II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu"

Transkripsi

1 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Gaol (2011) yang berjudul Analisis Luas Lahan Minimum untuk Peningkatan Kesejahteraan Petani Padi Sawah di Desa Cinta Damai, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan petani di daerah penelitian, pola pengeluaran petani, luas lahan minimum yang diusahakan petani dan bagaimana tingkat kesejahteraan petani di daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendapatan di daerah penelitian sangat rendah dan bervariasi pada masing - masing strata, pada pola pengeluaran petani pengeluaran terbanyak digunakan pada kebutuhan makanan dan pada kebutuhan non makanan, pengeluaran terbanyak pada kebutuhan pendidikan. Luas lahan minimum yang harus diusahakan petani untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya didaerah penelitian 0,66 Ha dan tingkat kesejahteraan petani belum terpenuhi. Penelitian Dharmawan (2013) yang berjudul Produktivitas Biaya, Pendapatan Usahatani Padi Gogo Beras Merah Varietas Unggul Local di Kabupaten Gunung Kidul. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji besarnya produktivitas, biaya, dan pendapatan usahatani padi gogo beras merah varietas unggul local di Kabupaten Gunung Kidul. Dari hasil penelitian diketahui bahwa produktivitas usahatani 3,1 ton/ha. Biaya usahatani Rp ,59 /Ha dan pendapatan usahatani Rp ,21/Ha serta nilai R/C ratio 3,16 (usahatani padi gogo merah efisien). Penelitian Saihani (2011) yang berjudul Analisis Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Petani Padi Ciherang di Desa Sungai Durait Tengah Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor sosial ekonomi terhadap pendapatan petani padi ciherang di desa sungai durait tengah Kecamatan Babirik Kabupaten Hulu Sungai 1

2 2 Utara. Metode analisis yang digunakan adalah metode regresi berganda. Hasil penelitian ini menujukan bahwa terdapat pengaruh yang nyata dari modal dan luas lahan terhadap pendapatan petani dan terhadap pengaruh tidak nyata dari umur, tingkat pendidikan, pengalaman, jumlah anggota keluarga, dan harga padi terhadap pendapatan. B. Tinjauan Pustaka Salah satu wilayah yang dikenal dengan lumbung berasnya adalah Kabupaten Klaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Klaten sebagai salah satu lumbung padi yang sangat terkenal di Indonesia. Tepatnya adalah wilayah di Kecamatan Delanggu dengan produknya yang sangat istimewa di hati masyarakat khususnya masyarakat Jawa Tengah yaitu berupa beras delanggu. Beras delanggu merupakan beras yang sangat terkenal di Jawa Tengah sehingga masyarakat Jawa Tengah banyak yang mengonsumsi beras delanggu berbagai jenis mulai dari rojolele, menthik wangi, hingga menthik susu. Para petani khususnya di Kecamatan Delanggu pada waktu itu sangat makmur dan sejahtera karena hasil yang berlimpah akibat dari panen padi dan penjualan beras delanggu. Harga padi waktu pada waktu itu pun masih terbilang tinggi. Tetapi keadaan tersebut mulai berubah, sekarang pembangunan fisik berupa perumahan dan sarana prasarana kota lainnya mengancam kehidupan sejahtera para petani. Mereka seolah pasrah dengan keadaan bahwa banyak pengembang yang menjadikan lahan pertanian berupa sawah mereka ke dalam bentuk perumahan real estate. Tak dipungkiri bahwa pembangunan perumahan tersebut menjadikan lahan sawah berkurang, produksi menurun dan pendapatan ekonomi petani pun akan berkurang dengan menurunnya tingkat luas lahan. Kebutuhan untuk energi, air, dan tanah akan meningkat, menjadi lebih mahal, dan memerlukan solusi yang lebih imajinatif (The Economist, 2001). Penurunan luas lahan pertanian yang berdampak dengan menurunnya produksi dan pendapatan petani masyarakat Delanggu. Sehingga perlu adanya efesiensi dan

3 3 usahatani yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan petani sawah dikecamatan delanggu. Agribisnis merupakan segala aktivitas pertanian dari hulu sampai hilir. Perlu adanya analisis usahatani untuk mengolah kegiatan-kegiatan pada pertanian. Peran agribisnis bagi petani kecil adalah meningkatkan nilai tambah bagi hasil produksi pertanian (Stanton, 2000). Lahan mempunyai arti penting dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Fungsi lahan bagi masyarakat selain sebagi tempat tinggal juga sebagai sumber mata pencarian. Bagi petani, lahan merupakan sumber memproduksi makanan dan keberlangsungan hidup. Bagi pihak swasta, lahan merupakan asset untuk memutar modal. Bagi pemerintah, Lahan adalah kedaulatan suatu negara dan untuk kesejahteraan rakyatnya. Kelembagaan lahan para petani dapat dibedakan atas petani pemilik, petani penyewa lahan, petani penyakap dan juga petani peminjam lahan kehutanan. Petani pemilik adalah petani yang memiliki tanah dan petani sendiri yang menggarapnya. Petani penyakap atau penggarap adalah petani yang mengusahakan tanah milik orang lain dengan system bagi hasil. Petani penyewa adalah petani yang mengusahakan tanah milik orang lain dengan cara menyewa karena tidak memiliki lahan sendiri. Kemiskinan merupakan merupakan suatu kondisi serba kekurangan yang dialami seseorang sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan minimal hidupnya. Terjadinya kemiskinan ini sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan satu sama lain yaitu tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, kondisi geografis dan lainnya. Kemiskinan muncul karena adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang menimbulkan distribusi pendapatan timpang, penduduk miskin hanya memiliki sumber daya dalam jumlah yang terbatas dan kualitasnya rendah. 1. Usahatani

4 4 Usahatani pada dasarnya merupakan suatu kegiatan manusia bekerja dengan alam menghasilkan makanan dan bahan mentah. Ada berbagai tingkat pada kegiatan semacam ini. Pada tingkat yang paling sederhana, manusia hanya memetik tanpa menanam sehingga peranan tenaga manusia sangat kecil sekedar untuk memanen. Pada tingkat yang lebih tinggi digunakan berbagai alat sederhana untuk mengolah tanah sampai traktor modern yang harus dibeli, mesin-mesin dan tenaga kerja manusia yang di upah (Widodo, 2008). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap usahatani dapat digolongkan dalam dua hal sebagai berikut: a. Faktor dari dalam (internal) usahatani. Faktor-faktor internal tersebut antara lain petani pengelola (individu petani), tanah tempat usahatani, tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani, modal yang digunakan dalam usahatani, kemampuan petani dalam mengalokasikan penerimaan keluarga, dan jumlah anggota keluarga. b. Faktor dari luar (eksternal) usahatani. Faktor-faktor eksternal tersebut antara lain tersedianya sarana transportasi dan komunikasi, aspek- aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan badan usahatani (harga hasil, harga saprodi, dan lain-lain), fasilitas kredit, dan sarana penyuluh bagi petani (Soetriono et al, 2006). Usahatani adalah suatu kegiatan mengusahakan dan mengkoordinir faktor produksi berupa lahan, tenaga kerja, ketrampilan, dan modal sehingga memberikan manfaat sebaik-baiknya. Usahatani tersebut melingkupi cara-cara petani untuk menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan, penggunaan faktor- faktor produksi tersebut dapat selektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut dapat memberikan pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2006). Usahatani merupakan suatu usaha yang cukup kompleks. Menurut Prasetya (1993), sebagai suatu perusahaan, supaya pengelolaan usahatani

5 5 dapat dikatakan berhasil maka usahatani tersebut secara minimal harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Usahatani harus dapat menghasilkan cukup pendapatan untuk membayar alat-alat yang diperlukan. b. Usahatani harus dapat menghasilkan cukup pendapatan yang dapat digunakan untuk membayar modal yang digunakan dalam usahatani tersebut, baik modal milik sendiri maupun modal yang dipinjamkan dari pihak lain. c. Usahatani harus dapat membayar upah tenaga petani dengan keluarganya yang digunakan dalam usahatani secara layak. d. Usahatani yang bersangkutan harus paling sedikit berada dalam keadaan seperti semula (tetap produktif). e. Usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer, untuk memperhitungkan penerimaan, biaya dan pendapatan. 2. Biaya dan Penerimaan Usahatani a. Biaya Usahatani Biaya menurut Prasetya (1993) adalah nilai dari suatu masukan ekonomik yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Menurut sifatnya, biaya usahatani digolongkan menjadi : 1) Biaya tetap dan biaya variabel Biaya tetap yaitu biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi seperti pajak, penyusutan alat produksi, sewa tanah, dan lain-lain. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dikehendaki seperti bibit, pakan ternak, biaya pembelian sarana produksi, dan sebagainya. 2) Biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan

6 6 Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani untuk usahataninya seperti pupuk, pakan ternak, upah tenaga luar keluarga, dan lain-lain. Sedangkan biaya yang tidak dapat dibayarkan dapat berupa penggunaan tenaga kerja keluarga, bunga modal sendiri, dan penyusutan modal. 3) Biaya langsung dan biaya tidak langsung Biaya langsung adalah biaya yang secara langsung digunakan dalam proses produksi seperti pembelian pupuk, obat-obatan, bibit, pajak, upah tenaga kerja luar, makanan ternak, dan makanan tenaga kerja luar. Biaya tidak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung digunakan dalam proses produksi seperti penyusutan modal tetap dan biaya makan tenaga kerja keluarga Biaya produksi, menurut Soekartawi (1991) adalah nilai dari semua faktor produksi yang digunakan, baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung. Biaya produksi yang digunakan terdiri dari sewa tanah, bunga modal, biaya sarana produksi untuk bibit, pupuk, obat-obatan serta sejumlah tenaga kerja. Menurut Hadisapoetra (1973), biaya yang dipergunakan dalam usahatani meliputi : 1) Biaya alat-alat luar adalah semua pengorbanan yang diberikan dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor kecuali bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan pengusaha dan upah tenaga kerja keluarga sendiri. 2) Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat dari luar ditambah dengan tenaga kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar. 3) Biaya menghasilkan adalah biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan di dalam usahatani.

7 7 Biaya mengusahakan adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan selama proses produksi. Biaya ini berupa pengeluaran aktual untuk mempekerjakan tenaga kerja luar keluarga, menyewa atau membeli input yang dibutuhkan dalam usahatani seperti biaya pembelian sarana produksi. Biaya mengusahakan adalah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan selama proses produksi. Menurut Noorlatifah dan Hamdani (2012), biaya ekplisit yaitu pengeluaran-pengeluaran pihak produsen yang berupa pembayaran dengan uang untuk memperoleh faktor-faktor produksi, sedangkan biaya implisit yaitu taksiran pengeluaran atas faktor-faktor produksi yang dimiliki produsen itu sendiri, seperti pada modal sendiri yang digunakan, lahan yang dimiliki untuk kegunaan produksi dan sebagainya b. Penerimaan Usahatani Penerimaan atau pendapatan kotor adalah keseluruhan nilai hasil yang diperoleh dari semua cabang usahatani dan sumber dalam usahatani selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali (Prasetya, 1993). Penerimaan usahatani menurut Prasetya (1993) dapat berujud 3 hal yaitu : 1) Nilai dari produk yang dikonsumsi sendiri oleh petani dan keluarganya selama melakukan kegiatan usahanya seperti telur, sayuran, dan buahbuahan sering dikonsumsi keluarga petani karena dibutuhkan. 2) Nilai dari keseluruhan produksi usahatani yang dijual baik dari hasil pertanaman, ternak, ikan, maupun produk lainnya. 3) Kenaikan nilai inventaris; nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani akan berubah-ubah setiap tahunnya, karena ada perbedaan nilai pada awal tahun dengan nilai pada akhir tahun perhitungan. Apabila terdapat kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani,

8 8 maka selisih antara nilai akhir tahun dari benda inventaris dengan nilai awal tahun perhitungan merupakan penerimaan dari usahatani. Menurut Suratiyah (2006), penerimaan adalah perkalian antara hasil produk yang terjual dengan harga tersebut. Pernyataan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : TR = Q x P Keterangan : TR = Total Revenue/ Total Peneriman (Rp) Q = Quantity /Hasil produksi (kg) P = Price/ Harga produk (Rp/kg) 3. Pendapatan Usahatani Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam pengelolaan usahatani, petani bertindak sebagai manajer, karyawan, dan investor, sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan merupakan balas jasa dari kerja sama faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani tersebut. Balas jasa yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi dihitung dalam jangka waktu tertentu (Prasetya, 1993). Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat-alat luar dan dengan modal dari luar. Sedangkan pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar. Menurut Soekartawi (2001), Pendapatan usahatani diperoleh dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya dalam suatu proses produksi, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : Pd = TR TC

9 9 Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani (Rp) TC = Total Cost/ Total Biaya (Rp) TR = Total Revenue/ Total Peneriman (Rp) 4. Efisiensi Usahatani Efisiensi ekonomi yaitu suatu usaha pertanian tersebut menghasilkan produksi yang maksimum dan nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan (Soekartawi, 1991). Usahatani yang baik adalah usahatani yang produktivitas dan efisiensi usaha taninya tinggi (majka et al, 2011). Efisiensi merupakan upaya penggunaan masukan yang sekecilkecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Keberhasilan proses produksi pada suatu usahatani dapat dilihat dari tingkat efisiensi yang dicapai sehingga akan diperoleh keuntungan yang maksimum. Menurut Winston et all (2000) tingkat efisiensi yang baik memiliki indikasi bahwa kegiatan usahatani mengeluarkan biaya produksi secara cermat. Konsep efisiensi dalam analisis banyak digunakan sebagai penetapan dalam pengambilan keputusan dalam usahatani sehubungan dengan pencapaian pendapatan dan keuntungan yang maksimum. Analisis efisiensi usahatani padi sawah dengan menggunakan Revenue Cost Ratio. R/C Ratio dikenal sebagai perbandingan (nisbah) antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani. (Soekartawi, 2006). Pernyataan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut : R Efisiensi usahatani ( R/C Ratio ) = C Keterangan : R : Revenue/ besarnya penerimaan (Rp) C : Cost/ besarnya biaya (Rp) Dari rumus yang tertera di atas didapatkan kriteria sebagai berikut: R/C > 1, berarti usahatani telah efisien

10 10 R/C = 1, berarti usahatani dalam kondisi titik impas/break even point R/C < 1, berarti usahatani tidak efisien. C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Konsep biaya dalam penelitian ini adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya yang secara nyata dibayarkan selama proses produksi oleh petani dalam satu kali musim tanam yang terdiri dari biaya untuk sarana produksi yang meliputi biaya bibit atau benih, pupuk, obat kimia, biaya tenaga kerja luar, biaya tenaga kerja dalam dan biaya lain lain yang meliputi biaya selamatan, pajak tanah, biaya penyusutan dan transportasi. Penerimaan atau pendapatan kotor adalah keseluruhan nilai hasil yang diperoleh dari semua cabang usahatani dan sumber dalam usahatani selama satu tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran atau penaksiran kembali. Setelah diketahui hasil produksi maka dikalikan dengan harga produk yaitu harga gabah padi. Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Dalam pengelolaan usahatani, petani bertindak sebagai manajer, karyawan, dan investor, sehingga dapat dikatakan bahwa pendapatan merupakan balas jasa dari kerja sama faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani tersebut. Efisiensi ekonomi yaitu suatu usaha pertanian tersebut menghasilkan produksi yang maksimum dan nilai dari produk marginal sama dengan harga faktor produksi yang bersangkutan (Soekartawi, 1991). Usahatani yang baik adalah usahatani yang produktivitas dan efisiensi usaha taninya tinggi (majka et al, 2011). Efisiensi merupakan upaya penggunaan masukan yang sekecilkecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya.

11 11 Biaya Mengusahakan Padi Sawah: 1. Biaya saprodi, yang meliputi: a. Biaya pembelian bibit atau benih b. Biaya pembelian pupuk c. Biaya pembelian obat kimia 2. Biaya tenaga kerja luar dan tenaga kerja dalam 3. Biaya lain-lain, yang meliputi: a. Biaya transportasi b. Pajak tanah c. Penyusutan d. IPAIR Usahatani Padi Sawah Produksi Padi sawah Penerimaan Padi Sawah Harga Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawah (R/C Rasio) Pendapatan Usahatani Padi Sawah R/C < 1 Tidak Layak R/C = 1 Titik Impas R/C > 1 Layak Rekomendasi Kebijakan Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir Analisis Usahatani Padi Sawah

12 12 D. Hipotesis 1. Diduga penerimaan usahatani padi sawah di Kecamatan Delanggu lebih besar daripada biaya usahatani. 2. Diduga usahatani padi sawah di Kecamatan Delanggu telah efisien. E. Asumsi 1. Petani bertindak rasional dalam usahatani, artinya selalu berusaha memperoleh pendapatan yang sebesar-besarnya. 2. Pengaruh variabel yang tidak diamati dianggap normal. F. Pembatasan Masalah 1. Petani padi sawah yang dimaksud adalah petani pemilik penggarap 2. Waktu Penelitian adalah 1 periode tanam yaitu bulan Desember April 2015 G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Usahatani padi sawah adalah kegiatan dari petani dalam menghasilkan produk padi sawah secara monokultur dengan memanfaatkan faktor-faktor produksi 2. Biaya adalah besarnya uang yang dikeluarkan petani dalam melakukan kegiatan usahatani dalam satu musim dinyatakan dalam satuan rupiah per musim tanam. 3. Biaya mengusahakan adalah biaya yang secara nyata dibayarkan selama proses produksi oleh petani dalam satu musim tanam. Biaya mengusahakan dapat terdiri dari biaya saprodi (pembelian pupuk, benih atau bibit, obat kimia), biaya tenaga kerja luar,biaya tenaga kerja dalam dan biaya lain-lain (pajak tanah, selamatan, penyusutan dan biaya transportasi) yang dinyatakan dalam satuan rupiah per musim tanam. 4. Tenaga kerja adalah tenaga luar keluarga yang mengusahakan usahatani padi sawah. Semua tenaga kerja dikonversikan kedalam tenaga kerja pria dan diukur dalam HKP, sedangkan nilai tenaga kerja berdasarkan upah dan

13 13 dinyatakan dalam rupiah (Rp/HKP), untuk konversi HKW= 0,8 HKP (Hernanto, 1991). 5. Penerimaan usahatani adalah nilai total produk yang diterima petani dalam satu musim tanam. Penerimaan ini diperoleh dari hasil kali antara harga produk padi sawah dengan jumlah produk padi sawah yang dinyatakan dalam satuan rupiah per musim tanam. 6. Pendapatan adalah selisih antara penerimaan dengan biaya eksplisit yang dikeluarkan dalam kegiatan usahatani padi sawah selama satu musim tanam yang dinyatakan dalam satuan rupiah per musim tanam. 7. Efisiensi usahatani adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya eksplisit dalam usahatani padi sawah dalam satu musim tanam dengan kriteria : a. R/C > 1, berarti usahatani telah efisien, b. R/C = 1, berarti usahatani dalam kondisi titik impas/break even point c. R/C < 1, berarti usahatani tidak efisien.

14 14

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan merupakan suatu rancangan kerja penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan konsep dan teori dalam menjawab

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik, metode ini mempunyai ciri-ciri memusatkan diri pada pemecahan masalah yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani (wholefarm) adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Definisi usahatani ialah setiap organisasi dari alam, tenaga kerja dan modal yang ditujukan kepada produksi di lapangan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Petani dan Usahatani Menurut Hernanto (1995), petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya di bidang pertanian

Lebih terperinci

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani I. Pendahuluan Setiap kegiatan pada proses produksi dalam usahatani menimbulkan pengorbanan hasil yg diperoleh Korbanan yang dicurahkan dalam proses produksi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produk total (TP) adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika jumlah semua input kecuali satu faktor

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Kebonagung Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Ekonomi 3.1.1.1 Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktorfaktor produksi dengan produk

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj)

2. TINJAUAN PUSTAKA. π = f (Py; Pxi; ;Pzj) 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fungsi Keuntungan Jika diasumsikan dalam aktivitas usahatani bertujuan memaksimumkan keuntungan, maka dalam jangka pendek keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total dikurangi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN Prinsip-Prinsip Efisiensi Usahatani Usahatani ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian survey. Dalam penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah III. METODE PENELITIAN Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini digunakan untuk menggali fakta- fakta di lapangan kemudian dianalisis dan

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013 ANALISIS EFISIENSI USAHATANI KUBIS (Brassica oleracea) DI DESA SUKOMAKMUR KECAMATAN KAJORAN KABUPATEN MAGELANG Rini Utami Sari, Istiko Agus Wicaksono dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat dengan responden para petani yang menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Pemikiran Teoritis Keuntungan Usahatani

2. TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Pemikiran Teoritis Keuntungan Usahatani 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 2.1.1. Keuntungan Usahatani Usahatani adalah mengorganisasikan (mengelola) asset dan cara dalam pertanian, atau lebih tepatnya adalah kegiatan mengorganisasikan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Pendapatan Petani Suatu kegiatan perekonomian yang bergerak dalam sektor apapun, penentuan Dengan efisiensi biaya produksi maka akan mencapai

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Pengertian Usahatani Rifai (1973) dalam Purba (1989) mendefinisikan usahatani sebagai pengorganisasian dari faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, modal dan manajemen,

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN Tri Santoso, Uswatun Hasanah, dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Ilmu usaha tani merupakan proses menentukan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi pertanian untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Usahatani Usahatani adalah ilmu yang mempelajari tentang cara petani mengelola input atau faktor-faktor produksi (tanah, tenaga kerja, modal, teknologi, pupuk, benih,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perkonomian nasional. Padi adalah tanaman pangan yang utama. Sejak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Setiap petani dalam pengelolaan usahataninya mempunyai tujuan yang berbedabeda. Ada tujuannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang disebut usahatani subsisten,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pulahenti, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara. Waktu penelitian dilaksanakan selama tiga bulan yaitu

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Organisasi Produksi Usahatani Menurut Rivai dalam Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja dan modal

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. sepanjang tahun dan memiliki potensi komersial yang cenderung semakin

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. sepanjang tahun dan memiliki potensi komersial yang cenderung semakin II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Bawang Merah Tanaman bawang merah (Allium Sp) merupakan sayuran rempah dan dipanen bagian umbinya yang merupakan umbi lapis dan digunakan untuk konsumsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4.1 Tinjauan Pustaka Ubi kayu atau Manihot esculenta termasuk familia Euphorbiaceae, genus Manihot yang terdiri dari 100 spesies. Ada dua tipe tanaman ubi kayu yaitu tegak (bercabang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional. mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis 30 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Defenisi Operasional Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang digunakan dari perolehan data yang dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu Kajian dilakukan terhadap usahatani beberapa petani sawah irigasi di desa Citarik kecamatan Tirta Mulya Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi terutama didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih jauh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Agribisnis Sering ditemukan bahwa agribisnis diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian. Padahal pengertian agribisnis tersebut masih

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO Purwanto 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1)Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif II. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Metode deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data yang tidak hanya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Peranan Kredit dalam Kegiatan Usahatani Ada dua sumber permodalan usaha yaitu modal dari dalam (modal sendiri) dan modal dari luar (pinjaman/kredit).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pertanian Organik Ada dua pemahaman umum tentang pertanian organik menurut Las,dkk (2006)

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif analisis merupakan suatu metode penelitian yang memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK 1 ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK FARMING ANALYSIS OF PADDY IN KEMUNINGMUDA VILLAGE BUNGARAYA SUB DISTRICT SIAK REGENCY Sopan Sujeri 1), Evy Maharani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif karena dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis. Dalam pembahasannyan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Ada banyak definisi mengenai ilmu usahatani yang telah banyak di kemukakan oleh mereka yang melakukan analisis usahatani,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Sistem pertanian polikultur didefinisikan sebagai sebuah metode pertanian yang memadukan lebih dari 4 jenis tanaman lokal bernilai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, dalam pembahasannya lebih ditekankan pada biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Usaha Kerbau Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik berupa ternak dengan cara produksi untuk memenuhi perkembangan kebutuhan hidup manusia dengan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Lahan Pasir Pantai Lahan pasir pantai merupakan tanah yang mengandung lempung, debu, dan zat hara yang sangat minim. Akibatnya, tanah pasir mudah mengalirkan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo,

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo, 49 III. METODELOGI PENELITIAN A. Metodelogi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus, dengan menggunakan metode survei. Penelitian Survei adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Tembakau merupakan salah satu tanaman yang memberikan kontribusi besar kepada negara Indonesia yaitu sebagai salah satu penghasil devisa negara. Usahatani

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dalam arti sempit dan dalam artisan luas. Pertanian organik dalam artisan sempit II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pertanian Padi Organik dan Padi Konvensional Ada dua pemahaman tentang pertanian organik, yaitu pertanian organik dalam arti sempit dan dalam artisan

Lebih terperinci

Produktivitas, Biaya, Pendapatan Padi Gogo Beras Merah Varietas Unggul Lokal (Segreng Handayani) di Kabupaten Gunung Kidul

Produktivitas, Biaya, Pendapatan Padi Gogo Beras Merah Varietas Unggul Lokal (Segreng Handayani) di Kabupaten Gunung Kidul Produktivitas, Biaya, Pendapatan Padi Gogo Beras Merah Varietas Unggul Lokal (Segreng Handayani) di Kabupaten Gunung Kidul Rizky Kusuma Dharmawan, Suwarto, Mei Tri Sundari Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan Kecamatan Telaga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, sejak bulan Februari sampai bulan April 2013 dengan lokasi penelitian di Kecamatan Tilongkabila,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Usahatani didefinisikan sebagai satuan organisasi produksi di lapangan pertanian dimana terdapat unsur lahan yang mewakili

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan sistem jajar legowo di Kabupaten Bantul menggunakan metode dekriptif analisis. Metode deskriptif bertujuan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan 1 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan memperhatikan tiap-tiap gejala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Alam Indonesia sangat kaya akan aneka tanaman yang cocok dibonsaikan. Bahan bonsai sebaiknya berupa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Menurut Hernanto (1989) mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam, kerja, dan modal yang ditujukan kepada produksi

Lebih terperinci

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BISI 2 (Zea mays Linn.) (Suatu Kasus di Desa Handapherang Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis) Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN TINGKAT EFISIENSI PENCURAHAN TENAGA KERJA PADA USAHATANI PADI SAWAH Jones T. Simatupang Dosen Kopertis Wilayah I dpk Fakultas Pertanian Universitas Methodist Indonesia

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus di Kelurahan Sindang Barang dan Kelurahan Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah. II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pekarangan Pekarangan adalah areal tanah yang biasanya berdekatan dengan sebuah bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis adalah suatu alur berpikir yang digunakan oleh penulis berdasarkan teori maupun konsep yang telah ada sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN Dyah Panuntun Utami 1), Arif Pramudibyo 2) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Tanaman Jagung BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jagung termasuk tanaman yang familiar bagi masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung dan setiap varietasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan lain yang bersifat komplementer. Salah satu kegiatan itu adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris dimana mata pencarian penduduknya sebahagian besar adalah disektor pertanian. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebahagian besar

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013 EFISIENSI PRODUKSI USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) DI LAHAN PASIR DESA KERTOJAYAN KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO Diah Setyorini, Uswatun Hasanah dan Dyah Panuntun Utami Program Studi Agribisnis Fakultas

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukaluyu, Kecamatan Taman Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (pusposive). Alasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usahatani Usahatani adalah bagaimana seseorang mengusahakan dan mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan maanfat

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci