BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. bermakna kultural bagi masyarakatnya. Sayang sekali sebagian sudah hilang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan kapan cerita itu diceritakan. Salah satu dari cerita klasik yang terkenal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pilihan lembaga asuransi kesehatan kian beragam, baik swasta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah suasana hati yang buruk dan berlangsung selama kurun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi bayi dan perkembangannya di kemudian hari. ASI dipercaya dapat menguatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kualitatif mengarahkan peneliti menjelajahi kancah dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, dimana anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara major label atau indie label. Di Indonesia sendiri musik indie menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kota yang terkenal sebagai Kota Batik tersebut mengalami peningkatan dari tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan informasi dan hiburan yang terlengkap, tercepat, dan terakurat. alternatif untuk mendapatkan hiburan dan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

JUDUL PROPOSAL (MAKSIMAL 12 KATA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II METODOLOGI. Latar Belakang. Rumusan Masalah. Tujuan Perancangan. Riset Bakso. Materi. Data Perancangan. Identifikasi dan Analisa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia lekat dengan cerita rakyat. Salah satu cerita rakyat yang

3. Karakteristik tari

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Metode penelitian adalah proses, prinsip, dan prosedur yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II IDENTIFIKASI DATA

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah: Tinjauan pustaka: melalui media buku, dan internet

1.1 BAB I 1.2 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB 1 PENDAHULUAN. xix

BAB I PENDAHULUAN. Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain merupakan naluri alamiah yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

Perancangan Aplikasi Alat Bantu Ajar Tebak Gambar Dengan Visual Studio 2010 Pada Sekolah Dasar Perguruan Buddhi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat atau folklor adalah adatistiadat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan

1.1 Latar Belakang Budaya kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Di setiap tempat di Indonesia memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berekspresi melalui kesenian merupakan salah satu aktivitas manusia yang

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL KOMIK ASAL-USUL API

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berguna untuk melihat. Mata juga disebut sebagai fotoreseptor 1

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATA KULIAH : ILMU BUDAYA DASAR PERANAN BUDAYA LOKAL MENDUKUNG KETAHANAN BUDAYA NASIONAL

PERANCANGAN BUKU ILUSTRASI SEJARAH MUSIK KERONCONG. Antonius Natali P

BAB I PENDAHULUAN. dimana anak-anak akan memasuki usia pra-remaja. Pada usia pra-remaja ini anakanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. adat istiadat, agama dan kesenian. Namun di era globalisasi ini banyak budayabudaya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang diberikan kepadanya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keragaman suku dan budaya di Indonesia memunculkan berbagai jenis bentuk kesenian dan kebudayaan, salah satunya adalah seni tari. Seni tari selalu membawa ciri khas daerah masing-masing dan biasanya ditampilkan ketika ada upacara adat, upacara perkawinan, untuk menyambut tamu kerajaan, dan eventevent yang mengangkat tema kebudayaan. Seni tari yang ada di Provinsi Jawa Tengah sendiri dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tari klasik, tari tradisional, dan tari kreasi baru. Salah satu tari klasik yang cukup unik dan menarik adalah Tari Bondan. Tari Bondan merupakan seni tari yang berasal dari Surakarta, Jawa Tengah. Ada tiga jenis Tari Bondan, yaitu Bondan Cindogo, Bondan Mardisiwi, dan Bondan Pegunungan atau Bondan Tani (https://id.m.wikipedia.org/wiki/tari_bondan). Tari ini dibawakan oleh seorang anak perempuan maupun perempuan dewasa dengan menggendong boneka bayi mainan dan payung terbuka, menari dengan hati-hati di atas kendhi (kendhi adalah tempat air minum yang terbuat dari tanah liat, bentuknya seperti buah labu dengan bentuk leher untuk pegangan, dan corot atau lubang untuk minum air di bagian samping) yang diinjak dan tidak boleh pecah. Pada akhir tariannya, kendhi dipecah di atas pentas untuk menunjukkan bahwa kendhi tersebut tidak berisi apaapa. Dibanding dengan tarian lain, Tari Bondan tingkat kesulitannya cukup tinggi karena pada saat-saat tertentu, penari harus mampu membawa perlengkapan 1

2 sambil menari di atas kendhi, sehingga dibutuhkan keseimbangan yang baik. Tari Bondan ini terinspirasi dari aktivitas harian ibu, mulai dari menggendong bayi, memandikan, meninabobokan bayi, sampai dengan mencuci dan menjemur pakaian. Makna dari gerakan Tari Bondan tersebut melambangkan seorang ibu yang menjaga anaknya yang baru lahir dengan sangat hati-hati dan penuh kasih sayang, sehingga tarian ini cukup tepat apabila dikenalkan pada anak usia 6-7 tahun (N. Supardjan & I Gusti Ngurah Suparta, 1982: 97). Selain untuk pengenalan terhadap salah satu kebudayaan Indonesia, juga untuk menanamkan nilai rasa kasih sayang dari anak kepada ibundanya. Pada tahun 1960-an, Tari Bondan merupakan tari wajib bagi perempuan cantik untuk menunjukkan jati dirinya, namun dijaman sekarang eksistensi Tari Bondan mulai tenggelam. Cukup banyak sanggar tari di Kota Surakarta yang membuat gerakan kreasi baru dengan tema tari tradisional yang sama tanpa menghilangkan cerita atau makna yang ada dalam tari tersebut, hal ini dilakukan untuk menarik minat masyarakat maupun anak agar tertarik untuk belajar menari tradisional kembali. Bentuk tari kreasi baru juga cukup bisa diterima oleh masyarakat di Kota Surakarta. Walau demikian, perlu adanya kontribusi dari generasi muda untuk tetap menjaga warisan budaya dari pendahulu, khususnya dalam konteks tari tradisional Indonesia (studentleague@lspr.edu) Perkembangan teknologi dan komunikasi tentu diiringi dengan masuknya berbagai macam budaya asing. Hal ini pasti sedikit banyak menggeser eksistensi kesenian asli Indonesia salah satunya seni tari tradisional. Banyak stasiun televisi maupun video dari media internet yang sering menampilkan hiburan berbau budaya asing, mulai dari lagu sampai dengan koreografi. Koreografi yang banyak

3 ditampilkan juga kurang tepat bagi anak usia dini, misalkan Tarian India, tarian modern dengan pakaian yang kurang sopan, break dance dengan banyak gerakan berbahaya, bahkan sampai tarian dengan musik dangdut untuk dewasa pun bisa dengan mudah diikuti oleh anak usia dini. Pada kenyataannya anak usia dini memang sangat tertarik dengan visual dan mudah menyerap informasi dari apa yang mereka lihat, walaupun hal tersebut kurang mendidik. Jika mulai kecil anakanak tidak dikenalkan dengan budaya Indonesia sendiri, maka sangat mungkin bila mereka lebih mengenal budaya asing daripada budaya Indonesia. Perlu adanya pengenalan sedikit demi sedikit tentang kebudayaan asli Indonesia pada anak sejak mereka berusia dini, dalam hal ini penulis mengambil tema nilai sebuah tarian. Tari Bondan yang unik dan menarik dengan nilai yang sangat bagus, yaitu tentang kasih sayang seorang ibu, cukup tepat apabila dikenalkan pada anak usia 6-7 tahun. Banyak media yang bisa digunakan untuk mengenalkan seni tari ini, salah satunya bisa menggunakan media buku cerita bergambar. Penulis memilih media cerita bergambar karena media ini dirasa cukup dekat dengan dunia anak, kecenderungan anak yang lebih tertarik pada gambar daripada hanya tulisan menjadikan media cerita bergambar cukup efektif. Secara psikologi, anak usia 6-7 tahun masih mempunyai kecenderungan yang sama yaitu lebih mudah mengingat gambar. Meskipun di sekolah mereka telah diajarkan untuk membaca tulisan saja, namun anak usia 6-7 tahun masih berperan sebagai pembaca pemula lanjutan dan pembaca dasar (Firmanawati Sutan, 2004: 23-28). Maka dari itu penggunaan media cerita bergambar akan memudahkan anak untuk menyerap informasi yang ingin disampaikan oleh penulis yakni tentang pengenalan Tari Bondan. Gambar yang dibuat semenarik mungkin dengan

4 penyampaian cerita yang singkat dan jelas, serta ditambah sedikit informasi tentang Tari Bondan diharapkan bisa menarik minat anak usia 6-7 tahun untuk membacanya. Cerita bergambar ini juga sebagai bentuk perlawanan halus atau perlawanan tidak langsung terhadap banyaknya budaya asing yang masuk dan sedikit banyak telah membawa pengaruh buruk terhadap moral generasi muda. Oleh sebab itu, penulis menyusun Perancangan Buku Cerita Bergambar Untuk Mengenalkan Nilai Tarian Bondan Pada Anak Usia 6-7 Tahun Di Surakarta sebagai tema untuk Tugas Akhir. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana merancang visualisasi buku cerita bergambar yang menarik untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak usia 6-7 tahun di Surakarta? 2. Bagaimana memilih material promosi yang tepat untuk mempromosikan buku cerita bergambar untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak usia 6-7 tahun agar daya beli masyarakat di Surakarta meningkat? C. Tujuan Perancangan Tujuan perancangan adalah pernyataan mengenai apa yang hendak dicapai oleh penulis. Maka tujuan dari perancangan buku cerita bergambar ini adalah :

5 1. Merancang visualisasi buku cerita bergambar yang menarik untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak usia 6-7 tahun di Surakarta. 2. Memilih material promosi yang tepat untuk mempromosikan buku cerita bergambar untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak usia 6-7 tahun agar daya beli masyarakat di Surakarta meningkat. D. Manfaat Perancangan Manfaat yang didapat oleh target sasaran maupun masyarakat jika konsep perancangan ini direalisasikan antara lain : 1. Mendapatkan pengetahuan tentang salah satu tari tradisional yaitu Tari Bondan, mulai dari bentuk gerakannya hingga nilai yang terkandung di dalamnya. 2. Melalui perancangan ini anak-anak usia 6-7 tahun menjadi tertarik untuk mengenal dan suka pada Tari Bondan serta diharapkan berkeinginan untuk belajar menarikannya. 3. Mendapatkan informasi tentang sanggar tari yang bisa dijadikan referensi apabila anak berkeinginan belajar menari. E. Metode Penelitian Konsep Perancangan Buku Cerita Bergambar untuk Mengenalkan Nilai Tarian Bondan Pada Anak Usia 6-7 Tahun di Surakarta disusun

6 berdasarkan atas kaidah penulisan dengan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif deskriptif adalah penelitian yang mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam baik kondisi maupun proses, dan juga berhubungan atau saling keterkaitannya mengenai hal-hal pokok yang ditemukan pada sasaran penelitian (H.B. Sutopo, 2006: 179). Di mana melalui penelitian dengan pendekatan ini, memungkinkan untuk divisualisasikannya rekomendasi desain berupa perancangan buku bergambar, sebagai output-nya. Oleh sebab itu, bentuk dan strategi penulisan konsep ini berdasarkan atas kerangka pikir berikut ini : Anak usia 6-7 tahun mengenal nilai Tari Bondan Tari Bondan Melakukan riset Mendapatkan data tentang Tari Bondan Kontributor DKV merumuskan Menentukan & Melakukan riset Mendapatkan consumer insight (tone and manner) Anak-anak Usia 6-7 Th Mampu mendeskripsi kan nilai Tari Bondan dalam bentuk buku cerita bergambar Strategi Komunikasi Visual + Strategi Merancang Buku Cerita Bergambar sehingga memvisualisasikan Diharapkan visualisasinya diapresiasi /tersampaikan pada target audience Buku Cerita Betgambar Tentang Pengenalan Nilai Tari Bondan Sebagai Bentuk Kontribusi DKV Bagan 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian dalam menyusun konsep perancangan ini Perancangan buku cerita bergambar untuk mengenalkan nilai Tarian Bondan pada anak usia 6-7 tahun di Surakarta ini melalui proses yang cukup

7 panjang. Diawali dari kepekaan penulis sebagai kontributor Desain Komunikasi Visual yang memandang akan pentingnya pengenalan Tari Bondan dan nilai yang terkandung di dalamnya, di tengah banyaknya budaya asing yang masuk tanpa bisa dibendung, sebagai permasalahan yang perlu dipecahkan dengan kontribusi Desain Komunikasi Visual. Hal ini juga sebagai bentuk resistensi atau perlawanan secara halus terhadap perkembangan tari modern yang terkadang kurang mendidik. Tari Bondan yang sarat akan makna kasih sayang seorang ibu dalam merawat dan membesarkan anaknya, sudah jarang dikenal oleh anak-anak usia 6-7 tahun. Pengumpulan data dilakukan oleh penulis melalui beberapa teknik sebagai berikut : 1. Wawancara Dalam buku Penelitian Kualitatif, wawancara yang dilakukan tidak terstruktur ketat tetapi dilakukan secara tidak terstruktur yang disebut wawancara mendalam. Dalam teknik wawancara mendalam, peneliti merasa tidak tahu mengenai kondisi sebernarnya dan ingin menggali informasi secara mendalam dan lengkap dari narasumber. Pertanyaan yang diajukan sifatnya terbuka (open-ended) dan mengarah pada kedalaman informasi serta tidak secara terstruktur, untuk menggali pandangan subyek yang diteliti tentang banyak hal, sehingga bermanfaat sebagai dasar agar bisa menggali informasi lebih jauh, lengkap, dan mendalam (Sutopo, 2006: 69). Wawancara akan dilakukan secara mendalam (in-depth interview) pada : 1) Dosen Jurusan Seni Tari di ISI Surakarta. 2) Sanggar Tari Soeryo Soemirat sebagai narasumber

8 yang akan dimintai informasi tentang Tari Bondan. 2) Anak-anak usia 6-7 tahun dan orang tuanya. 3) Penerbit Tiga Serangkai di Surakarta. 2. Observasi Menurut H.B. Sutopo dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif, teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada observasi langsung dapat dilakukan oleh pengumpul data dengan mengambil peran atau tak berperan (Sutopo, 2006: 75). Observasi dilakukan untuk mendukung dan melengkapi data guna menyusun konsep perancangan ini, dilakukan di Sanggar Tari Soeryo Soemirat yang berlokasi di Mangkunegaran untuk memperoleh informasi tentang Tari Bondan, lalu melakukan observasi pada anak-anak usia 6-7 tahun dan orang tuanya di Surakarta, serta Tiga Serangkai Surakarta untuk memperoleh data penerbit. 3. Dokumen dan Arsip Dokumen dan arsip merupakan sumber data yang posisinya penting terutama jika mengarah pada latar belakang atau permasalahan yang sedang diteliti. Dokumen bisa beragam bentuk, dari yang tertulis sederhada hingga lebih lengkap dan kompleks. Begitu pula dengan arsip yang umumnya berupa catatan-catatan yang lebih formal, sehingga arsip memiliki peran sebagai sumber informasi yang sangat berharga terhadap pemahaman suatu peristiwa (Sutopo, 2006: 80-81). Dokumen dan arsip dalam perancangan konsep ini merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi kepada

9 narasumber antara lain mengenai Tari Bondan akan diperoleh dari salah satu dosen jurusan Seni Tari di ISI Surakarta dan Sanggar Tari Soeryo Soemirat, data tentang perilaku anak usia 6-7 tahun dan orang tuanya, data dari penerbit Tiga Serangkai Surakarta. 4. Kuesioner Kuesioner merupakan suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya jawab pada responden) tetapi disajikan secara tertulis. Instrument alat pengumpulan datanya juga disebut angket berisi sejumlah pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden. Kuesioner yang diajukan dalam penelitian kualitatif bersifat terbuka, sehingga responden (informan) diberi kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya (Sutopo, 2006: 82). Kuesioner dalam penyusunan konsep ini dilakukan sebagai teknik untuk mengumpulkan data consumer insight dari target audience, yakni insight dari anak-anak uisa 6-7 tahun dan orang tuanya (terutama ibunya). 5. Literature Literature merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dan memanfaatkan referensi atau buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk mendapatkan data yang akan digunakan sebagai landasan dalam membahas kenyataan yang ditemui dalam penelitian dan mempertanggungjawabkan evaluasi dalam pembahasan permasalahan yang menyangkut topik yang diteliti. Literature yang digunakan untuk mendukung penyusunan konsep perancangan ini adalah buku-buku tentang desain komunikasi visual, tentang

10 layout sebuah buku bergambar, tentang perilaku anak-anak usia 6-7 tahun (perkembangan psikologi anak), serta tentang Tari Bondan. Selain dari buku atau kajian pustaka, literature juga diperoleh secara digital melalui ebook serta data internet. Berdasarkan teknik pengumpulan data tersebut, maka untuk menjaga kesahihannya dilakukan review data menggunakan SWOT sebagai teknik analisanya. Analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) merupakan analisa yang dipergunakan untuk menilai dan mengevaluasi suatu hal yang telah ada dan telah diputuskan sebelumnya dengan tujuan meminimumkan resiko yang timbul. Langkahnya melalui pengoptimalisasikan segi positif yang sekiranya dianggap mendukung serta meminimalkan segi negatif yang berpotensi menghambat pelaksanaan keputusan perancangan yang telah diambil (Jonathan Sarwono & HaryLubis, 2007: 18). Sehingga melalui analisa SWOT ini, diharapkan akan mampu memecahkan permasalahan dalam konsep perancangan buku cerita bergambar ini. Setelah data diperoleh dan dianalisa maka penulis menyusun strategi komunikasi visual yang natinya akan diawali membuat bagan atau alur perancangan terlebih dahulu, alur tersebut meliputi tiga strategi, yaitu strategi kreatif, strategi visual, dan strategi media yang digabung, terutama dengan pertimbangan matang mengenai strategi me-layout atau merancang dan memvisualisasikan sebuah buku cerita, yang pada akhirnya akan tervisualisasi Buku Cerita Bergambar untuk Mengenalkan Nilai Tarian Bondan Pada Anak usia 6-7 Tahun, sebagai bentuk dari kontribusi Desain Komunikasi Visual (pemecah masalah atau problem solver) dari permasalahan dalam penelitian ini. Harapannya

11 melalui visualisasi perancangan buku bergambar ini, anak-anak usia 6-7 tahun di Kota Surakarta menjadi kenal dan suka dengan Tari Bondan serta memahami nilai kasih sayang seorang ibu atau seorang kakak melalui Tarian Bondan.