Dengan efisiensi penggunaan energi melalui desain pasif dan optimalisasi energi terbarukan melalui pemanfaatan tenaga surya. BAB 6 EVALUASI DESAIN

dokumen-dokumen yang mirip
Dengan efisiensi penggunaan energi melalui desain pasif dan optimalisasi energi terbarukan melalui pemanfaatan tenaga surya. BAB 4 RANCANGAN SKEMATIK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis terhadap hasil survey lapangan, running eksisting dan

BAB V KONSEP PERANCANGAN

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

BAB VI HASIL RANCANGAN. terdapat pada Bab IV dan Bab V yaitu, manusia sebagai pelaku, Stadion Raya

BAB IV : KONSEP. Adapun prinsip-prinsip pendekatan arsitektur hijau adalah sebagai berikut:

mempunyai sirkulasi penghuninya yang berputar-putar dan penghuni bangunan mempunyai arahan secara visual dalam perjalanannya dalam mencapai unit-unit

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Berdasarkan dari tema yang di angkat yaitu Green Architecture maka

DAFTAR ISI. PROYEK AKHIR SARJANA... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xiii PENDAHULUAN Data Ukuran Lahan...

BAB V KONSEP. V.1.1. Tata Ruang Luar dan Zoning Bangunan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

Kata!kunci:!pendidikan!pariwisata,!cahaya!alami,!penghawaan!alami,!panel!surya!

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN AREA PENDIDIKAN R. PUBLIK. Gambar 3.0. Zoning Bangunan Sumber: Analisa Penulis

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kawasan Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta Sumber:

APARTEMEN HEMAT ENERGI DAN MENCIPTAKAN INTERAKSI SOSIAL DI YOGYAKARTA DAFTAR ISI.

DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Grafik Daftar Tabel

Analisis standar dan prosedur pengukuran intensitas cahaya pada gedung

BAB V KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN

GEDUNG PAMERAN SENI RUPA

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

BAB VI PENUTUP. 1. Kondisi kenyamanan thermal hasil simulasi eksisting: Kondisi eksisting penggal 1,2,3 titik terendah dan tertinggi pagi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep hemat energi. yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Konsep ini merupakan

BAB IV KONSEP DAN RANCANGAN SKEMATIK. Gambar4.1 :Rancangan skematik Siteplan

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

5.1.1 Perubahan pada denah Perubahan pada struktur dan penutup atap D Interior dan exterior ruangan

KATA PENGANTAR. Surakarta, Desember Penulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III ELABORASI TEMA

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK

BAB IV: KONSEP Konsep Dasar WARNA HEALING ENVIRONMENT. lingkungan yang. mampu menyembuhkan. Gambar 4. 1 Konsep Dasar

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP DESAIN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT PENGOMPOSAN SAMPAH

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Kondisi eksisting bangunan lama Pasar Tanjung, sudah banyak mengalami. kerusakan. Tatanan ruang pada pasar juga kurang tertata rapi dan tidak teratur

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan saat ini sudah sangat menghawatirkan dengan berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA BERTINGKAT TINGGI

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB I PENDAHULUAN Urban Heat Island Sebagai Dampak Dari Pembangunan Perkotaan

STASIUN INTERCHANGE MASS RAPID TRANSIT BLOK M DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI JAKARTA

BAGIAN 4 DISKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL PERANCANGAN. digunakan adalah menggabungkan dari aspek-aspek mendasar seperti tema,

BAB VI HASIL RANCANGAN. mengacu pada tema dasar yaitu high-tech architecture, dengan tujuh prinsip tema

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB VI HASIL PERANCANGAN

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN. a. Aksesibilitas d. View g. Vegetasi

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

REDESAIN RUMAH SAKIT ISLAM MADINAH TULUNGAGUNG TA-115

DAFTAR ISI. Halaman Judul Halaman Pengesahan Kata Pengantar Halaman Persembahan Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Bagan Daftar Tabel Abstraksi

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HABITAT SOSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BEAUTY CLINIC DAN WELLNESS CENTER. Penggabungan 2 fungsi dalam 1 bangunan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERENCANAAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

Gambar 3.1Analisis Sirkulasi

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

LP3A REDESAIN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL TIPE B BAB V KONSEP DAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL BUS BAHUREKSO KENDAL

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V DESKRIPSI HASIL RANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa PT. PLN pada umumnya dan khususnya PT.PLN PERSERO yaitu

4 BAB IV KONSEP PERANCANGAN

ASRAMA MAHASISWA UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YANG UNGGUL, INKLUSIF, DAN HUMANIS

PUSAT REHABILITASI STROKE di YOGYAKARTA

DAFTAR ISI. i ii iii iv v vi

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP. perencanaan Rumah Susun Sederhana di Jakarta Barat ini adalah. Konsep Fungsional Rusun terdiri dari : unit hunian dan unit penunjang.

BAB V PENDEKATAN & KONSEP. Pendekatan konsep didasarkan kepada karakteristik baik gua maupun kondisi lingkungan kawasan karst.

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh

BAB V PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN REST AREA TOL SEMARANG BATANG. Tabel 5.1. Besaran Program Ruang

Gambar 6.1 Alternatif Gambar 6.2 Batara Baruna. 128 Gambar 6.3 Alternatif Gambar 6.4 Alternatif Gambar 6.

BAB I PENDAHULUAN. prinsip-prinsip efektifitas dan efisiensi. Kebutuhan tenaga listrik di suatu wilayah

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 6 EVALUASI DESAIN Berdasarkan hasil evaluasi desain yang telah dilaksanakan, masih terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan bangunan stasiun MRT. Hal-hal tersebut meliputi, yang pertama adalah perhitungan jumlah luasan bukaan bangunan stasiun MRT. Kedua, mengenai penataan material lunak lansekap (vegetasi) di dalam ruang publik. Ketiga, sambungan intalasi utilitas bangunan (jaringan PLN) untuk mem-backup sistem yang ada. Dan yang ke-empat, evaluasi menggunakan software ecotect mengenai kodisi ruang dalam bangunan stasiun MRT. 6.1 Hitungan Bukaan Dalam Bangunan Gambar 6.0 Bukaan Bangunan Stasiun MRT Pada bab sebelumnya (Bab3) telah dijelaskan mengenai jumlah luasan bukaan yang harus disediakan dalam perancangan stasiun MRT. 202

Untuk memenuhi kebutuhan penghawaan alami guna kepentingan 27,000 jiwa membutuhkan bukaan luasan minimal sebesar 224.910 m 2. Sehingga dapat merancang fasad bangunan yang mampu memasukan udara sebesar 2.249,10 m 3 kedalam bangunan sebagai konsepsi perancangan yang menggunakan penghawaan pasif. Dalam perancangan stasiun MRT memiliki 2 (dua) bukaan, yaitu bukaan A dan bukaan B. Untuk menghitung volume bukaan tersebut perlu adanya informasi terkait dimensi masing-masing bukaan. Bukaan tipe A diketahui bahwa p:53.000mm, l:400mm, dan t:100mm. Pada bukaan B diketahui bahwa dimensi p :100.000mm, l:400mm dan t:100mm. Perhitungan : Bukaan A Volume :p.l.t :53.000mm.400mm.100mm :2.120.000mm 3 Total : v.8 : 21.120.000mm.8 : 16.960.000mm 3 = 1.696 m 3 Perhitungan : Bukaan B Volume :p.l.t :100.000mm.400mm.100mm :4.000.000mm 3 Total : v.16 : 4.000.000mm.16 : 64.000.000mm 3 = 6.400m 3 203

Jumlah total : A + B : 1.696 m 3 + 6.400m 3 : 8.096m 3 Gambar 6.1 Potongan Skematik Bukaan Tipe A Berdasarkan perhitungan diatas, maka jumlah luasan bukaan yang harus disediakan telah memenuhi perhitungan yang direncanakan. Sehingga luasan bukaan dalam bangunan telah dapat memenuhi kriteria ketersediaan bukaan mencapai 8.096m 3 untuk memasukkan udara dalam bangunan. 204

6.2 Konsep Penataan Lansekap, Vegetasi (ruang publik) Gambar 6.2 RTH Bangunan Stasiun MRT Terkait ketersediaannya ruang publik pada area ruang terbuka hijau, harus dipersiapkan sekurangnya 20% dari luasan site terencana. Pada bab 3(tiga) telah disebutkan bahwa pada perancangan stasiun MRT sebesar 2.700 m 2. Dalam Site perancangan Penjumlahan : Total luasan RTH : 793,60m 2 + 1.332m 2 + 55,08m 2 + 916,10m 2 : 3.096,6m 2 Setelah dilakukan penghitungan luasan RTH dalam site, didapatkan luasan RTH mencapai 3.096,6m 2 dan telah melebihi luasan RTH yang dipersyaratkan. 205

Gambar 6.3 Skala Vegetasi Ruang Publik Berdasarkan hasil evaluasi, desaini stasiun MRT memiliki kekeurangandan perlu adanya penambahan konsep ruang publik yang lebih eksplisit. Yaitu mengenai skala vegetasi yang ditanam, jarak antar vegetasi, dan jenis tanaman atau vegetasi. Terkait skala vegetasi, sehubungan dengan skala keruangan intim dalam ruang publik maka ketinggian maksimal vegetasi mencapai 4-5 meter. Untuk dapat menciptakan suasana intim dalam proses bersosial antar pengguna stasiun MRT dan masyarakat sekitar site pereancangan. Gambar 6.4 Penataan Vegetasi Ruang Publik 206

Gambar 6.5 Jarak Antar Vegetasi Pada waktu evaluasi, diketahui bahwa perencanaan ruang publik belum terlihat secara maksimal. Sehingga perlu penambahan terkait jarak antar vegetasi dan jenis pemilihan tanaman pada lansekap ruang publik stasiun MRT. Untuk jarak antar vegetasi (gambar 6.5) memiliki jarak antar tanaman antara 2000mm sampai 3500mm maksimal. Sehingga antar bangku pada ruang publik akan didapati 4-6 tanaman untuk membentuk suasana ruang. Untuk jenis pemilihan tanaman, pada perancangan ruang publik stasiun MRT memilih tanaman dengan jenis daun yang rimbun dan berdimensi cukup besar. Yaitu dari jenis tanaman kanthil, tanaman jenis ini nenuliki diameter daun cukup lebar dan besar sehingga akan memudahkan dari segi perawatan (low maintence). 207

6.3 Koneksi Jaringan PLN (energi) Gambar 6.6 Koneksi dengan Jaraingan PLN Meskipun perancangan stasiun MRT, 100% (seratus persen) menggunakan tenaga matahari yang artinya seluruh energi bangunan menggunakan energi listrik dari sel photovoltaic bukan berarti tidak perlu hubungan atau koneksi jari jaringan penyediaa listrik yang sudah ada (PLN). Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu ditambahkan koneksi jaringan instalasi listrik ke perancangan stasiun MRT yang terhubung dengan trafo PLN. Trafo PLN terletak di sisi utara bangunan area workshop, sehingga akan lebih mudah apabila menepatkan trafo PLN didekatkan pada trafo eksisting tersebut. 208

6.4 Evaluasi menggunakan Software Ecotect (desain pasif) Gambar 6.7 Pengujian Pencahayaan Alami (Sumber : software ecotect dibuat oleh penulis, maret 2016) 209

Gambar 6.8 Pengujian Nyaman Termal (Sumber : software ecotect dibuat oleh penulis, maret 2016) Setelah dilakukan pengujian menggunakan software ecotect, dapat diperoleh data akurat mengenai pencahayaan alami (gambar 6.7). Untuk perancangan 210

stasiun MRT mendapatkan pencahayaan alami sebesar 60-75%. Cahaya alami tersebut masuk melalui kisi-kisi bangunan, yang telah dirancang melalui pantulan. Sehingga cahaya yang masuk tidak berupa cahaya langsung namun merupakan cahaya pantul dari kisi-kisi tersebut. Mengenai nyaman termal, didapatkan data bahwa keadaan kondisi dalam bangunan memiliki temperatur 18-22 0. Yang dimana sudah memiliki keadaan nyaman termal bangunan yang dipersyaratkan. 211