BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

Meskipun hakim dalam melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh serta rekomendasi pihak manapun juga, tetapi dalam melaksanakan tugas pekerjaanya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang sedang dilaksanakan, baik sejak masa pemerintahan Orde Baru maupun masa reformasi

REHABILITASI MEDIS DAN SOSIAL TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. (STUDI KASUS PUTUSAN NOMOR 22/PID.B/2014/PN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara pidana dan hukum pidana merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Hukum acara pidana adalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah termasuk perbankan/building society (sejenis koperasi di Inggris),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian hukum normatif atau penelitian hukum. bahan-bahan kepustakaan untuk memahami Piercing The

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

NARKOTIKA JENIS KATINON DALAM PERSPEKTIF ASAS LEGALITAS

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri. Pelaksanaan jual beli atas tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan Pasal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mengisi kemerdekaan dengan berpedoman pada tujuan bangsa yakni menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Reni Jayanti B ABSTRAK

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. membuat masyarakat berlomba lomba untuk mendapatkan kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara yang sangat menentang tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Retno Arifingtyas NIM. E BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan saat ini dimana moralitas masyarakat telah dihegomoni oleh perkembangan budaya negatif yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional Indonesia bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia seutuhnya yang adil, makmur, sejahtera, tertib, dan damai berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Untuk hal tersebut perlu untuk meningkatkan secara terus menerus usaha-usaha di bidang pengobatan dan pelayanan kesehatan termasuk ketersediaan narkotika sebagai obat, selain itu narkotika juga berfungsi untuk pengembangan ilmu pengetahuan (Soedjono Dirjosisworo, 1990: 3). Disisi lain narkotika sangat bermanfaat dan diperlukan untuk pengobatan serta pelayanan kesehatan, namun apabila disalahgunakan atau digunakan tidak sesuai dengan standar kesehatan membahayakan bagi kesehatan. Terlebih jika disertai dengan peredaran narkotika secara ilegal akan menimbulkan akibat yang sangat merugikan perorangan maupun masyarakat khususnya generasi muda bahkan dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa yang pada akhirnya akan dapat melemahkan pertahanan nasional (Sudikno Mertokusumo, 2003: 40). Narkotika dapat menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yang mengkonsumsinya secara ilegal. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, semangat yang berlebihan dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang ditemukan dalam dunia medis bertujuan bagi pengobatan dan kepentingan manusia (Soedjono Dirjosisworo, 1987: 3). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan dari narkotika haruslah dibatasi hanya pada kalangan tertentu. Hal ini dikarenakan pemakaian narkotika dapat menyebabkan hilangnya kesadaran seseorang bahkan rasa seseorang dan juga dapat menyebabkan ketergantungan, dimana ketergantungan terhadap narkotika tersebut akan menimbulkan gangguan kesehatan jasmani dan rohani, yang lebih jauh lagi dapat menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan sampai pada kematian. Seseorang yang menggunakan narkotika tanpa hak dan melawan hukum disebut penyalahguna narkotika yang akibatnya dapat membahayakan kehidupan manusia baik perorangan maupun masyarakat dan Negara (Soedjono Dirdjosisworo, 1987: 9). Penyalahgunaan narkotika dapat terjadi karena adanya interaksi antara faktor-faktor predisposisi (kepribadian, kecemasan, depresi), faktor kontribusi (kondisi keluarga dan teman kelompok sebaya). Berkembangnya zaman penyalahgunaan narkotika merupakan kejahatan yang memakan banyak korban dan bencana berkepanjangan kepada seluruh commitumat to user manusia di dunia. Penggunaan dan 1

digilib.uns.ac.id 2 pengedaran narkotika secara ilegal di berbagai belahan dunia menunjukkan peningkatan yang tajam serta mewabah memasuki semua bangsa, serta menelan banyak korban. Upaya untuk menangani penyebaran narkotika maka diperlukan beberapa perangkap hukum, sebagai acuan aparat penegak hukum dalam menangani penyebaran dan pemberantasan peredaran ilegal narkotika. Peningkatan pengedaran dan pengawasan sebagai upaya mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika sangat diperlukan. Di samping itu perkembangan kejahatan narkotika tersebut menjadi ancaman yang serius bagi kehidupan umat manusia. Demi meningkatkan pengendalian dan pengawasan dalam upaya mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran narkotika diperlukan upaya kolektif antara aparat penegak hukum dengan masyarakat. Tanpa adanya koordinasi yang jelas, peredaran ilegal narkotika akan mengakibatkan masyarakat merasakan pengaruh dan akibatnya secara nyata, bahkan dalam tingkat terhadap kepentingan dan kesejateraan masyarakat. Gejalanya antara lain narkotika sudah memasuki lingkungan keluarga, sekolah dan lingkungan-lingkungan tradisional pun telah tersusupi (Fuad Hasan, 1996: 19). Pegawai Negeri Sipil yang kemudian disebut dengan PNS berkedudukan sebagai pegawai negara, abdi negara dan abdi masyarakat yang dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), Negara dan Pemerintah, serta menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. Kelancaran penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kesempurnaan pelaksanaan tugas aparat negara. PNS sebagai unsur utama sumber daya manusia pegawai negara mempunyai peran yang sangat strategis dalam mengemban tugas pemerintahan dan pembangunan. Adanya PNS yang melakukan penyalahgunaan narkotika tersebut tentunya tidak sesuai dengan program pemerintah, yaitu program Gerakan Disiplin Nasional (GDN) yang mewajibkan kepada semua PNS untuk disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Maraknya kasus aparat pemerintah yang mengkonsumsi narkotika sangat memprihatinkan. Hal itu tidak terlepas commit dari to user tidak adanya peraturan perundang-

digilib.uns.ac.id 3 undangan yang jelas untuk mengatur sanksi pidana yang menjerat pegawai negeri sipil (PNS) sebagai pengguna narkotika. Pegawai negeri sipil sebagai aparat negara, perwakilan pemerintah yang memiliki kedekatan dengan masyarakat tetepi justru jadi perusak tata nilai dan menjadi pelanggar hukum. Berdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional (BNN), jumlah kasus narkotika di kalangan PNS ada 64 orang pada tahun 2004 dan melonjak sepuluh kali lipat menjadi 678 dalam kurun waktu tiga tahun. (http://www.pikiranrakyat.com/bandung-raya/2008/07/25/74519/pns-pengguna-narkoba-meningkat diakses pada 20/09/2015 pukul 21.15). Menurut data yang dirilis oleh situs Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada 1 juli 2011 yang lalu, Komisi Nasional Pengawasan Kinerja Pemerintahan (Komnas PKP) mensinyalir, kurang lebih 30 persen aparatur negara atau pegawai negeri sipil (PNS), baik di pusat dan daerah, mengkonsumsi zat adiktif yang mengandung narkotika dan obat terlarang. Jika total jumlah PNS di Indonesia mencapai 4,7 juta jiwa, maka ada sekitar 1,5 juta aparatur negara yang terlibat kasus penggunaan narkotika di Indonesia. (http://www.kompasiana.com/valentino/data-penggunanarkoba-5510e1f3813311ae36bc7045 diakses pada 20/09/2015 pukul 21.15). Hukum positif yang dapat menjerat perbuatan penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Undang-undang tersebut tidak lagi berpatokan kepada penjatuhan hukuman kepada setiap penyalahgunaan narkotika yang ternyata selama ini dirasakan kurang efektif untuk memberantas atau mengurangi kejahatan narkotika dan undang-undang tersebut semakin memaksimalkan upaya mencegah, memberantas, dan rehabilitasi penyalahgunaan narkotika, kemudian terdapat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang mengatur mengenai manajemen PNS yang didalamnya mengatur mengenai penilaian kerja, disiplin, perlindungan, dan pemberhentian pegawai negeri sipil. Permasalahan penyalahgunaan narkotika ini menurut penulis sangat menarik dibahas, terdapat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan Undang-Undang commit to user Republik Indonesia Nomor 5 Tahun

digilib.uns.ac.id 4 2014 tentang Aparatur Sipil Negara namun pada kenyataannya jumlah penyalahguna narkotika oleh oknum PNS masih tinggi, bahkan selalu bertambah setiap tahunnya. Berdasarkan uraian tersebut, menarik minat penulis untuk mendalaminya secara khusus dan lebih lanjut dalam bentuk tulisan atau karya ilmiah dengan memilih judul KAJIAN YURIDIS SANKSI PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA OLEH PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor : 155/Pid.Sus/2014/PN.Jbi.). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, permasalahan yang dapat diangkat untuk selanjutnya dikaji dan diteliti lebih rinci dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaturan tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil? 2. Apakah pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh pegawai negeri sipil (Studi Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor: 155/Pid.Sus/2014/PN.Jbi.)? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian pada hakekatnya mengungkapkan apa yang hendak dicapai oleh peneliti. Tujuan penelitian harus jelas sehingga dapat memberikan arah dalam pelaksanaan penelitian agar sesuai dengan tujuan dilaksanakannya penelitian tersebut. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tujuan Objektif a. Mengetahui pengaturan tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil; dan b. Mengetahui pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana commit penyalahgunaan to user narkotika oleh pegawai

digilib.uns.ac.id 5 negeri sipil (Studi Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor: 155/Pid.Sus/2014/PN.Jbi.). 2. Tujuan Subjektif a. Menambah wawasan, pengetahuan, dan kemampuan peneliti di bidang ilmu hukum pada umumnya, hukum pidana pada khususnya; dan b. Menambah pengetahuan dalam pengaturan tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil dan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh pegawai negeri sipil. D. Manfaat Penelitian Setiap penelitian diharapkan adanya suatu manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari penelitian yang dilakukan, sebab besar kecilnya manfaat penelitian akan menentukan nilai-nilai dari penelitian tersebut. Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan manfaat pada pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan hukum pidana pada khususnya; dan b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu tambahan referensi sehubungan dengan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh pegawai negeri sipil dan masukan data ataupun literatur berbagai pihak dalam hal ini kalangan akademisi dan kalangan penegak hukum. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti; dan b. Guna mengembangkan penalaran dan membentuk pola proker yang dinamis serta untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penulis dapat menerapkan ilmu yang diperoleh. commit to user

digilib.uns.ac.id 6 E. Metode Penelitian Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Hal ini sesuai sesuai dengan karakter preskriptif ilmu hukum. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan didalam keilmuan yang bersifat deskriptif yang menguji kebenaran ada tidaknya sesuatu fakta disebabkan oleh suatu faktor tertentu, penelitian hukum dilakukan untuk menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2011: 35). Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Ditinjau dari sudut penelitian hukum itu sendiri, jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau dikenal juga sebagai penelitian hukum doktrinal, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder (Peter Mahmud Marzuki, 2013: 55-56). Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian terhadap Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor: 155/Pid.Sus/2014/PN.Jbi. yang merupakan data sekunder dengan jenis bahan hukum primer. 2. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat preskriptif, karena akan memberikan argumentasi mengenai benar atau salah menurut hukum terhadap fakta atau peristiwa hukum mengenai penerapan hukum oleh Pengadilan Negeri (Studi Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor: 155/Pid.Sus/2014/PN.Jbi.). 3. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian dilakukan dengan pendekatan kasus dan pendekatan undang-undang. Pendekatan kasus yang digunakan yaitu Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor: 155/Pid.Sus/2014/PN.Jbi. lalu yang perlu dipahami adalah ratio decidendi, yaitu alasan-alasan hukum yang digunakan oleh hakim untuk sampai kepada commit putusan. to user Menurut Goodheart, ratio decidendi

digilib.uns.ac.id 7 dapat diketemukan dengan memperhatikan fakta materiil. Perlunya fakta materiil tersebut diperhatikan karena baik hakim maupun para pihak akan mencari aturan hukum yang tepat untuk dapat diterapkan kepada fakta tersebut (Peter Mahmud Marzuki, 2011: 119). Penelitian hukum dalam level dogmatik hukum atau penelitian untuk keperluan praktik hukum tidak dapat melepaskan diri dari pendekatan undangundangan (Peter Mahmud Marzuki, 2011: 96). Pendekatan undang-undang (statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. Bagi penelitian untuk kegiatan praktis, pendekatan undang-undang ini akan membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-undang dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Peter Mahmud Marzuki, 2011: 93). 4. Jenis dan Sumber Hukum Penelitian hukum tidak mengenal adanya data, untuk memecahkan isu hukum dan sekaligus memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogianya, diperlukan sumber-sumber penelitian. Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian yang berupa bahan-bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder (Peter Mahmud Marzuki, 20011: 141): a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim (Peter Mahmud Marzuki, 20011: 141). Bahan hukum primer yang menjadi penulisan hukum ini adalah sebagai berikut: 1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana; 2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika; commit to user

digilib.uns.ac.id 8 3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara; dan 4) Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor: 155/Pid.Sus/2014/PN.Jbi. b. Bahan Hukum Sekunder Bahan-bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas putusan pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2011: 141). 5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan pengumpulan dan identifikasi bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier. Penelusuran bahan hukum dapat dilakukan dengan membaca, melihat, mendengarkan, maupun penulusuran melaalui media internet. Dalam studi pustaka tersebut peneliti melakukan inventarisasi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang masih relevan dengan isu hukum yang diteliti. 6. Teknis Analisis Bahan Hukum Penelitian hukum merupakan suatu penelitian di dalam kerangka knowhow di dalam hukum. Hasil yang dicapai adalah untuk memberikan preskripsi mengenai apa yang seyogianya atas isu yang diajukan (Peter Mahmud Marzuki, 2011: 41). Seseorang yang melakukan penelitian dibidang keilmuan tersebut biasanya berpangkal dari prinsip-prinsip dasar keilmuannya. Dalam hal demikian peneliti menggunakan metode deduktif, yaitu berpangkal dari prinsipprinsip dasar (Peter Mahmud Marzuki, 2011: 42). Silogisme yang terdapat dalam penelitian hukum terdiri dari silogisme dengan metode deduktif dan silogisme dengan metode induktif. Silogisme deduktif berpangkal pada penggunaan premis mayor. Kemudian diajukan premis minor dan dari kedua premis tersebut ditarik sebuah konklusi. Sedangkan, silogisme dengan commit metode to induksi user adalah sebaliknya, berpangkal

digilib.uns.ac.id 9 pada prmis minor dahulu kemudian premis mayor barulah ditarik sebuah konklusi. Dimana premis mayor dalam penelitian hukum adalah aturan hukum itu sendiri dan premis minor dalam penelitian hukum adalah fakta hukumnya (Peter Mahmud Marzuki, 2011: 47). F. Sistematika Penulisan Hukum Sistematika Penulisan hukum digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan isi bahasan penelitian hukum penulis, penulisan hukum ini akan dibagi menjadi 4 (empat) bab, yaitu: BAB I : Pendahuluan Bab ini bagian awal dari laporan penelitian penulis dan yang menguraikan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Hukum. BAB II : Tinjauan Pustaka Bab ini digunakan penulis untuk menguraikan tinjauan pustaka dalam kerangka teori dan kerangka berpikir. Teori penulis menggunakan Tinjauan Umum Mengenai Tindak Pidana, Tinjauan Umum Mengenai Narkotika, Tinjauan Umum Mengenai Pegawai Negeri Sipil, Tinjauan Umum Mengenai Pertimbangan Hakim. BAB III : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini penulis memaparkan pembahasan dan hasil yang diperoleh dari proses penelitian dan analisis penulis sebagai jawaban atas rumusan masalah yang diteliti mengenai pengaturan tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang dilakukan oleh pegawai negeri sipil dan pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh pegawai negeri sipil (Studi Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor: 155/Pid.Sus/2014/PN.Jbi.). commit to user

digilib.uns.ac.id 10 BAB IV : Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan tentang simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan serta saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN commit to user