BAB II TINJAUAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
salah satunya disebabkan oleh pengetahuan yang kurang tepat tentang pola makan yang menyebabkan terjadinya penumpukan asam urat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Zat yang secara normal dihasilkan tubuh yang merupakan sisa pembakaran protein atau penghancuran sel-sel tubuh yang sudah tua.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CREATED BY: WINDA DARPIANUR, SKep

DIET RENDAH PURIN untuk penderita asam urat. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asam urat merupakan sebutan orang awan untuk rematik pirai (gout

Pengetahuan Gizi Tentang Asam Urat

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) OSTEOARTHRITIS

Pengetahuan Dasar Gizi Cica Yulia, S.Pd, M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gout (penyakit akibat pengendapan kristal Mono Sodium Urat/MSU)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1/1/2002. Masalah Lansia (terkait fungsi pencernaan) Lansia & Obat. Gizi seimbang POLA HIDUP SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami. penurunan akibat proses degeneratif (penuaan) sehingga

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Hal ini disebabkan oleh. dan gaya hidup ( Price & Wilson, 1992).

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Pemeliharaan Kesehatan terhadap Penyakit

DISLIPIDEM IA. Gangguan Metabolisme Lemak (Kolesterol, Trigliserid)

2. Pembuangan Asam Urat Berkurang

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada tubuh dapat menimbulkan penyakit yang dikenal dengan. retina mata, ginjal, jantung, serta persendian (Shetty et al., 2011).

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

APA ITU REMATIK...??? Rematik adalah penyakit peradangan. pada sendi yang bersifat menahun. atau kronis yang menyebabkan. perubahan dari bentuk sendi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung purin juga bisa menghasilkan asam urat. Oleh karena itulah

HUBUNGAN OBESITAS DENGAN KADAR ASAM URAT DARAH DI DUSUN PILANGGADUNG KECAMATAN TIKUNG KABUPATEN LAMONGAN

dalam tubuh dapat mempengaruhi kadar asam urat dalam darah. Makanan yang mengandung zat purin yang tinggi akan diubah menjadi asam urat. b. Seseorang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

Mitos dan Fakta Kolesterol

BAB I PENDAHULUAN. dan biokimia pada jaringan atau organ yang dapat mempengaruhi keadaan

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID

DIET PASIEN HEMODIALISA (CUCI DARAH)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem Kesehatan Nasional Indonesia (2011) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

PERENCANAAN DIET UNTUK PENDERITA DIABETES MELLITUS

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. jantung koroner (untuk pembuluh darah jantung) dan hipertrofi/left ventricle

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PASIEN GOUT DI DESA KEDUNGWINONG SUKOLILO PATI

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Asam urat telah diidentifikasi lebih dari dua abad yang lalu, namun

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia populasi lanjut usia juga mengalami peningkatan (Tanaya, 1997).

BAH III RINGKASAN. Epidemiologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperurisemia adalah peningkatan kadar asam urat dalam darah. Untuk lakilaki,

MENU BERAGAM BERGIZI DAN BERIMBANG UNTUK HIDUP SEHAT. Nur Indrawaty Liputo. Bagian Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

POLA MAKAN DAN MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DIET PATTERN AND GOUT MANIFESTATION TO ELDERLY

Tanaman yang lazim digunakan sebagai obat tradisional dalam pengobatan asam urat adalah sambiloto, kumis kucing, sembung, dan brotowali.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

penyempitan pembuluh darah, rematik, hipertensi, jantung koroner, dan batu ginjal (Henry, 2001; Martindale, 2005). Asam urat dihasilkan dari pecahnya

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan kualitas

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

BAB I PENDAHULUAN. dari orang ke orang. PTM mempunyai durasi yang panjang, umumnya

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin

DEFISIENSI ZAT GIZI SITI SULASTRI SST

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

LAMPIRAN 1 KUESIONER

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

VITAMIN LARUT DALAM AIR. Oleh dr. Sri Utami B.R. MS

KUESIONER GAYA HIDUP DAN POLA KONSUMSI PENDERITA HIPERTENSI KARYAWAN PABRIK HOT STRIP MILL (HSM) PT. KRAKATAU STEEL CILEGON

Penyakit pada Lansia. Gaya Hidup Aktif dan Proses Penuaan dr. Imas Damayanti, M.Kes FPOK-UPI

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Kuisioner Penelitian. Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Anak Kelas IV dan V di SDN Panunggangan 1

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Lansia 2.1.1.Pengertian Lansia Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada kehidupan manusia. Kategori umur menurut Depkes RI (2009) bahwa pada usia 50 tahun yaitu masa awal lansia, dan 65 tahun masa akhir lansia merupakan kelompok umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang- Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia. Namun, banyak lansia yang masih menganggap dirinya berada pada masa usia pertengahan. Usia kronologis biasanya tidak memiliki 8

banyak keterkaitan dengan kenyataan penuaan lansia. Setiap orang menua dengan cara yang berbeda-beda, berdasarkan waktu dan riwayat hidupnya. Setiap lansia adalah unik, oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu lansia dengan lansia lainnya Potter & Perry (2006). Saat ini masih banyak terjadi perbedaan tentang batasan pada usia lanjut. Ada yang menentukan dari segi usia dan ada yang menentukan dari segi kemampuan. Menurut Otto Polak didalam buku Dermatoto (2007) menjelaskan tentang usia lanjut terdapat 2 petimbangan yang mendasari yaitu: 1. Pertimbangan teoritis, yang terdiri dari: Usia lanjut didefinisi dari usia kronologis versus usia fungsional. 1) Usia kronologis, meliputi aspek variabilitas dan waktu. Variabilitas adalah faktor apa saja yang menjadi perhatian dalam menentukan usia sekarang, apakah faktor fisik, mental ataupun dari faktor-faktor ciri yang lain. Sedangkan aspek waktu dalam mendefinisikan usia lanjut 9

berpatokan pada waktu yang ditetapkan yaitu berusia 60 tahun. 2) Usia fungsional merupakan usia seseorang berdasarkan kemampuan melakukan aktivitas atau tugas dalam kehidupan sehari-hari. Usia lanjut berdasarkan usia fungsional adalah seseorang yang tidak mampu melakukan aktivitas atau tugaddesnya walaupun masih dalam usia muda. a. Usia lanjut didefinisi secara generalis dan spesifik. Ada dua aspek yang harus di perhatikan, yaitu: 1) Aspek kehidupan manusia, setiap manusia memiliki kehidupan yang berbeda, misalnya: seseorang dikatakan berusia tua saat bekerja di pabrik A, tetapi tidak berusia tua di pabrik B. 2) Aspek perbedaan kebudayaan. Misalkan petani Indonesia lebih muda dan kuat bila dibandingkan dengan petani Negara lain, walaupun berusia sama, hal ini dikarenakan tuntutan kebudayaan berbeda. 10

b. Usia lanjut didefinisikan dengan keseragaman atau perbedaan derajat usia lanjut. 1) Pertimbangan praktis, yang terdiri dari dua aspek yaitu: 2) Aspek kesadaran tentang aspek demografis dari usia lanjut, yaitu adanya perbedaan demografis antara satu Negara dengan Negara lain, misalnya pada presentase kelompok umur. c. Aspek perhatian masyarakat tentang usia lanjut (Dermatoto, 2007). 2.1.2. Faktor perubahan fisik, sosial, dan kesehatan lansia. 1. Perubahan fisik a. Sel Pada usia lanjut, jumlah sel yang ada didalam tubuh lansia menjadi sedikit dan ukurannya menjadi lebih besar. Jumlah sel otak akan menurun, mekanisme perbaikan sel akan terganggu dan otot menjadi atrofi. Cairan tubuh dan cairan intraseluler, proporsi protein di otak, otot, ginjal, dan hati juga ikut berkurang Mubarak,et all (2011). 11

b. Sistem persarafan Hubungan persarafan menurun, lambat dalam merespon baik dari gerakan maupun dari jarak waktu, khususnya dengan stres, mengecilnya saraf pancaindra, serta menjadi kurang sensitive terhadap sentuhan. c. Sistem pendengaran pada usia lanjut akan terjadi gangguan pada pendengaran (presbiakusis), tulang-tulang pendengaran akan mengalami kekakuan, pendengaran menurun pada usia lanjut yang mengalami ketegangan jiwa atau stress Maryam,et al (2008) d. Sistem penglihatan Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi menurun, lapang pandang menurun, dan katarak. e. Sistem kardioveskuler Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun, curah jantung menurun, serta meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah meningkat. 12

f. Sistem pernapasan Otot-otot pernapasan kekakuannya menurun dan kaku, kapasitas residu meningkat sehingga sehingga menarik napas lebih berat, kapasitas maksimum menurun dengan kedalaman bernapas menurun, karbon dioksida pada ventrikel tidak berganti sehingga pertukaran gas terganggu, serta refleks dan kemampuan batuk kurang. g. Sistem muskulosletal Cairan tubuh menurun sehingga mudah rapuh (osteoporis), bungkuk, persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot) kram dan tremor. h. Sistem intergumen Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis, rambut dalam hidung dan telinga menebal, rambut memutih dan kelenjer keringat menurun (Maryam, 2013). 2. Masalah sosial Berkurangnya kontak sosial akan terjadi ketika memasuki usia tua, baik dengan keluarga, anggota masyarakat maupun teman kerja. Perubahan nilai sosial masyarakat individualistik pun 13

berpengaruh bagi para lanjut usia karena kurang mendapat perhatian, sehingga tersisih dan terlantar dari kehidupan masyarakat. Perasaan kesepian murung adalah sebab dari kurangnya kontak sosial. Kontak sosial juga akan mendatangkan perasaan senang. Kontak sosial dapat dilakukan dengan cara mengadakan kelompok-kelompok sesama lanjut usia menurut Endraswara, (2008). 3. Masalah kesehatan Kesehatan Lansia. Jumlah penduduk lanjut usia akan meningkat diikuti dengan meningkatnya permasalahan tentang kesehatan, seperti kesehatan indera pendengaran dan penglihatan. Kelemahan pada organ, kemunduran fisik dan yang paling terutama adalah penyakit penuaan, pada lanjut usia disebabkan oleh kemunduran sel-sel karena proses penuaan. Dengan demikian akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan membebani perekonomian bagi lanjut usia maupun bagi pemerintah karena masing-masing penyakit memerlukan biaya atau dana. Masalah kesehatan pada umumnya merupakan masalah yang paling dirasakan oleh lanjut usia. Untuk para lanjut 14

usia yang meraka ingin hanyalah hidup dengan sehat tanpa sakit-sakitan. Pola hidup sehat, makanan bergizi dan seimbang, olahraga, menghindari rokok adalah upaya positif untuk menghindari diri dari penyakit menurut Siburian (2008). 2.2. Hiperurisemia 2.2.1. Pengertian Asam Urat Asam urat adalah penyakit di mana terjadi penumpukan asam urat dalam tubuh secara berlebihan akibat produksi purin yang meningkat sehingga, akibatnya pembuangannya melalui ginjal menurun. Pemeriksaan kadar normal asam urat untuk wanita adalah 2,6 6 mg/dl dan untuk pria 3,5 7 mg/dl. Asam urat secara normal akan di keluarkan dalam tubuh melalui feses dan urin, tetapi ginjal tidak mampu untuk mengeluarkan asam urat, sehingga menyebabkan kadar asam urat meningkat di dalam tubuh. Pemeriksaan asam urat dilakukan dengan pemeriksaan darah di laboratorium yaitu darah dipisahkan antara sel darah dan serum darah menurut saraswati (2009). 15

Penyakit asam urat ditandai dengan serangan mendadak dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya endapan kristal monosodium asam urat, yang terkumpul di dalam sendi sebagai akibat dari tingginya kadar asam urat di dalam darah atau hiperurisemia. Kelebihan kadar asam urat dalam darah disebabkan oleh dua faktor yaitu kelebihan produksi asam urat dalam tubuh dan penurunan ekskresi asam urat lewat urin. Kurang lebih 75% penderita kelebihan asam urat terjadi akibat kejadian asam urat dengan pengeluaran yang tidak sempurna dapat disebabkan adanya gangguan ginjal, pengaruh beberapa jenis penyakit dan obat seperti hipertensi dan gangguan kardiovaskuler menurut Saraswati (2009). Penderita asam urat/ arthritis gout adalah sebesar 90% penderita gout primer adalah laki-laki yang umumnya berusia lebih dari 30 tahun, sementara gout pada wanita umumnya terjadi setelah menopause yaitu umur 50 tahun keatas. Penyakit asam urat / Arthritis Gout disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme pada purin. Gangguan yang terjadi pada metabolisme purin 16

menyebabkan penimbunan sodium urat didalam dan diantara persendihan. Penyakit asam urat di tandai dengan tingginya kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia). Untuk memastikan bahwa nyeri yang dialami sebagai serangan asam urat, perlu lakukan pemeriksaan laboratorium dengan mengukur kadar asam urat dalam darah. Kadar asam urat nrmal pada pria yaitu berkisar antara 3,5-7 mg/ dl sedangkan pada perempuan 2,6-6 mg/dl menurut Kertia (2009). Asam Urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin, baik purin yang berasal dari bahan pangan maupun dari hasil pemecahan purin asam nukleat tubuh. Secara alamiah purin terdapat dalam tubuh kita dan dijumpai pada semua makanan seperti sayur, buah, kacang-kacangan, daging, jeroan, dan ikan sarden, dan serta minuman beralkohol menurut Muhammad (2010). Menurut Junadi (2013) sumber asam urat dalam tubuh berasal dari beragam kondisi, yaitu : 1. Asam Urat Endogen Asam urat endogen adalah hasil metabolisme nukleoprotein jaringan. 17

Nukleoprotein terdiri dari protein dan asam nukleat, sedangkan asam nukleat sendiri adalah kumpulan nukleotida yang terdiri dari basa purin dan pirimidin, karbohidrat, serta fosfat. 2. Asam Urat Eksogen Asam urat eksogen adalah asam urat yang berasal dari makanan yang mengandung nukleprotein. 3. Hasil sintesis yang secara langsung menghasilkan asam urat dalam jumlah yang besar karena adanya kelainan enzim yang sifatnya diturunkan atau karena suatu penyakit tertentu, misalnya kanker darah (sel-sel berkembang berlipat ganda dan dihancurkan dalam waktu yang singkat). Asam urat yang dihasilkan dari efek beberapa jenis penyakit ginjal dan obat-obatan tertentu yang mempengaruhi kemampuan kerja ginjal untuk membuang asam urat. Menurut penelitian Damayanti, (2012) dan Andry dkk, (2009) kejadian asam urat berkaitan erat dengan konsumsi makanan yang mengandung purin. 18

Berdasarkan kandungan purinnya makanan dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Kelompok I Kadar purin tinggi yaitu bahan makanan seperti otak, hati, jantung, ginjal, jeroan, bebek, tahu, tempe, burung, kacang-kacangan, sarden, ikan kering, dan ikan basah. 2. Kelompok II Kadar purin sedang yaitu bahan makanan seperti daging sapi, ikan, udang, bayam, daun singkong, kembang kol, kangkung, dan buncis. 3. Kelompok III Kadar purin rendah yaitu bahan makanan yang di konsumsi setiap hari seperti nasi, singkong, jagung, roti, mie, susu, telur, buahbuahan. 19

2.2.2. Stadium asam urat Syukri, (2007) menyebutkan bahwa Asam urat dibagi dalam 4 stadium,yaitu: 1. Stadium I, tidak ada gejala yang jelas. Keluhan umum, sukar berkonsentrasi. Pada pemeriksaan darah ternyata asam urat tinggi. 2. Stadium II, serangan-serangan arthritis pirai yang khas,arthritis yang akut dan hebat, 90% lokasi di jari empu (podagra), tetapi semua persendian dapat diserang, kadang-kadang lebih dari satu sendi yang diserang (migratory polyarthritis). Sendi tersebut menjadi bengkak dalam beberapa jam, menjadi panas, merah, sangat nyeri. Kemudian pembengkakan ini biasanya menjalar ke sekitar sendi dan lebih menyolok daripada arthritis yang lain. Kadangkadang terjadi efusi di sendi-sendi besar. Tanpa terapi keluhan dapat berkurang sendiri setelah 4 sampai 10 hari. Pembengkakan dan nyeri berkurang, dan kulit mengupas sampai normal kembali. 20

3. Stadium III, pada stadium ini di antara serangan-serangan arthritis akut, hanya terdapat waktu yang pendek, yang disebut fase interkritis. 4. Stadium IV, pada stadium ini penderita terus menderita arthritis yang kronis dan tophi sekitar sendi, juga pada tulang rawan dari telinga. Akhirnya sendi-sendi dapat rusak, mengalami destruksi yang dapat menyebabkan cacat sendi. 2.2.3. Penyebab Asam Urat Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya asam urat yaitu ada dua bagian, faktor dari dalam dan faktor dari luar. 1. Faktor dari dalam Terjadinya proses penyimpangan metabolisme yang umumnya berkaitan dengan dengan faktor usia, dimana usia 40 tahun atau menua beresiko besar terjadi asam urat menurut Haryono (2013). 2. Faktor dari luar Berupa makanan dan minuman yang dapat merangsang pembentukan asam urat seperti 21

makanan yang mempunyai kadar karbohidrat dan protein tinggi seperti kacang-kacangan, buncis, wortel,kacang hijau, kacang tanah, jamur, emping, melinjo, daging, (terutama jeroan), ikan dan cokelat serta minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh dan minuman ringan seperti coccacola menurut Muhammad (2010). Faktor-faktor lain terjadinya asam urat adalah: 1. Genetik /riwayat keluarga Asam urat dapat menjadi penyakit keturunan, dimana penderita mesti berhati-hati terutama dalam pola makan dan gaya hidup. 2. Stress Penderita yang menerima stress dapat menyebabkan kadar asam urat dalam serum meningkat. 3. Asupan senyawa purin berlebihan Bahan pangan yang tinggi kandungan purinnya dapat meningkatkan kadar urat dalam darah antara 0,5 0,75 g/ml purin yang dikonsumsi. Konsumsi lemak atau minyak tinggi seperti makanan yang digoreng, santan, margarin atau mentega dan 22

buah-buahan yang mengandung lemak tinggi seperti durian dan alpukat juga berpengaruh terhadap pengeluaran asam urat (Krisnatuti, 2007). 4. Konsumsi alkohol berlebih 5. Kegemukan (obesitas) 6. Adanya degeneratif (hipertensi, penyakit jantung, dan diabetes mellitus). 7. Obat-obatan tertentu (terutama diuretika) 8. Gangguan fungsi ginjal 9. Aktivitas fisik 10. Umur 11. Berat badan berlebihan 12. Kurangnya minum air. Suti (2010) menyebutkan Penggolongan makanan berdasarkan kandungan purin meliputi tiga golongan (1) golongan A berupa makanan yang mengandung purin tinggi (150-800 mg/100 gram makanan) adalah hati, ginjal, otak, jantung, paru, lain-lain jeroan, udang, remis, kerang, sardin, (abon, dendeng), ragi (tape), alkohol 23

serta makanan dalam kaleng; (2) golongan B yaitu makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100 gram makanan) adalah ikan yang tidak termasuk golongan A, daging sapi, kerang-kerangan, kacang-kacangan kering, kembang kol, bayam, asparagus, buncis, jamur, daun singkong, daun pepaya, kangkung; dan (3) golongan C yaitu makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50 mg/100 gram makanan) adalah keju, susu, telur, sayuran, dan buahbuahan. 24