SUGIARTO, S.E,M.Si Direktur Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Kerja Sama Ditjen Bina Adm. Kewilayahan, Kemendagri

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : DIREKTUR JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 50 TAHUN 2018 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DI BIDANG PENANAMAN MODAL

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

LAMPIRAN I FORMULIR "SELF ASSESSMENT /PENILAIAN MANDIRI" PENYELENGGARAAN FUNGSI PTSP BIDANG PENANAMAN MODAL*) A. IDENTITAS

Kajian Regulasi PERATURAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA NO.12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

2017, No kawasan pariwisata sudah dapat dilaksanakan dalam bentuk pemenuhan persyaratan (checklist); e. bahwa untuk penyederhanaan lebih lanjut

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 91 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ARAH KEBIJAKAN PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK MELALUI REFORMASI BIROKRASI PEMDA MELALUI PTSP

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

Sosialisasi dan Workshop Pelaksanaan Reformasi Birokrsi Daerah

KEBIJAKAN PENYEDERHANAAN REGULASI UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

INSPEKTORAT KHUSUS INSPEKTORAT JENDERAL KEMENDAGRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

3.4 Penentuan Isu-isu Strategis

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

2 Ruang lingkup Penyelenggara Pelayanan Publik merupakan salah satu aspek penting yang perlu dijabarkan agar tidak menimbulkan kerancuan dalam penerap

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 12 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

- 1 - BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DEPUTI BIDANG PELAYANAN PUBLIK KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU BIDANG PENANAMAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERAN GWPP DAN ISU- ISU AKTUAL RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GWPP

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

SINERGITAS PEMEMRINTAH DAERAH DALAM PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH. Dr. KURNIASIH, SH, M.Si DIREKTUR PRODUK HUKUM DAERAH

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH RANCANGAN PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

Inti Muatan Undang Undang No. 25/2009 ttg. Pelayanan Publik

REVISI RENCANA STRATEGIS

PELAYANAN TERPADU SATU PINTU UNTUK MEMPERKUAT PEMBANGUNAN DAERAH KERJASAMA PEMERINTAH DAN SWASTA

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

Luas Wilayah Ha / 127,78 km² (2,18% dari luas Bali) Terdiri dari 4 Kecamatan, 27 Desa dan 16 Kelurahan

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 Tahun 2010 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN USAHA HOTEL PADA

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( S O P ) IZIN TRAYEK PADA

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

1. & 2. & 3. & 4. & 5. IKM

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti Undang-undang atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat diartikan

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

- 2 - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2013; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, p

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR BADAN PELAYANAN PERIZINAN

PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH DALAM RANGKA PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI

REFORMASI BIROKRASI DALAM RANGKA PENINGKATAN PELAYANAN PUBLIK

LOGO PROFIL. Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPM PTSP)

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia. Peraturan Presiden tentang Percepatan Pelaksanaan Berusaha

BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 35 TAHUN 2012 TENTANG

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMERINTAHAN DESA KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 11 TAHUN 2009

Transkripsi:

SUGIARTO, S.E,M.Si Direktur Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Kerja Sama Ditjen Bina Adm. Kewilayahan, Kemendagri 1

1 Pendahuluan 2 Kebijakan Penyederhanaan Perizinan Berdasarkan UU 23/2014 3 Permendagri 138/2017 4 Permasalahan dan Penutup 2

PENDAHULUAN 3

ISU STRATEGIS DESENTRALISASI, OTDA & DAYA SAING, antara lain: Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemda (antara lain: penataan kelembagaan perangkat daerah; sinergi perenc & penganggaran; akuntabilitas & tata pemerintahan; peningkatan kualitas pelayanan publik) Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemda Perbaikan Kemudahaan Berinvestasi (EoDB) Proses perizinan belum efisien Deregulasi peraturan yang menghambat investasi 4

Harapan Masyarakat Terhadap Pelayanan Publik Pelayanan Cepat: Pelayanan Gratis; Pelayanan Bermutu: Pelayanan Transparan; Pelayanan Pasti; Pelayanan Sederhana; Pelayanan Terjangkau. DIPERLUKAN SUATU TEROBOSAN UNTUK PERBAIKAN TATA KELOLA PELAYANAN PUBLIK SEKTOR PERIZINAN DAN NONPERIZINAN 5

Peran Penting PTSP UJUNG TOMBAK PELAKSANA KEWAJIBAN DAN KEWENANGAN DAERAH UNTUK MENYEDIAKAN LAYANAN P&NP KEPADA MASYARAKAT Kepastian Hukum; Kepastian untuk Investasi dan Usaha; Daya Saing Daerah Peningkatan Investasi dan Kemudahan Berusaha di Daerah Stimulan Kesejahteraan Masyarakat Kebijakan Strategis Nasional; Fokus Kabinet Kerja; Perhatian ORI, K-4 (Kepolisian, Kejaksaan, KPK dan KSP), dan Satgas Saber Pungli serta Satgas Percepatan Pelaksanaan berusaha 6

Dasar Hukum Penyelenggaraan PTSP 1. UU Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik (62 pasal 10 bab); 2. UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah; 3. UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan; 4. PP Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah; 5. PP Nomor 96 Tahun 2012 tentang sistem pelayanan terpadu (Bab 3 pasal 11 s/d 21); 6. Perpres Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; 7. Permendagri Nomor 100 Tahun 2016 Tentang Nomenklatur Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Dan Kabupaten/Kota; 8. Permendagri Nomor 138 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah. 7

KEBIJAKAN PENYEDERHANAAN PERIZINAN BERDASARKAN UU 23/2014 8

KEMENTERIAN DALAM NEGERI UU 23/2014 Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) PERPRES 97/2014 Pasal 349 1) Daerah dapat melakukan penyederhanaan jenis dan prosedur pelayanan publik untuk meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing daerah. 2) Penyederhanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 3) Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Pasal 350 1) Kepala Daerah wajib memberikan pelayanan perizinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2) Daerah membentuk Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang berpedoman pada ketentuan peraturan perundangundangan. 3) Kepala daerah yang tidak memberikan pelayanan perizinan dikenai Sanksi Administratif. Sanksi Administratif. a. Teguran tertulis dari Mendagri ke Gubernur sebanyak 2 kali berturutturut. b. Menteri mengambil alih pemberian izin yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. c. Anggarannya akan dipangkas oleh Pemerintah Pusat dalam bentuk Penghilangan Dana Alokasi Khusus (DAK) dan pengurangan Dana Alokasi Umum (DAU): 1) Daerah wajib membentuk kelembagaan PTSP. 2) Melimpahkan seluruhnya kewenangan perizinan dan non perizinan kepada PTSP. 3) Izin ditanda tangani oleh Kepala PTSP. 4) Pelayanan perizinan dan non perizinan dilaksanakan secara elektronik. 5) Jangka waktu penerbitan izin usaha paling lama 7 hari kerja PERMENDAGRI 100/2016 PERMENDAGRI 138/2017 PERPRES 91/2017 1) Meningkatkan pelayanan, pengawalan, penyelesaian, hambatan, penyederhanaan dan pengembangan sistem online dlm rangka percepatan penyelesaian perizinan berusaha. 2) Membentuk Satgas pada Provinsi dan Kabupaten/Kota, memulai reformasi peraturan perizinan berusaha yang menjadi kewenangan Gubernur, Bupati dan Wali Kota. Pedoman Nomenklatur Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Penyelenggaraan PTSP Daerah 9

PERMENDAGRI 138/2017 18

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DAERAH 19

1. Ketentuan Umum 2. Kelembagaan dan Kewenangan 3. Maklumat Pelayanan Publik, Standar dan Manajemen Pelayanan 4. Perencanaan 5. Penyederhanan Jenis Perizinan 6. Pelayanan Secara Elektronik 7. Sarana dan Prasarana 8. Sumber Daya Manusia 9. Etika Pelayanan 10.Survey Kepuasan Sistematika (17 bab 60 pasal) Masyarakat 11.Inovasi 12.Forum Komunikasi PTSP 13.Pembinaan dan Pengawasan 14.Pelaporan 15.Pendanaan 16.Ketentuan Peralihan 17.Ketentuan Penutup

TUJUAN: PERMENDAGRI 138 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PTSP DAERAH meningkatkan kualitas layanan publik, mewujudkan perlindungan dan kepastian hukum kepada masyarakat, memberikan akses yang lebih luas kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan prima dan meningkatkan kemudahan berusaha dan daya saing daerah untuk memperoleh pelayanan publik LINGKUP TUGAS PENYELENGGARAAN PTSP: meliputi pemberian pelayanan atas semua bentuk pelayanan perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan provinsi dan Kabupaten / Kota 20

KELEMBAGAAN & KEWENANGAN PENYELENGGARAAN PTSP Berdasarkan Permendagri 138 Tahun 2017 21

KELEMBAGAAN DAN KEWENANGAN BAB 2 1. PTSP Daerah yang menyelenggarakan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan melekat pada DPMPTSP Provinsi dan Kabupaten/Kota. 2. Pembentukan DPMPTSP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 4 DPMPTSP dapat membentuk Unit Pelaksana Teknis Daerah dan bentuk layanan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 5 24

Bentuk Layanan Lain DPMPTSP: Hal baru Pelayanan administrasi terpadu kecamatan dan/atau kelurahan Gerai layanan atau outlet /mall pelayanan Layanan keliling Layanan antar jemput Layanan bersama antar PTSP provinsi dan kabupaten/kota Pasal 5, Angka 2 Pembinaan teknis pelayanan administrasi terpadu dilakukan oleh Kepala DPMPTSP Kabupaten/Kota. Pasal 5, Angka 4 25

Pendelegasian Delegasi adalah Pelimpahan Kewenangan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya kepada penerima delegasi. KEPALA DAERAH Pasal 1, Angka 7 GUBERNUR BUPATI/WALIKOTA DELEGASIKAN (PERKADA) Kepala DPMPTSP PROVINSI (ayat 1 & 2) 1. Kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang menjadi urusan pemerintah daerah Provinsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 6 Kepala DPMPTSP KAB/KOTA (ayat 3) 1. Kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang menjadi urusan pemerintah daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang menjadi urusan pemerintah yang diberikan pelimpahan wewenang kepada Gubernur.(kewenangan pusat) 2. Kewenangan Perizinan dan Nonperizinan yang menjadi urusan pemerintah yang diberikan pelimpahan wewenang kepada Bupati/Walikota.(kewenangan pusat) 26

Hal baru MAKLUMAT PELAYANAN PUBLIK, STANDAR, DAN MANAJEMEN PELAYANAN BAB 3 Maklumat Pelayanan Publik (MPP) Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan wajib membentuk MPP Perizinan dan Nonperizinan. Isi Maklumat Pelayanan Publik Pasal 11 Jenis Pelayanan Syarat Prosedur Biaya Waktu Hak dan Kewajiban Pemda dan Warga Masyarakat Penanggung Jawab Penyelenggaraan Pelayanan Dll MPP Perizinan dan Nonperizinan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Kepala Daerah dan dipublikasikan secara luas kepada masyarakat. 27

Manajemen PTSP Hal baru Pelaksanaan Pelayanan (Pasal 16) Pelayanan Konsultasi (Pasal 27) Pengelolaan Pengaduan Masyarakat (Pasal 20) Pasal 15 Penyuluhan Kepada Masyarakat (Pasal 26) Pengelolaan Informasi (Pasal 22) Pengawasan Internal (Pasal 24) Dalam menyelenggarakan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, DPMPTSP WAJIB menerapkan manajemen PTSP. 28

Pelaksanaan Pelayanan (1) Penerimaan dan/atau penolakan berkas permohonan. (3) Penyerahan dokumen izin dan nonizin. Pasal 7 (2) Penerbitan dokumen izin dan nonizin. (4) Pencabutan dan pembatalan dokumen izin dan nonizin. Dalam penyelenggaraan pelayanan Perizinan dan Nonperizinan, PTSP bertanggung jawab secara Administratif. Penyelenggaraan Bidang: Teknis; Pengawasan dan; Evaluasi Menjadi Tanggung jawab OPD terkait. Pasal 9 29

Pasal 10 1) Dalam rangka menunjang kelancaran pelaksanaan PTSP, pada bidang yang menyelenggarakan pelayanan dibentuk tim teknis sesuai dengan kebutuhan yang merupakan representasi dari perangkat daerah terkait. 2) Tim Teknis PTSP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memiliki kewenangan untuk memberikan pertimbangan teknis untuk memberikan rekomendasi Perizinan dan Nonperizinan. 3) Pembentukan dan anggota tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. TIM TEKNIS REKOMENDASI TEKNIS 30

Hal baru Pasal 19 Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan Perizinan dan Nonperizinan, DPMPTSP tidak dibebani target penerimaan retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2). 31

2. Pengelolaan Pengaduan Masyarakat Lebih rinci Cepat Tertib Transparan Tepat Tuntas Pasal 20 Dapat Dipertanggungjawabkan Tugas Pelaksana Pengelolaan Pengaduan Masyarakat: (Ayat 2) a. Menerima pengaduan atas layanan Perizinan dan Nonperizinan, memeriksa kelengkapan dokumen pengaduan, menanggapi, dan memberikan tanda terima kepada pengadu; b. Menelaah, mengklasifikasi, dan memprioritaskan penyelesaian pengaduan; c. Memproses penyelesaian setiap pengaduan dalam hal substansi pengaduan terkait langsung dengan layanan Perizinan dan Nonperizinan; d. Dalam hal substansi pengaduan tidak menjadi kewenangan penyelenggara PTSP, pengaduan disalurkan kepada kepala perangkat daerah terkait; e. Menyampaikan informasi dan/atau tanggapan kepada pengadu dan/atau pihak terkait; f. Melakukan pencatatan dan pelaporan hasil pengelolaan pengaduan; dan g. Pemantauan dan evaluasi pengelolaan pengaduan. 32

3. Pengelolaan Informasi Hal baru Pengelolaan Informasi WAJIB dilakukan secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat. Menerima Layanan Permintaan informasi Menyediakan Informasi Perizinan & Nonperizinan 1 Tugas Pengelola Informasi 2 Memberikan Informasi Perizinan & Nonperizinan Tugas Front Office: Point 1 Point 3 3 Tugas Back Office: Point 2 33

4. Pengawasan Internal Hal baru Jenis Pengawasan: a. Pengawasan oleh atasan langsung; b. Pengawasan oleh pengawas fungsional.(apip) Pasal 24 Pelaksanaan pengawasan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 25 34

5. Penyuluhan Kepada Masyarakat Hal baru Penyuluhan Kepada Masyarakat: a. Hak dan Kewajiban Pemerintah Daerah & Masyarakat terhadap pelayanan perizinan dan Nonperizinan. b. Manfaat perizinan dan nonperizinan bagi masyarakat. c. Jenis pelayanan. d. Persyaratan dan mekanisme layanan perizinan dan nonperizinan. e. Waktu dan tempat pelayanan. Sarana Penyuluhan Kepada Masyarakat: a. Media Elektronik. b. Media Massa. c. Media Cetak. d. Pertemuan. Pelaksanaan penyuluhan sebagaimana dimaksud dikoordinasikan oleh bidang yang memiliki fungsi penyuluhan pada DPMPTSP. 35

Hal baru 6. Pelayanan Konsultasi Konsultasi Teknis Jenis layanan Perizinan dan Nonperizinan Konsultasi Aspek Hukum Perizinan dan Nonperizinan Pendampingan Teknis Layanan konsultasi dilakukan oleh pejabat pada bidang yang memiliki tugas dan fungsi konsultasi pada DPMPTSP 36

PENYEDERHANAAN JENIS & PROSEDUR Berdasarkan Permendagri 138 Tahun 2017 37

PERBANDINGAN REGULASI SUBSTANSI PERMENDAGRI 24/2006 PERPRES 97/2014 PERMENDAGRI 138/2017 UU 23/2014 BENTUK KELEMBAGAAN Badan/kantor mandiri Badan digabung menjadi BPMPTSP DPMPTSP DPMPTSP PENYEDER- HANAAN Penyederhanaan pelayanan adalah upaya penyingkatan terhadap waktu, prosedur, dan biaya pemberian perizinan dan non perizinan - 1)Penyederhanaan jenis pelayanan Perizinan dan Nonperizinan dilakukan dengan cara: a. Paket paralel Perizinan dan Nonperizinan; dan b. Menyatukan beberapa jenis perizinan yang sama menjadi satu izin. (2)Penyederhanaan dibagi berdasarkan jenis: a. Usaha; dan b. Nonusaha. penyederhanaan jenis dan prosedur pelayanan publik untuk meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing Daerah. Penyederhanaan ditetapkan dengan Perda Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik penyederhanaan jenis pelayanan publik adalah menggabungkan beberapa jenis pelayanan publik yang diamanatkan oleh ketentuan peraturan perundangundangan menjadi 1 (satu) jenis pelayanan yang di dalamnya menampung/memuat substansi pelayanan yang digabungkan tersebut penyederhanaan prosedur pelayanan publik adalah mengurangi dan/atau mengintegrasikan persyaratan atau langkah-langkah pemberian layanan, sehingga mempermudah proses pemberian layanan kepada masyarakat 38

TATA CARA PENYEDERHANAAN PROSEDUR PERIZINAN DAN NONPERIZINAN Mengintegrasikan pelayanan dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, Direktorat Jenderal Pajak, Kemenkumham, BPN, Perbankan, Asuransi dan Pihak lain yang terkait dengan peningkatan Pelayanan Publik. Mengintegrasikan pelayanan antara daerah provinsi dengan daerah kabupaten/kota. Menyatukan tempat penyelenggaraan layanan (mal pelayanan) Mengurangi persyaratan Perizinan dan Nonperizinan (syarat2 yg tdk sesuai nspk) Penyederhanaan jenis dan prosedur pelayanan Perizinan dan Nonperizinan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 diatur dengan Peraturan Daerah 39

PELAYANAN SECARA ELEKTRONIK (PSE) PTSP-EL MANUAL ELEKTRONIK One Single Submission (OSS) Online Tracking System (OTS) Digital Signature Hak Akses Sertifikat Digital 40

Hal baru BAB 9 41

PERMASALAHAN DAN PENUTUP 42

MASALAHAN-MASALAH DALAM PENYELENGGARAAN PNp REGULASI KOMITMEN KDH PERILAKU BIROKRASI NSPK K/L yang saling tumpang tindih dan belum adanya perpaduan satu sama lainnya. cth: Advis planning, persetujuan prinsip, Pendaftaran Penanaman Modal, Izin Prinsip, Izin Pemanfaatan Ruang, IPPT, IPPL, Izin Lokasi, IMB yang merupakan Izin Pemanfaatan Ruang Tidak adanya format baku terkait Dokumen Izin PNp antar K/L Belum dilakukan penyesuaian regulasi terkait UU 23/2014 Pembentukan Kelembagaan DPMPTSP dan Nomenklatur Struktur Organisasi DPMPTSP Pendelegasian Kewenangan PNp Dukungan Anggaran yang meliputi: 1. Sarana dan Prasarana 2. Kualitas SDM 3. Tunjangan/Insentif Pelayanan bagi pegawai PTSP 4. Sarana Teknologi, Informasi dan Komunikasi 5. Operasional penyelenggaraan pelayanan 6. dsb. Tidak Kompeten Mentalitas melayani kurang Ego Perangkat Daerah Teknis berbelit-belit, tidak transparan Kurangnya integritas penyelenggara PNp Kurang Pemahaman terkait tugas dan fungsi (tidak memiliki SOP) 43

PENUTUP 1. Kebijakan kelembagaan DPMPTSP dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2016 bertujuan untuk peningkatan kualitas pelayanan. Berkaitan dengan hal ini, diminta kepada daerah yang belum membentuk kelembagaan DPMPTSP untuk segera membentuk, bagi daerah yang nomenklatur dan unit kerjanya belum sesuai agar segera melakukan review Perda dan/atau Perkada untuk penyesuaian. 2. Pendelegasian kewenangan merupakan prasyarat PTSP, oleh karenanya perlu segera merevisi Perkada pendelegasian agar seluruh jenis perizinan dan nonperizinan dilayani oleh PTSP dan ditandatangani oleh Kepala DPMPTSP. 3. Dalam penyelenggaraan perizinan dan nonperizinan, PTSP harus melakukan pelayanan mudah, cepat, transparan, terjangkau dan bebas korupsi. Oleh karena itu, kesejahteraan pegawai PTSP perlu juga mendapat perhatian memadai melalui tunjangan khusus sebagaimana diatur dalam Permendagri Nomor 138Tahun 2017. 44

4. Terkait pendanaan untuk biaya penyelenggaraan PTSP harus mendapat porsi memadai agar sasaran untuk peningkatan tata laksana, kualitas, dan percepatan pelayanan perizinan dan nonperizinan serta untuk mendukung pencapaian target kemudahan berusaha (Ease of Doing Bussiness/EoDB) dapat terwujud. Untuk itu, Pemerintah Daerah wajib mengacu Permendagri Nomor 33 Tahun 2017. 5. Sebagai salah satu upaya untuk percepatan pelayanan dan menghindari korupsi, saya meminta setiap daerah untuk mengupayakan pelayanan tanpa tatap muka dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi non tunai untuk pembayaran retribusi daerah; 6. Lakukan penyesuaian regulasi daerah sejalan dengan NSPK; 45

GAMBARAN IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN PTSP BERDASARKAN PERMENDAGRI 138 TAHUN 2017 46

38

39

RUANG PELAYANAN 47

LOKET PELAYANAN RUANG TUNGGU 48

RUANG BERMAIN RUANG LAKTASI 49

FASILITAS Pekanbaru Smart Informasi dan Pengaduan Guna memudahkan pengguna layanan mendapatkan informasi tentang layanan dan pengaduan HELP DESK Sarana bantuan informasi dan pelayanan bagi masyarakat untuk membantu menyelesaikan permasalahan perizinan FRONT OFFICE Penerimaan berkas dilakukan di Front Office dengan ketentuan persyaratan yang diminta telah lengkap dan selanjutnya dapat diproses. BACK OFFICE Back Office berfungsi sebagai pemroses izin-izin yang masuk SPIPISE RUANG TUNGGU Sistem elektronik pelayanan perizinan dan nonperizinan yang terintegrasi RUANG ARSIP 50

FASILITAS Pekanbaru Smart Papan Informasi Menampilkan Informasi Persyaratan dan Waktu Pelayanan Ruang Bermain ANak Fasilitas Pelayanan bagi orang tua yang membawa anak dan balita Ruang Menyusui Mobil Keliling Fasilitas Mobil Keliling digunakan untuk menjangkau pelayanan perizinan ke tingkat kecamatan Smoking Area Fasilitas Pelayanan bagi ibu menyusui Fasilitas Penunjang Bagi Pemohon PONDOK SENYUM Makanan dan Minuman yang disediakan untuk Pengunjung DPMPTSP Kota Pekanbaru BPJS Ketenaga Kerjaan Fasilitas yang di berikan sebagai bentuk kerjasama dalam meningkatkan kemudahan bagi pelaku usaha 51

LOKET PELAYANAN 52

TERIMA KASIH Atas Perhatiannya