipet sebanyak 6 ml, lalu dimasukan ke dalam labu takar 100 ml dan dicukupkan volumenya dengan air suling sampai garis tanda (konsentrasi larutan 6 mcg /ml). Dari larutan tersebut dipipet 1 ml dan ditambahkan dengan 5 ml air suling dan 1 ml larutan campuran,dikocok dan didiamkan selama 15 menit, lalu diukur serapannya secara
spektrofotometri Sinar Tampak pada panjang gelombang 625-720 nm sehingga diperoleh panjang gelombang maksimum. 2.3.6.4.2 Penentuan waktu Kerja Larutan baku fosfor (100 mcg /ml ) dipipet sebanyak 6 ml, lalu dimasukan ke dalam labu ukur 100 ml dan dicukupkan volumenya dengan air suling sampai garis tanda (konsentrasi larutan 6 mcg /ml). Dari larutan tersebut dipipet 1 ml dan ditambahkan dengan 5 ml air suling dan 1 ml larutan campuran, dikocok dan didiamkan selama 15 menit, lalu diukur serapannya secara Spektrofotometri Sinar Tampak pada panjang gelombang 700 nm. 2.3.6.4.3 Pembuatan kurva kalibrasi larutan baku Fosfor Larutan baku fosfor (100 mcg /ml) dipipet sebanyak 2, 4, 6, 8, 10 ml,lalu dimasukan ke dalam labu takar 100 ml dan dicukupkan volumenya dengan air suling sampai garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8,10 mcg /ml. Dari larutan tersebut dipipet 1 ml dan ditambahkan 5 ml air suling dan 1 ml larutan campuran antara asam sulfat, ammonium molibdat, asam askorbat, dan kalium antimonil tartrat, dikocok dan didiamkan 15 menit. Kemudian warna biru yang terbentuk diukur secara spektrofotometri Visible pada panjang gelombang 700 nm dan dibuat kurva kalibrasinya. 2.3.6.4.4 Analisis Fosfor dalam sample Larutan sample dipipet 1 ml, dan diencerkan dengan air suling sampai 60 ml. Kemudian dari larutan tersebut dipipet 1 ml, lalu ditambah dengan 5 ml air suling dan 1 ml larutan campuran dikocok hingga homogen dan didiamkan selama 15 menit. Lalu diukur absorbansinya secara spektrofotometri Visible pada panjang
gelombang 700 nm. Nilai absorbansi yang diperoleh berada dalam rentang nilai kurva kalibrasi larutan baku sehingga konsentrasi fosfor dapat dihitung dengan menggunakan persamaan garis regresinya.