Direktori : PUT.46541/PP/M.XII/16/213 Putusan M ]qgutusan Pengadilan Pajak Nomor Jenis Pajak : PPN Tahun Pajak : 27 Pokok Sengketa : bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan banding terhadap koreksi Dasar Pengenaan Pajak-Penyerahan yang Pajak Pertambahan Nilainya harus dipungut sebesar Rp.18.768.., berupa: Menrut Terbanding 1. Penjualan ruko Batu Merah tunai sebesar Rp. 9.83.., 2. Penjualan ruko Batu Merah kredit sebesar Rp. 1.995.., 3. Pemakaian sendiri AYDA sebesar Rp. 6.943.., Jumlah Rp. 18.768.., : bahwa penyerahan yang Pajak Pertambahan Nilainya harus dipungut sendiri adalah Rp. 17.283.., yang merupakan jumlah dari perincian objek Pajak Pertambahan Nilai atas: Penjualan ruko batu merah tunai...rp...8.155.., Penjualan ruko batu merah kredit... Rp...2.185.., Pemakaian sendiri AYDA oleh Pemohon Banding... Rp...6.943.., Jumlah... Rp...17.283.., bahwa berdasarkan ketentuan dan data yang ada Terbanding berpendapat atas koreksi Dasar Pengenaan Pajak Pajak Pertambahan Nilai atas pemakaian sendiri AYDA sebesar Rp.6.943.., telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tetap dipertahankan; Menurut Pemohon Banding : bahwa pokok sengketa adalah koreksi atas objek Pajak Pertambahan Nilai atau bukan objek Pajak Pertambahan Nilai. bahwa kegiatan penjualan agunan (AYDA) bukanlah kegiatan usaha bank dan terjadi bukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya, sehingga AYDA bukan termasuk jenis Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai; Menurut Majelis : bahwa Terbanding melakukan koreksi atas Dasar Pengenaan Pajak - Penyerahan yang Pajak Pertambahan Nilainya harus dipungut sebesar Rp.18.768.., berupa: 1. Penjualan ruko Batu Merah tunai sebesar Rp. 9.83.., 2. Penjualan ruko Batu Merah kredit sebesar Rp. 1.995.., 3. Pemakaian sendiri AYDA sebesar Rp. 6.943.., Jumlah Rp. 18.768.., bahwa Terbanding melakukan koreksi atas penjualan ruko tunai/kredit dan pemakaian sendiri AYDA dengan alasan: bahwa terdapat penjualan ruko secara tunai dan kredit sebesar Rp.11.825..,; bahwa berdasarkan Pasal 4 huruf a, Pasal 4 huruf c Pasal 4A Ayat (3) huruf d Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan penjelasannya; bahwa berdasarkan Pasal 5 huruf d dan Pasal 8 huruf a Peraturan Pemerintah Nomor Kepaniteraan M berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N h Agung Republi Telp : 21-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Direktori Putusan M 44 Tahun 2 tentang jenis barang dan jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah kelompok jasa dibidang perbankan, asuransi dan sewa guna usaha dengan hak opsi, sementara jenis jasa dalam Pasal 5 huruf d sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dalam Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1998 kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak atau perjanjian serta anjak piutang; bahwa Pasal 6 dan 7 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 mengatur tentang kegiatan usaha bank dimana dalam pasal-pasal ini menjelaskan pemberian jasa yang dilakukan perbankan, tidak menyebutkan penjualan agunan yang diambil alih sehingga penjualan AYDA bukan merupakan bagian kegiatan penyerahan jasa perbankan yang dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai melainkan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 4 huruf a Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai; bahwa berdasarkan Pasal 6 SE-121/PJ/21 tanggal 23 November 21 tentang penegasan perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan usaha perbankan dinyatakan Bank Umum juga dapat melakukan kegiatan yang bukan merupakan penyerahan jasa misalnya berupa membeli sebagian atau seluruh agunan baik melalui pelelangan maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal nasabah debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya sebagaimana diatur dalam Pasal 12A Undang-Undang Perbankan, dalam hal ini penjualan agunan yang telah diambil alih oleh Bank merupakan Barang Kena Pajak yang terutang Pajak Pertambahan Nilai; bahwa Surat Direktur Jenderal Pajak Nomor: S-4/PJ.53/26 tanggal 2 Januari 26 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas penjualan agunan dan komisi pengelolaan portfolio dijelaskan dalam angka 6 huruf a ditegaskan penjualan agunan adalah kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak bukan bagian dari kegiatan penyerahan jasa perbankan yang dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai; bahwa dalam Laporan Keuangan terdapat property terbengkalai di Tahun 26 sebesar Rp.6.943.., namun Tahun 27 aset tersebut menjadi nihil dan telah disertifikasi atas nama Pemohon Banding; bahwa sampai dengan selesainya uji bukti Pemohon Banding tidak dapat membuktikan bahwa atas AYDA tersebut dijual sebagaimana penjelasan Pemohon Banding saat uji bukti; bahwa berdasarkan Pasal 1A ayat (1) huruf d Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai diatur bahwa yang termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah pemakaian sendiri atau pemberian Cuma-Cuma atas Barang Kena Pajak; bahwa Pemohon Banding menyatakan: bahwa Pemohon Banding bertujuan mendapatkan kembali pencairan secepatnya sisa hutang dari debitur yang memiliki kredit macet/wanprestasi, sehingga Pemohon Banding dapat langsung melakukan transaksi penjualan ruko/agunan baik secara Kepaniteraan M berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N h Agung Republi Telp : 21-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Direktori Putusan M tunai/kredit atau juga dapat melalui Balai Lelang dengan dasar Akta Perjanjian Penyerahan Barang Jaminan sebagai pembayaran kredit dan Kuasa; bahwa dalam transaksi penjualan ruko AYDA Pemohon Banding menggunakan dasar Akta Kuasa dari penjual (debitur) dimana sertifikat ruko terdaftar atas nama developer (PT. Perintis Empat Puluh Lima), Pemohon Banding memang bukan developer dan bukan PKP yang usahanya dari penjualan ruko; bahwa untuk Pajak Penghasilan Pasal 4 Ayat (2) telah dibayar sesuai ketentuan yang berlaku; bahwa kegiatan penjualan agunan (AYDA) bukanlah kegiatan usaha Bank dan terjadi bukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya karena itu agunan (AYDA) bukan termasuk jenis Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai; bahwa atas koreksi Dasar Pengenaan Pajak pemakaian sendiri dari agunan yang diambil alih sebesar Rp.6.943.., Pemohon Banding menyatakan tidak ada pemakaian sendiri aset AYDA karena pada saat debitur mengalami gagal bayar/ default dan tidak bersedia bekerja sama dengan Bank untuk menyelesaikan kewajibannya maka bank akan menyerahkan ke Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang untuk dilakukan lelang dengan persetujuan Pengadilan, pada lelang itulah bank akan mengambil alih aset milik debitur tersebut dan membukukannya sebagai AYDA; bahwa bank dapat menjual agunan secara tunai/kredit dan atas hasil penjualan agunan dianggap keuntungan atau kerugian penjualan agunan, bank juga tidak mendapatkan imbalan jasa transaksi ini karena tujuan utamanya hanya untuk mendapatkan kembali sisa hutang dari debitur; bahwa masalah adalah antara saat bank memperoleh hak atas AYDA dan saat bank berhasil memperoleh pembeli ada jangka waktu yang tidak bisa diperkirakan mengingat agunan berupa tanah dan/atau bangunan bukan aset yang likuid; bahwa Pemohon Banding bergerak dibidang jasa perbankan yang masuk dalam kelompok jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dan bukan bergerak dibidang jual-beli ruko; bahwa perolehan agunan (AYDA) bukanlah Barang Kena Pajak karena terkait dengan kegiatan jasa dibidang perbankan, asuransi dan sewa guna usaha dengan hak opsi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4A Ayat (3) huruf d Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2 karena Pasal 12A Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1998 dan berdasarkan Pasal 16D Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2, pada saat perolehan agunan tidak ada Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar karena terkait dengan kegiatan jasa dibidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 4A Ayat (3) huruf d Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai dan definisi PKP sesuai Pasal 1 angka 15 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai menunjukkan bahwa Pemohon Banding bukanlah Pengusaha Kena Pajak pada saat memperoleh maupun menjual agunan karena perolehan maupun penyerahan agunan bukanlah Barang Kena Pajak; bahwa kegiatan penjualan agunan (AYDA) bukanlah kegiatan usaha bank dan terjadi Kepaniteraan M berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N h Agung Republi Telp : 21-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Direktori Putusan M bukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya, sehingga AYDA bukan termasuk jenis Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai; bahwa Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2 antara lain mengatur: Pasal 4 huruf a, bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; Pasal 4 huruf c, bahwa Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; Pasal 4A ayat (3) huruf d, bahwa jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi termasuk jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai; Pasal 7 ayat (1), bahwa tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 1%; bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2 tentang Jenis Barang dan Jasa yang tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, antara lain mengatur: Pasal 5 huruf d, bahwa kelompok jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi; Pasal 8 huruf a, bahwa jenis jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d meliputi jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 1 Tahun 1998 kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (perjanjian), serta anjak piutang; bahwa Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Undang-undang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998, antara lain mengatur: Pasal 1 angka 1, bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya; Pasal 1 angka 2, bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak; Pasal 6, bahwa usaha bank meliputi: 1. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; 2. memberikan kredit; 3. menerbitkan surat pengakuan hutang; 4. membeli, menjual atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya: Kepaniteraan M berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N h Agung Republi Telp : 21-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Direktori Putusan M a.surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan suratsurat dimaksud; b.surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud; c. kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah; d.sertifikat Bank Indonesia (SBI); e. Obligasi; f. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun; instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 (satu) tahun 5. memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah; 6. menempatkan dana pada, meminjam dana dari atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya; 7. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga; 8. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; 9. melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak; 1. melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek; 11. melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat; 12. menyediakan pembiayaan dana atau melakukan kegiatan lain berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh bank Indonesia; 13. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; - Pasal 7, bahwa selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bank Umum dapat pula: 1. melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; 2. melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank antara perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; 3. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia; dan 4. bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku. 5. Penjelasan Pasal 6 huruf n Undang-Undang No 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 1 Tahun 1998 antara lain menyebutkan bahwa kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank dalam hal ini Kepaniteraan M berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N h Agung Republi Telp : 21-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Direktori Putusan M adalah kegiatan-kegiatan usaha selain dari kegiatan tersebut pada huruf a sampai dengan huruf m, yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, misalnya memberikan bank garansi, bertindak sebagai bank persepsi, swap bunga, membantu administrasi usaha nasabah, dan lain-lain. bahwa berdasarkan ketentuan-ketentuan di atas Majelis berpendapat: bahwa penjualan agunan baik tunai maupun kredit merupakan cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usaha perbankan berupa pemberian kredit sehingga berdasarkan Pasal 1 angka 1 dan Pasal 6 angka 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Undang-undang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1998 merupakan bagian kegiatan penyerahan jasa perbankan; bahwa berdasarkan Pasal 4A ayat (3) huruf d Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2 yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2 jasa perbankan dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai sehingga atas penjualan agunan tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai; bahwa Majelis berpendapat sepanjang kegiatan penjualan agunan hanya berhubungan dengan penyelesaian kredit maka penjualan agunan merupakan jasa perbankan yang dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai namun berdasarkan uji bukti Pemohon Banding menyatakan pada saat lelang mengambil alih aset debitur dan membukukannya sebagai AYDA kemudian Pemohon Banding menjual agunan secara tunai/ kredit dan dicatat keuntungan atau kerugian penjualan agunan maka Majelis berkesimpulan penjualan agunan yang dilakukan Pemohon Banding tidak semata-mata dalam rangka penyelesaian kredit sehingga penjualan agunan oleh Pemohon Banding tidak termasuk dalam pengertian jasa perbankan yang dikecualikan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai dengan demikian koreksi Terbanding atas penjualan agunan tunai sebesar Rp.9.83.., dan kredit sebesar Rp.1.995.., tetap dipertahankan; bahwa pemakaian sendiri AYDA, Majelis berpendapat Pemohon Banding tidak dapat membuktikan bahwa AYDA tersebut telah dijual sehingga koreksi Terbanding atas pemakaian sendiri AYDA sebesar Rp.6.943.., tetap dipertahankan; Menimbang : bahwa oleh karena berdasarkan hasil pemeriksaan dalam persidangan Pemohon Banding tidak dapat membuktikan alasan bandingnya, maka Majelis berketetapan untuk menggunakan kuasa Pasal 8 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 14 Tahun 22 tentang Pengadilan Pajak untuk menolak banding Pemohon Banding sehingga perhitungan Pajak Pertambahan Nilai menjadi sebagai berikut: Uraian Jumlah Menurut Pemohon Banding h Agung Republi (Rp) Terbanding Majelis Koreksi Dikabulk an Kepaniteraan M berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N Telp : 21-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Penyerahan yang PPN-nya harus dipungut Pajak Keluaran, 1.876.8., 1.876.8.,, Direktori Putusan M, 18.768.., 18.768.., Majelis, Pajak Masukan,,,, Jml perhitungan PPN, 1.876.8., 1.876.8.,, Kompensasi ke Masa Pajak,,,, berikutnya PPN kurang dibayar, 1.876.8., 1.876.8.,, Sanksi Administrasi: - Bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP, 9.864., 9.864.,, Jumlah PPN ymh/(lebih) dibayar, 2.777.664., 2.777.664.,, Memperhatikan : Surat Banding, Surat Uraian Banding, hasil pemeriksaan dan pembuktian di dalam persidangan serta kesimpulan Majelis a quo; Mengingat : Undang-undang Nomor 14 Tahun 22 tentang Pengadilan Pajak, Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2, dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2; memutuskan : Menolak banding Pemohon Banding terhadap Keputusan Terbanding Nomor: KEP-61/ WPJ.18/BD.6/211 tanggal 6 April 211, tentang keberatan atas Surat Keketapan Pajak Kurang Bayar Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak Nomor: 5/27/7/941/1 tanggal 28 April 21 Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 27, atas nama PT. XXX sehingga jumlah Pajak Pertambahan Nilai Masa Pajak Januari sampai dengan Desember 27 menjadi sebagai berikut: Uraian Jumlah (Rp) Penyerahan yang PPN-nya harus 18.768.., dipungut Pajak Keluaran 1.876.8., Pajak Masukan, Jml perhitungan PPN 1.876.8., Kompensasi ke Masa Pajak berikutnya, PPN kurang dibayar 1.876.8., Sanksi Administrasi: - Bunga Pasal 13 ayat (2) UU KUP 9.864., Jumlah PPN ymh/(lebih) dibayar 2.777.664., Kepaniteraan M berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N h Agung Republi Telp : 21-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Direktori Putusan M Kepaniteraan M berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. N h Agung Republi Telp : 21-384 3348 (ext.318) Halaman 8