BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. isu-isu yang mengiringi khususnya dilema bahwa prinsipal dan agen, walaupun

dokumen-dokumen yang mirip
PIAGAM KOMITE AUDIT PT INTERMEDIA CAPITAL, Tbk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PIAGAM KOMITE AUDIT PT DUTA INTIDAYA, TBK

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

PIAGAM KOMITE AUDIT PT PP LONDON SUMATRA INDONESIA Tbk

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. independen mengalami peningkatan. Laporan keuangan merupakan salah satu

BAB II RERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. beberapa hal yang berkaitan dengan Komite Audit dalam perusahaan:

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter)

PT MULTI INDOCITRA Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT

PIAGAM KOMITE AUDIT (Audit Committee Charter)

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk.

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan informasi yang relevan dan tepat waktu dalam setiap pembuatan

PIAGAM KOMITE AUDIT. 1. Anggota Komite Audit diangkat dan diberhentikan oleh Dewan Komisaris.

PR/MAR/NDO. Piagam Komite Audit PT PRIMARINDO ASIA INFRASTRUCTURE. ASIA INFRASTRUCTURE Tbk

dapat menciptakan kepercayaan pemegang saham kepada perusahaan.

PIAGAM KOMITE AUDIT DAN RISIKO USAHA (BUSINESS RISK AND AUDIT COMMITTEES CHARTER) PT WIJAYA KARYA BETON Tbk. BAGIAN I

PEDOMAN KERJA KOMITE AUDIT

PIAGAM KOMITE AUDIT PT PANIN FINANCIAL Tbk

PT DUTA ANGGADA REALTY TBK. PIAGAM KOMITE AUDIT

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Referensi-Referensi Penunjang dan Jurnal

PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA PIAGAM KOMITE AUDIT TELKOM GROUP

PT KEDAUNG INDAH CAN TBK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan sarana utama melalui mana informasi

BAB I PENDAHULUAN. posisi keuangan (Fujianti, 2015). Laporan keuangan juga menunjukkan hasil

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SUMBERDAYA SEWATAMA

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Komite Audit

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

BAB I PENDAHULUAN. yang berkepentingan (Yendrawati dan Rokhman, 2008). Laporan keuangan yang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.04/2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA KOMITE AUDIT

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT BANK MASPION INDONESIA Tbk

PENGARUH KARAKTERISTIK KOMITE AUDIT TERHADAP KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUNAN PERUSAHAAN SKRIPSI

perusahaan PT. Toba Pulp Lestari? perusahaan PT. Toba Pulp Lestari?

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Komite Audit terhadap Manajemen Laba dan Good Corporate Governance

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Komite Audit

PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk Piagam Komite Audit (Audit Committee Charter)

I. PENDAHULUAN. 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan;

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori keagenan (Agency Theory) menjadi dasar bagi perusahaan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara manajer (agent) dengan investor (principal). Terjadinya konflik

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pengawas Pasar Modal) IX.1.5,Kep 29 /PM/2004 tanggal 22 desember 2003, UKDW

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketepatan waktu (timeliness) merupakan salah satu faktor penting

BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang bertanggung jawab sebagai pengambilan keputusan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengambil keputusan. Laporan keuangan sebaiknya disajikan secara akurat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori

BAB I PENDAHULUAN. dan penilaian kinerja perusahaan serta bermanfaat untuk pengambilan keputusan.

BAB V PENUTUP. tinggi kepemilikan saham manajerial maka financial distress semakin rendah. Jensen

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. teori agensi (agency theory) bahwa perusahaan merupakan kumpulan kontrak

Bab 1 PENDAHULUAN. sebuah perusahaan. Manajer dapat dikatakan sebagai agent dan pemegang

Panduan Tugas Pokok dan Fungsi Kerja Komite Audit Sesuai Tata Kelola Perusahaan Yang Baik PIAGAM KOMITE AUDIT PT ELNUSA TBK

PT. Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk

PIAGAM KOMITE AUDIT. PT Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk. DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan untuk menerapkan corporate governance. Teori ini

PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter) PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan, kondisi ini disebut Good

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB I PENDAHULUAN. Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai komite audit ini didasari oleh teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan stabilitas ekonomi yang berkesinambungan. perusahaan (Sijabat, 2007). Setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun

PIAGAM KOMITE AUDIT. ( AUDIT COMMITTE CHARTER ) PT FORTUNE MATE INDONESIA Tbk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan media informasi yang merangkum semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saham adalah suatu nilai dalam berbagai instrumen finansial yang mengacu

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA KOMITE AUDIT

PT DANAREKSA (PERSERO) PIAGAM KOMITE AUDIT 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan komisaris independen terhadap tax avoidance membutuhkan kajian teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pasar modal yang diperkuat dengan sistem otomatisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu pencatatan

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomi (Ikatan

BANK BUKOPIN. Dewan Komisaris serta sebagai upaya untuk mendorong terselenggaranya pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyusunan Piagam Komite Audit 2. Tujuan Penyusunan Piagam Komite Audit

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan keuangan, menuntut perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang

PT. BANK CENTRAL ASIA, Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTE CHARTER)

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

PT MILLENNIUM PHARMACON INTERNATIONAL TbK. PIAGAM KOMITE AUDIT (Audit Commiffee Chartefl

PIAGAM KOMITE AUDIT. CS L3 Rincian Administratif dari Kebijakan. Piagam Komite Audit CS L3. RAHASIA Hal 1/11

BAB 1 PENDAHULUAN. pihak yang berkepentingan seperti investor, karyawan, kreditur, pemerintah serta

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. menutup kontrak untuk memberikan tugas-tugas tertentu bagi principal, dan principal

PT. BUANA FINANCE, TBK PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB I PENDAHULUAN. alat utama bagi perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori Dan Konsep 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Teori agensi menggambarkan perilaku yang terkait dengan keberadaan suatu entitas. Teori keagenan merupakan studi mengenai hubungan keagenan dan isu-isu yang mengiringi khususnya dilema bahwa prinsipal dan agen, walaupun bekerja untuk tujuan yang sama, namun memiliki kepentingan yang berbeda. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan teori keagenan sebagai hubungan kontrak antara pemilik atau pemegang saham (principal) yang menggunakan jasa manajemen perusahaan (agent) dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusannya kepada agen. Terdapat dua bentuk hubungan keagenan, yaitu hubungan antara pemilik dengan manajer dan manajer dengan pemberi pinjaman. Manajer dan pemilik atau pemegang saham memiliki kepentingan yang berbeda atas suatu entitas. Pemilik ingin hasil yang maksimal dari return on investment sedangkan manajer memiliki kepentingan untuk memaksimumkan kompensasinya. Kemungkinan yang akan terjadi tersebut mengakibatkan pemilik termotivasi untuk melakukan kontrak dengan manajer yang mengarah pada usaha untuk meminimalkan konflik. Namun, usaha tersebut memerlukan biaya terutama dalam mengawasi kontrak manajemen yang terjadi (Putra Astika, 2010;64). Biaya tersebut secara langsung akan mengurangi kompensasi manajer, sedangkan 9

manajer sendiri ingin agar biaya tetap rendah tanpa berada dalam konflik dengan pemilik atau pemegang saham. Eisenhardt (2006) menyatakan teori keagenan berkaitan dengan menyelesaikan dua masalah yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan. Masalah keagenan biasanya timbul saat (a) konflik terjadi akibat tujuan dan keinginan dari pemilik maupun manajer, dan (b) terdapat kesulitan atau mahalnya biaya yang akan dikeluarkan untuk mengawasi dan memverifikasi apa yang sebenarnya dilakukan oleh manajer. Masalah yang sebenarnya adalah bahwa pemilik (prinsipal) tidak mampu mengawasi ataupun membuktikan secara langsung bahwa manajer berperilaku tidak sesuai dengan kontrak dan masalah kedua, adanya risk-sharing yang muncul akibat pemilik (principal) dan manajer (agent) melakukan tindakan yang berbeda karena memiliki preferensi risiko yang berbeda. Jadi, domain teori keagenan adalah hubungan yang mencerminkan struktur dasar dari sebuah prinsipal dan agen yang terlibat dalam perilaku kooperatif, tetapi memiliki tujuan dan perilaku yang berbeda terhadap resiko yang berbeda. Teori agensi merupakan salah satu dasar dalam penelitian mengenai komite audit. Teori ini membantu komite audit untuk memahami konflik kepentingan yang akan muncul antara prinsipal dan agen. Dengan adanya komite audit, diharapkan pihak manajemen mampu menghasilkan laporan keuangan dengan baik dan tepat waktu sehingga informasi yang tekandung di dalamnya dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak yang membutuhkan khususnya para pemegang saham. 10

2.1.2 Timeliness Pelaporan Keuangan Timeliness didefinisikan sebagai pemanfaatan informasi oleh pemakai informasi sebelum informasi tersebut kehilangan nilai guna dalam pengambilan keputusan (Ukago, 2004). Walaupun ketepatan waktu tidak menjamin relevansi, tetapi relevansi tidak dapat terwujud tanpa adanya ketepatan waktu. Menurut PSAK 1 (2009), pembuatan laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang mencakup posisi keuangan, kinerja keuangan, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan ekonomi bagi para penggunanya. Hendriksen dalam Purwati (2006) mengimplikasikan bahwa laporan keuangan harus disajikan dalam suatu interval waktu tertentu, untuk menjelaskan perubahan dalam perusahaan yang berpengaruh dalam membuat prediksi dan keputusan. Badan Pengawas Pasar Modal mengatur kewajiban penyampaian laporan keuangan secara berkala dalam keputusan Bapepam Nomor: KEP-36/PMK/2003 yang menyatakan bahwa setiap perusahaan yang terdaftar dalam pasar modal, wajib menyampaikan laporan keuangan disertai dengan laporan akuntan publik kepada Bapepam selambatlambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Menurut Dewi Lestari (2010), suatu informasi akan menjadi tidak bernilai ketika tidak memberikan manfaat bagi pemakainya. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya timeliness pelaporan keuangan suatu perusahaan kepada publik. Karena itu, perusahaan diharapkan tidak menunda 11

penerbitan laporan keuangan yang akan menyebabkan hilangnya manfaat informasi yang terkandung didalamnya. Keterlambatan penyajian laporan keuangan yang terlalu lama akan banyak menimbulkan rumor-rumor kemungkinan adanya insider trading pada perusahaan dan dapat memberikan sinyal buruk bagi para investor (Wirakusuma dan Cindrawati, 2004). 2.1.3 Komite Audit Komite audit sudah mulai diberlakukan di Indonesia sejak Juni 2000, dengan dikeluarkannya Keputusan direksi Bursa Efek Jakarta No: Ke- 315/BEJ/06/2000. Komite audit adalah komite yang dibentuk dewan komisaris dalam rangka membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris dalam mengoptimalkan fungsi pengawasan (Keputusan Ketua Bapepam No. KEP29/PM/2004). Komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dan bertanggungjawab kepada dewan komisaris dengan tugas dan tanggungjawab utama untuk memastikan prinsip-prinsip good corpotare governance terutama transparansi dan disclousure diterapkan secara konsisten dan memadai oleh para eksekutif (Tjager, dkk; 2003). Keanggotaan komite audit berdasarkan SE Direksi BEJ No. Kep- 339/BEJ/07-2001 tanggal 21 Juli 2001 mengatur bahwa: 1) Komite audit terdiri dari sekurang-kurangnya 3 orang 2) Seorang komisaris independen menjadi ketua -Anggota lainnya merupakan pihak eksternal yang independen 12

3) Sekurang-kurangnya satu orang memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan/atau keuangan Dalam Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-29/PM/2004 tanggal 24 Desember 2004 tentang Peraturan Nomor IX.1.5: Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, terdapat persyaratan Keanggotaan Komite Audit sesuai adalah sebagai berikut: 1) Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan dan pengalaman yang memadai sesuai dengan latar belakang pendidikanya, serta mampu berkomunikasi dengan baik. 2) Salah seorang dari anggota Komite Audit memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan. 3) Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan 4) Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundangan di bidang Pasar Modal dan peraturan perundang-undangan terkait lainnya. 5) Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan Hukum, atau Pihak lain yang member jasa audit, jasa non audit dan atau jasa konsultasi lain kepada Emiten atau Perusahaan Publik yang bersangkutan dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir sebelum diangkat oleh komisaris. 6) Bukan merupakan orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, atau mengendalikan kegiatan Emiten 13

atau Perusahaan Publik dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir sebelum diangkat oleh Komisaris, kecuali Komisaris Independen. 7) Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada Emiten atau Perusahaan Publik. Dalam hal anggota Komite Audit memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkanya kepada pihak lain. 8) Tidak mempunyai: a. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal maupun vertikal dengan Komisaris, Direksi, atau Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik; dan atau b. Hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha Emiten atau Perusahaan Publik. Komite Audit bertugas untuk memberikan pendapat kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang disampaikan oleh direksi kepada Dewan Komisaris, mengidentifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian Komisaris, dan melaksanakan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan tugas Dewan Komisaris, antara lain meliputi: 1) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi, dan informasi keuangan lainya. 14

2) Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan perundangundangan di bidang Pasar Modal dan peraturan perundangundangan lainya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan. 3) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor internal 4) Melaporkan kepada Komisaris berbagai resiko yang dihadapi perusahaan dan pelaksanaan manajemen resiko oleh direksi. 5) Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada Komisaris atas pengaduan yang berkaitan dengan Emiten atau perusahaan public. 6) Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi perusahaan. Hubungan yang erat antara Komite Audit dengan Dewan Komisaris ini juga nampak dalam kewajiban pelaporan Komite Audit. Komite Audit bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris atas pelaksanaan tugas yang telah ditentukan dan wajib membuat laporan kepada Dewan Komisaris atas setiap penggunaan yang diberikan (BEJ, 2000). 2.1.4 Independensi Komite Audit Independensi komite audit dianggap sebagai karakteristik yang sangat penting untuk mempengaruhi efektivitas komite dalam mengelola proses pelaporan keuangan. Independensi komite audit dapat berfungsi aktif untuk mengontrol pelaporan keuangan (Baxter dan Cotter, 2009). Kinerja komite audit menjadi efektif jika para anggotanya memiliki kemandirian dalam menyatakan sikap dan pendapat. Untuk menjamin independensi, Bapepam (2004) menetapkan persyaratan bagi pihak-pihak yang menjadi anggota komite audit yaitu: 15

1) Bukan merupakan orang dalam Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan Hukum, atau pihak lain yang memberikan jasa audit, jasa non audit dan atau jasa konsultasi lain kepada emiten atau perusahaan publik yang bersangkutan dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat oleh komisaris. 2) Bukan merupakan orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin, atau mengendalikan kegiatan emiten atau perusahaan publik dalam waktu enam bulan terakhir sebelum diangkat oleh komisaris, kecuali komisaris independen. 3) Tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada emiten atau perusahaan publik. Dalam hal anggota komite audit memperoleh saham akibat suatu peristiwa hukum maka dalam jangka waktu paling lama enam bulan setelah diperolehnya saham tersebut wajib mengalihkan kepada pihak lain. 4) Tidak mempunyai: a. Hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horisontal maupun secara vertikal dengan komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik. b. Tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan emiten atau perusahaan publik. 16

2.1.5 Keanggotaan Komite Audit Keanggotaan komite audit diatur dalam surat keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/062000 dan Peraturan Bapepam no. IX.I.5: Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam No: Kep-29/PM/2004 yang diterbitkan pada 24 September 2004 bagian C yaitu anggota Komite Audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 (tiga) orang anggota. Namun, keanggotaan komite audit di Indonesia bermacam-macam. Jumlah anggota Komite Audit disesuaikan besar kecilnya dengan organisasi dan tanggung jawab. Biasanya tiga sampai lima anggota merupakan jumlah yang cukup ideal. Berdasarkan penelitian terdahulu, semakin banyak jumlah anggota komite audit dapat meningkatkan kualitas dari laporan keuangan dan mengurangi audit report lag, dengan semakin banyaknya jumlah anggota komite audit maka cenderung untuk memiliki kekuatan atau power yang lebih besar (Kalbers dan Fogarty,1993), menerima lebih banyak sumber daya (Hoitash dan Hoitash, 2007), serta berhubungan positif dengan kualitas pelaporan keuangan (Felo et al., 2003). 2.1.6 Rapat Komite Audit Komite audit dalam suatu perusahaan biasanya mengadakan pertemuan untuk rapat secara periodik dan dapat mengadakan rapat tambahan atau rapatrapat khusus bila diperlukan. Pertemuan secara periodik ini ditetapkan oleh komite audit sendiri dan dilakukan sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan rapat dewan komisaris yang ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan. Komite 17

audit biasanya perlu untuk mengadakan pertemuan tiga sampai empat kali dalam satu tahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya (FCGI, 2000). Komite audit juga dapat mengadakan pertemuan eksekutif dengan pihak-pihak luar keanggotaan komite audit yang diundang sesuai dengan keperluan atau secara periodik. Pihak-pihak luar tersebut antara lain komisaris, manajemen senior, kepala auditor internal dan kepala auditor eksternal. Hasil rapat komite audit dituangkan dalam risalah rapat yang ditandatangani oleh semua anggota komite audit. Pertemuan komite audit berfungsi sebagai media komunikasi formal anggota komite audit dalam mengawasi proses corporate governance, memastikan bahwa manajemen senior membudayakan corporate governance, memonitor bahwa perusahaan patuh pada code of conduct, mengerti semua pokok persoalan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja keuangan atau nonkeuangan perusahaan, memonitor bahwa perusahaan patuh pada tiap undangundang dan peraturan yang berlaku, dan mengharuskan auditor internal melaporkan secara tertulis hasil pemeriksaan corporate governance dan temuan lainnya (Anggarini, 2010). 2.1.7 Pengalaman Kerja Komite Audit di Kantor Akuntan Publik Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran yang membawa seorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Asih (2006) menyimpulkan bahwa seorang karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal diantaranya: 1) mendeteksi kesalahan, 18

2) memahami kesalahan, dan 3) mencari penyebab munculnya kesalahan. Dengan kata lain, pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Sebagai komite audit, tuntutan untuk memiliki keahlian di bidang akuntansi akan didukung dengan baik jika anggota komite audit memiliki pengalaman bekerja di Kantor Akuntan Publik. Pengalaman auditing yang didapat dari Kantor KAP akan menambah keahlian komite audit sehingga dapat berperan secara aktif dalam menghasilkan laporan keuangan yang memiliki informasi yang berkualitas, relevan dalam pengambilan keputusan dan tentu dapat dilaporkan tepat pada waktunya. 2.2 Penelitian Sebelumnya 1) Andrew James Felo, Krishnamurthy, dan Solieri (2003) menguji Karakteristik Komite Audit yang diproksikan menjadi keahlian dan independensi serta ukuran Komite Audit dan hubungannya dengan kualitas pelaporan keuangan. Hasilnya, Dengan mengontrol ukuran perusahaan, komposisi dewan, ukuran dalam komitmen manajemen mengenai transparansi (dilihat dari ada atau tidaknya pedoman etika yang tertulis) dan kepemilikan institusional, penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara presentasi anggota komite audit yang memiliki keahlian di bidang akuntansi dengan kualitas pelaporan keuangan. Penelitian ini juga menemukan beberapa bukti hubungan positif antara ukuran komite audit dengan kualitas pelaporan keuangan. Namun, 19

independensi komite audit tidak berhubungan dengan kualitas pelaporan keuangan. 2) Atiek Sri Purwati (2006) meneliti pengaruh Komite Audit yang diproksikan dengan ukuran keanggotaan komite audit, independensi komite audit, proporsi komisaris independen, ketua komite audit (komisaris independen), dan kompetensi komite audit terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. Dari persamaan logistic regression dihasilkan bahwa ketepatan waktu pelaporan keuangan secara positif dipengaruhi oleh kompetensi komite audit. Sedangkan ukuran keanggotaan komite audit, independensi komite audit, ketua komite audit (komisaris independen), dan proporsi komisaris independen tidak berpengaruh. 3) Tifani Vota Anggarini (2010) meneliti pengaruh karakteristik komite audit terhadap financial distress. Karakteristik Komite Audit yang digunakan dalam penelitian ini adalah ukuran komite audit, independensi komite audit, frekuensi pertemuan komite audit dan kompetensi anggota komite audit serta ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol terhadap financial distress. Hasilnya hanya Kompetensi Komite Audit berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kesulitan keuangan. Variabel lainnya tidak meneghasilkan pengaruh yang signifikan terhadap financial distress. 4) Jaime Schmidt dan Mike Wilkins (2011) meneliti hubungan kualitas auditor dan kompetensi audit komite terhadap ketepatan waktu penyajian kembali laporan keuangan. Kompetensi Komite Audit diproksikan dengan 20

proporsi anggota yang memiliki keahlian akuntansi, anggota Komite Audit dan proporsi anggota yang memiliki keahlian akuntansi keuangan. Hasilnya, Seluruh variabel dalam penelitian ini memiliki hubungan signifikan negatif terhadap ketepatan waktu penyajian kembali laporan keuangan. 5) Maulinda, B.H. dan Cahyaningsih (2012). Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan dari kepemilikan institusional dan kualitas audit independen pada timeliness pelaporan keuangan. Secara simultan kepemilikan institusional dan kualitas audit independen tidak signifikan berpengaruh terhadap timeliness laporan keuangan. Secara parsial, variabel kepemilikan institusional dan kualitas audit independen tidak berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu 6) Jeffry Winarto Yaputro dan Felizia Arni Rudiawarni (2012), meneliti hubungan antara Komite Audit dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan. Komite Audit dilihat dari empat dimensi yaitu composition (independensi dan keahlian anggota Komite Audit), authority (pedoman komite audit), resources (ukuran Komite Audit) dan diligence (frekuensi rapat Komite Audit dan publikasi laporan Komite Audit). Hasilnya, Seluruh variabel independen berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan. 21

2.3 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yaputro dan Rudiawarni di tahun 2012, dimana persamaan terletak pada variabel dependen timeliness pelaporan keuangan dan variabel independen yaitu independensi, ukuran, dan frekuensi rapat komite audit. Perbedaannya, selain tiga variabel yang sudah disebutkan, dalam penelitian ini menambahkan pengalaman kerja di KAP komite audit sebagai variabel independen dan menambahkan ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan publik, debt to equity, dan jenis industri sebagai variabel kontrol. 2.4 Rumusan Hipotesis 2.4.1 Hubungan Independensi Komite Audit Terhadap Timeliness Pelaporan Keuangan Perusahaan Komite audit harus memiliki jumlah anggota sekurang-kurangnya tidak kurang dari tiga orang yang diketuai satu orang komisaris independen dan dua orang dari luar perusahaan yang independen terhadap perusahaan (Bapepam, 2004). Independen berarti tidak memiliki hubungan khusus dengan perusahaan. Ketika Komite Audit memiliki independensi tinggi, maka mereka akan bekerja dengan lebih efektif dan berperan aktif dalam menjaga kualitas pelaporan keuangan sehingga laporan keuangan dapat dipublikasikan tepat pada waktunya. Penelitian sebelumnya menemukan hasil empiris yang mengungkapkan bahwa independensi komite audit meningkatkan kualitas dari laporan keuangan. Hashim dan Rahman (2011) menemukan adanya pengaruh antara independensi Komite Audit terhadap audit report lag. Sedangkan dalam penelitian Purwati 22

(2006) independensi Komite Audit berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan perusahaan. Sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Independensi Komite Audit Berpengaruh Terhadap Timeliness Pelaporan Keuangan Perusahaan 2.4.2 Hubungan Jumlah Keanggotaan Komite Audit Terhadap Timeliness Pelaporan Keuangan Perusahaan Bapepam (2004) mensyaratkan jumlah anggota komite audit minimal terdiri dari tiga orang, yang diketuai satu orang komisaris independen dan dua orang dari luar perusahaan yang independen terhadap perusahaan. Masalah keuangan yang muncul dalam proses pembuatan laporan keuangan akan lebih cepat terselesaikan dengan adanya keanggotaan komite audit yang lebih besar. Semakin banyaknya jumlah anggota komite audit maka cenderung untuk memiliki kekuatan atau power yang lebih besar dalam pembuatan keputusan mengenai tata kelola perusahaan (Kalbers dan Fogarty, 1993), menerima lebih banyak sumber daya (Hoitash dan Hoitash, 2007), serta mampu meningkatkan kualitas pelaporan keuangan (Felo et al., 2003). Nor, et al (2010) dan Wijaya dan Rahardja (2012) menyatakan bahwa jumlah anggota komite audit berpengaruh terhadap audit report lag. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Purwati (2006) menemukan bahwa jumlah anggota komite audit berpengaruh terhadap ketepatwaktuan pelaporan keuangan perusahaan. Sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: 23

H2: Jumlah keanggotaan Komite Audit Berpengaruh Terhadap Timeliness Pelaporan Keuangan Perusahaan. 2.4.3 Hubungan Frekuensi Rapat Komite Audit Terhadap Timeliness Pelaporan Keuangan Perusahaan Bapepam (2004) mensyaratkan komite audit melakukan pertemuan sekurang-kurangnya sama dengan ketentuan rapat dewan komisaris yang ditentukan dalam anggaran dasar perusahaan. Komite audit biasanya perlu untuk mengadakan pertemuan tiga sampai empat kali dalam satu tahun untuk melaksanakan kewajiban dan tanggungjawabnya (FCGI, 2000). Rapat Komite Audit merupakan tempat untuk pihak manajemen dan komite audit untuk berdiskusi mengenai pengelolaan laporan keuangan dan melakukan pengawasan dalam pelaporannya. Apabila rapat sering dilakukan dilakukan, maka komite audit dapat mengawasi pengelolaan laporan keuangan, tetapi jika frekuensi rapat rendah, masalah yang muncul selama pengelolaan laporan keuangan tidak dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Nor, et al. (2010) menyatakan bahwa pertemuan komite audit berpengaruh terhadap audit report lag. Yaputro dan Rudiawardani (2012) menemukan efektivitas komite audit yang salah satunya diukur dengan proksi rapat komite audit mampu mempengaruhi timeliness pelaporan keuangan. Sehingga untuk menguji hal tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Frekuensi Rapat Komite Audit Berpengaruh Terhadap Timeliness Pelaporan Keuangan Perusahaan 24

2.4.4 Hubungan Pengalaman Kerja Anggota Komite Audit di Kantor Akuntan Publik (KAP) Terhadap Timeliness Pelaporan Keuangan Perusahaan Menurut Zhang et al (2007), anggota komite audit memiliki peran penting untuk memantau pengendalian internal dan untuk memahami berbagai masalah keuangan dan operasional yang dapat timbul Selain itu, telah ditunjukkan bahwa komite audit yang memiliki ahli keuangan juga memiliki interaksi yang lebih besar dengan auditor internal mereka (Raghunandan et al. 2001). Anggota komite audit dengan pengetahuan pelaporan keuangan akan lebih memahami penilaian dari auditor internal dan dapat membantu auditor dalam situasi konflik dengan manajemen (Dezoort dan Salterio 2001). Komite Audit yang pernah bekerja di Kantor Akuntan Publik akan memperkuat keahliannya, terutama dalam hal audit. Hal ini juga penting bagi kelangsungan pengelolaan laporan keuangan perusahaan, karena komite audit dapat memberikan kontribusinya sehingga pelaporan keuangan lebih tepat waktu. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4: Pengalaman Kerja Anggota Komite Audit di KAP Berpengaruh Terhadap Timeliness Pelaporan Keuangan Perusahaan 25