WNPG XI Bahas Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. besar. Masalah perbaikan gizi masuk dalam salah satu tujuan MDGs tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

Mencegah kekurangan gizi pada anak, mencegah stanting.

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menurunkan prevalensi kurang gizi sesuai Deklarasi World Food Summit 1996

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

Dr.dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA, AAK

BAB 1 PENDAHULUAN. yang apabila tidak diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. Untuk

DIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT KEMENTERIAN KESEHATAN RI

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Masyarakat (IPM). IPM terdiri dari tiga aspek yaitu pendidikan,

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam hal perkembangan otak dan pertumbuhan fisik yang baik. Untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Isu tentang permasalahan kesehatan merupakan dua dari 17 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena konsumsi makanan yang tidak seimbang, mengkonsumsi

STRATEGI SANITASI KOTA KENDARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012).

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. antara konsumsi, penyerapan zat gizi, dan penggunaannya di dalam tubuh yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

RPJMN KESEHATAN DAN GIZI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB I PENDAHULUAN. masih tergolong tinggi, meskipun terjadi penurunan signifikan di beberapa

Hapus Dahaga Desa Nelayan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM MENCAPAI TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB/SDGs)

PENANGANAN STUNTING TERPADU TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh Selamat pagi dan Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Menurut

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia, oleh karena itu menjadi suatu keharusan bagi semua

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian negara berkembang di dunia termasuk Indonesia menjadi salah satu

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : NOVA ELOK MARDLIYANA

ANGGARAN KESEHATAN DALAM APBN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

Buku Saku Desa dalam Penanganan Stunting

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

Pengalaman MDGS: PROSES INTEGRASI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

MOTIVASI BIDAN DESA DALAM PELAKSANAAN PROGRAM ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BERGAS, KABUPATEN SEMARANG. Natalia Desty Kartika Sari

Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2015: Versi Rangkuman

SAMBUTAN BUPATI MALINAU PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI DAN ADVOKASI SERIBU HARI PERTAMA KEHIDUPAN (1000 HPK) RABU, 27 JULI 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Memperkenalkan indikator pemberian makan pada bayi dan anak-anak (IYCF) ke dalam sistem pengawasan gizi nasional: pelajaran dari Vietnam

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kualitas Gizi Faktor Penting Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (pos pelayanan terpadu) di wilayah kerja Puskesmas Tampaksiring I sesuai data

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

Indonesia di Tangan Kaum Muda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

WNPG XI Bahas Percepatan Penurunan Stunting di Indonesia Berdasarkan data Bank Dunia, Indonesia menempati urutan ke-3 (tiga) sebagai negara dengan jumlah anak stunting tertinggi. Stunting* menjadi problem yang begitu berat karena tidak lagi hanya merupakan masalah kesehatan saja, tetapi permasalahan multidimensi yang juga terkait akses air bersih, akses pangan, dan pola asuh. Inilah kenapa permasalahan stunting membutuhkan kerjasama kementerian, lembaga, industri, dan universitas agar bersama-sama menyinergikan pencegahan stunting, kata Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Laksana Tri Handoko, di sela-sela acara WNPG XI pada Selasa (3/7) di Bidakara Jakarta. Sementara itu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohamad Nasir menjelaskan, permasalahan stunting juga terkait pada masalah kebersihan lingkungan dan polusi. Banyaknya limbah yang dibuang di sungai Citarum khususnya sampah plastik sangat buruk untuk lingkungan karena ikan yang hidup di Citarum akan makan mikroplastik dan nantinya ikan tersebut akan dikonsumsi oleh anak-anak. Situasi inilah yang sangat rentan menyebabkan stunting pada anak-anak karena ikan yang dikonsumsi tidak layak gizinya, ujarnya. Nasir menjelaskan, sesuai arah riset nasional 2018, penelitian terkait stunting diharapkan bisa mengawal kebijakan tentang pangan dan kesehatan. Percepatan penurunan stunting dapat disinergikan dibawah Kemenkopmk dan DPR RI khususnya untuk mengawal RUU Sistem Inovasi Nasional (SINAS) agar arah riset bisa diintegrasikan, ungkapnya (lyr, ed:dig) * Kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI (Kemenko PMK), Puan Maharani memaparkan, 30 persen bayi di Indonesia mengalami stunting. Apabila angka stunting tinggi, daya saing ekonomi global akan sulit. Kasus malnutrisi Indonesia harus segera diatasi. Dalam Millennium Development Goals (MDGs) kasus malnutrisi ini yang masih belum bisa dicapai, ungkapnya. Puan menjelaskan, saat ini pemerintah sudah melakukan program pencegahan stunting di 1.800 kabupaten kota. Meskipun sudah ada 12 kementerian dan lembaga yang menjalankan program penurunan stunting, namun belum bisa terintegrasi programnya karena belum ada data desa yang tepat. Agar program tidak tumpang tindih harus ada data desa yang jelas mana yang telah dijadikan sasaran target programnya, ungkapnya. Puan berharap, WNPG XI mampu membangun kesadaran publik secara luas agar memahami pentingnya pencegahan stunting pada anak sejak 1.000 hari pertamanya. Hasil WNPG ini diharapkan menjadi rumusan program dan kebijakan yang efektif dari masalah stunting. (lyr, ed: dig) Penurunan Stunting untuk Daya Saing Bangsa yang Lebih Baik

Wakil Presiden RI Bahas Stunting di WNPG XI Pemahaman yang berbeda tentang stunting di masyarakat menjadi salah satu permasalahan. Banyak yang belum paham apa itu stunting. Stunting itu artinya kerdil dan bukan hal yang baru sehingga kita harus mengoreksi diri, Wakil Kepala Presiden, Jusuf Kalla saat memberi arahan di Widya Karya Pangan dan Gizi (WNPG) XI pada Selasa (3/7) di Jakarta. Kalla menjelaskan, dulu kita ada kebiasaan yang saat ini mulai ditinggalkan seperti slogan 4 sehat 5 sempurna, makan bubur kacang hijau di sekolah dan pemberian susu gratis di sekolah. Kebiasaan dahulu sudah mulai banyak dilupakan dan menyebabkan tidak semua masyarakat di wilayah Indonesia memiliki pemahaman yang baik tentang makanan bergizi, jelasnya. Kalla menambahkan, stunting bukanlah masalah saat ini saja tetapi masalah yang akan kita rasakan di masa depan. Kalau sejak di kandungan anak tidak dapat gizi baik dan ASI eksklusif bisa dipastikan bahwa anak ini berpotensi stunting. Anak yang stunting pasti memiliki produktivitas yang rendah dan tentunya berdampak pada aspek ekonomi. Bahkan sebanyak 9 juta anak bayi cenderung kerdil. Kita harus mengampanyekan pentingnya ASI eksklusif, terangnya. Selain itu, Kalla juga mengingatkan bahwa salah satu langkah memperbaiki gizi anak Indonesia yakni melakukan kampanye yang disesuaikan dengan budaya makanan dan budaya gizi di masing-masing wilayah Indonesia (lyr)

WNPG XI Angkat Pentingnya Investasi pada Program Penurunan Stunting Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN) atau Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Bambang Soemantri Brodjonegoro mengatakan, masalah stunting adalah masalah nasional yang cukup serius karena bisa mengganggu pembangunan. Istilahnya 1 dari 3 anak Indonesia yang berusia di bawah 2 tahun banyak yang terkena stunting, ungkapnya. Bambang menjelaskan, Indonesia saat ini tengah memiliki bonus demografi. Situasi ini apabila bisa dimanfaatkan oleh kita tentu akan berdampak positif untuk pembangunan ekonomi. Namun, bila sepertiga dari anak Indonesia stunting maka bonus demografi tidak bermanfaat untuk pembangunan nasional. Kita harus sepakat bahwa persoalan stunting menjadi prioritas, ungkapnya. Ia menjelaskan, berdasarkan studi yang dilakukan kerugian ekonomi Indonesia akibat stunting mencapai 2-3 persen PDB atau 400 triliun rupiah kerugian ekonomi pertahunnya. Kalau kita mau menginvestasikan pada program penurunan angka stunting maka return of investment dari program ini tingkat pengembaliannya 48 kali lipat lebih menguntungkan, tutupnya (lyr)

Galeri Foto