BAB I PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi (rata-rata 7% pada kurun waktu awal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada era otonomi daerah ini pemerintah Kabupaten/Kota di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ekonomi terbesar di dunia pada tahun Tujuan pemerintah tersebut

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di setiap negara. Tujuan peningkatan penyerapan tenaga kerja sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

PEREKONOMIAN INDONESIA

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. transformasi struktur ekonomi di banyak Negara. Sebagai obat, industrialisasi. ketimpangan dan pengangguran (Kuncoro, 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

1.1 Latar Belakang Hasalah

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pengamatan empiris menunjukkan bahwa tidak ada satupun

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

SEMINAR PERAN SISTEM MANUFAKTUR DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI DI INDONESIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK, 8 OKTOBER 2012 PT.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses bagaimana suatu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kontribusi bagi pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB)

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

Perekonomian Indonesia

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak tersedia, perusahaan semakin banyak dan semakin berkembang, taraf

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB IV. SUMATERA UTARA : KEADAAN UMUM DAN PEREKONOMIAN. Daerah provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1-4 o Lintang Utara (LU)

Pengantar Ekonomi Pembangunan. Perubahan Struktural dalam Proses Pembangunan

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2009

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

I. PENDAHULUAN. 3 Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,35 23,97 23,69 4 Listrik, Gas, dan Air 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77

BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

BAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III TAHUN 2013

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Perkembangan Industri

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri pengolahan

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

KINERJA PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN PERTIMBANGAN APBN-P 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri, pemerintah Orde Baru cukup berhasil dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi (rata-rata 7% pada kurun waktu awal 1990-an hingga pertengahan 1990-an), sehingga Indonesia pernah dikategorikan sebagai Macan Asia oleh Bank Dunia. Hal itu mungkin menjadi prestasi tertinggi terakhir yang diperoleh Indonesia pada pemerintahan Orde Baru. Sektor pertanian tumbuh cepat yang didukung dengan peningkatan produktivitas padi. Pada awal pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia masih menjadi pengimpor beras terbesar di dunia. Pada tahun 1969 produksi beras Indonesia hanya 12 juta ton, namun meningkat pesat menjadi 28 juta ton pada tahun 1980-1989 dan menjadikannya sebagai negara swasembada beras. Prestasi ini mengundang kekaguman internasional sehingga pada tanggal 14 November 1985, Presiden Soeharto diundang untuk mempaparkan kunci-kunci keberhasilan pembangunan pangan di Indonesia, dalam forum sidang organisasi pangan dan Pertanian PBB (FAO). Produksi beras mengalami peningkatan sebesar 7.5 juta ton dalam periode tahun 1970-1979 dan 15 juta ton selama periode tahun 1980-1989. Pada akhir 1990-1999 produksi beras hanya meningkat 5,6 juta ton sebagai dampak krisis politik 1998 (Khoiril, 2013) Pada tahun 1999 ekonomi Indonesia mulai pulih kembali (walaupun prosesnya relatif lambat dibandingkan negara-negara lain yang juga terkena krisis, seperti misalnya Korea Selatan yang dalam satu tahun sudah bisa bangkit kembali sepenuhnya) 1

2 Dari laporan-laporan World Economic Forum terdahulu tercatat, indeks daya saing global Indonesia sempat berada di peringkat 54 pada tahun 2009, lalu naik ke peringkat 44 pada tahun 2010. Namun peringkat Indonesia kembali turun ke peringkat 46 pada tahun 2011 dan peringkat 50 pada tahun 2012, untuk selanjutnya kembali naik ke peringkat 38 pada tahun 2013, lalu naik lagi ke peringkat 34 pada tahun 2014. (Oktaviani 2015) Tabel 1.1 Indeks Daya Saing Global 2014-2015 Negara GCI 2014-2015 GCI 2013-2014 Nilai Peringkat (dari 144) Peringkat (dari 148) Prancis 23 5.08 23 Saudi Arabia 24 5,06 20 Irlandia 25 4,98 28 Korea 26 4,96 25 Israel 27 4,95 27 China 28 4,89 29 Estonia 29 4,71 32 Islandia 30 4,71 31 Thailand 31 4,66 37 Puerto Rico 32 4,64 30 Chili 33 4,60 34 Indonesia 34 4,57 38 Spain 35 4,55 35 Portugal 36 4,54 51 Republik Ceko 37 4,53 46 azerbaijan 38 4,53 39 Sumber: Word Economic Forum, 2015 Menurut WEF, naiknya ranking indeks daya saing Indonesia pada periode 2013-2014 dikarenakan perbaikan di beberapa kriteria seperti inflastruktur dan konektifitas, kualitas tatakelola sektor swasta dan publik, efisiensi pemerintah, dan pemberantasan korupsi. WEF sendiri mengelompokkan Indonesia sebagai lima besar ekonomi ASEAN bersama Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam,

3 yang terus memperbaiki peringkat daya saing mereka sejak tahun 2009. (Seketariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Menurut Kuntoro (2011) jika Indonesia tidak memiliki daya saing yang tangguh, maka ekonominya akan hancur-lebur, tidak saja di pasar Internasional, tetapi juga di pasar domestik. Beberapa hal perlu dilakukan sebagai upaya memperkuat daya saing SDM Indonesia. Dari sekian banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing suatu bangsa, penguasaan dan penerapan teknologi merupakan factor yang paling menentukan untuk itu pemerintah harus mendorong tumbuhnya kreativitas dan inovasi teknologi, terutama teknologi baru di sektor manufaktur. Pola pertumbuhan ekonomi secara sektoral di Indonesia sejalan dengan kecenderungan proses pergeseran struktural yang terjadi di berbagai negara yaitu terjadi proses penurunan kontribusi sektor pertanian (sektor primer), sementara kontribusi sektor sekunder dan tersier cenderung meningkat. (Mudrajad Kuncoro, 2007). Menurut Chenery (1975) dalam Mudrajad Kuncoro (2007), proses pergeseran struktur perekonomian lebih dikenal sebagai transformasi perekonomian yang menitikberatkan pada beralihnya pertanian tradisional menuju ke sektor industri yang sebagai mesin utama pertumbuhan ekonominya. Peningkatan peran sektor industri dalam perekonomian sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita yang terjadi di suatu negara, berkaitan erat dengan akumulasi kapital dan peningkatan sumber daya manusia (human capital). Proses industrialisasi sudah sejak lama berkembang yaitu sekitar era 70- an. Pada awalnya proses Industrialisasi berkembang di benua Eropa tepatnya di negara Inggris yang terkenal dengan istilah revolusi industri pada abad 18. Perkembangan industrialisasi di Indonesia terjadi sekitar tahun 1975 yang ditandai dengan pergeseran struktur perekonomian dari sektor agraris menuju ke sektor industri. (Mastur dan Syafrudin, 2009)

4 Pada periode tahun 1968-2008, struktur perekonomian Indonesia mengalami perubahan mencolok, dimana sumbangan sektor pertanian terhadap PDB berangsurangsur dilampaui oleh sumbangan sektor industri manufaktur. Hingga tahun 2008, penurunan komoditi pertanian, terutama padi, menyebabkan sektor pertanian hanya berperan 13,67% terhadap pembentukan PDB atas harga konstan. Di sisi lain, ekspansi pada hampir semua komoditi industri menyebabkan industri manufaktur menyumbang 26,79% terhadap PDB. Penurunan sumbangan pertanian terjadi antara tahun 1988-1993. Setelah tahun tersebut sumbangan sektor pertanian tidak pernah melebihi sektor industri manufaktur. Sedangkan untuk sektor lainnya cenderung meningkat kecuali sektor jasa yang selalu turun dari tahun ke tahun. Tabel 1.2 Distribusi Presentasi Produk Domesti Bruto (PDB) Indonesia Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun 1968-2008 Lapangan Usaha 1978 1983 1988 1993 1998 2003 2008 1. Pertanian, Perternakan, Kehutanan dan 33,10 29,95 21,22 17,59 16,90 15,39 13,67 Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 10,98 7,45 15,9 13,86 9,96 10,66 8,28 3. Industri Pengolahan 12,42 15,13 18,19 21,1 25,33 27,97 26,79 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,56 0,88 0,55 0,73 1,50 0,66 0,72 5. Konstruksi 5,58 6,26 5,26 6,60 5,97 5,70 6,29 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 16,16 17,44 15,66 16,36 15,98 16,23 17,47 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,17 5,86 5,21 5,94 7,17 5,38 7,97 8. Keuangan, Real Estate, & 4,77 5,27 6,52 7,50 7,51 8,87 9,55 Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 11,24 11,76 11,50 10,31 9,69 9,14 9,27 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Indonesia 2016

5 Bertitik tolak dari subtansi latar belakang diatas, maka secara spesifik akan dibahas dan ditinjau secara empiris mengenai kondisi industry manufaktur di Indonesia tersebut melalui penelitian ini dengan judul Analisis Daya Saing Industri Manufaktur dan Perkembangan Ekspor di Indonesia Tahun 2009-2013 B. Perumusan Masalah Perumusan masalah penelitian merupakan pernyaaan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan kajian masalah. Terkait dengan hal ini, maka masalah dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut: Dengan memperhatikan latar belakang diatas tentang pentingnya analisis pemetaan daya saing industri manufaktur dan perkembangan ekspor di indonesia, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam Penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pertumbuhan ekspor dan tingkat daya saing industri manufaktur di Indonesia tahun 2009-2013? 2. Apakah faktor jumlah industri manufaktur, biaya input, tenaga kerja, dan upah berpengaruh terhadap daya saing Industri Manufaktur di Indonesia? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pertumbuhan ekspor dan daya saing industri manufaktur di Indonesia tahun 2009-2013.

6 2. Untuk mengetahui apakah faktor jumlah industri manufaktur, biaya input, tenaga kerja, dan upah berpengaruh terhadap daya saing Industri Manufaktur di Indonesia. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Bagi Pemerintah, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna untuk meningkatkan daya saing industri manufaktur di Indonesia. 2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian diharapkan menjadi reverensi agar peneliti selanjutnya bisa meneliti lebih luas tentang daya saing industri manufaktur di Indonesia. 3. Penelitian ini dapat memberikan sumbangasih terhadap perkembangan ilmu ekonomi studi pembangunan berkaitan dengan daya saing industri manufaktur dan perkembangan ekspor di Indonesia.