BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian novel Novel adalah suatu karya sastra yang bernilai seni tinggi karena cerita cukup luas dan kompleks. Novel merupak cerita fiksi yang melukiskan peristiwa-peristiwa kehidupan dengan mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih spesifik serta memberikan nuansa estetika. Novel ialah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif dan biasanya ditulis dalam bentuk cerita. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu "novella" yang artinya sebuah kisah atau sepotong cerita. Penulis novel disebut dengan novelis. Isi novel lebih panjang dan lebih kompleks dari isi cerpen, serta tidak ada batasan struktural dan sajak. Pada umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dalam kehidupan sehari-hari beserta semua sifat, watak dan tabiatnya. Novel biasanya memungkinkan adanya penyajian secara meluas (expands) tentang tempat atau ruang, sehingga tidak mengherankan jika keberadaan manusia dalam masyarakat selalu menjadi topik utama (Sayuti, 2000: 6-7). Masyarakat tentunya berkaitan dengan dimensi ruang atau tempat, sedangkan tokoh dalam masyarakat berkembang dalam dimensi waktu semua itu membutuhkan deskripsi yang mendetail supaya diperoleh suatu keutuhan yang berkesinambungan. Perkembangan dan perjalanan tokoh untuk menemukan karakternya, akan membutuhkan waktu yang lama, apalagi jika penulis menceritakan tokoh mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
Novel memungkinkan untuk menampung keseluruhan detail untuk perkembangkan tokoh dan pendeskripsian ruang. Batos (dalam Tarigan, 1995: 164) menyatakan bahwa novel merupakan sebuah roman, pelaku-pelaku mulai dengan waktu muda, menjadi tua, bergerak dari sebuah adegan yang lain dari suatu tempat ke tempat yang lain. Nurgiyantoro (2005: 15) menyatakan, novel merupakan karya yang bersifat realistis dan mengandung nilai psikologi yang mendalam, sehingga novel dapat berkembang dari sejarah, surat-surat, bentuk-bentuk nonfiksi atau dokumen-dokumen, sedangkan roman atau romansa lebih bersifat puitis. Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa novel dan romansa berada dalam kedudukan yang berbeda. (Jassin (Nurgiyantoro, 2005: 16)) membatasi novel sebagai suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang di sekitar kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan satu saat dari kehidupan seseorang dan lebih mengenai sesuatu episode. Mencermati pernyataan tersebut, pada kenyataannya banyak novel Indonesia yang digarap secara mendalam, baik itu penokohan maupun unsur-unsur intrinsik lain. Sejalan dengan Nurgiyantoro, Hendy (1993: 225) mengemukakan bahwa novel merupakan prosa yang terdiri dari serangkaian peristiwa dan latar. Ia juga menyatakan, novel tidaklah sama dengan roman. Sebagai karya sastra yang termasuk ke dalam karya sastra modern, penyajian cerita dalam novel dirasa lebih baik. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa novel adalah sebuah cerita fiktif yang berusaha menggambarkan atau melukiskan kehidupan tokoh-tokohnya dengan menggunakan alur. Cerita fiktif tidak
hanya sebagai cerita khayalan semata, tetapi sebuah imajinasi yang dihasilkan oleh pengarang adalah realitas atau fenomena yang dilihat dan dirasakan. 2.1.1 Novel Surga yang Tak Dirindukan Novel Surga yang Tak Dirindukan adalah sebuah novel karya seorang perempuan kelahiran 1971 pada bulan maret. Novel ini bercerita tentang kehidupan keluarga kecil yaitu Arini dan Pras yang memiliki tiga buah hati tetapi kebahagian itu hilang semenjak kehadiran Mei Rose yang menjadi istri kedua dihubungan mereka. Novel ini diterbitkan pada bulan juni 2014 dengan penerbit Asmanadia Publishing House dengan tebal buku 20,5 cm dan 308 halaman. Novel ini berubah tampilan dari cetakan yang pertama digambarkan sosok seorang perempuan berdiri menatap sepang suami isti yang sedang berjalan menuju istana sementara untuk tampilan selanjutnya digambarkan tiga sosok yaitu Arini, Pras, Mei Rose yang membelakangi istana. Buku ini dicetak sebanyak 20 kali cetakan dengan kurun waktu 1 tahun. Enam tahun waktu yang digunakan untuk proses pembuatan novel ini dengan judul sebelumnya yaitu istana kedua oleh Gramedia pustaka utama dan berhasil menjadi novel terbai di Islamic box fair pada tahun 2008. Novel karya Asma Nadia ini juga diangkat ke layar lebar dengan judul yang sama yaitu Surga yang Tak Dirindukan pada 15 Juli 2015. Film ini di sutradarai oleh Kuntz Agus.
2.1.2 Unsur Pembangun Novel Karya sastra fiksi (Novel) merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Novel yang baik adalah yang isinya dapat memanusiakan para pembacannya. Sebaliknya novel hiburan hanya dibaca untuk kepentingan tertentu yang memberikan keasyikan pada pembaca.dengan demikian dapat dikaitkan bahwa novel serius memiliki fungsi social, sedang hiburan hanya berfungsi personal. Bentuk sastra novel paling banyak beredar, lantaran daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Syarat utama novel yang baik yaitu ia mesti menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah pembaca selesai membacanya. Novel sebagai suatu karya fiksi memiliki beberapa unsur yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. unsur yang membangun novel adalah unsur ekstrinsik ( yaitu permasalahan kehidupasan serta, filsafat, cita-cita, ide-ide, dan gagasan serta latar budaya, serta nilai pendidikan yang emnopang kisah cerita). Unsur intrinsik adalah (unsur dalam sebuah novel tersebut). Unsur yang terdiri atas tema, amanat, alur perwatakan, sudut pandang, latar, gaya bahasa (zulfanur, 1997;2). Nilai psikologi adalah suatu nilai yang memperlajari ilmu jiwa atau ilmu yangmenyelidiki dan mempelajari tingkah laku manusia. Pemahaman tentang psikologi perlu ditanamkan kepada para pembaca karena banyak halhal yang dapat dipelajari dalam pemahaman nilai psikologi (Minderop, 2010;3). Nilai psikologi diperoleh pembaca atau penikmat karya sastra dari cerita yang dibacanya, maka nilai psikologi dalam karya merupakan unsur
luar (ekstrinsik) sastra. Selain itu, nilai psikologi yang diperolah pembaca dan penikmat cerita dapat berbeda antara pembaca dan penikmat yang satu dengan yang lainya. Hal ini yang meyebabkan penulis memilih nilai psikologi sabagi hal yang akan diteliti. 2.1.3 Karakteristik Sebuah Novel Populer Adapun karakteristik sebuah novel popular antara lain, yaitu: 1. Memiliki plot atau alur cerita. Berbagai peristiwa yang terdapat dalam novel saling behubungan sehingga novel dapat bercerita, membahas suatu persoalan secara luas dan lebih mendalam. 2. Tema dalam sebuah novel tidak hanya satu, tetapi muncul tema-tema lainnya. Sehingga pengarang novel dapat membahas dari berbagai segi persoalan atau permasalahan. 3. Banyak karakter tokoh yang bisa digunakan dalam novel. 2.3 Penokohan Penokohan merupakan salah satu hal penting dalam sebuah cerita fiksi. Setiap karya fiksi otomatis terdapat tokoh di dalamnya. "Tokoh dalam fiksi biasanya dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan keterlibatannya dalam cerita dibedakan antara tokoh utama (sentral) dengan tokoh tambahan (peripheral)" (Sayuti (Wiyatmi 2008:31)). Cara menentukan yang mana tokoh utama dan tokoh penunjang adalah dengan membandingkan setiap tokoh dalam cerita. Tokoh utama umumnya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya sedangkan tokoh
penunjang hanya dibicarakan ala kadarnya. Kemunculan tokoh utama dan tokoh penunjang secara bersama-sama membangun sebuah cerita. 2.4 Aspek Psikologi Menurut Chaer (2009:2) Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasayunani kuno psyche dan logos. Kata psyche berarti jiwa, roh, atau sukma, sedangkan kata logos berarti ilmu, jadi psikologi secara harfiah berate ilmu kejiwaan atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa. Pendekatan adalah salah satu prinsip dasar yang digunakan sebagai alat untuk mengapresiasi karya sastra, salah satunya ialah ditentukan oleh tujuan dan apa yang hendak ditentukan lewat teks sastra, pembaca dapat menggunakan beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan psikologis. Semi (1993:76) menyatakan pendekatan psikologi sastra adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu membahas tentang kehidupan manusia yang senantiasa memperlihatkan perilaku yang beragam. Apresiasai sastra menggunakan pendekatan psikologi sastra pada mulanya diperkenalkan di Barat oleh L.A Richard, dan di Indonesia pertama kali dilakukan oleh M.S Hutahulung, Boen S. Oemarjati. Sastra sebagai gejala kejiwaan yang di dalamnya terkandung fenomena yang tampak melalui perilaku tokoh-tokohnya. Psikologi (Pasaribu dan Simanjuntak, 1984:3-4), adalah ilmu jiwa atau studi tentang jiwa. Dengan demikian, teks sastra (karya sastra) dapat didekati dengan menggunakan pendekatan psikologi. Hal ini dikarenakan sastra dan psikologi memiliki hubungan lintas yang bersifat tak langsung dan fungsional (Yatman dan
Roekhan (Aminudin, 1990:93)). Fiksi psikologi sastra adalah salah satu aliran sastra yang berusaha mengeksplorasi pikiran sang tokoh utama, terutama pada bagian yang terdalam yaitu alam bawah sadar. Fiksi psikologis sering mengunakan teknik bernama arus kesadaran. Istilah ini ditemukan oleh William James pada tahun 1890 dan digunakan untuk mengambarkan kepingan-kepingan inspirasi, gagasan, kenangan dan sensasi yang membentuk kesadaran manusia (Stanton, 2007: 134). Psikologi sastra memberikan perhatiannya pada masalah yang berkaitan dengan mental atau kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra sebab semata-mata dalam diri manusia itulah aspek kejiwaan dicangkokkan dan diinvestasikan. Penelitian psikologi sastra dilakukan melalui dua cara. Pertama, melalui pemahaman teori-teori psikologi kemudian diadakan analisis terhadap suatu karya sastra. Kedua, dengan terlebih dahulu menentukan sebuah karya sastra sebagai objek penelitian, kemudian ditentukan teori-teori psikologi yang dianggap relefan untuk melakukan analisis. 2.4.1 Struktur Kepribadian Menurut Minderop (2010:20) Tingkah laku menurut freud, merupakan hasil konflik dan rekonsiliasi ketiga sistem kepribadian tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian adalah faktor historis masa lampau dan faktor konteporer, analoginya faktor bawaan dan faktor lingkungan dalam pembentukan kepribadian individu. Selanjutnya minderop, (2010:21) berpendapat Struktur
kepribadian terdiri atas tiga sistem atau aspek yaitu id, ego, superego. berikut dipaparkan: 1. Id Aspek ini adalah aspek biologis dan Id adalah satu-satunya komponen kepribadian yang hadir sejak lahir. Aspek kepribadian sepenuhnya sadar dan termasuk dari perilaku naluriah dan primitif. Menurut Freud, id adalah sumber segala energi psikis, sehingga komponen utama kepribadian. Id didorong oleh prinsip kesenangan, yang berusaha untuk kepuasan segera dari semua keinginan dan kebutuhan. Jika kebutuhan ini tidak puas langsung, hasilnya adalah kecemasan atau ketegangan. Sebagai contoh, peningkatan rasa lapar atau haus harus menghasilkan upaya segera untuk makan atau minum. id ini sangat penting awal dalam hidup, karena itu memastikan bahwa kebutuhan bayi terpenuhi. Jika bayi lapar atau tidak nyaman, ia akan menangis sampai tuntutan id terpenuhi. Namun, segera memuaskan kebutuhan ini tidak selalu realistis atau bahkan mungkin. Jika kita diperintah seluruhnya oleh prinsip kesenangan, kita mungkin menemukan diri kita meraih hal-hal yang kita inginkan dari tangan orang lain untuk memuaskan keinginan kita sendiri. Perilaku semacam ini akan baik mengganggu dan sosial tidak dapat diterima. Menurut Freud, id mencoba untuk menyelesaikan ketegangan yang diciptakan oleh prinsip kesenangan melalui proses utama, yang melibatkan pembentukan citra mental dari objek yang diinginkan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan.
2. Ego Ego adalah komponen kepribadian yang bertanggung jawab untuk menangani dengan realitas. Menurut Freud, ego berkembang dari id dan memastikan bahwa dorongan dari id dapat dinyatakan dalam cara yang dapat diterima di dunia nyata. Fungsi ego baik di pikiran sadar, prasadar, dan tidak sadar. Ego bekerja berdasarkan prinsip realitas, yang berusaha untuk memuaskan keinginan id dengan cara-cara yang realistis dan sosial yang sesuai. Prinsip realitas beratnya biaya dan manfaat dari suatu tindakan sebelum memutuskan untuk bertindak atas atau meninggalkan impuls. Dalam banyak kasus, impuls id itu dapat dipenuhi melalui proses menunda kepuasan ego pada akhirnya akan memungkinkan perilaku, tetapi hanya dalam waktu yang tepat dan tempat. Ego juga pelepasan ketegangan yang diciptakan oleh impuls yang tidak terpenuhi melalui proses sekunder, di mana ego mencoba untuk menemukan objek di dunia nyata yang cocok dengan gambaran mental yang diciptakan oleh proses primer id. Prinsip kepribadian jenis ego ini adalah seputar mengenai hal yang berhubungan dengan realitas serta kenyataan yang ada. Ego ini juga dimulai serta dibawa sejak lahir, tetapi berkembang bersamaan dengan hubungan individu dengan lingkungan sekitarnya. Untuk bisa bertahan dalam suatu kehidupan, maka individu tersebut tidak bisa hanya semata-mata bertindak sekedar mengikuti impuls-impuls atau dorongan-dorongan, individu harus belajar menghadapi realitas.
3. Superego Superego adalah aspek sosiologi kepribadian, Super Ego atau pun aspek sosiologis adalah merupakan sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut hal yang berhubungan dengan baik- buruk). Super ego lebih merupakan kesempurnaan daripada kesenangan, karena itu super ego dapat dianggap sebagai aspek moral daripada kepribadian itu sendiri. Dan juga merupakan aspek kepribadian yang menampung semua standar internalisasi moral dan cita-cita yang kita peroleh dari kedua orang tua serta masyarakat. Superego memberikan pedoman untuk membuat sebuah penilaian. Fungsi manfaat superego adalah : Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat. Bersama-sama dengan ego, super ego mengatur dan mengarahkan tingkah laku manusia yang bermaksud untuk memuaskan dorongan-dorongan dari Id, yaitu melalui aturan-aturan dalam masyarakat, agama, atau keyakinan- keyakinan tertentu mengenai perilaku yang baik dan buruk. Freud berpendapat manusia sebagai suatu sistem yang kompleks memakai energi untuk berbagai tujuan seperti halnya bernafas, bergerak, mengamati, dan mengingat. Kegiatan psikologik juga membutuhkan energi, yang disebutnya energy psikis (psychic energy) energi yang ditransform dari energi fisik melalui id beserta instinkinstinknya. Ini sesuai dengan kaidah fisika, bahwasannya energi tidak dapat hilang, tetapi dapat pindah dan berubah.
Adapun fungsi pokok superego dapat dilihat dalam hubungan dengan ketiga aspek kepribadian itu, Yaitu: (1) merintangi implus-implus ide, terutama implusimplus seksual dan agresif yang pernyataannya sangat ditantang oleh masyarakat, (2) mendorong ego untuk lebih mengejar hal-hal yang moralistis dari pada realistis, dan (3) mengejar kesempurnaan. Jadi, superego itu cenderung untuk menentang ide dan ego dan membuat dunia menurut konespsi yang ideal. Berdasarkan teori yang telah dipaparkan diatas, Maka penulis menjadikan struktur kepribadian sebagai acuan atau landasan untuk menganalisis data penelitian ini. Hal itu disebabkan karena penjelasan diatas dapat memperkuat data penulis dalam melakukan penelitian ini khususnya menganalisis aspek id, ego, superego tokoh dalam novel Surga yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia.