BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa berat yang ditemukan secara luas di seluruh dunia, dan memiliki kisaran prevalensi antara 0,5 1%. Skizofrenia termasuk salah satu kelompok penyakit nonfatal dengan sifat gangguan berlangsung kronis dengan simtom paling sedikit selama enam bulan. Dalam perjalanan penyakitnya yang kronis, pasien skizofrenia mungkin berada pada fase akut, stabil dan rumatan (Kusumawardhani, et al., 2015). Pasien skizofrenia pada fase akut ditandai dengan gejala psikotik yang dominan dan disertai perilaku yang berpotensi bahaya bagi diri maupun orang lain sehingga memerlukan perawatan segera di rumah sakit. Pada fase stabil gejala akut sudah terkendali dan pasien boleh pulang dari perawatan di rumah sakit. Resiko kekambuhan sangat tinggi pada fase ini terutama bila obat diminum tidak teratur atau dihentikan atau bila penderita terpapar stresor. Sedangkan pada fase rumatan, pasien dalam keadaan remisi. Terapi pada fase ini ditujukan untuk mencegah kekambuhan, mencegah perilaku yang merugikan serta meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan sosial (Kusumawardhani, et al., 2015). Menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof.Dr.Soerojo Magelang pada tahun 1978 ditetapkan oleh Pemerintah sebagai RSJ Pusat kelas A dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 135/Menkes/SK/IV/1978. Sebagai unit pelaksana teknis dari Departemen Kesehatan RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan kesehatan, pencegahan gangguan jiwa, pemulihan dan rehabilitasi dibidang kesehatan jiwa. Tahun 2009 RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang membuka pelayanan non jiwa. Hal ini berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik 1
2 Departemen Kesehatan RI Nomor HK.03.05/I/441/09 tentang ijin melaksanakan pelayanan kesehatan umum atau non jiwa di RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang. Namun demikian, RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang tetap menjalankan kegiatan utama dalam bidang pelayanan kesehatan jiwa. Kondisi RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang saat ini mempunyai luas tanah 409.450 m2, luas bangunan 27.724 m2 dan kapasitas total 580 tempat tidur. Di RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang memiliki sumber daya manusia sebanyak 940 orang yang terdiri dari tenaga medis 48 orang, tenaga keperawatan 459 orang, kefarmasian 25 orang, kesehatan masyarakat 21 orang, petugas gizi 9 orang, keterapian fisik 9 orang, keteknisian medis 35 orang, dan non kesehatan 334 orang. Adapun tenaga medis berupa tenaga ahli terdiri dari dokter spesialis jiwa, dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis obstetrik dan ginekologi, dokter spesialis bedah, dokter spesialis saraf, dokter spesialis kulit kelamin, dokter spesialis patologi klinik, dokter spesialis radiologi, dokter spesialis anestesi, dokter spesialis orthodontia, dokter umum, dokter gigi dan psikolog. Kinerja pelayanan kesehatan tahun 2016 di RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang baik jiwa maupun non jiwa dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kinerja Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Non Jiwa di RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang Tahun 2016 Nama pelayanan Jumlah Kunjungan rawat jalan 78.419 pasien Kunjungan rawat inap 3.919 pasien BOR (bed occupancy rate)/angka penggunaan tempat tidur 54,8 % LOS (length of stay)/lama hari perawatan 12,9 hari BTO (bed turn over)/frekuensi pemakaian tempat tidur 15,5 kali TOI (turn over internal)/interval penggunaan tempat tidur 10,6 hari (Sumber: RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang) Dari hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 di Indonesia prevalensi gangguan jiwa berat skizofrenia adalah 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat terbanyak terdapat di Propinsi DI Yogyakarta dan Aceh (2,7 per mil), Sulawesi Selatan (2,6 per mil), serta Bali dan Jawa Tengah (2,3 per mil) (Kementerian Kesehatan RI, 2013a).
3 Skizofenia berdasarkan data rekam medis di unit rawat inap RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang merupakan penyakit gangguan jiwa terbanyak dibanding jenis penyakit jiwa lainnya. Data 10 (sepuluh) besar kasus penyakit psikiatri rawat inap di RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sepuluh Besar Pasien Psikiatri yang di Rawat Inap di RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang Tahun 2015 No. Kode ICD Diagnosa Jumlah Kasus 1 F20.0 Schizophrenia-Paranoid schizophrenia 1084 2 F20.3 Schizophrenia-Undifferentiated schizophrenia 889 3 F25.0 Schizoaffective disorders-schizoaffective disorder, 226 manic type 4 F20.2 Schizophrenia-Catatonic schizophrenia 221 5 F20.5 Schizophrenia-Residual schizophrenia 161 6 F25.1 Schizoaffective disorders-schizoaffective disorder, 136 depressive type 7 F32.3 Depressive episode-severe depressive episode with psychotic symptoms 120 8 F23.2 Acute and transient psychotic disorders-acute 96 schizophrenia-like psychotic disorder 9 F06.8 Other mental disorders due to brain damage and 74 dysfunction and to physical disease-other specified mental disorders due to brain damage and dysfunction and to physical disease 10 F31.2 Bipolar affective disorder-current episode manic with psychotic symptoms 61 (Sumber: RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang) RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang telah memiliki Standar Pelayanan Medis (SPM) RS sebagai pedoman dalam pengobatan yang diberikan di rumah sakit yaitu berupa panduan praktik klinis (PPK). PPK ini digunakan sebagai bahan dalam penegakan diagnosa dan pemberian terapi pengobatan pasien di RSJ melalui peresepan oleh dokter penulis resep. Peresepan yang baik harus menganut pola peresepan yang rasional yaitu dibutuhkan tepat indikasi, pemilihan obat yang tepat, dalam dosis yang tepat, waktu pemberian yang cukup, tepat pelayanan dan ditaati oleh pasien. Penulisan resep
4 dipengaruhi oleh ketersediaan obat, pasien dan masyarakat, penyedia pelayanan dan penulis resep (Management Sciences for Health, 2012). Salah satu faktor yang mempengaruhi penulisan resep adalah ketersediaan obat di rumah sakit sehingga rumah sakit perlu mengelola obat dengan baik dengan tujuan untuk menjamin ketersediaan obat yang diperlukan dalam jumlah yang cukup dan mutu terjamin. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) merupakan unit yang mengadakan barang farmasi, mengelola dan mendistribusikannya kepada pasien. Sebagai langkah awal dalam pengelolaan obat yang baik, dibentuk komite medik dan panitia farmasi dan terapi (PFT). Salah satu tugas pokok dari komite medik adalah menyusun pedoman diagnosis dan terapi yaitu standar pelayanan medis (SPM) sedangkan salah satu tugas dari panitia farmasi dan terapi adalah menyusun formularium obat di rumah sakit. SPM dan formularium RS sebagai standar dan acuan dalam proses seleksi dan perencanaan obat di RS sehingga menjamin dalam ketersediaan obat dan memberikan pelayanan kesehatan yang optimal serta mendukung penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat dikatakan rasional apabila pasien menerima pengobatan sesuai secara klinis yang diperlukan, dalam dosis sesuai dengan kebutuhan, selama waktu yang adekuat dan biaya yang terjangkau oleh pasien dan masyarakat. Penggunaan obat yang rasional dapat diidentifikasi salah satunya dengan menilai peresepan (MSH, 2012). Pada tahun 1993, WHO telah menerbitkan pedoman yang dapat digunakan untuk mengevaluasi penggunaan obat di fasilitas kesehatan. Dalam pedoman ini berisi indikator utama dan pelengkap. Indikator-indikator ini dapat digunakan untuk menilai kerasionalan penggunaan obat dengan salah satu cara mengidentifikasinya dengan penilaian peresepan pada indikator peresepan. Peresepan pasien skizofrenia di unit rawat inap Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof.Dr.Soerojo Magelang selama ini belum pernah dievaluasi dengan menggunakan indikator WHO, 1993 yaitu pada indikator peresepan dan evaluasi kesesuaian peresepan terhadap SPM atau Panduan Praktik Klinik (PPK) RSJ tahun 2016. Penilaian peresepan ini penting dilakukan dengan menggunakan indikator penggunaan obat menurut WHO, 1993 yakni pada indikator pelengkap dengan mengevaluasi kesesuaian peresepan dengan SPM atau PPK RSJ karena RSJ telah
5 memiliki standar pedoman pengobatan yang jelas. Dengan permasalahan tersebut perlu diteliti tentang kesesuaian peresepan pasien skizofrenia dengan standar pelayanan medis di unit rawat inap RSJ.Prof.Dr.Soerojo Magelang. B. Perumusan Masalah Dari latar belakang dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana kesesuaian peresepan pasien skizofrenia dengan standar pelayanan medis di unit rawat inap RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian peresepan pasien skizofrenia dengan standar pelayanan medis di unit rawat inap RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui kerasionalan peresepan obat pasien skizofrenia berdasarkan indikator peresepan WHO, (1993) di unit rawat inap RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang b. Untuk mengetahui besar kesesuaian peresepan obat pasien skizofrenia dengan standar pelayanan medis di unit rawat inap RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang. c. Untuk mengetahui penerapan standar pelayanan medis di RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang. d. Untuk mengetahui ketersediaan obat pasien skizofrenia di Instalasi Farmasi RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat dalam memberikan informasi tentang kesesuaian peresepan dengan standar pelayanan medis sehingga mutu pelayanan kesehatan terhadap pasien dapat meningkat dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
6 2. Manfaat Praktis a. Bagi RSJ Prof Dr Soerojo Magelang sebagai bahan informasi dan evaluasi terhadap peresepan yang sesuai dengan SPM RS sehingga meningkatkan keberhasilan terapi pasien skizofrenia dengan optimal. b. Bagi penulis sebagai pengetahuan tentang peresepan pasien skizofrenia yang sesuai dengan SPM RS beserta penerapan SPM di RS. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang kesesuaian peresepan pasien skizofrenia dengan standar pelayanan medis di unit rawat inap RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang menggunakan indikator dari WHO, 1993 sepengetahuan peneliti belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya. Beberapa penelitian sebelumnya yang hampir sama antara lain: 1. Fitriah, (2012) penelitian tentang evaluasi kerasionalan penggunaan obat dengan standar pelayanan medis sebagai pengendali pada beberapa penyakit pasien rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerasionalan penggunaan obat dengan SPM sebagai pengendali pada beberapa penyakit pasien rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul RSUD Panembahan Senopati Bantul. 2. Farpina, (2015) penelitian tentang evaluasi pola penggunaan obat dan biaya pengobatan diabetes melitus tipe 2 pada peserta asuransi kesehatan sosial (askessos) di unit rawat jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan obat dan biaya pengobatan DM pada peserta Askes di RSUD Panembahan Senopati Bantul. 3. Prasetyaningrum (2016) penelitian tentang evaluasi pola penggunaan obat pada penderita skizofrenia di RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang dan RSJD Dr.Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah Periode Januari-Juni 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kesesuaian pola penggunaan obat yang diberikan pada pasien skizofrenia di RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang dan RSJD Dr.Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah Periode Januari-Juni 2015 dengan American Psychiatric Association tahun 2010 dan Standar
7 Pelayanan Medik Rumah Sakit berdasarkan parameter tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, dan tepat dosis pemberian obat. 4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian peresepan pasien skizofrenia dengan standar pelayanan medis di unit rawat inap RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang dengan menggunakan indikator dari WHO, 1993, dengan jenis penelitian deskriptif rancangan studi kasus mengambil data kuantitatif secara retrospektif dan data kualitatif dengan wawancara mendalam dengan responden. Adapun persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan 1. Fitriah, 2012 Evaluasi kerasionalan penggunaan obat dengan standar pelayanan medis sebagai pengendali pada beberapa penyakit pasien rawat jalan di RSUD Panembahan Senopati Bantul Jenis penelitian deskriptif dengan rancangan studi kasus, jenis data kuantitatif dan kualitatif serta evaluasi menggunakan indikator penggunaan obat WHO, Lokasi, waktu, dan evaluasi menggunakan beberapa jenis penyakit. 2. Farpina, 2015 Evaluasi pola penggunaan obat dan biaya pengobatan diabetes melitus tipe 2 pada peserta asuransi kesehatan sosial (askessos) di unit rawat jalan RSUD Panembahan Senopati Bantul 1993 Jenis penelitian deskriptif dengan rancangan studi kasus, jenis data kuantitatif dan kualitatif serta evaluasi menggunakan indikator penggunaan obat WHO, 1993 Lokasi, waktu, dan evaluasi pada pengobatan diabetes mellitus tipe 2.
8 No. Peneliti Judul Persamaan Perbedaan 3. Prasetya ningrum, 2016 Evaluasi pola penggunaan obat pada penderita skizofrenia di RSJ Prof.Dr.Soerojo Magelang dan RSJD Dr.Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah Periode Januari-Juni 2015 Penelitian dengan observasi retrospektif untuk mengetahui pola penggunaan obat dalam peresepan Waktu penelitian, jenis data kuantitatif dan membandingkan pola peresepan dengan SPM RS ditinjau dari aspek tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien dan tepat dosis.