WNPG XI Bahas Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia Berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia menempati urutan ke-3 (tiga) sebagai negara dengan jumlah anak stunting tertinggi. Stunting* menjadi problem yang begitu berat karena tidak lagi hanya merupakan masalah kesehatan saja, tetapi permasalahan multidimensi yang juga terkait akses air bersih, akses pangan, dan pola asuh. Inilah kenapa permasalahan stunting membutuhkan kerjasama kementerian, lembaga, industri, dan universitas agar bersama-sama menyinergikan pencegahan stunting, kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko, di sela-sela acara WNPG XI pada Selasa (3/7) di Bidakara Jakarta. Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir menjelaskan, permasalahan stunting juga terkait pada masalah kebersihan lingkungan dan polusi. Banyaknya limbah yang dibuang di sungai Citarum khususnya sampah plastik sangat buruk untuk lingkungan karena ikan yang hidup di Citarum akan makan mikroplastik dan nantinya ikan tersebut akan dikonsumsi oleh anak-anak. Situasi inilah yang sangat rentan menyebabkan stunting pada anak-anak karena ikan yang dikonsumsi tidak layak gizinya, ujarnya. Nasir menjelaskan, sesuai arah riset nasional 2018, penelitian terkait stunting diharapkan bisa mengawal kebijakan tentang pangan dan kesehatan. Percepatan penurunan stunting dapat disinergikan dibawah Kemenkopmk dan DPR RI khususnya untuk mengawal RUU Sistem Inovasi Nasional (SINAS) agar arah riset bisa diintegrasikan, ungkapnya (lyr, ed:dig) * Kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI (Kemenko PMK), Puan Maharani memaparkan, 30 persen bayi di Indonesia mengalami stunting. Apabila angka stunting tinggi, daya saing ekonomi global akan sulit. Kasus malnutrisi Indonesia harus segera diatasi. Dalam Millennium Development Goals (MDGs) kasus malnutrisi ini yang masih belum bisa dicapai, ungkapnya. Puan menjelaskan, saat ini pemerintah sudah melakukan program pencegahan stunting di 1.800 kabupaten kota. Meskipun sudah ada 12 kementerian dan lembaga yang menjalankan program penurunan stunting, namun belum bisa terintegrasi programnya karena belum ada data desa yang tepat. Agar program tidak tumpang tindih harus ada data desa yang jelas mana yang telah dijadikan sasaran target programnya, ungkapnya. Puan berharap, WNPG XI mampu membangun kesadaran publik secara luas agar memahami pentingnya pencegahan stunting pada anak sejak 1.000 hari pertamanya. Hasil WNPG ini diharapkan menjadi rumusan program dan kebijakan yang efektif dari masalah stunting. (lyr, ed: dig) Penurunan Stunting untuk Daya Saing Bangsa yang Lebih Baik
Wakil Presiden RI Bahas Stunting di WNPG XI Pemahaman yang berbeda tentang stunting di masyarakat menjadi salah satu permasalahan. Banyak yang belum paham apa itu stunting. Stunting itu artinya kerdil dan bukan hal yang baru sehingga kita harus mengoreksi diri, Wakil Kepala Presiden, Jusuf Kalla saat memberi arahan di Widya Karya Pangan dan Gizi (WNPG) XI pada Selasa (3/7) di Jakarta. Kalla menjelaskan, dulu kita ada kebiasaan yang saat ini mulai ditinggalkan seperti slogan 4 sehat 5 sempurna, makan bubur kacang hijau di sekolah dan pemberian susu gratis di sekolah. Kebiasaan dahulu sudah mulai banyak dilupakan dan menyebabkan tidak semua masyarakat di wilayah Indonesia memiliki pemahaman yang baik tentang makanan bergizi, jelasnya. Kalla menambahkan, stunting bukanlah masalah saat ini saja tetapi masalah yang akan kita rasakan di masa depan. Kalau sejak di kandungan anak tidak dapat gizi baik dan ASI eksklusif bisa dipastikan bahwa anak ini berpotensi stunting. Anak yang stunting pasti memiliki produktivitas yang rendah dan tentunya berdampak pada aspek ekonomi. Bahkan sebanyak 9 juta anak bayi cenderung kerdil. Kita harus mengampanyekan pentingnya ASI eksklusif, terangnya. Selain itu, Kalla juga mengingatkan bahwa salah satu langkah memperbaiki gizi anak Indonesia yakni melakukan kampanye yang disesuaikan dengan budaya makanan dan budaya gizi di masing-masing wilayah Indonesia (lyr)
WNPG XI Angkat Pentingnya Investasi pada Program Penurunan Stunting Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) atau Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Soemantri Brodjonegoro mengatakan, masalah stunting adalah masalah nasional yang cukup serius karena bisa mengganggu pembangunan. Istilahnya 1 dari 3 anak Indonesia yang berusia di bawah 2 tahun banyak yang terkena stunting, ungkapnya. Bambang menjelaskan, Indonesia saat ini tengah memiliki bonus demografi. Situasi ini apabila bisa dimanfaatkan oleh kita tentu akan berdampak positif untuk pembangunan ekonomi. Namun, bila sepertiga dari anak Indonesia stunting maka bonus demografi tidak bermanfaat untuk pembangunan nasional. Kita harus sepakat bahwa persoalan stunting menjadi prioritas, ungkapnya. Ia menjelaskan, berdasarkan studi yang dilakukan kerugian ekonomi Indonesia akibat stunting mencapai 2-3 persen PDB atau 400 triliun rupiah kerugian ekonomi pertahunnya. Kalau kita mau menginvestasikan pada program penurunan angka stunting maka return of investment dari program ini tingkat pengembaliannya 48 kali lipat lebih menguntungkan, tutupnya (lyr)
Galeri Foto