III KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

IV. METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

Modal merupakan barang ekonomi yang dapat digunakan untuk memproduksi barang dan jasa Modal pada usahatani mencakup semua barang-barang yang dapat

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

IV. METODE PENELITIAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha.

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Bachtiar Rivai (1980) yang dikutip oleh Hernanto (1996),

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. bermata pencaharian sebagai petani. Tercatat bahwa dari 38,29 juta orang

II. TINJAUAN PUSTAKA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRINSIP-PRINSIP EKONOMI DALAM USAHATANI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

ANALISIS USAHATANI JAMUR TIRAM PUTIH (Kasus di Komunitas Petani Jamur Ikhlas, Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor)

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

ANALISIS USAHATANI DAN TATANIAGA KEDELAI DI KECAMATAN CIRANJANG, KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT. Oleh NORA MERYANI A

Transkripsi:

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh. Hal ini disebut dengan hubungan antara input dengan output. Di samping itu dalam menghasilkan suatu produk dapat pula dipengaruhi oleh produk yang lain, bahkan untuk produk tertentu dapat digunkan input yang satu maupun input yang lain (Suratiyah 2008). Dalam suatu kegiatan usahatani keberadaan fungsi produksi memperlihatkan jumlah output yang maksimal yang bisa diperoleh dengan menggunakan berbagai alternatif kombinasi input dan tenaga kerja (Nicholson W 2001). Kegiatan produksi adalah kegiatan proses tranformasi antara dua input atau lebih untuk menjadi satu atau lebih produk. Keberlangsungan produksi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain komoditi, luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen, iklim dan faktor sosial ekonomi produsen (Soekartawi 2005). Faktor-faktor produksi tersebut yang kemudian akan dijadikan sebagai imbangan yang diberikan agar fungsi produksi mampu menghasilkan dengan baik. Berikut ini dapat dilihat kurva fungsi produksi pada Gambar 1. Y Y=F(X) Y2 Y1 X1 X2 Gambar 1. Kurva Produksi Sumber : Suratiah (2008) X

3.1.2 Pengertian Usahatani Menurut Soekartawi (1986), ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana cara-cara petani memperoleh dan mengkombinasikan sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan) yang terbatas untuk mencapai tujuannya. Menurut pengertian tersebut maka dapat diketahui bahwa usahatani merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh petani mulai dari penentuan sumberdaya yang akan digunakan serta bagaimana cara mengkombinasikannya. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuannya yaitu memperoleh keuntungan semaksimal mungkin. Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yng mempelajari bagai mana seseorang menglokasikan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat menglokasikan sumberdaya yang dimiliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya;dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Suratiyah 2008). Sukartawi (2005) menyebutkan suatu usaha tani dapat digambarkan lebih rinci sebagai berikut: 1. Pada setiap usahatani kita akan selalu dapat menjumpai lahan dalam luasan dan bentuk yang tertentu, unsur ini dalam usahatani mempunyai fungsi sebagai tempat diselenggarakan usaha bercocok tanam, pemeliharaan hewan ternak, dan tempat keluarga tani bermukim. 2. Pada usahatani juga akan dijumpai, bangunan-bangunan, seperti: rumah tempat tinggal keluarga tani, kandang ternak, gudang dan lumbung, sumur atau pompa air dan pagar. Alat-alat pertanian, seperti : bajak, cangkul, garpu, parang, sprayer, dan mungkin juga traktor. Sarana produksi (input), seperti: benih atau bibit tanaman, pupuk pabrik atau pupuk kandang, obat-obatan pemberantas hama penyakit tanaman serta hewan ternak dan makanan ternak. 3. Pada usahatani ini terdapat keluarga tani, yang terdiri dari petani, istri, dan anak-anak, serta mertua, adik, ipar, keponakan, menantu, dan pembantu. Semua merupakan sumber tenaga kerja usahatani bersangkutan. 23

4. Petani sendiri,selain menjadi tenaga kerja juga berfungsi sebagai pengelola atau manager, yaitu orang yang berwenang memutuskan segala sesuatu yang berhubugan dengan kegiatan usahatani. Usahatani menurut Soeharjo dan Patong (1973) adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan oleh perorangan ataupun sekumpulan orang-orang untuk menghasilkan output yang dapat memenuhi kebutuhan keluarga ataupun orang lain disamping bermotif mencari keuntungan. Usahatani dapat pula disimpulkan sebagai ilmu yang mempelajari mengamati teknis pemanfaatan faktor-faktor produksi berupa sumberdaya alam, tenaga kerja, modal dan manajemen hasil produksi oleh seseorang atau sekelompok orang sehingga memperoleh manfaat secara maksimal. Adapun tujuan dari dilakukannya kegiatan usahatani adalah memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana cara mengalokasikan sumberdaya yang tersedia dengan jumlah tertentu agar dapat seefisien mungkin untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Sedangkan untuk konsep meminimumkan biaya adalah bagaimana agar dapat menekan biaya yang sekecilkecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu (Soekartawi 1986). Adapun ciri-ciri usahatani yang ada di Indonesia adalah : (1) Kecilnya luas lahan yang dimiliki oleh para petani, (2) Modal yang dimiliki para petani terbatas, (3) Rendahnya ketrampilan dan pengetahuan manajemen yang dimiliki oleh para petani, (4) Produktivitas dan efisiensi rendah, (5) Petani dalam kondisi sebagai penerima harga karena bargaining position lemah dan (6) Rendahnya tingkat pendapatan petani. Menurut Hermanto (1989) dalam Dalmunthe, untuk melakukan usahatani ada empat unsur pokok atau faktor-faktor produksi, yaitu : 1. Tanah Tanah usahatani dapat berupa tanah pekarangan, tegalan, sawah dan sebagainya. Status kepemilikan dari tanah tersebut dapat diperoleh dengan cara membeli, menyewa, bagi hasil (menyakap), pemeberian negara, warisan atau wakaf. Penggunaan tanah dapat diusahakan secara monokultur maupun polikultur atu tumpangsari. 24

2. Tenaga Kerja Tenaga kerja dalam usahatani dapat berupa tenaga kerja manusia, ternak dan alat-alat mekanik. Tenaga kerja manusia dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak yang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan, pengalaman, tingkat kesehatan dan faktor alam seperti iklim dan kondisi lahan. Tenaga ini dapat berasal dari dalam dan luar keluarga (biasanya dengan cara upahan). 3. Modal Modal merupakan salah satu faktor produksi yang dapat mendukung lancarnya suatu kegiatan usahatani. Modal dalam usahatani digunakan untuk membeli sarana produksi serta untuk pengeluaran selama kegiatan berlangsung. Modal tersebut dapat diperoleh dari beberapa sumber, yaitu : milik pribadi, pinjaman atau kredit, warisan dan sebagainya. 4. Pengelolaan atau manajemen Manajemen usahatani adalah kemampuan petani untuk menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya dengan sebaik-baiknya sehingga memberikan produksi pertanian seperti yang diharapkan. Pengenalan pemahaman terhadap prinsip teknik dan ekonomis perlu dilakukan untuk dapat menjadi pengelola yang berhasil. Prinsip teknis tersebut meliputi: (a) perilaku cabang usaha yang diputuskan; (b) perkembangan teknologi; (c) tingkat teknologi yang dikuasai dan (d) cara budidaya dan alternatif cara lain berdasar penglaman orang lain. Prinsip ekonomis antara lain: (a) penentuan perkembangan harga; (b) kombinasi cabang usaha; (c) pemsaran hasil; (d) pembiayaan usahatani; (e) penggolongan modal dan pendapatan serta tercermin dari keputusan yang diambil agar resiko tidak menjadi tanggungan pengelola. Kesediaan menerima resiko sangat tergantung kepada: (a) perubahan sosial serta (b) pendidikan dan pengalaman petani. 25

3.1.3 Analisis Usahatani Usahatani dikatakan berhasil apabila mampu memenuhi kewajiban membayar bunga modal, upah tenaga kerja, alat dan sarana produksi yang digunakan serta kewajiban pada pihak ketiga. Untuk menilai keberhasilan usahatani diperlukan analisis terutama dari sudut pandang ekonomi. Menurut Suratiyah (2008), analisis usahatani antara lain dapat dilihat melalui biaya dan pendapatan serta efisiensi. 3.1.3.1 Biaya Menurut Soekartawi (1986), biaya adalah sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi kegiatan usahatani. Biaya usahatani merupakan pengorbanan yang dilakukan oleh produsen (petani) dalam mengelola usahanya dalam mendapatkan hasil yang maksimal. Biaya dalam usahatani dibedakan menjadi dua yaitu biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan dalam bentuk uang oleh petani sendiri. Sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dikeluarkan petani bukan dalam bentuk uang tunai, tetapi diperhitungkan dalam perhitungan usahatani. Menurut Suratiyah (2008) biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan atas: (a) Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung kepada besar kecilnya produksi, misalnya pajak tanah, penyusutan alat-alat pertanian dan bunga pinjaman. (b) Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalnya pengeluaranpengeluaran untuk biaya sarana produksi seperti biaya bibit dan tenaga kerja. Biaya yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan, terdiri dari: (a) Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap, misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya variabel, misalnya pengeluaran untuk bibit dan tenaga kerja untuk keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengalokasian modal yang dimiliki oleh petani. (b) Biaya tidak tunai adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri (biaya tetap) dan tenaga kerja dalam keluarga (biaya variabel). 26

Soekartawi (1986) menyatakan bahwa biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua yaitu: (a) Biaya tetap (fixed cost) dan (b) Biaya tidak tetap (Variable cost). Biaya tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Artinya besarnya biaya tetap tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi yang diperoleh. Biaya tetap antara lain sewa tanah, pajak, alat pertanian dan iuran irigasi. Biaya tidak tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk sarana produksi. Jika menginginkan produksi yang tinggi maka faktor-faktor produksi (tenaga kerja, pupuk, dan sebagainya) perlu ditambah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa biaya ini sifatnya berubah-ubah tergantung dari besar kecilnya produksi yang akan dicapai. Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dibebankan kepada usahatani untuk menggunaan tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan alat-alat pertanian dan biaya imbangan sewa lahan. Biaya ini digunakan untuk menghitung berapa sebesarnya pendapatan kerja petani jika sewa lahan dan nilai tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan. Berikut ini dapat dilihat Kurva Hubungan Biaya dengan Produksi pada Gambar 2. C C=F(Y) TC VC FC Y Gambar 2. Kurva Hubungan Biaya dengan Tingkat Produksi Sumber : Suratiah (2008) 27

3.1.3.2 Penerimaan Soekartawi (1986) penerimaan adalah total nilai produk yang dijalankan yang merupakan hasil perkalian antara jumlah fisik output dengan harga atau nilai uang yang diterima dari penjualan pokok usahatani tersebut (P x Q). Istilah lain untuk penerimaan usahatani adalah pendapatan kotor usahatani yang terbagi menjadi pendapatan kotor tunai dan pendapatan kotor tidak tunai. Pendapatan kotor tunai didefinisikan sebagai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani jamur tiram putih, sedangkan pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan yang bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen jamur tiram putih yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani yaitu penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputi jumlah penambahan inventaris, nilai penjualan hasil dan nilai penggunaan rumah serta barang yang dikonsumsi. 3.1.3.3 Pendapatan Soekartawi (1986) pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan, untuk mengukur imbalan yang diperoleh petani akibat penggunaan faktor-faktor produksi. Untuk menilai penampilan usahatani kecil adalah dengan penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan bersih dengan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman, biaya yang diperhitungkan dan penyusutan. Pendapatan memerlukan dua komponen pokok yaitu penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Menurut Suratiyah (2006) analisis pendapatan usahatani pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha pertanian dalam satu tahun. Tujuannya adalah membantu perbikan pengolahan usaha pertanian yang digunakan adalah harga berlaku, kemudian penyusutan diperhitungkan pada tahun tersebut untuk investasi modal yang umur penggunaannya cukup lama. Penggunaan barang yang bukan tunai seperti produksi yang dikonsumsi sendiri di rumah dan pengeluaran di luar usaha pertanian dikeluarkan oleh karena analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui hanya perkembangan usaha pertanian saja. Analisis tersebut memerlukan suatu perkiraan pengembalian modal investasi dan 28

tenaga petani, dan kemudian dibandingkan dengan pengambilan pola pilihan tanaman lain atau pilihan diluar usaha pertanian. Menurut Suratiyah (2008), pendapatan adalah jumlah yang tersisa setelah biaya, yaitu semu nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar di biayai maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan penerimaan. Pendapatan terdiri dari dua unsur, yaitu: (1) imbalan jasa manajemen, upah atau honorarium petani sebagai pengelola (2) dan sisanya atau laba, yaitu net profit, merupakan imbalan bagi risiko usaha. Inilah yang sebenarnya merupakan keuntungan atau laba, dalam artian ekonomi perusahaan. Pendapatan usahatani dapat didefenisikan sebagai sisa (beda) dari pada pengurangan nilai penerimaan-penerimaan usahatani dengan biaya-biaya yang dikeluarkannya. Dari jumlah pendapatan tersebut kemudian dapat dinyatakan besarnya balas-jasa atas penggunaan tenaga kerja petani dan keluarga, modal sendiri dan keahlian pengelolaan petani. Menurut Seokartawi (1986), banyak istilah yang digunakan untuk menyatakan ukuran pendapatan dan keuntungan usahatani. Hal ini dapat dilihat sebagai sebagai berikut : 1. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumber daya yang digunakan dalam usahatani. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani adalah nilai produksi atau penerimaan kotor usahatani. Nisbah seperti pendapatan kotor per hektar atau per unit kerja dapat dihitug untuk menunjukkan intensitas operasi usahatani. 2. Pendapatan kotor tunai didefenisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pendapatan kotor usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang terbentuk benda yang dikonsumsi. 3. Pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi, digunakan untuk bibit atau makan ternak, digunakan untuk pembayaran, disimpan digudang, dan menerima pembayaran dalam bentuk benda. 4. Pengeluaran total usahatani didefenisikan sebagai nilai semua input yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk 29

tenaga kerja keluarga petani. Pengeluaran usahatani mencakup pengeluaran tunai dan tidak tunai. 5. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang. Jadi segala keluaran untuk keperluan usahatani yang dibayar dalam bentuk benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai. 6. Pengeluaran tidak tunai adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak dalam bentuk uang. Contoh keluaran ini adalah nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda atau berdasarkan kredit. 7. Pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan total pengeluaran usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi. 8. Untuk mengukur atau menilai penampilan usahatani kecil adalah dengan penghasilan bersih usahatani. Ukuran ini diperoleh dari hasil pengurangan antara pendapatan bersih dengan bunga yang dibayarkan kepada modal pinjaman, biaya yang diperhitungkan dan penyusutan. 3.1.3.4 Efisiensi Menurut Suratiyah (2008), efisiensi usaha dapat dilihat melalui nilai R/C. R/C dapat diketahui dari hasil perbandingan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu kali periode produksi usahatani. Indikator keberhasilan usahatani dapat dilihat dari nilai R/C atau analisis imbangan penerimaan dan biaya. R/C melihat seberapa besar pengeluaran memberikan manfaat (penerimaan) semakin tinggi nilai R/C menunjukkan semakin menguntungkan usahatani tersebut dilakukan. Nilai R/C > 1 maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat dikatakan efisien, karena kegiatan usahatani yang dilakukan dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C < 1 maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat dikatakan tidak efisien, karena kegiatan usahatani yang dilakukan tidak dapat memberikan penerimaan yang lebih besar dari pada pengeluarannya. Nilai R/C = 1 maka kegiatan usahatani yang dilakukan dapat dikatakan tidak memberikan keuntungan maupun kerugian (impas) karena 30

penerimaan yang diterima oleh petani akan sama dengan pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani. 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Komunitas Petani Jamur Ikhlas yang berada di Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, merupakan salah satu usaha produksi yang menghasilkan jamur tiram putih di Kabupaten Bogor. Meningkatnya permintaan jamur tiram putih sekitar 20 sampai dengan 25 persen per tahun (Masyarakat Agribisnis Jamur Indonesia 2008) seharusnya dapat memberikan motivasi kepada Komunitas Petani Jamur Ikhlas untuk terus melakukan usahatani tersebut sehingga lebih produktif. Namun demikian produktivitas yang dihasilkan oleh kelompok petani tersebut selama ini belum maksimal, karena teknik budidaya yang dilakukan masih tergolong manual dan belum memenuhi standar operasional budidaya jamur, misalkan proses penyiraman belum kontinu dilakukan dan pengendalian hama masih dilakukan dengan langsung menggunakan tangan. Berdasarkan kondisi tersebut maka muncul pertanyaan apakah usahatani jamur tiram putih di Komunitas Petani Jamur Ikhlas masih menguntungkan dan efisien untuk terus dilaksanakan. Salah satu cara untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut adalah dengan melakukan penelitian mengenai analisis usahatani jamur tiram putih di Komunitas Petani Jamur Ikhlas. Kerangka pemikiran operasional penelitian tersebut dapat diringkas seperti yang terlihat pada Gambar 3. 31

Usahatani Komunitas Petani Jamur Ikhlas 1. Permintaan Jamur Tiram Putih Meningkat 2. Produktivitas Masih Rendah 3. Keterbatasan Modal Analisis Sistem Usahatani Jamur Tiram Putih Analisis Pendapatan 1. Biaya 2. Penerimaan 3. Pendapatan Analisis Efisiensi R-C rasio Rugi Untung Efisien Tidak Efisien Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional di KPJI 32