Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16, No. 3, Januari 2015 ISSN 2087-3557 MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR SISWA IKIP PGRI Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia Abstrak Kematangan karir merupakan gambaran sikap dan kompetensi yang dimiliki siswa dalam menentukan pilihan karirnya. Siswa yang memiliki kematangan karir yang tinggi akan mampu mengambil keputusan pilihan karirnya. Tujuan penelitian ini menghasilkan model layanan bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship yang efektif meningkatkan kematangan karir siswa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Research and Development dengan langkah-langkah penelitian sebagai berikut: (1) Tahap studi pendahuluan; (2) Perencanaan; (3) Tahap pengembangan model hipotetik; (4) penelaahan model hipotetik, (5) uji lapangan, (6) uji akhir produk. Sampel 10 orang siswa dipilih secara purposif sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor rata-rata evaluasi awal 160,2 poin dan skor evaluasi akhir 217,7 poin atau meningkat sebesar 56,6 poin sama dengan 20,21. Hal ini menunjukkan bahwa model bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship yang di kembangkan terbukti efektif meningkatkan kematangan karir siswa. 2015 Didaktikum Kata Kunci: Kematangan karir; Model bimbingan kelompok; Nilai-nilai entrepreneurship. PENDAHULUAN Kematangan karir merupakan gambaran sikap dan kompetensi yang dimiliki siswa dalam menentukan pilihan karirnya. Siswa yang memiliki kematangan karir yang tinggi akan mampu mengambil keputusan pilihan karirnya. Sedangkan siswa yang tidak mempunyai kematangan karir akan mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan karir kedepannya. Dengan kematangan karir siswa mampu merencanakan masa depannya dengan baik serta akan berdampak pada kebahagiaan hidup. Kenyataan di atas tentunya bisa dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan (khususnya sekolah menengah) untuk menjawab tuntutan kebutuhan di lapangan, dengan menyiapkan lulusan yang (1) mandiri, (2) kreatif, (3) berorientasi pada tindakan, (4) kepemimpinan, (5) berani mengambil resiko, dan (6) kerja keras (Wibowo, 2011). Hal ini berarti bahwa lembaga pendidikan perlu mengintegrasikan nilai-nilai entrepreneurship dalam setiap proses kegiatan belajar mengajar kepada siswanya. Kemendiknas (2010) memperkuat pendapat di atas dengan mengkonsepkan bahwa, kewirausahaan adalah nilai-nilai yang membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif berdaya, bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegiatan usahanya. Oleh karena itu, pendidikan sudah semestinya menyentuh dunia kehidupan peserta didik secara individual, karena pada hakikatnya individu itu bersifat kompleks. Pendidikan tidak cukup hanya dilakukan oleh guru saja, tetapi juga oleh profesi pendidik lainnya yaitu guru bimbingan dan MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR SISWA 25
konseling, melalui strategi layanan bimbingan dan konseling yang mampu mensinergikan nilai-nilai entrepreneurship tersebut ke dalam pengembangan kurikulum di sekolah. Bimbingan dan Konseling yang merupakan bagian integral dari sistem pendidikan juga memiliki peran utama untuk meningkatkan kematangan karir pada diri siswa. Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukardi (2008) menyatakan bahwa layanan bimbingan kelompok mampu memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi di sekitarnya, memiliki pemahaman yang objektif, tepat, dan cukup luas tentang berbagai hal yang sedang didiskusikan, menimbulkan sikap yang baik terhadap keadaan diri dan lingkungan, serta melaksanakan kegiatan-kegiatan nyata dan langsung dalam rangka membuahkan hasil yang positif. Layanan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan yang dapat digunakan sebagai intervensi tindakan dalam meningkatkan kematangan karir siswa. Penyebab rendahnya kematangan karir siswa yang ditunjukkan dengan (1) rendahnya siswa yang merencanakan karir, (2) rendahnya siswa yang mencari informasi karir, (3) kurangnya pengetahuan tentang membuat keputusan karir, (4) kurangnya pengetahuan tentang dunia kerja, (5) kurangnya pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih disukai, dan (6) rendahnya realisasi keputusan karir siswa. Padahal kematangan karir merupakan kompetensi inti yang harus dimiliki oleh siswa. Richard (2007) menyatakan kematangan karir merupakan refleksi dari proses perkembangan karir individu untuk meningkatkan kapasitas membuat keputusan karir. Melihat fenomena yang terjadi diatas dibutuhkan suatu pengembangan model dalam layanan bimbingan dan konseling, khususnya layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan kematangan karir siswa di SMAN 1 Mempawah, dengan basis yang digunakan nilai-nilai entrepreneurship yang terdiri dari nilai mandiri, kreatif, berorientasi pada tindakan, kepemimpinan, berani mengambil resiko dan kerja keras. Pengintegrasian nilai-nilai entrepreneurship melalui pendidikan kewirausahaan dapat diinternalisasikan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri. Dimana kegiatan ekstrakurikuler menekankan pada berkembangnya potensi bakat, minat, serta tumbuhnya kemandirian sedangkan pengembangan diri menekankan pada pengembangan karir dan kreativitas (Kemendiknas, 2010). Nilai-nilai entrepreneurship jika diintegrasikan ke dalam layanan bimbingan kelompok dimungkinkan mampu mengakomodasi kematangan karir, diharapkan siswa mampu merencanakan pilihan karir, mengetahui tentang kelompok pekerjaan yang disukai dan keterampilan untuk menentukan pilihan karir dan mampu mengeksplorasi karir serta realisasi keputusan karir. Salah satu upaya untuk meningkatkan kematangan karir di atas dapat dilakukan melalui intervensi layanan bimbingan kelompok. Pendapat ini diperkuat oleh Super (dalam Tapip, 2008) yang menyatakan bahwa, kematangan karir merupakan gambaran tingkat kesesuaian individu dengan pilihan karir, sehingga individu mampu mengambil suatu keputusan tentang pilihan karir, dalam artian memilih dari beberapa alternatif yang ada, karena pilihan tersebut membawa konsekuensi pada kebahagian hidup. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaiitu Bagaimana kondisi objektif pelaksanaan bimbingan kelompok di SMAN 1 Mempawah dan bagaimana tingkat kematangan karir siswanya sebelum diberi layanan bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship? Bagaimana model bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship untuk meningkatkan kematangan karir siswa di SMAN 1 Mempawah? Bagaimana proses pelaksanaan (uji coba lapangan) model bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship untuk meningkatkan kematangan karir siswa di SMAN 1 Mempawah? Bagaimana efektivitas model bimbingan kelompok berbasis nilainilai entrepreneurship dalam meningkatkan kematangan karir siswa di SMAN 1 Mempawah? Sedangkan tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model bimbingan 26 Dinamika: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 3. (2015)
kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship dalam meningkatkan kematangan karir siswa SMAN 1 Mempawah. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan (research and development) yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan langkah-langkah Borg dan Gall, dengan penyederhanaan langkah-langkah menjadi enam tahapan (Samsudi, 2009) yaitu: 1) Tahap studi pendahuluan; 2) Perencanaan; 3) Tahap pengembangan model hipotetik; 4) penelaahan model hipotetik, 5) uji lapangan, 6) uji akhir produk. Penelitian pengembangan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2013 bertempat di SMAN 1 Mempawah Kabupaten Pontianak dengan subjek penelitian kelas X yang berjumlah 37 siswa merupakan subjek uji coba pre-test dalam penelitian ini. Selanjutnya untuk pemilihan anggota kelompok ditentukan sebanyak 10 orang siswa sebagai subjek uji coba post test.. Metode pengumpulan datanya menggunakan pedoman wawancara, pedoman observasi, lembar validasi (ahli dan praktisi), dan skala psikologis yang selanjutnya dilakukan triangulasi teknik dimana untuk menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai metode dan sumber. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dan kuantitatif secara terpadu, maka teknik analisis data yang dilakukan juga secara terpadu. Analisis data dalam penelitian ini diarahkan dalam tiga tahapan, yaitu: Pertama, data kualitatifnya akan dilakukan dengan analisis deskriptif kondisi objektif tentang: (1) kebutuhan akan peningkatan kematangan karir siswa; (2) pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di sekolah. Kedua, data pada tahapan ini menggunakan prosedur kualitatif. Bentuk analisisnya adalah menelaah kondisi objektif kebutuhan siswa akan pengembangan kematangan dalam perencanaan karir, dan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok sebagai dasar untuk merumuskan model awal layanan bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship. Ketiga, analisis kualitatif yang dilakukan adalah menelaah proses implementasi model yang akan digunakan sebagai dasar untuk menyusun model akhir bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship untuk meningkatkan kematangan karir siswa di SMA. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Mempawah pada dasarnya sudah melaksanakan layanan bimbingan kelompok. Namun didalam pelaksanaannya guru bimbingan dan konseling hanya melaksanakan layanan bimbingan kelompok antara 2 sampai 4 kali dengan alokasi waktu yang di sediakan sangat terbatas. Guru bimbingan dan konseling (sebagai pemimpin kelompok) lebih aktif, lebih banyak memberikan intervensi yang bersifat memerintah dari pada pemberian rangsangan untuk menumbuhkan inisiatif pada diri siswa, dan seringkali menjadi penentu dalam memutuskan hasil dari layanan yang diberikan. Hal ini bearti bahwa layanan bimbingan kelompok yang dilaksanakan tidak terfokus pada siswa sebagai anggota kelompok karena peran siswa dalam setiap tahapan cenderung terabaikan. Oleh karena itu bisa dikatakan pelaksanaan layanan bimbingan kelompok di SMA N 1 Mempawah belum mengintegrasikan nilai-nilai entrepreneurship pada siswa sebagai anggota kelompok secara optimal. Sebagai perbandingan model hipotetik awal dengan pengembangan bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship untuk meningkatkan kematangan karir siswa, dapat dilihat seperti tabel 4.3 dibawah ini: MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR SISWA 27
Tabel 4.3 Perbandingan Desain Model Layanan Bimbingan Kelompok Berbasis Nilai-Nilai Entrepreneurship dengan Layanan Bimbingan Kelompok di SMA N 1 Mempawah Aspek Layanan Bimbingan Kelompok di Layanan Bimbingan Kelompok SMA N 1 Mempawah Berbasis Kematangan Karir Siswa Rasional Layanan bimbingan kelompok Layanan bimbingan kelompok yang adalah layanan bimbingan yangdiberikan kepada siswa dalam suasana diberikan kepada siswa dalam kelompok yang mengintegrasikan nilainilai entrepreneurship (nilai kemandirian, suasana kelompok, guru bimbingan dan konseling atau konselor disebut kreativitas, berani mengambil resiko, sebagai pemimpin kelompok, berorientasi pada tindakan, adapun layanan yang diberikan kepemimpinan dan kerja keras). kebiasaannya masih bersifat Sehingga nantinya siswa memiliki insidental. kematangan karir dalam menghadapi kehidupan masa depan yang lebih baik. Tujuan Masalah yang ditangani terkait Membantu siswa memiliki pemahaman dengan pelanggaran tata tertib tentang kematangan karir (perencanaan sekolah, (mencontek, membolos, karir, eksplorasi karir, pengetahuan tentang perkelahian, tidak membayar uang membuat keputusan karir, pengetahuan sekolah dan tidak rapi dalam tentang dunia kerja, pengetahuan tentang berpakaian dsb. kelompok pekerjaan yang lebih disukai, realisasi keputusan karir) melalui proses layanan bimbingan kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Konselor Kualifikasi Pendidikan Guru bimbingan dan konseling yang Guru bimbingan dan konseling berlatar tidak semuanya berlatar belakang belakang pendidikan S1 BK pendidikan S1 BK Peran Sebagai pemberi nasihat dan Sebagai perencana, model motivator, evaluator fasilitator, dan evaluator. Anggota Kelompok Sifat kelompok Jumlah Bersifat homogen, didominasi oleh Bersifat heterogen sesuai dengan tingkat siswa yang melanggar tata tertib kematangan karirnya, berlaku untuk sekolah, masalah yang terjadisemua siswa yang bermasalah. bersifat insidental. Peran Jumlah anggota kelompok tidak Jumlah anggota kelompok dibatasi terlalu diperhatikan dan sering sekali hanya 10 siswa dengan rincian: 2 siswa lebih dari 10 siswa. dengan kematangan karir tinggi, 2 siswa dengan kematangan karir sedang, 3 siswa dengan kematangan karir kurang dan 3 siswa dengan kematangan karir rendah. Menjadi pendengar yang baik, tetapi Menjadi pendengar yang aktif dan aktif pasif dalam menyampaikan juga dalam menyampaikan pendapat. pendapat. 28 Dinamika: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 3. (2015)
Materi, perlakuan Materi bahasan merupakan topik Materi yang dibahas disusun secara dan teknik tugas dengan membahas sistematis, merupakan topik tugas yaitu permasalahan aktual yang dialami topik kematangan karir (perencanaan anggota kelompok, tidak karir, eksplorasi karir, pengetahuan tentang mempunyai metode khusus untuk membuat keputusan karir, pengetahuan menumbuhkan anggota kelompok, tentang dunia kerja, pengetahuan tentang serta teknik yang digunakan hanya kelompok pekerjaan yang lebih disukai, satu arah. realisme keputusan karir). Perlakuan disesuaikan dengan materi bahasan (permainan, simulasi/praktik). Teknik yang digunakan multi arah, dorongan minimal dan diskusi analisis. Tahapan pelaksanaan Evaluasi Melalui 4 tahapan, yakni Melalui 4 tahapan, yakni pembentukan, pembentukan, peralihan, kegiatan peralihan, kegiatan dan pengakhiran. dan pengakhiran. Dengan masing-masing-masinmasing tahapan tahapan tidak semuanya mengintegrasikan nilai-nilai dilaksanakan. entrepreneurship. Evaluasi yang dilaksanakan lebih Evaluasi yang dilaksanakan terfokus cenderung hanya terfokus pada pada evaluasi hasil dan proses dan evaluasi hasil dan proses namun dilakukan secara menyeluruh. Evaluasi belum dilakukan secara menyeluruh. hasil dilaksanakan melalui layanan segera, jangka pendek, dan jangka panjang. Sedangkan evaluasi prosesnya untuk melihat keefektifan layanan bimbingan kelompok. Berdasarkan hasil analisis data kuantitatif peningkatan kematangan karir siswa bisa dilihat dari perbandingan nilai evaluasi awal dan evaluasi akhir yang diperoleh masing-masing anggota kelompok. Berikut rincian perolehan skor evaluasi awal dan evaluasi akhir anggota kelompok pada semua indikator: Tabel 4.14. Perolehan Skor Total Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir Tingkat Kematangan Karir Siswa No Anggota Kelompok Frekuensi Eval. Awal Kategori Eval. Akhir Kategori Peningkatan 1 SN F 241 86.07 T 255 91,07 T 14 5 2 AN F 236 84.28 T 250 89,28 T 14 5 3 AWI F 184 65.71 S 240 85,71 T 56 20 4 SMR F 5 ESH F 190 67.85 140 50 S 23 6 84,28 K 219 78,21 T 46 16,42 S 79 28,21 MODEL BIMBINGAN KELOMPOK BERBASIS NILAI-NILAI ENTREPRENEURSHIP UNTUK MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR SISWA 29
6 MSB F 147 52.2 K 208 74,28 S 61 21,78 7 KP F 156 55.71 K 200 71,42 S 44 15,71 8 MSI F 109 38.92 R 193 68,92 S 84 30 9 IA F 102 36.42 R 184 65,71 S 82 29,28 10 NAP F 106 37.85 R 192 68,57 S 86 30,71 Rata-rata 160,2 S 217,7 S 56,6 Sajian tabel diatas dapat dilihat pada gambar gafik dibawah ini: 300 250 200 150 100 50 0 255 241 250 236 240 236 184 190 219 140 147 156 208 200 193 184 192 109 102 106 SN AN AWI SMR ESH MSB KP MSI Post-test IA NAP Pre-test Gambar 4.1. Grafik Perolehan Skor Total Evaluasi Awal dan Evaluasi Akhir Tingkat Kematangan Karir Siswa SIMPULAN Model bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship yang di kembangkan terbukti efektif meningkatkan kematangan karir siswa di SMAN 1 Mempawah.Hal ini dapat dilihat dari gambaran awal kematangan karir siswa di SMAN 1 Mempawah berdasarkan hasil penyebaran skala kematangan karir siswa diperoleh data 5 siswa (14.41) tinggi, 23 siswa (62.16) sedang, 6 siswa (15.31) kurang, dan 3 siswa (8.10) dengan rendah. Dengan perbandingan Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan skor rata-rata evaluasi awal 160,2 poin dan skor evaluasi akhir 217,7 poin atau meningkat sebesar 56,6 poin sama dengan 20,21. Model bimbingan kelompok berbasis nilai-nilai entrepreneurship dapat digunakan sebagai solusi memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan kematangan karir siswa. DAFTAR PUSTAKA Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan. Jakarta: Puskur Balitbang. Richard, Goerge, et.al. 2007. Career Maturity of Students in Accelerated Versus Tradisional Programs. The Career Development Quarterly Vol.56 Iss. 2 December 2007. p. 171. (diunduh September, 2013) Sukardi, D.K. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Samsudi. 2009. Desain Penelitian Pendidikan. Semarang: UNNES Press Tapip. 2008. Program Bimbingan dan Konseling Kecakapan Hidup untuk Mengembangkan Kematangan Karir Siswa Sekolah Menengah Kejuruan. Tesis. Bandung. Program Bimbingan dan Konseling Sekolah Pascasarjana UPI. Wibowo, A. 2011. Pendidikan Kewirausahaan: Konsep dan Strategi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 30 Dinamika: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas Vol. 16. No. 3. (2015)