BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhasil guna, manjur atau mujarab (KBBI online). Efektivitas merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

No. KOMPETENSI INTI GURU KOMPETENSI GURU TK/ PAUD Kompetensi Pedagodik

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

STANDAR KOMPETENSI GURU (Permendiknas No. 16 Tahun 2007)

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

STANDAR KOMPETENSI GURU KELAS SD/MI

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

Analisis Kebutuhan Pelatihan Kompetensi Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjungkerta Kabupaten Sumedang

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KISI- KISI UJI KOMPETENSI GURU (UKG)

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

KARTU BIMBINGAN PPL DI SEKOLAH MITRA TAHUN AKADEMIK 2014/2015

KOMPETENSI PENDIDIK (GURU PAUD, GURU PENDAMPING, GURU PENDAMPING MUDA) 1 KOMPETENSI GURU PAUD

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.menurut (Farida

SUPERVISI AKADEMIK DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu. mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

Saiful Bahri, Supervisi Akademik...

BAB III METODE PENELITIAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL STANDAR KOMPETENSI GURU KURIKULUM 2006 (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PENDIDIKAN AGAMA PADA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI TAMAN KANAK-KANAK/RAUDHATUL ATHFAL (TK/RA)

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

KEGIATAN BELAJAR 1 KOMPETENSI GURU

UPAYA PENGEMBANGAN BAHASA CIREBON MELALUI PENYIAPAN GURU PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU

PEMETAAN PROFIL DAN KOMPETENSI GURU PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN TINGKAT SEKOLAH DASAR DI KOTA BENGKULU

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

KINERJA DOSEN DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, INOVATIF, EFEKTIF DAN MENYENANGKAN

INSTRUMEN D PENILAIAN BUKU PANDUAN PENDIDIK. Bobot (B)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KRITERIA PENILAIAN KINERJA GURU PEMULA PADA PROGRAM INDUKSI GURU PEMULA (PIGP)

JENIS-JENIS KOMPETENSI GURU TK

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Agar proses

MANFAAT HASIL PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SEBAGAI KESIAPAN GURU PRODUKTIF

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu menghadapi dan memecahkan

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

MATERI BEDAH KISI-KISI DAN SOAL UKG, & STRATEGI SUKSES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian ex-post facto, yaitu suatu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2008 TENTANG

DEFINISI DI ATAS MELIPUTI ASPEK

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sasaran utama tidaklah hanya berbentuk fasilitas-fasilitas saja,

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. mungkin proses belajar mengajar akan berhasil dengan lancar dan baik.

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pemimpin kelas, dan berbagai peran lainnya. Sejatinya guru adalah sebagai. penjamin mutu pendidikan yang paling terdepan.

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN KOMPETENSI SOSIAL GURU (STUDI TENTANG PERAN GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM MASYARAKATNYA DI SMP NEGERI 1 WONOSARI KLATEN)

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum pendidikan nasional yang berlaku saat ini sudah mengalami

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Yuniyarti, 2014 Pengaruh Pengelolaan Kelas terhadap Prestasi Belajar Siswa

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. masyarakat yang diserahi kewajiban memberi pendidikan. Sekolah merupakan

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI GURU

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Secara bahasa efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya adalah ada efeknya (akibat, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab, hasil, berhasil guna, manjur atau mujarab (KBBI online). Efektivitas merupakan derajat kesesuaian antara tujuan yang diharapkan dengan hasil yang didapatkan. Mengukur efektivitas dalam lingkup sumber daya manusia, tidak dapat langsung terlihat seperti bidang lain yang dapat diukur hanya secara kuantitatif saja. Efektivitas pelayanan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru dapat diwujudkan apabila terdapat beberapa indikator sebagai ukuran. Sedarmayanti (1995: 61) mengemukakan bahwa untuk efektivitas suatu lembaga dapat dilihat dari beberapa kriteria yang terpenuhi yaitu: 1. Input Merupakan dasar dari sesuatu yang akan diwujudkan atau dilaksanakan berdasarkan apa yang direncanakan yang berpengaruh pada hasil. 2. Proses Efektivitas dapat diwujudkan apabila memperlihatkan proses produksi yang mempunyai kualitas karena dapat berpengaruh pada kualitas hasil yang akan dicapai secara keseluruhan. Proses produksi menggambarkan bagaimana proses pengembangan suatu hal yang dapat berpengaruh terhadap hasil. 3. Hasil Hasil berupa kuantitas atau bentuk fisik dari kerja kelompok atau organisasi. Hasil yang dimaksud dapat dilihat dari perbandingan antara masukan (Input) dan keluaran, usaha dan hasil, presentase pencapaian program kerja dan sebagainnya. 4. Produktivitas 6

7 Produktivitas adalah bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil barang dan jasa setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien, produktivitas berpengaruh pada efektivitas yang berorientasi pada keluaran atau hasil. Produktifitas mencakup pendidikan, motivasi dan pendapatan (Sastra, 2015: 77-78). Pencapaian efektivitas pada pelaksanaan supervisi juga dapat dilihat dari parameter hasil penilaian seperti di bawah ini: Amat Baik (A) 85 < AB 100 Baik (B) 65 < B 85 Cukup (C) 50 < C 65 Kurang (K) 50 B. Supervisi Kepala Sekolah 1. Pengertian Supervisi Kepala Sekolah Supervisi secara bahasa berarti pengawasan utama; pengontrolan tertinggi (KKBI online). Supervisi dalam proses pendidikan pada dasarnya adalah pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu guru agar semakin cakap sesuai dengan perkembangan dalam ilmu pendidikan, sehingga ia mampu meningkatkan efektivitas proses pembelajaran di sekolah (Hadari dalam Kompri, 2017: 205). Supervisi kepala sekolah adalah perbaikan dan perkembangan proses pendidikan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap guru, yang berarti bahwa supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti luas, termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas-fasilitas, pelayanan kepemimpinan dan pembinaan yang baik (Kompri, 2017: 206).

8 Supervisi mempunyai pengertian yang luas, bukan hanya dalam bentuk dasarnya saja yaitu upaya pengawasan tetapi lebih pada pemberian bantuan dari pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Bantuan tersebut dapat berupa motivasi dan bimbingan. 2. Tujuan Supervisi Kepala Sekolah Supervisi adalah adalah kegiatan pemberian layanan dan bantuan kepada guru. Oleh karena itu tujuan supervisi kepala sekolah juga mengarah pada pemberian layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi dan hasil belajar. Secara terperinci tujuan pelaksanaan supervisi kepala sekolah menurut Depag RI (2005: 11) adalah sebagai berikut: a. Memberikan bantuan kepada guru dalam memodifikasi polapola pembelajaran yang kurang efektif. b. Meningkatkan kinerja pendidik. c. Membantu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan pengelolaan sekolah agar proses pembelajaran dapat tercapai dengan optimal. d. Menciptakan kualitas pengalaman pembelajaran dengan mengefektifkan seluruh komponen pendidikan. e. Memberikan semangat agar seluruh tenaga pengelola pendidikan di sekolah mampu melaksanakan tugas dan fungsinya secara efektif dan efesien. f. Melaksanakan fungsi sebagai pengendali mutu pendidikan sehingga kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan sesuai dengan aturan dan mampu mencapai target maksimal yang diinginkan. (Kompri, 2017: 209). Selain tujuan di atas, supervisi kepala sekolah juga diarahkan kepada dua sasaran pokok, yaitu supervisi kegiatan yang bersifat teknis edukatif dan teknis administratif. Supervisi teknis edukatif meliputi

9 kurikulum, proses pembelajaran dan evaluasi/penilaian. Adapun supervisi teknis administratif meliputi administrasi personal, administrasi materil, administrasi keuangan, administrasi laboraturium, perpustakaan sekolah dan lain-lain (Kompri, 2017: 211). 3. Jenis-Jenis Supervisi Kepala Sekolah Berdasarkan banyaknya peran dan tugas yang dilakukan oleh guru, maka kegiatan supervisipun terbagi ke dalam beberapa jenis. Jenisjenis supervisi dalam dunia pendidikan dapat dibedakan dalam tiga jenis, yaitu supervisi akademik, supervisi klinis, dan supervisi administratif. a. Supervisi Akademik Hakikat dari kepengawasan akademik adalah pengendalian ketuntasan dalam pencapaian sasaran akademik, yang dilaksanakan melalui pengawasan dan bimbingan terhadap guru agar proses mengajar lebih efektif. Sasaran tersebut adalah proses pembelajaran peserta didik dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Proses pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti guru, peserta didik, kurikulum, dan lain-lain. Dalam hal ini, guru merupakan faktor yang paling dominan, karena di tangan gurulah efektifitas pembelajaran dapat dicapai. Kualitas guru dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran. Oleh karena itu, supervisi akademik fokus pada upaya yang sifatnya memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional,

10 sehingga mereka mampu dalam melaksanakan perbaikan dan peningkatan proses dan hasil belajar (Satori, 2016: 57-58). b. Supervisi Klinis Supervisi klinis adalah suatu proses kepemimpinan dalam pendidikan yang bertujuan mengembangkan profesional guru khususnya dalam penampilan mengajar, berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan objektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut. c. Supervisi Administratif Supervisor selain harus memiliki wawasan dan kemampuan profesional dalam bidang teknis pendidikan dia juga dituntut untuk memiliki wawasan dan kemampuan dalam bidang teknis administratif. Karena bidang administratif juga merupakan lingkup tugas kepengawasan yang harus dilakukan. Sistem administrasi yang diperhatikan dalam pelaksanaan supervisi administrasi adalah administrasi kesiswaan, administrasi ketenagaan, administrasi ketenagaan pendidikan, administrasi keuangan, administrasi hubungan sekolah, administrasi kelembagaan, administrasi guru kelas, administrasi laboraturium, administrasi perpustakaan, administrasi perkantoran dan surat menyurat, administrasi kegiatan ekstrakulikuler dan sebagainya (Kompri, 2017: 222).

11 4. Tenik-Teknik Supervisi Supervisi dapat dilaksanakan dengan menggunakan dua teknik, yaitu teknik individual dan teknik kelompok. Di antara kegiatan yang dilakukan dalam teknik individual adalah mengadakan kunjungan kelas, observasi kelas, percakapan individual, dan lain-lain. Sedangkan kegiatan yang dilakukan dalam teknik kelompok antara lain: pertemuan orientasi, rapat guru, studi kelompok antar guru, diskusi sebagai proses kelompok, dan lain-lain: a. Teknik individual Teknik supervisi individu yang digunakan oleh supervisor, dalam pelaksanaannya menyentuh langsung kegiatan guru dalam mengajar. Teknik individual dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: 1) Kunjungan Kelas Teknik kunjungan kelas adalah kunjungan yang sewaktu-waktu dilakukan oleh seorang supervisor (kepala sekolah, penilik, atau pengawas) untuk melihat atau mengamati seorang guru yang sedang mengajar, tujuannya untuk melihat bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi syarat-syarat didaktik dan metode. Kunjungan kelas adalah teknik yang paling efektif untuk mengamati guru bekerja, alat, metode dan teknik mengajar tertentu yang dipakainya dan mempelajari situasi pembelajaran secara

12 keseluruhan dengan memperhatikan semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan siswa. (Sutisno dalam Kompri, 2017: 224) Supervisor akan membincangkan tentang kendala yang dihadapi guru untuk kemudiannya mencari solusinya, sehingga situasi pembelajaran dapat ditingkatkan menjadi lebih baik. Tujuan yang diinginkan melalui teknik-teknik kunjungan kelas ini adalah membantu guru untuk mengetahui kekeliruan yang dibuatnya dalam mengajar (Sagala, 2012: 187). 2) Observasi Kelas Observasi kelas dilakukan bersamaan dengan kunjungan kelas yang dilakukan oleh supervisor untuk mengamati guru yang sedang mengajar di kelas. Tujuan observasi kelas ingin memperoleh informasi secara langsung mengenai segala sesuatu yang terjadi saat proses belajar mengajar berlangsung. Data dan informasi ini digunakan sebagai dasar bagi supervisor untuk melakukan pembinaan terhadap guru yang diobservasi. Selama berada di kelas, supervisor melakukan pengamatan dengan menggunakan instrumen tertentu, terhadap suasana kelas yang diciptakan dan dikembangkan oleh guru selama jam pelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan bukanlah untuk

13 mencari kesalahan, dan jika ada kesalahan akan dilakukan tindakan disiplin. Hal ini harus jelas bagi guru, bahwa manfaat observasi adalah untuk meningkatkan kualitasnya dalam mengajar setelah ditemukan berbagai titik lemah. 3) Menilai diri sendiri Menilai diri sendiri dilaksanakan dengan percakapan pribadi antara kepala sekolah dan guru. Pertemuan pribadi antara supervisor dengan guru untuk membicarakan masalahmasalah khusus yang dihadapi guru. Umumnya materi yang dipercakapan adalah hasil-hasil kunjungan kelas dan observasi kelas yang telah dilakukan oleh supervisor. Dalam percakapan ini supervisor berusaha menyadarkan guru akan kelebihan dan kekurangannya. Guru yang memutuskan dan menilai dirinya sendiri apakah sudah melakukan hal yang benar, maka supervisor mendorong agar yang sudah baik lebih ditingkatkan. Tetapi jika guru tersebut menilai dirinya sendiri belum melakukannya dengan benar dan yang masih kurang atau yang keliru, maka supervisor membantu guru tersebut agar diupayakan untuk memperbaikinya. 4) Demonstrasi Mengajar Demonstrasi mengajar adalah satu upaya supervisor membantu guru yang disupervisi dengan menunjukkan kepada mereka bagaimana mengajar yang baik. Yang melakukan

14 demonstrasi mengajar adalah supervisor. Dengan demonstrasi mengajar, supervisor mempraktikkan penggunaan metodemetode mengajar yang tepat, atau metode mengajar yang baru, atau penggunaan alat-alat bantu mengajar, penggunaan alat evaluasi, dan sebagainya. Selama demonstrasi berlangsung, para guru yang sedang berlatih mencatat dengan teliti apa yang ditampilkan oleh supervisor (Sagala, 2012: 188-190). b. Teknik kelompok Teknik supervisi kelompok memiliki tujuan untuk menghadapi dan memecahkan permasalahan pendidikan secara bersama-sama antara kepala sekolah dan guru. Teknik kelompok dapat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut: a. Pertemuan Orientasi Pertemuan orientasi adalah pertemuan yang dilakukan oleh supervisor terhadap guru yang bertujuan untuk mengantarkan guru memasuki suasana kerja dan memperkenalkan tugas dan tanggungjawabnya sebagai tenaga pendidik. Setelah dilakukan pertemuan diharapkan guru terhindar dari berbagai masalah yang dihadapinya dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pertemuan orientasi memberikan kesempatan kepada guru untuk mengungkapkan pengalamannya secara benar, sehingga membantu memahami

15 apa saja yang akan menjadi tugas dan tanggungjawabnya dalam melaksanakan peranannya sebagai tenaga pendidik. b. Rapat guru Rapat guru banyak sekali jenisnya, baik dilihat dari sifatnya, jenis kegiatannya, tujuannya, jumlah pesertasnya, dan lain sebagainya. Rapat guru yang dipimpin oleh supervisor akan menghasilkan guru yang baik, jika direncanakan dengan baik, dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan ditindaklanjuti sesuai dengan kesepakatan yang dicapai dalam rapat. Melalui rapat akan membantu guru dalam melaksanakan tugas dengan baik dan mampu membantu kesulitan guru sesuai permasalahan yang dihadapinya. c. Studi Kelompok antar Guru Studi kelompok antar guru adalah suatu kegiatan dapat dilakukan oleh sejumlah guru yang memilih keahlian di bidang tertentu, seperti matematika, IPA, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan sebagainya. Studi kelompok antar guru mata pelajaran tergabung dalam organisasi Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di sekolah dan di daerah masingmasing. Mereka melakukan pertemuan untuk mempelajari atau mengkaji suatu masalah yang menyangkut penyajian dan

16 pengembangan materi bidang studi sesuai mata pelajarannya masing-masing (Sagala, 2012: 175-178). d. Workshop (Lokakarya) Workshop dalam kegiatan supervisi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi pada sejumlah guru atau pendidik yang mempunyai masalah yang relatif sama dan ingin dipecahkan bersama melalui percakapan dan bekerja secara kelompok mapun bersifat perseorangan. Misalnya, terdapat problem penyusunan silabus mengacu pada standar isi atau yang disebut menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Untuk merumuskan dan menyusun KTSP para supervisor dapat menggunakan teknik workshop dengan jumlah peserta 50 s.d 75 orang. Dalam hal ini supervisor harus dibantu oleh narasumber yang menguasai teknik dan cara menyusun KTSP (Sagala, 2012: 181). 5. Kompetensi Kepala Sekolah Kepala sekolah menjalankan peran dan tanggungjawab yang besar. Selain sebagai seorang pemimpin kepala sekolah juga menjalankan perannya sebagai pendidik, motivator, supervisor dan manajer. Oleh karena itu untuk menjadi kepala sekolah harus memiliki kompetensi di antaranya:

17 a. Mampu merumuskan dan menjelaskan tujuan pembelajaran; secara bersama-sama, kepala sekolah dan guru merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menyepakati cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran dan melaksanakannya secara konsisten untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Mampu mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum; kepala sekolah mengarahkan dan membimbing guru dalam mengembangkan kurikulum, mulai dari: perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah; pengembangan struktur dan muatan kurikulum; dan pembuatan kalender sekolah. c. Mampu membimbing pengembangan dan perbaikan proses belajar mengajar (PBM); kepala sekolah memiliki kemampuan dalam membimbing dan memfasilitasi perbaikan proses belajar mengajar yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan kelas. d. Mampu mengevaluasi kinerja guru dan mengembangannya ; secara periodik, kepala sekolah melakukan evaluasi kinerja guru untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja guru serta mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pengembangan keprofesian guru. e. Mampu melayani siswa dengan prima; kepala sekolah harus mampu mengajak guru dan karyawan untuk memberikan layanan

18 pembelajaran kepada siswa secara prima dan siswa merupakan pelanggan utama sekolah yang harus menjadi fokus perhatian warga sekolah. f. Mampu menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif; pemimpin pembelajaran harus selalu menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif. Kepala sekolah efektif melakukan hal-hal berikut: luwes dalam pengendalian, membangun teamwork di sekolahnya, komitmen kuat terhadap pencapaian visi dan misi sekolah, menghargai guru dan karyawan atas dedikasinya, memecahkan masalah secara kolaboratif, melakukan delegasi secara efektif, dan fokus pada proses belajar mengajar (Mena, dkk, 2017). 6. Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor Salah satu fungsi kepemimpinan kepala sekolah adalah fungsi supervisor terhadap guru-guru dan pegawai lainnya. Kegiatan pengawasan kepala sekolah dalam keseluruhan proses pendidikan merupakan bagian yang integral terhadap keseluruhan proses pedidikan lainnya, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dapat tercapai dengan efektif dan efesien melalui kegiatan guru-guru sebagai para pelaksananya (Kompri, 2017: 213). Kepala sekolah sebagai supervisor harus diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya. Kemampuan menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan program supervisi kelas,

19 untuk kegiatan ekstrakulikuler, perpustakaan, laboraturium, dan ujian. Kepala sekolah sebagai supervisor harus memperhatikan prinsip-prinsip : a. Hubungan konsultatif, kolegial dan hierarki. b. Dilaksanakan secara demokratis. c. Berpusat kepada tenaga kependidikan (guru). d. Dilakukan berdasarkan kebutuhan tenaga kependidikan (guru). e. Merupakan bantuan profesional. (Mulyasa, 2011: 112). C. Kompetensi Guru 1. Pengertian Kompetensi Guru Kompetensi mengandung makna kapasitas, keterampilan, atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan benar dan secara efesien, atau suatu lingkup kemampuan seseorang atau kelompok. Merujuk pada beberapa pendapat ahli pendidikan seperti dirumuskan oleh Sutopo (2011), kompetensi guru adalah keadaan yang menggambarkan apa yang seharusnya mampu dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan pekerjaan, yang tercermin dari perilaku, tindakan, kegiatan, maupun hasil yang dapat ditampilkannya (Satori, 2016: 190). Menurut Barlow (Muhibbin, 1997: 229) bahwa kompetensi guru adalah kemampuan dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggungjawab dan layak. Sependapat dengan kutipan di atas, dalam hal ini Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 045/U/2002, memberikan batasan kompetensi sebagai seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggungjawab (Tanireja dkk, 2016: 71).

20 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi adalah suatu keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Kemudian kompetensi guru berarti suatu keterampilan dan kemampuan yang harus ada/dimiliki oleh seorang guru dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. 2. Macam-Macam Kompetensi Guru Kompetensi guru terdiri dari empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogi, kompetensi sosial, kompetensi profesional, dan kompetensi kepribadian. Guru yang memiliki keempat kompetensi itu secara maksimal akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga proses pembelajaran berada pada tingkat optimal (Hamatih dalam Nurhayati, 2017: 123). Secara rinci kompetensi guru dijelaskan di bawah ini: a. Kompetensi Pedagogi Kompetensi pedagogi apabila dilihat dari segi proses pembelajaran, merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik. Hal ini harus mampu diwujudkan oleh setiap guru untuk mencerdaskan kehidupan bangsa (Balqis, 2015: 26) Standar Nasional Pendidikan dalam penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a mengemukakan bahwa kompetensi pedagogi adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta

21 didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Mulyasa, 2009: 75). Kompetensi pedagogi adalah kemampuan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran peserta didik yang didasarkan pada ilmu mendidik (Tanireja dkk, 2016: 75). Secara rinci kompetensi pedagogi mencakup : 1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spriritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. 3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik. 7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. 8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 9) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Satori, 2016: 190-191).

22 b. Kompetensi Kepribadian Standar Nasional Pendidikan dalam penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia (Mulyasa, 2009: 117). Setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian. Guru tidak hanya dituntut untuk mampu memaknai pembelajaran, tetapi yang paling penting adalah bagaimana dia menjadikan pembelajaran sebagai ajang pembentukan kompetensi dan perbaikan kualitan pribadi peserta didik (Tanireja dkk, 2016: 79). Secara rinci kompetensi kepribadian mencakup : 1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia. 2) Menampilkan diri sebagai yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat. 3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. 4) Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri. 5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru (Satori, 2016: 191).

23 c. Kompetensi Sosial Standar Nasional Pendidikan dalam penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b, mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (Mulyasa, 2009: 173). Secara rinci kompetensi sosial mencakup : 1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi. 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat. 3) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. 4) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keberagaman sosial budaya (Satori, 2016: 191). d. Kompetensi Profesional Standar Nasional Pendidika dalam penjelasan pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran

24 secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (Mulyasa, 2009: 135). Secara rinci kompetensi profesional mencakup : 1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu. 2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu. 3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. 4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif. 5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri (Satori, 2016: 191-192). 3. Peningkatan Kompetensi Guru Kompetensi guru merupakan salah satu prasyarat untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Hanya para guru yang mempunyai tingkat kompetensi memadai yang diyakini dapat memberikan bimbingan pendidikan dan pembelajaran untuk anak didik. Karena kompetensi yang dimiliki oleh guru merupakan bekal yang paling utama. Peningkatan kompetensi guru harus terus mendapat perhatian dari semua pihak. Kerja sama dan sinergisitas kerja memungkinkan pencapaian tujuan secara cepat dan tepat. Untuk dapat mewujudkan

25 peningkatan kompetensi guru ada banyak hal yang dapat dilakukan, antara lain: a. Belajar Secara Mandiri Guru mengaktifkan diri pada kegiatan belajar dan berlatih. Kegiatan belajar dan berlatih yang dilakukan secara mandiri dan autodidak inilah yang selanjutnya diharapkan dapat meningkatkan kompetensi para guru. Proses belajar mandiri yang dimaksud adalah kesadaran guru untuk secara intens melakukan proses pendidikan dan pembelajaran dengan membaca, dan melatih kemampuan dirinya (Saroni, 2017: 219). b. Program Pendidikan Profesi Pendidikan profesi terkait dengan kompetensi yang sesuai dengan aspek pendidikan. Pendidikan profesi ini mengedepankan proses pembekalan guru atas beberapa teori dan keterampilan dan terkait dengan proses pendidikan dan pembelajaran. Setiap guru yang mengikuti program pendidikan profesi diarahkan untuk dapat menguasai berbagai ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan inilah yang sesungguhnya harus menjadi bekal dasar seorang guru (Saroni, 2017: 217). c. Pelaksanaan Supervisi Pengawasan dan pembinaan yang tepat dan terus menerus yang diberikan kepada guru berkontribusi terhadap peningkatan

26 kompetensi guru. Dengan supervisi yang efektif dapat menciptakan kondisi yang layak bagi pertumbuhan profesional guru, membantu guru memperoleh arah diri dan memahami masalah yang dihadapi. Dari hal tersebut dapat merangsang kreatifitas guru untuk memunculkan gagasan perubahan dan pembaharuan yang ditujukan untuk meningkatkan kompetensi guru dan memperbaiki proses pembelajaran (Satori, 2016: 54). D. Penelitian Terdahulu Skripsi Nur Ali Aziz Adetia (1001100035) tahun 2017, Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah dalam Perencanaan Pembelajaran Guru terhadap Mutu RPP di SD Negeri 1 Kalimanah Wetan Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan jenis penelitian studi korelasional. Sampel penelitian sebanyak 9 guru. Teknik pengumpulan data menggunakan angket tertutup model rating scale untuk variabel pengaruh supervisi kepala sekolah dalam perencanaan pembelajaran guru, sementara untuk variabel mutu RPP menggunakan cek list. Persamaan Penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah pada variabel supervisi kepala sekolah. Adapun perbedaan penelitian yang peneliti laksanakan dengan penelitian terdahulu adalah pada pendekatan dan jenis penelitian, metode pengumpulan data dan teknik analisis data. Pada penelitian tersebut menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian studi korelasi, sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan

27 jenis penelitian studi kasus. Kemudian variabel kedua pada skripsi terdahulu adalah mutu RPP, sedangkan pada penilitian ini adalah kompetensi guru. Skripsi Nita Setiani (1306010012) tahun 2017, Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang berjudul Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogi Guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah 1 Purwokerto. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian adalah kepala sekolah dan 3 orang guru Pendidikan Agama Islam. Metode pengumpulan datanya berupa metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis datanya menggunakan analisis data deskriptif kualitatif. Persamaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah pada subjek penelitiannya, yaitu kepala sekolah dan guru. Namun perbedaanya pada fokus penelitiannya. Penelitian di atas fokus pada peran kepala sekolah sedangkan penelitian ini pada supervisi kepala sekolah. Kemudian perbedaannya pada variabel kedua. Penelitian terdahulu menggunakan variabel kompetensi pedagogi guru, sedangkan pada penelitian ini adalah kompetensi guru, di mana kompetensi pedagogi guru merupakan salah satu bagian dari kompetensi guru. Jadi pembahasan penelitian ini lebih lengkap dari penelitian di atas.