IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Manajemen Budidaya Puyuh di CV. Slamet Quail Farm

dokumen-dokumen yang mirip
Pengukuran Sifat Kuantitatif...Fachri Bachrul Ichsan.

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Ternak penelitian yang digunakan adalah Coturnix coturnix Japonica

I PENDAHULUAN. pengembangannya harus benar-benar diperhatikan dan ditingkatkan. Seiring

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. tetas dan ruang penyimpanan telur. Terdapat 4 buah mesin tetas konvensional dengan

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. japanese quail (Coturnix-coturnix Japonica) mulai masuk ke Amerika. Namun,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Kamruton adalah salah satu bagian dari Kecamatan Lebak Wangi,

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

PENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Puyuh

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Pusat Pembibitan Puyuh Fakultas Peternakan

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Burung puyuh yang dipelihara di Amerika disebut dengan Bob White Quail,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

PENDAHULUAN. komoditas utamanya adalah telur. Jenis puyuh peteur ini mayoritas diternakan di

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

HASIL DAN PEMBAHASAN

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. yang didapatkan dari puyuh Coturnix-cotunix japonica pada umur 15 minggu yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. pertama kali diternakkan di Amerika Serikat pada tahun 1870.

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. dan diusahakan sebagai usaha sampingan maupun usaha peternakan. Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Populasi burung puyuh Coturnix coturnix japonica atau Japanese quail di Indonesia terus mengalami peningkatan, pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DI PELIHARA PADA FLOCK SIZE YANG BERBEDA

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telurnya. Jenis puyuh yang biasa diternakkan di Indonesia yaitu jenis Coturnix

Identifikasi Sifat-Sifat Kuantitatf Pada Kalkun... Fauzy Eka Ferianto

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi Umum Kandang Local Duck Breeding and Production Station

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF PUYUH MALON BETINA DEWASA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

IV PEMBAHASAN. yang terletak di kota Bekasi yang berdiri sejak tahun RPH kota Bekasi

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

Identifikasi Sifat-Sifat Kuantitatif Burung Puyuh...Listiana

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aaaaapuyuh secara ilmiah dikelompokkan dalam kelas Aves, ordo Galliformes,

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

I PENDAHULUAN. dari generasi ke generasi di Indonesia sebagai unggas lokal hasil persilangan itik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) ada juga yang menyebut siput

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%)

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 9. Rataan Tebal Cangkang telur puyuh.

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI TELUR BURUNG PUYUH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

I. PENDAHULUAN. masyarakat di pedesaan. Ternak itik sangat potensial untuk memproduksi telur

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Burung Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica)

Hasil Tetas Puyuh Petelur Silangan Bulu Coklat dan Hitam...Sarah S.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

Suplementasi Tepung Jangkrik Sebagai Sumber Protein Pengaruhnya Terhadap Kinerja Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Manajemen Budidaya Puyuh di CV. Slamet Quail Farm Slamet Quail Farm (SQF) didirikan pada tahun 2000 dengan kapasitas produksi saat ini yaitu telur bibit GPS & PS 31.000 butir perhari, telur konsumsi 110.000 butir perhari, DOQ (day old quail) 40.000 ekor perbulan, puyuh pedaging 120.000 ekor perbulan dan puyuh betina petelur 60.000 ekor perbulan. Ransum yang digunakan oleh CV. Slamet Quail Farm adalah BR1 atau BR21 dari PT. Sinta Prima Feedmill. Kebutuhan nutrisi fase grower sama dengan fase starter, sehingga pakan yang diberikan sama. Pada minggu pertama rata-rata anak puyuh membutuhkan pakan 3,95 gram/ekor/hari. Pada minggu kedua meningkat menjadi 7,15 gram/ekor/hari. Pada minggu ketiga mencapai 9,25/gram/ekor/hari. Jumlah pakan tersebut dapat dijadikan referensi bagi peternak pemula. Pada fase layer, puyuh membutuhkan jumlah nutrisi yang lebih besar dibandingkan dengan kebutuhan pada fase starter dan grower. Pada fase layer CV. Slamet Quail Farm memberikan jumlah pakan yang diberikan sebanyak 22,77 gram/ekor/hari atau 159,31 gram/ekor/minggu baik pada puyuh jantan lokal maupun puyuh lokal jantan hasil seleksi. Jumlah ransum yang di berikan sampai umur 6 minggu baik pada puyuh jantan lokal maupun puyuh lokal jantan hasil seleksi sekitar 620,62 gram/ekor.

4.2 Bobot Badan dan Ukuran-Ukuran Tubuh Puyuh Jantan dan Puyuh Jantan Hasil 4.2.1. Bobot Badan Bobot badan puyuh jantan lokal dan puyuh jantan hasil seleksi disajikan pada Tabel 3. Bobot badan puyuh jantan lokal berkisar 207,90-321,30 gram dan jantan lokal hasil seleksi 302,40-538,65 gram. Rata-rata bobot badan puyuh jantan lokal (284,13 ± 25,30 gram) memiliki rataan yang lebih kecil dibandingkan dengan bobot puyuh jantan hasil seleksi (454,23 ± 63,52 gram). 20 Tabel 3. Bobot Puyuh Jantan dan Jantan Hasil Simpangan Koefisien Variabel Rataan Minimal Maximal Baku Variasi. gram. % Bobot 284,13 207,90 321,30 25,30 8,90 badan 454,23 302,40 538,65 63,52 14,01 Berdasarkan hasil analisis Uji t (lampiran 6) maka disimpulkan bahwa bobot badan puyuh jantan hasil seleksi berbeda dengan puyuh jantan lokal, dimana bobot badan puyuh jantan lokal hasil seleksi lebih besar dari bobot badan puyuh jantan lokal. bobot badan dapat menyebabkan terjadinya perubahan proses metabolisme dalam tubuh puyuh. Fisiologi metabolisme berkaitan dengan protein turnover (siklus tukar protein) dalam tubuh yang merupakan penentu bagi cepat atau lambatnya pertumbuhan. Protein turnover meliputi perbedaan laju sintesis dan degradasi protein, dapat dihitung dari ekskresi Nτ metilhistidina (Nτ MH). Nτ MH merupakan hasil pemecahan protein tubuh (miosin dan aktin) yang berasal dari proses metilasi pada fase post-translasi residu asam amino histidina setelah terbentuknya rantai peptida (Johnson et al., 1997). Nτ MH

21 dilepaskan bersama-sama dengan asam amino lain pada saat terjadi degradasi protein dan tidak dipergunakan kembali untuk sintesis protein. Komponen hasil sisa metabolisme ini dapat dipakai sebagai indeks kemampuan pertumbuhan unggas akibat stres nutrisi (nutrisi yang tidak baik) atau suhu lingkungan. Massa protein daging merupakan indikator adanya selisish antara sintesis dan degradasi protein yang mempengaruhi besarnya deposisi protein dalam tubuh. Konsep sintesis dan degradasi protein dalam pertumbuhan menurut Suthama (2010) bahwa pertumbuhan berdasarkan metabolisme protein melibatkan dua proses yaitu sintesis (anabolis) dan pemecahan atau degradasi (katabolis). Hubungan antara sintesis dan degradasi merupakan dua proses yang selalu bertentangan disebut protein turnover (siklus tukar protein). Laju deposisi protein dalam daging mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap pertumbuhan Sebagai hasil dari proses siklus tukar protein, ditandai dengan ukuran massa protein daging yang ditentukan oleh laju sintesis protein (Ks) dan degradasi protein (Kd). Makin tinggi laju Ks atau makin rendah laju Kd dengan ekskresi Nτ MH rendah, menghasilkan pertumbuhan secara kualitas lebih baik atau deposisi protein tinggi (Suthama, 2004). Perbedaan kemampuan pertumbuhan dan produksi daging memberikan arti bahwa seleksi dapat mengubah aktifitas metabolisme terutama siklus tukar protein melalui sintesis protein yang berdampak pada bobot badan dan daging. 4.2.2. Ukuran Bagian Kepala Ukuran bagian-bagian kepala puyuh Coturnix coturnix Japonica jantan lokal dan puyuh Coturnix coturnix Japonica jantan hasil seleksi yang diamati meliputi lebar paruh yang disajikan pada Tabel 4. Paruh jantan lokal berkisar antara 0,26-0,47 dengan rataan antara 0,38 ± 0,06 cm, dan jantan hasil seleksi

22 berkisar antara 0,32-0,49 cm dengan rataan 0,41 ± 0,04 cm. Lebar paruh puyuh jantan lokal lebih rendah dibandingkan dengan puyuh hasil seleksi Tabel. 4 Ukuran Paruh Kepala Puyuh jantan lokal dan jantan hasil seleksi. Simpangan Koefisien Variabel Rataan Minimal Maximal Baku Variasi.cm. % Lebar 0,38 0,26 0,47 0,06 15,26 Paruh 0,41 0,32 0,49 0,04 10,95 Berdasarkan hasil analisis Uji t (Lampiran 6) diketahui bahwa lebar paruh puyuh lokal jantan hasil seleksi berbeda dengan puyuh jantan lokal. Faktor yang menyebabkan paruh diantara kedua puyuh tersebut salah satunya adalah perbedaan genetik. Suparyanto, dkk (2004) menyatakan bahwa semakin lebar paruh maka akan semakin berpeluang banyak dalam mengambil ransum. Dengan demikian, maka dapat diduga bahwa dengan berpeluangnya konsumsi ransum yang tinggi menyebabkan pertambahan bobot badan dapat meningkat pula karena hasil seleksi lebar paruh yang dihasilkan. 4.2.3. Ukuran Bagian Tubuh Ukuran bagian tubuh puyuh Coturnix-coturnix Japonica jantan lokal dan puyuh Coturnix coturnix Japonica jantan hasil seleksi meliputi lebar dada, panjang dada, dan lingkar dada. Ukuran bagian-bagian tubuh puyuh Coturnix citurnix Japonica jantan lokal dan puyuh Coturnix coturnix Japonica jantan hasil seleksi hasil penelitian disajikan pada Tabel 5.

23 Tabel 5. Ukuran Bagian-Bagian Tubuh Burung Puyuh Jantan dan Jantan Hasil. Variabel Rataan Minimal Maximal Simpangan Baku Koefisien Variasi..cm.. % Lebar Dada 2,48 3,19 1,79 2,58 2,89 3,92 0,30 0,23 12,16 7,06 Panjang Dada 4,48 5,51 4,20 4,52 4,83 5,86 0,18 0,30 4,04 5,34 Lingkar Dada 14,57 17,55 13,20 15,10 15,60 18,90 0,43 0,84 2,99 4,78 Lebar dada puyuh jantan lokal menghasilkan keseragaman dengan puyuh jantan lokal hasil seleksi yaitu berkisar 1,79-2,89 cm dengan rataan 2,48 ± 0,30 cm dan puyuh jantan hasil seleksi berkisar 2,58-3,92 cm dengan rataan 3,19 ± 0,23 cm. Demikian juga dengan ukuran panjang dada puyuh jantan lokal berkisar 4,20-4,83 cm dan puyuh jantan hasil seleksi 4,52-5,86 dengan rataan puyuh jantan lokal 4,48 ± 0,18 cm, sedikit lebih besar dari puyuh hasil seleksi 5,51 ± 0,30 cm. Sedangkan Lingkar dada puyuh lokal memiliki kisaran 13,20-15,60 cm dengan rataan 14,57 ± 0,43 cm dan puyuh hasil seleksi memiliki kisaran 15,10-18,90 cm dengan rataan 17,55 ± 0,84 cm. Berdasarkan hasil analisis Uji T, lebar dada, panjang dada, dan lingkar dada puyuh lokal jantan hasil seleksi menghasilkan yang berbeda dengan puyuh jantan lokal. Hal ini karena terjadi perubahan ukuran tulang menyebabkan pengaruh yang sangat besar untuk pertumbuhan daging dan menyebabkan perbedaan bobot badan (Abu, 2007). Sejalan dengan pernyataan Setiawan (2006) bahwa seleksi terhadap bobot badan dari puyuh menyebabkan ukuran tulang dada berbeda yaitu 5,83 cm. Tulang dada (Os.sternum) merupakan bagian dari kerangka penyusun tubuh dimana bagian tulang ini adalah yang sangat penting karena tempat pelekatan daging yang paling banyak dan sebagai indikator yang

24 menjadi tolak ukur dalam mengukur bobot badan. Menurut Soeparno (2008), bahwa komposisi daging paling baik terdapat pada bagian dada dan paha. Menurut Tanudimadja dkk,. (1983) bahwa sifat morfologi yang terbesar korelasinya dengan bobot badan adalah lingkar dada, baik jantan maupun betina. pada panjang dada, lebar dada, dan lingkar dada sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot badan pada suatu ternak hal ini karena bagian dada merupakan proporsi atau persentase terbesar dalam menghasilkan daging sehingga dijadikan indikator untuk pertumbuhan bobot badan. Puyuh jantan lokal dengan puyuh hasil seleksi menghasilkan perbedaan ukuran hal ini karena hasil seleksi menghasilkan genetik yang berbeda. terhadap bagian-bagian dada apabila semakin panjang dan lebar, maka akan semakin baik pula terhadap daging yang dihasilkan karena tulang dada (Os sternum) merupakan tempat melekatnya daging. Pada ternak puyuh pengukuran terhadap lebar, panjang dan lingkar dada umumnya jarang dilakukan tetapi untuk unggas lain seperti pada ayam hasil seleksi dan non seleksi sering dilakukan. Menurut Brahmantyo dkk (2011) bahwa penelitian ukuran lebar, panjang, dan lingkar dada pada ayam lokal hasil seleksi menunjukkan hasil yang lebih baik terhadap pertambahan bobot badan. 4.2.4. Ukuran Bagian-Bagian Kaki Ukuran bagian-bagian kaki terdiri dari panjang paha atas, panjang paha bawah, panjang shank, diameter shank. Ukuran bagian-bagian kaki puyuh jantan lokal dan jantan hasil seleksi hasil penelitian disajikan pada Tabel 6.

25 Tabel 6. Ukuran Bagian-Bagian Kaki Puyuh Jantan dan Puyuh JantanHasil Variabel Rataan Minimal Maximal Panjang Paha atas Panjang Paha bawah Panjang Shank Diameter Shank 4,12 4,64 4,28 5,16 3,57 3,63 0,36 0,44 Simpangan Baku Koefisien Variasi....cm. % 3,06 4,36 0,25 6,09 4,23 5,51 0,28 5,98 3,98 4,72 3,18 3,21 0,31 0,40 4,63 5,78 3,87 4,82 0,43 0,81 0,21 0,29 0,23 0,34 0,03 0,08 4,81 5,62 6,41 9,13 9,07 16,72 Panjang paha atas jantan lokal berkisar 3,60-4,36 cm dengan rataan 4,12 ± 0,25 cm, dan jantan hasil seleksi 4,23-5,51 cm dengan rataan 4,64 ± 0,28 cm. Panjang paha atas puyuh jantan lokal maupun puyuh jantan lokal hasil seleksi memiliki koefisien variasi di bawah 15% (8,08% dan 3,58%). Hal ini menunjukan bahwa panjang paha atas puyuh tersebut relatif homogen. Panjang paha bawah jantan lokal berkisar 3,98-4,63 cm dengan rataan 4,28 ± 0,21 cm, jantan hasil seleksi berkisar 4,72-5,78 cm dengan rataan 5,16 ± 0,29 cm. Lebar dada puyuh jantan lokal maupun puyuh jantan lokal hasil seleksi memiliki koefisien variasi di bawah 15% (3,75% dan 4,90%). Hal ini menunjukan bahwa panjang paha atas puyuh tersebut relatif homogen. Berdasarkan hasil Uji T, diketahui bahwa panjang paha atas dan panjang paha bawah puyuh lokal jantan hasil seleksi berbeda dengan puyuh jantan lokal. Menurut (Mansjoer, 1981) bahwa perkembangan dari paha bawah dan paha atas dapat menunjukan proporsi produksi daging karena merupakan tempat pelekatan

26 daging. Proses seleksi terhadap paha bawah dan paha atas bertujuan untuk membandingkan produksi daging yang dihasilkan. Perbedaan ukuran kaki diakibatkan dari hubungan seleksi terhadap bobot badan yang dihasilkan sebesar 3,5-4 cm (Kurniawan, 2006). Ukuran kaki merupakan gabungan dari ukuran panjang paha atas, bawah dan ukuran panjang serta diameter shank (Kurniawan, 2006). Ukuran panjang shank relatif seragam (KV<15%), jantan lokal berkisar 3,18-3,87 cm dengan rataan 3,57 ± 0,23 cm, sementara jantan hasil seleksi 3,21-4,82 cm dengan rataan 3,63 ± 0,34 cm. Puyuh Coturnix coturnix Japonica memiliki diameter shank yang relatif seragam (KV<15%), jantan lokal berkisar 0,31-0,43 cm dan rataan 0,36 ± 0,03 cm, jantan hasil seleksi berkisar antara 0,40-0,81 cm dan rataan 0,44 ± 0,08 cm. Berdasarkan hasil analisis Uji T disimpulkan bahwa panjang Shank dan diameter Shank puyuh lokal jantan hasil seleksi berbeda dengan puyuh jantan lokal. Menurut Mansjoer (1981) bahwa diameter shank merupakan pendugaan yang tepat untuk penentuan bobot badan dan pengukur besar kecilnya tulang kaki untuk menopang bobot badan. Menurut Mansjoer (1981) panjang shank dapat dijadikan indikator untuk pertumbuhan, sebab tulang yang besar menunjukan pertumbuhan yang besar pula. terhadap panjang shank merupakan penentuan bobot badan agar dapat mengetahui produksi daging yang baik sehingga didapatkan produksi daging yang tinggi. Diameter shank berpengaruh terhadap seleksi untuk mengetahui kemampuan menopang bobot badan. Oleh karena itu, dengan semakin melebarnya diameter shank maka akan semakin baik pula kemampuan dalam menopang bobot badannya.