POINTER KEPALA BIRO ORGANISASI DAN TATALAKSANA TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH DAERAH REGIONAL II PEKAN BARU, 11 APRIL 2017
Pemerintah Daerah harus senantiasa berupaya untuk meningkatkan kinerja yang telah dicapai, seraya mengatasi berbagai hambatan dalam pelaksanaan otonomi daerah
Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus memahami dinamika sosial politik disekitarnya. Saat ini terlihat berbagai upaya untuk mengalihkan kerja keras Pemerintah dengan isu-isu yang mengganggu stabilitas politik dan pelayanan publik, apalagi pada bulan Juni 2018 nanti kita akan menghadapi PILKADA SERENTAK pada 171 daerah (17 PROVINSI, 115 KABUPATEN dan 39 KOTA) untuk itu Pemerintah dan Pemerintah Daerah harus melakukan percepatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi
REFORMASI BIROKRASI merupakan suatu keharusan dan suatu kebutuhan bagi kita dalam rangka mewujudkan birokrasi Pemerintahan Daerah yang BERSIH dan AKUNTABEL, EFEKTIF dan EFISIEN serta birokrasi yang memiliki PELAYANAN PUBLIK BERKUALITAS
Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah yang sedang berjalan telah memberikan dampak positif pada Ease of Doing Business (EoDB) atau Kemudahan Berinvestasi di Indonesia dan meningkatnya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia. Peringkat EoDB Indonesia pada tahun 2018 berada pada peringkat ke-72 dan target Pemerintah pada tahun 2020 adalah peringkat ke-40 dari 190 negara yang di survey
IPK Indonesia Tahun 2016 berada pada skor 37 dari skala 100 atau peringkat 90 dari 172 negara yang di survey, dan IPK Indonesia tahun 2017 telah di survey pada bulan Januari oleh Transparency International Indonesia dan telah diumumkan tanggal 22 Februari 2018 di Markas Transparency International di Denmark dengan skor 37 atau sama dengan skor tahun 2016. Artinya, walau pemberantasan korupsi dan perbaikan tata kelola pemerintahan sudah gencar dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah, namum belum memberikan dampak yang signifikan bagi skor IPK Indonesia
Percepatan Implementasi Reformasi Birokrasi di Lingkungan Pemerintah Daerah sejalan dengan semangat Nawa Cita Presiden Jokowi-JK, terutama terkait dengan Nawa Cita Ke-2 yaitu membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya
Amanat Bapak Presiden RI Fokus Pemerintah tahun 2018 pada DEREGULASI PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN yang menghambat investasi, tidak efektif dan tidak efisien, meningkatkan implementasi reformasi birokrasi pemda, meningkatkan kualitas pelayanan publik dan meningkatkan peran binwas pemda Rapat Terbatas Kabinet Kerja Pertama 5 Januari 2018 Hndak lanjut
KEMENDAGRI Tahap I, telah dilakukan penghapusan 50 Permendagri yang berpotensi menghambat investasi, menghambat pelayanan publik sesuai Permendagri Nomor 6 Tahun 2018. Tahap II, sedang berjalan penghapusan sebanyak 50 Permendagri. Hal ini sejalan dengan semangat Reformasi Birokrasi, terutama pada area Penguatan Peraturan Perundang-Undangan.
Selama berlangsung Kebijakan Reformasi Birokrasi berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025, Dengan Permendagri Nomor 43 Tahun 2015, Kemendagri sangat menyadari belum dapat berperan secara aktif dalam Pembinaan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi Pemerintah Daerah Periode (2014-2019) karena tugas dan fungsi Sekretariat Jenderal yang memfasilitasi Reformasi Birokrasi tidak sampai ke daerah.
Dalam rangka implementasi peran Kemendagri sebagai Poros Pemerintahan melalui pelaksanaan tugas Kemendagri sebagai Korbinwas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 8 ayat (3) dan Pasal 373 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah serta dalam Pasal 11 ayat (1) dan Pasal 15 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Binwas Pemda, maka Kemendagri mengambil peran aktif dalam melakukan Pembinaan terhadap Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Pemerintah Daerah dengan mengeluarkan 2 (dua) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri.
5 6 4 3 7 2 8 1 QUICKWINS (Budaya kerja)
1. MANAJEMEN PERUBAHAN 1. Pembentukan Hm Reformasi Birokrasi; 2. Pembentukan dan internalisasi agent of change; dan 3. Pengembangan nilai- nilai untuk menegakkan integritas (budaya kerja)
2. PENGUATAN PENGAWASAN 1. Pembangunan Zona Integritas menuju WBK (Wilayah Bebas Korupsi)-WBBM (Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani); 2. Pengendalian gratifikasi; 3. Penanganan benturan kepentingan; 4. Pembangunan/pengembangan WBS (Wistle Blowing System); 5. Pelaksanaan/penerapan SPIP (Sistem Pengendalian Internal Pemerintah); 6. Penanganan pengaduan masyarakat; dan 7. Peningkatan kapabilitas APIP (Aparat Pengawas Internal Pemerintah)
Saat ini sedang dilakukan Revisi Terbatas PP Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah Kenapa dilakukan? Apa dasarnya?
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 188.3105 7723 TAHUN 2017 TENTANG TIM REVISI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Ketua Tim: Dr. Rizari, MBA, MS.i
MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA
4 substansi perubahan: 1. adanya ruang bagi pemerintah pusat dalam pengangkatan dan pemberhentian Inspektur Daerah untuk menjaga independensi APIP; 2. adanya penyesuaian eselonering jabatan Inspektur Daerah Provinsi dengan Sekretaris Daerah; 3. adanya peran pemerintah dalam tindaklanjut hasil pengawasan khususnya yang berindikasi KKN; dan 4. adanya penyesuaian besaran organisasi Inspektorat Daerah.
RUANG PEMERINTAH DALAM PROSES PENGANGKATAN DAN/ATAU PENGISIAN PEJABAT INSPEKTORAT Pasal 99 PP 18/2016 Khusus untuk pengisian jabatan inspektur daerah, sekretaris inspektorat Daerah, dan inspektur pembantu, pada tahapan perencanaan pengisian terlebih dahulu wajib mendapatkan persetujuan dari Menteri untuk daerah provinsi dan gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk daerah kabupaten/kota ARGUMENTASI LOGIS Realita pemerintahan bahwa APIP Hdak berani melakukan pengawasan secara efekhf karena kekhawahran akan kehilangan jabatan apabila Hdak sejalan dengan Kepala Daerah Persetujuan Mendagri pada saat perencanaan Pengisian atau sebelum penentuan jabatan yang akan diisi diharapkan mampu menjaga independensi bahwa mengganh pejabat Insepktorat daerah harus atas alasan yang logis dan atas persetujuan pemerintahan di atasnya Adapun mekanisme pengisian selanjutnya mengacu pada mekanisme sesuai Pasal 113 129 PP 11/2017
PENYESUAIAN ESELONERING INSPEKTUR DAERAH Pasal 94 & Pasal 95 PP 18/2016 Sekretaris Daerah provinsi dan inspektur Daerah provinsi merupakan jabatan eselon Ib atau jabatan pimpinan Hnggi madya Sekretaris inspektorat Daerah provinsi, dan inspektur pembantu merupakan jabatan eselon IIb atau jabatan pimpinan Hnggi pratama Sekretaris Daerah kabupaten/ kota dan Inspektur Daerah kabupaten/kota merupakan jabatan eselon IIa atau jabatan pimpinan Hnggi pratama ARGUMENTASI LOGIS Pasal 379 UU 23/2014 mengamanatkan Inspektorat Daerah melakukan Binwas ke seluruh perangkat daerah, termasuk Sekretaris Daerah Pasal 19 UU 5 Tahun 2014 Hdak secara eksplisit mengatur jabatan Inspektur Daerah Pasal 232 UU 23/2014 mengamantkan kedudukan, susunan organisasi, tusi, eselon dan beban kerja diatur dalam PP Pasal 16 PP 12/2017 mengamantkan APIP wajib menjalankan prinsip independensi dan obyekhf.
PELAPORAN DAN PENYELESAIAN Pasal 11 & Pasal 33 PP 18/2016 Inspektur Daerah provinsi dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada gubernur dan kepada Menteri Inspektorat Daerah provinsi menyelenggarakan fungsi pengawasan penyelenggaraan daerah kabupaten/ kota Pertanggungjawaban inspektur daerah provinsi kepada Menteri dilakukan apabila dalam pelaksanaan fungsi terdapat indikasi korupsi, kolusi, dan nepohsme Pertanggungjawaban inspektur daerah provinsi kepada gubernur setelah berkoordinasi dengan Sekretaris Daerah apabila terkait administrasi perkantoran HASIL PENGAWASAN ARGUMENTASI LOGIS Pertanggungjawaban Inspektorat kepada Kepala Daerah tanpa melalui Sekda agar menjaga independensi Inspektorat sebagai pembantu KDH Binwas perangkat Daerah sesuai Pasal 379 UU 23/2014. Pasal 16 PP 12/2017 mengamantkan APIP wajib menjalankan prinsip independensi dan obyekhf Pertanggungjawaban Inspektorat kepada Mendagri terkait KKN agar hasil pengawasan Inspektorat Daerah dihndaklanjuh tanpa ada batasan pemeriksaan atau intervensi oleh Kepala Daerah. Atas laporan tersebut Mendagri berkoordinasi dengan BPKP melakukan QA atas LHP dimaksud
PENYESUAIAN KELEMBAGAAN (TIPOLOGI INSPEKTORAT) Pasal 60 & Pasal 79 PP 18/2016 Penambahan masing- masing 1 (satu) Inspektur Pembantu di sehap Hpe kelembagaan Khusus Inspektorat Provinsi pada Sekretariat menjadi: Tipe A: 3 Bagian dan 3 subbgaian Tipe B: 3 Bagian dan 2 subbgaian Tpe C : 2 Bagian dan 2 subbgaian ARGUMENTASI LOGIS Dengan bertambahnya fungsi Inspekorat khususnya terkait penanganan KKN, diperlukan penambahan Inspektorat Pembantu InvesHgasi yang Khusus menangani Pengaduan Masyarakat. Pasal 232 UU 23/2014 mengamantkan kedudukan, susunan organisasi, tusi, eselon dan beban kerja diatur dalam PP
3. PENGUATAN AKUNTABILITAS 1. Penyelarasan kebijakan perencanaan, penganggaran, dan pelaporan kinerja; 2. Perumusan kebijakan mengenai evaluasi kinerja; 3. Pemantapan implementasi sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintahberbasis teknologi informasi; dan 4. Pembangunan/pengembangan teknologi informasi dalam manajemen kinerja
4. PENGUATAN KELEMBAGAAN 1. Evaluasi organisasi perangkat daerah; dan 2. Penataan organisasi perangkat daerah
Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) saat ini yang masih berdiri adalah pada Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Barat, Sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014 dan PP 18 Tahun 2016, secara normatif sudah tidak dapat berdiri lagi, akan tetapi untuk sementara waktu masih diberlakukan status quo sesuai rekomendasi Kementerian PAN dan RB karena organisasi terkait Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat sesuai amanat Pasal 91 UU Nomor 23 Tahun 2014 belum ditetapkan.
Terkait Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD), Kemendagri dengan Kementerian PAN dan RB, BNPB sedang menyusun Rancangan Permendagri terkait BPBD didaerah sebagai pengganti dari Permendagri Nomor 46 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata KerjaBadan Penanggulangan Bencana Daerah.
Kemudian terkait dengan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik sebagai amanat Pasal 122 PP Nomor 18 Tahun 2016, telah dilakukan finalisasi Rancangan Permendagri tentang Badan Kesatuan Bangsa dan Politik, dan langkah selanjutnya adalah mendapatkan persetujuan tertulis dari Kementerian PAN dan RB terkait hal dimaksud.
5. PENGUATAN TATALAKSANA 1. Pengembangan penataan standar operasional prosedur; 2. Implementasi dan evaluasi standar operasional prosedur; 3. Pengembangan, penguatan sistem dan infrastruktur e-government yang terintegrasi; 4. Pelaksanaan keterbukaan informasi publik; 5. Penyempurnaan/penguatan sistem pengadaan secara elektronik; dan 6. Penguatan sistem kearsipan berbasis TIK
6. PENGUATAN SISTEM MANAJEMEN SDM-ASN 1. Analisis jabatan, analisis beban kerja dan evaluasi jabatan (kelas jabatan); 2. Perencanaan kebutuhan pegawai sesuai dengan kebutuhan organisasi; 3. Melakukan Assesment pegawai; 4. Pemetaan dan pengembangan kompetensi pegawai melalui pelatihan (Permendagri 108 thn 2017 ttg Kompetensi Pemerintahan, permenpanrb 38 thn 2017 ttg Standar Kompetensi Jabatan); 5. Perumusan dan penerapan sistem reward and punishment dalam pengukuran kinerja pegawai; 6. Penerapan sistem promosi jabatan pimpinan tinggi secara terbuka; 7. Penyusunan standar kompetensi jabatan struktural dan fungsional; 8. Penegakan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku pegawai; dan 9. Pembangunan sistem informasi kepegawaian
7. PENGUATAN PERATURAN PER-UU-AN 1. Evaluasi secara berkala berbagai peraturan perundang-undangan (perda dan perkada) yang sedang diberlakukan; 2. Menyempurnakan/mengubah berbagai peraturan perundangundangan (perda dan perkada) yang dipandang tidak relevan lagi, tumpang tindih, atau disharmonis dengan peraturan perundangundangan lain; dan 3. Melakukan deregulasi untuk memangkas peraturan perundangundangan (perda dan perkada) yang menghambat pelayanan publik
KEMENDAGRI Tahun 2016 telah membatalkan 3143 Perda yang menghambat Investasi dan tumpang tindih (Putusan MK 56/PUU-XIV/2016, kewenangan pembatasalan perda di MA); Tahap I, telah dilakukan penghapusan 50 Permendagri yang berpotensi menghambat investasi, menghambat pelayanan publik sesuai Permendagri Nomor 6 Tahun 2018. Tahap II, sedang berjalan penghapusan sebanyak 50 Permendagri. Hal ini sejalan dengan semangat Reformasi Birokrasi, terutama pada area Penguatan Peraturan Perundang-Undangan.
8. PENGUATAN PELAYANAN PUBLIK 1. Pembentukan Unit Layanan Administrasi dan Konsultasi; 2. Pelaksanaan standar pelayanan dan maklumat pelayanan publik; 3. Penerapan pelayanan satu pintu untuk perizinan dan non perizinansertapercepatan pelayanan publik; dan 4. Pembangunan, pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi dalam pelayanan publik
QUICKWINS PELAYANAN PUBLIK 1. Pembangunan dan Implementasi e-planning; 2. Pembangunan dan Implementasi e-budgeting; dan 3. Program quickwins lainnya yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh masing-masing Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan pelayanan publik
Langkah-Langkah Pergeseran Anggaran Bagi Pemerintah Daerah yang belum menganggarkan percepatan pelaksanaan program/kegiatan reformasi birokrasi agar segera melakukan Pergeseran Anggaran dengan cara: Melakukan Perubahan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD TA. 2018 dengan memberitahukannya kepada Pimpinan DPRD dan untuk selanjutnya ditampung dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD TA. 2018, sebagaimana dimaksud dalam Pasal I angka 7 huruf uu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 134 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2017 Tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2018.
Kemendagri melalui Sekretariat Jenderal akan melakukan Pembinaan dan Asistensi kepada Pemerintah Daerah dalam: sehingga pada akhirnya Pemerintah Daerah akan lebih siap ketika dilakukan evaluasi oleh Kementerian PAN dan RB pada akhir tahun. Dan menurut hemat kami tugas besar agar sejalan dengan SPIP dan APIP maka Biro Organisasi sdh selayaknya berupa Badan eselon IIa dan IIb
Menindaklanjuti Surat Edaran dimaksud, maka terbit Permendagri Nomor 8 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua atas Permendagri Nomor 43 Tahun 2015, maka Sekretariat Jenderal Kemendagri u.p. Biro Organisasi dan Tatalaksana melakukan pembinaan percepatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Kemendagri dan Pemerintah Daerah
Tindak lanjut dari Permendagri Nomor 8 tahun 2018, Kementerian Dalam Negeri sedang menyusun Rancangan Permendagri tentang Percepatan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di Lingkungan Pemerintah Daerah. Dalam rancangan Permendagri dimaksud, telah dibreakdown secara detail berbagai kegiatan/aktivitas minimal yang harus dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam melakukan 8 Area Perubahan pada Program Reformasi Birokrasi
Dalam Permendagri Nomor 8 Tahun 2018 tersebut, Biro Ortala, Kemendagri mendapatkan tambahan tugas dan fungsi terkait fasilitasi pelaksanaan: A. Kelembagan dan Anjab: 1. analisis jabatan di lingkungan kementerian dan pemerintah daerah; 2. analisis beban kerja di lingkungan kementerian dan pemerintah daerah; 3. evaluasi jabatan pemerintah daerah di lingkungan kementerian dan pemerintah daerah; 4. evaluasi penataan kelembagaan sekretariat daerah provinsi dan kabupaten/kota; dan 5. hubungan kerja pemerintahan di lingkungan kementerian dan pemerintah daerah B. Ketatalaksanaan 1. penyusunan standarisasi kementerian dan pemerintah daerah (Tata Naskah Dinas, Pakaian Dinas); 2. penyusunan sistem dan prosedur kementerian dan pemerintah daerah (SOP); dan 3. pelaksanaan dan pengembangan budaya kerja kementerian dan pemerintah daerah. C. Fasilitasi RB 1. penajaman tugas fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi lingkungan kementerian dan pemerintah daerah; 2. fasilitasi pelaksanaan reformasi birokrasi lingkungan kementerian dan pemerintah daerah;dan 3. pelaksanaan penilaian mandiri pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan kementerian dan pemerintah daerah. D. Layanan Administrasi dan Konsultasi 1. fasilitasi layanan administrasi dan konsultasi lingkungan kementerian dan pemerintah daerah.
TERIMA KASIH