BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri, pemerintah Orde Baru cukup berhasil dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi (rata-rata 7% pada kurun waktu awal 1990-an hingga pertengahan 1990-an), sehingga Indonesia pernah dikategorikan sebagai Macan Asia oleh Bank Dunia. Hal itu mungkin menjadi prestasi tertinggi terakhir yang diperoleh Indonesia pada pemerintahan Orde Baru. Sektor pertanian tumbuh cepat yang didukung dengan peningkatan produktivitas padi. Pada awal pemerintahan Presiden Soeharto, Indonesia masih menjadi pengimpor beras terbesar di dunia. Pada tahun 1969 produksi beras Indonesia hanya 12 juta ton, namun meningkat pesat menjadi 28 juta ton pada tahun 1980-1989 dan menjadikannya sebagai negara swasembada beras. Prestasi ini mengundang kekaguman internasional sehingga pada tanggal 14 November 1985, Presiden Soeharto diundang untuk mempaparkan kunci-kunci keberhasilan pembangunan pangan di Indonesia, dalam forum sidang organisasi pangan dan Pertanian PBB (FAO). Produksi beras mengalami peningkatan sebesar 7.5 juta ton dalam periode tahun 1970-1979 dan 15 juta ton selama periode tahun 1980-1989. Pada akhir 1990-1999 produksi beras hanya meningkat 5,6 juta ton sebagai dampak krisis politik 1998 (Khoiril, 2013) Pada tahun 1999 ekonomi Indonesia mulai pulih kembali (walaupun prosesnya relatif lambat dibandingkan negara-negara lain yang juga terkena krisis, seperti misalnya Korea Selatan yang dalam satu tahun sudah bisa bangkit kembali sepenuhnya) 1
2 Dari laporan-laporan World Economic Forum terdahulu tercatat, indeks daya saing global Indonesia sempat berada di peringkat 54 pada tahun 2009, lalu naik ke peringkat 44 pada tahun 2010. Namun peringkat Indonesia kembali turun ke peringkat 46 pada tahun 2011 dan peringkat 50 pada tahun 2012, untuk selanjutnya kembali naik ke peringkat 38 pada tahun 2013, lalu naik lagi ke peringkat 34 pada tahun 2014. (Oktaviani 2015) Tabel 1.1 Indeks Daya Saing Global 2014-2015 Negara GCI 2014-2015 GCI 2013-2014 Nilai Peringkat (dari 144) Peringkat (dari 148) Prancis 23 5.08 23 Saudi Arabia 24 5,06 20 Irlandia 25 4,98 28 Korea 26 4,96 25 Israel 27 4,95 27 China 28 4,89 29 Estonia 29 4,71 32 Islandia 30 4,71 31 Thailand 31 4,66 37 Puerto Rico 32 4,64 30 Chili 33 4,60 34 Indonesia 34 4,57 38 Spain 35 4,55 35 Portugal 36 4,54 51 Republik Ceko 37 4,53 46 azerbaijan 38 4,53 39 Sumber: Word Economic Forum, 2015 Menurut WEF, naiknya ranking indeks daya saing Indonesia pada periode 2013-2014 dikarenakan perbaikan di beberapa kriteria seperti inflastruktur dan konektifitas, kualitas tatakelola sektor swasta dan publik, efisiensi pemerintah, dan pemberantasan korupsi. WEF sendiri mengelompokkan Indonesia sebagai lima besar ekonomi ASEAN bersama Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam,
3 yang terus memperbaiki peringkat daya saing mereka sejak tahun 2009. (Seketariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Menurut Kuntoro (2011) jika Indonesia tidak memiliki daya saing yang tangguh, maka ekonominya akan hancur-lebur, tidak saja di pasar Internasional, tetapi juga di pasar domestik. Beberapa hal perlu dilakukan sebagai upaya memperkuat daya saing SDM Indonesia. Dari sekian banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing suatu bangsa, penguasaan dan penerapan teknologi merupakan factor yang paling menentukan untuk itu pemerintah harus mendorong tumbuhnya kreativitas dan inovasi teknologi, terutama teknologi baru di sektor manufaktur. Pola pertumbuhan ekonomi secara sektoral di Indonesia sejalan dengan kecenderungan proses pergeseran struktural yang terjadi di berbagai negara yaitu terjadi proses penurunan kontribusi sektor pertanian (sektor primer), sementara kontribusi sektor sekunder dan tersier cenderung meningkat. (Mudrajad Kuncoro, 2007). Menurut Chenery (1975) dalam Mudrajad Kuncoro (2007), proses pergeseran struktur perekonomian lebih dikenal sebagai transformasi perekonomian yang menitikberatkan pada beralihnya pertanian tradisional menuju ke sektor industri yang sebagai mesin utama pertumbuhan ekonominya. Peningkatan peran sektor industri dalam perekonomian sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita yang terjadi di suatu negara, berkaitan erat dengan akumulasi kapital dan peningkatan sumber daya manusia (human capital). Proses industrialisasi sudah sejak lama berkembang yaitu sekitar era 70- an. Pada awalnya proses Industrialisasi berkembang di benua Eropa tepatnya di negara Inggris yang terkenal dengan istilah revolusi industri pada abad 18. Perkembangan industrialisasi di Indonesia terjadi sekitar tahun 1975 yang ditandai dengan pergeseran struktur perekonomian dari sektor agraris menuju ke sektor industri. (Mastur dan Syafrudin, 2009)
4 Pada periode tahun 1968-2008, struktur perekonomian Indonesia mengalami perubahan mencolok, dimana sumbangan sektor pertanian terhadap PDB berangsurangsur dilampaui oleh sumbangan sektor industri manufaktur. Hingga tahun 2008, penurunan komoditi pertanian, terutama padi, menyebabkan sektor pertanian hanya berperan 13,67% terhadap pembentukan PDB atas harga konstan. Di sisi lain, ekspansi pada hampir semua komoditi industri menyebabkan industri manufaktur menyumbang 26,79% terhadap PDB. Penurunan sumbangan pertanian terjadi antara tahun 1988-1993. Setelah tahun tersebut sumbangan sektor pertanian tidak pernah melebihi sektor industri manufaktur. Sedangkan untuk sektor lainnya cenderung meningkat kecuali sektor jasa yang selalu turun dari tahun ke tahun. Tabel 1.2 Distribusi Presentasi Produk Domesti Bruto (PDB) Indonesia Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun 1968-2008 Lapangan Usaha 1978 1983 1988 1993 1998 2003 2008 1. Pertanian, Perternakan, Kehutanan dan 33,10 29,95 21,22 17,59 16,90 15,39 13,67 Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 10,98 7,45 15,9 13,86 9,96 10,66 8,28 3. Industri Pengolahan 12,42 15,13 18,19 21,1 25,33 27,97 26,79 4. Listrik, Gas & Air Bersih 0,56 0,88 0,55 0,73 1,50 0,66 0,72 5. Konstruksi 5,58 6,26 5,26 6,60 5,97 5,70 6,29 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 16,16 17,44 15,66 16,36 15,98 16,23 17,47 7. Pengangkutan dan Komunikasi 5,17 5,86 5,21 5,94 7,17 5,38 7,97 8. Keuangan, Real Estate, & 4,77 5,27 6,52 7,50 7,51 8,87 9,55 Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 11,24 11,76 11,50 10,31 9,69 9,14 9,27 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Indonesia 2016
5 Bertitik tolak dari subtansi latar belakang diatas, maka secara spesifik akan dibahas dan ditinjau secara empiris mengenai kondisi industry manufaktur di Indonesia tersebut melalui penelitian ini dengan judul Analisis Daya Saing Industri Manufaktur dan Perkembangan Ekspor di Indonesia Tahun 2009-2013 B. Perumusan Masalah Perumusan masalah penelitian merupakan pernyaaan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan kajian masalah. Terkait dengan hal ini, maka masalah dalam penelitian ini dapat diformulasikan sebagai berikut: Dengan memperhatikan latar belakang diatas tentang pentingnya analisis pemetaan daya saing industri manufaktur dan perkembangan ekspor di indonesia, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam Penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pertumbuhan ekspor dan tingkat daya saing industri manufaktur di Indonesia tahun 2009-2013? 2. Apakah faktor jumlah industri manufaktur, biaya input, tenaga kerja, dan upah berpengaruh terhadap daya saing Industri Manufaktur di Indonesia? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pertumbuhan ekspor dan daya saing industri manufaktur di Indonesia tahun 2009-2013.
6 2. Untuk mengetahui apakah faktor jumlah industri manufaktur, biaya input, tenaga kerja, dan upah berpengaruh terhadap daya saing Industri Manufaktur di Indonesia. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Bagi Pemerintah, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna untuk meningkatkan daya saing industri manufaktur di Indonesia. 2. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian diharapkan menjadi reverensi agar peneliti selanjutnya bisa meneliti lebih luas tentang daya saing industri manufaktur di Indonesia. 3. Penelitian ini dapat memberikan sumbangasih terhadap perkembangan ilmu ekonomi studi pembangunan berkaitan dengan daya saing industri manufaktur dan perkembangan ekspor di Indonesia.