IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Kampung Nenggeng, Desa Neglasari, Kecamatan Darangdan, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat dengan luas wilayah 337.805 ha, terletak di ujung wilayah Darangdan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Bojong. Desa dengan ketinggian 600 m diatas permukaan air laut ini memiliki curah hujan antara 450 600 mm dan suhu udara antara 27 32 o C. Lokasi dari peternakan yang dijadikan lokasi penelitian berbatasan dengan beberapa wilayah desa, yaitu di sebelah utara desa ini berbatasan dengan Desa Cipeundeuy, di sebelah barat berbatasan dengan Desa Linggasari, di sebelah selatan dengan Desa Nangewer, dan di sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukamana. Jarak tempuh dari pusat Kecamatan Darangdan ke desa ini adalah sekitar 5 km dan jarak dari desa ini ke pusat Kabupaten Purwakarta adalah sekitar 25 km, sedangkan jarak tempuh ke Ibukota propinsi Jawa Barat adalah 52 km dan jarak ke Ibukota Negara Indonesia adalah 132 km. Laporan Badan Meteorologi dan Geofisika tahun 2012 menyatakan Kabupaten Purwakarta termasuk kedalam Zona Musim (ZOM). Zona Musim merupakan istilah yang digunakan untuk wilayah yang mempunyai perbedaan jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau. Manajemen pemberian pakan di lokasi penelitian dilakukan dengan cara domba digembalakan di padang penggembalaan yang berada di area perkandangan, dimulai dari pukul 08.00 10.30 WIB dengan pemberian pakan tambahan berupa konsentrat dan hijauan segar yang diberikan pada saat domba berada di kandang. Konsentrat yang diberikan dicampur dengan menggunakan air
27 dan garam, hal ini bertujuan agar semua pakan konsentrat dapat terkonsumsi semua dan semua domba dipastikan minum serta untuk mencukupi asupan mineral terutama yodium dalam pakan yang dikonsumsi. Kuantitas pakan tambahan diberikan secukupnya tergantung kepada musim. Tipe kandang yang berada di peternakan tempat penelitian berlangsung merupakan tipe kandang koloni dengan alas berupa tembok semen yang kemudian di taburi serbuk gergaji dengan ketebalan tertentu. Domba jantan dan betina dipisahkan ke dalam dua kandang yang berbeda. Pada kandang khusus betina induk laktasi dipisahkan dari betina lain. 4.2. Deskripsi Data Penelitian Pada upaya peningkatan mutu genetik ternak sebagai ternak domba penghasil daging, selain seleksi terhadap bobot badan, diperlukan juga upaya lain yang dapat mendukung dan mempermudah dalam seleksi, yaitu seleksi ukuran tubuh. Jumlah domba yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 ekor yang terdiri dari 15 ekor domba jantan dan 15 ekor domba betina. Domba tersebut merupakan domba yang lahir pada tahun 2014 dan 2015. Domba dengan kelahiran tunggal sebanyak 11 ekor, 19 ekor merupakan domba dengan tipe kelahiran kembar, dengan jumlah kelahiran kembar dua sebanyak 16 ekor, dan domba hasil kelahiran kembar tiga sebanyak 3 ekor. Hal ini merupakan bukti dari tingginya sifat profilik pada domba lokal.
28 4.2.1. Bobot Badan Bobot badan (BB) diukur menggunakan timbangan gantung dengan nilai maksimum penimbangan sebesar 50 kg dan nilai minimum penimbangan sebesar 2,5 kg. Penimbangan bobot badan dilakukan setiap bulan selama 12 bulan. Hasil pengambilan data bobot badan disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Bobot Badan Domba Lokal Bulan Rata-Rata Maximum Minimun Koefisien variasi B J B J B J B J ----------------------------- Kg -------------------------- ---------- % ---------- 0 2,33 2,29 3,50 3,00 1,80 1,60 21,15 18,34 1 5,19 6,67 10,00 10,00 3,30 2,90 31,59 26,84 2 7,06 8,19 11,20 13,00 4,80 5,00 21,57 23,45 3 8,23 8,96 12,90 13,40 5,90 6,00 24,24 21,07 4 8,71 9,80 12,90 15,30 6,00 7,00 21,21 22,87 5 9,83 10,59 13,90 16,90 7,80 7,50 19,23 22,48 6 12,66 12,74 17,00 18,50 9,00 9,50 20,96 24,89 7 14,92 15,51 19,50 23,60 9,60 11,00 19,99 26,08 8 17,10 18,26 21,40 28,10 11,00 13,00 19,12 24,62 9 19,40 20,79 24,00 33,00 11,90 14,80 19,67 24,44 10 21,53 23,65 26,40 36,80 12,80 17,20 20,41 22,75 11 23,65 26,72 28,70 39,10 13,60 19,50 20,81 19,62 12 26,11 30,12 31,80 42,80 14,50 22,10 21,06 18,75 Keterangan: B = Betina J = Jantan Tabel 2 memperlihatkan ukuran bobot badan domba lokal umur 1-12 bulan. Rata-rata bobot lahir (0 bulan) domba lokal jantan dan betina adalah 2,29 kg dan 2,33 kg. Perbedaan bobot lahir antara anak domba lokal jantan dan betina diantaranya disebabkan oleh faktor lingkungan berupa pakan, kesehatan, dan tatalaksana pemeliharaan selama induk bunting dalam kurun waktu tersebut.ratarata bobot 6 bulan domba lokal jantan dan betina adalah 12,74 kg dan 12,66 kg. Sama halnya dengan bobot lahir, pada bobot 6 bulan domba lokal jantan lebih
29 besar dibandingkan betina. Perbedaan bobot badan jantan dan betina dapat disebabkan oleh pengaruh hormonal. Hormon androgen merupakan hormon kelamin yang mengatur pertumbuhan ternak jantan lebih tinggi dan lebih cepat dibandingkan dengan ternak betina (Gatenby, 1986). Bobot badan 12 bulan pada domba lokal jantan sebesar 30,12 kg lebih besar dibandingkan domba betina sebesar 26,11 kg. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh jenis kelamin sangat tinggi terhadap bobot badan domba lokal. Ternak betina lebih lambat pertumbuhannya dibandingkan dengan ternak jantan, karena hormon estrogen membatasi pertumbuhan tulang-tulang pipa dan hormon androgen yang membatasi perlemakan (Nalbandov, 1990). Bobot badan domba lokal dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin, tipe kelahiran, paritas, dan musim. Koefisien variasi bobot lahir hingga bobot 12 bulan domba lokal adalah diatas 15%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi data di Peternakan Rakyat Kampung Nenggeng beragam, sehingga apabila dilakukan seleksi masih efektif dan nilai respon seleksi bobot badan domba lokal akan tinggi. 4.2.2. Panjang Badan Panjang badan (PB) adalah jarak garis lurus dari tepi depan luar tulang os scapula sampai benjulan tulang tapis (tulang duduk atau os ichium) (satuan dalam centimeter) diukur menggunakan pita ukur dengan ketelitian 0,10 cm. Hasil pengambilan data panjang badan disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Panjang Badan Domba Lokal Bulan Rata-Rata Maximum Minimun Koefisien variasi B J B J B J B J ----------------------------------------- Cm --------------------------------------- 1 33,47 35,13 44,00 41,00 28,00 27,00 14,15 10,25 2 38,80 39,59 48,00 46,00 34,00 32,80 11,07 10,25 3 41,00 41,39 48,00 48,00 35,00 33,90 9,76 10,27 4 43,53 44,17 50,00 52,00 37,00 36,00 8,14 10,76 5 45,53 46,06 55,00 55,00 38,00 39,60 9,28 10,39 6 48,00 48,11 55,00 58,00 40,00 42,80 7,47 9,90 7 50,35 49,99 55,80 59,80 44,00 45,00 6,58 9,62 8 52,59 51,68 57,10 62,00 47,00 47,00 5,62 9,39 9 54,40 53,51 59,00 64,00 48,00 48,90 5,55 9,31 10 56,25 55,55 61,50 66,40 52,60 50,50 5,54 9,25 11 58,23 57,95 64,00 68,50 54,00 53,20 5,92 8,86 12 61,22 61,60 67,30 72,00 57,00 56,90 5,50 8,25 Keterangan: B = Betina J = Jantan Tabel 3 memperlihatkan ukuran panjang badan domba umur 1-12 bulan.rata-rata panjang badan bulan pertama (1 bulan) domba lokal jantan dan betina adalah 35,13 cm dan 33,47 cm.ukuran rata-rata panjang badan domba lokal di desa Nenggeng pada bulan pertama lebih tinggi dibandingkan dengan domba lokal yang berada di Jonggol dengan umur 0-2 bulan, domba jantan dan betina memiliki ukuran rata-rata panjang badan 30,41 cm dan 29,00 cm (Utami, 2008). Rata-rata panjang badan umur 6 bulan domba lokal jantan dan betina adalah 48,11 cm dan 48,00 cm. Rata-rata panjang badan umur 12 bulan domba lokal jantan dan betina adalah 61,60 cm dan 61,22 cm. Sama halnya dengan panjang badan umur 6 bulan, pada ukuran panjang badan 12 bulan domba lokal betina relatif sama dengan jantan. Hal ini membuktikan bahwa panjang badan domba mengalami perubahan yang tidak sama. Yurmiaty, (1986) menyatakan bahwa panjang badan pada anak domba meskipun pada umur yang sama, belum tentu memberikan 30
31 pertambahan panjang yang sama, karena hal ini ditentukan oleh perkembangan tulangnya. Koefisien variasi panjang badan hingga bobot 12 bulan domba lokal adalah dibawah 15%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi data di Peternakan Rakyat Kampung Nenggeng seragam. 4.2.3. Tinggi Pundak Tinggi Pundak (TP) adalah jarak tertinggi badan sampai tanah, diukur dengan menggunakan tongkat ukur (satuan dalam centimeter) dengan ketelitian 0,10 cm. Tinggi pundak memiliki korelasi yang positif dengan bobot badan. Tinggi pundak merupakan salah satu ukuran tubuh yang menyumbang proporsi yang berarti dalam mengukur suatu pertumbuhan ternak. Nurfaridah dkk., (2013) menyatakan untuk domba tipe pedaging tidak diharapkan ukuran tubuhnya tinggi, karena bagian kaki depan dan belakang tidak termasuk penilaian karkas. Hasil pengambilan data tinggi pundak disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Tinggi Pundak Domba Lokal Bulan Rata-Rata Maximum Minimun Koefisien variasi B J B J B J B J ----------------------------- Cm ---------------------------- --------- % ------- 1 37,53 39,07 47,00 48,00 31,00 31,00 11,87 11,95 2 41,13 43,33 49,00 50,00 35,00 36,00 8,76 9,30 3 42,47 44,53 50,00 51,00 37,00 37,00 8,44 8,57 4 44,33 45,47 52,00 52,00 40,00 38,00 7,94 8,59 5 46,33 46,27 54,00 52,00 40,00 40,00 7,98 7,33 6 49,47 48,57 57,00 57,00 41,00 44,00 8,50 7,35 7 51,30 50,00 58,00 59,00 43,00 45,00 8,61 7,75 8 52,53 51,53 59,00 63,00 44,00 46,00 8,72 9,04 9 53,47 52,80 61,00 65,00 45,00 47,00 9,32 8,92 10 54,73 54,13 63,00 67,00 46,00 48,00 8,83 9,23 11 55,93 55,20 66,00 69,00 45,00 48,00 9,30 9,83 12 57,53 57,13 69,00 72,00 47,00 49,00 9,45 10,31 Keterangan: B = Betina; J = Jantan
32 Tabel 4 memperlihatkan ukuran tinggi pundak domba umur 1-12 bulan.rata-rata tinggi pundak bulan pertama (1 bulan) domba lokal jantan dan betina adalah 39,07 cm dan 37,53.Jika dibandingkan dengan ukuran tinggi pundak domba lokal yang berada di Jonggol, domba lokal yang berada di kampong Nenggeng lebih tinggi. Rata-rata tinggi pundak domba lokal Jonggol jantan dan betina umur 0-2 bulan secara berturut-turut adalah 38,66 cm dan 37,01 cm (Utami, 2008). Rata-rata tinggi pundak umur 6 bulan domba lokal jantan dan betina adalah 48,57 cm dan 49,47 cm. Rata-rata tinggi pundak umur 12 bulan domba lokal jantan dan betina adalah 57,13 cm dan 57,53 cm. Sama halnya dengan tinggi pundak umur 6 bulan, pada ukuran tinggi pundak 12 bulan domba lokal betina lebih besar dibandingkan jantan.ukuran tinggi pundak domba lokal dewasa lebih tinggi dibandingkan dengan domba ekor tipis. Ukuran tinggi pundak domba ekor tipis dewasa jantan dan betina secara berturut-turut adalah 45-55 cm dan 40-50 cm (Pangestu dan Mansjoer, (1996) dalam Utami, (2008)). 4.3. Laju Pertumbuhan Ukuran Tubuh Bertambahnya umur dari ternak ditandai dengan adanya pertumbuhan, baik bobot badan atau ukuran tubuh lainnya. Pertumbuhan bobot badan dibuktikan dengan adanya pertambahan. Pertambahan bobot badan, panjang badan, tinggi pundak, dalam dada, dan ukuran tubuh lainnya dijadikan sebagai penentu kualitas dari ternak domba. Semakin cepat dan tinggi pertambahan bobot badan dan ukuran tubuh domba maka akan semakin baik kualitas dari domba tersebut.
33 4.3.1. Laju Pertumbuhan Bobot Badan Bobot badan seekor domba merupakan salah satu ukuran tubuh yang dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan domba dan menentukan harga jual domba serta mengetahui umur optimal untuk melakukan penggemukan (fattening) pada domba. Hasil rataan pertambahan bobot badan domba lokal di desa Nenggeng dari bulan ke bulan dan jenis kelamin yang berbeda pada penelitian ini disajikan pada Tabel 5 dan grafik pertambahan bobot badan disajikan dalam Gambar 5. Tabel 5. Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal Bulan Betina Jantan ------------------------------ Kg ------------------------------ 1 2,85 4,39 2 1,87 1,51 3 1,17 0,77 4 0,48 0,84 5 1,13 0,79 6 2,83 2,15 7 2,26 2,77 8 2,18 2,75 9 2,30 2,53 10 2,12 2,87 11 2,12 3,07 12 2,47 3,40 Rata-rata 1,90 2,13 Simpangan baku 0,66 0,94 Rata-rata pertambahan bobot badan domba lokal jantan dan betina selama 12 bulan secara berturut-turut adalah 2,13 kg dan 1,90 kg. Hal ini sesuai dengan pernyataan Diwyanto (1982) dalam penelitiaanya mengenai domba priangan, yang menyatakan bahwa pertambahan bobot badan domba Priangan jantan lebih besar dibandingkan dengan domba betina. Pertambahan bobot badan pada bulan pertama (bulan ke 1) terlihat jauh berbeda antara domba jantan dan betina. Domba
34 dengan jenis kelamin jantan bertambah 4,39 kg dari bobot lahir dan domba dengan jenis kelamin betina hanya bertambah 2,85 kg dari bobot lahir. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: hormon, dan kesehatan ternak domba. Pada bulan pertama merupakan titik maksimum pertambahan bobot badan pada domba lokal di desa Nenggeng. Pada bulan keempat terlihat adanya penurunan dari laju pertambahan bobot badan domba baik jantan ataupun betina. Pada bulan kelima dan keenam terjadi peningkatan kembali dan pada bulan ketujuh hingga bulan keduabelas terjadi pertambahan bobot badan yang bersifat fluktuatif untuk domba betina, sementara untuk domba jantan pada bulan ketujuh hingga bulan kesembilan terjadi pertambahan yang menurun, dan pada bulan ke kesembilan hingga bulan keduabelas terjadi peningkatan pertambahan bobot badan yang meningkat namun tidak terlalu signifikan. Domba muda mencapai 75% bobot dewasa pada umur satu tahun dan 25% lagi enam bulan kemudian yaitu pada umur 18 bulan, dengan pakan seseai dengan kebutuhannya. Pada bulan pertama, pertumbuhan sangat cepat terutama beberapa bulan setelah lahir, 50% dicapai pada tiga bulan pertama, 25% lagi pada tiga bulan kedua dan 25% berikutnya dicapai dalam 6 bulan terakhir (Herman, 2003 dalam Suryantoro, 2010).
KG 35 Gambar 3. Grafik Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal PERTAMBAHAN BOBOT BADAN 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 BULAN BETINA JANTAN 4.3.2 Laju Pertumbuhan Panjang Badan Panjang badan merupakan bagian dari tubuh domba yang ukurannya cukup berpengaruh terhadap bobot badan. Hasil rataan pertambahan panjang badan domba lokal di desa Nenggeng dari bulan ke bulan dan jenis kelamin yang berbeda pada penelitian ini disajikan pada Tabel 6 dan grafik pertambahan bobot badan disajikan dalam Gambar 4.
Tabel 6. Pertambahan Panjang Badan Domba Lokal Bulan Betina Jantan ----------------------------- Cm ------------------------------ 2 5,33 4,45 3 2,20 1,81 4 2,53 2,78 5 2,00 1,89 6 2,47 2,05 7 2,35 1,87 8 2,25 1,69 9 1,81 1,83 10 1,85 2,04 11 1,98 2,40 12 2,99 3,65 Rata-Rata 2,52 2,41 Simpangan Baku 0,95 0,85 Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan panjang badan domba lokal jantan dan betina selama 12 bulan secara berturut-turut adalah 2,52 cm dan 2,41 cm. Pertambahan panjang badan tertinggi terjadi pada bulan kedua yaitu sebesar 5,33 cm untuk jantan dan 4,45 cm untuk betina. Hal ini disebabkan karena pada umur awal domba mengalami percepatan pertumbuhan (self accelerating phase) yang terjadi sebelum pubertas. Pada fase self-accelerating phase (percepatan pertumbuhan) yaitu pada saat pre pubertal pertumbuhan mengalami percepatan dalam pertumbuhan, berbeda setelah proses pertumbuhan mengalami titik infleksi (biasanya ternak pada saat puber) pertumbuhan mengalami proses self-inhibiting phase (perlambatan pertumbuhan) (Brody, 1945). 36
CM 37 Gambar 4. Grafik Pertambahan Panjang Badan Domba Lokal 6.00 PERTAMBAHAN PANJANG BADAN 5.00 4.00 3.00 2.00 BETINA JANTAN 1.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 BULAN Pertambahan panjang badan paling rendah pada domba jantan terjadi pada bulan kedelapan dengan nilai pertambahan sebesar 1,69 cm, sedangkan pada domba betina pertumbuhan paling rendah terjadi pada bulan kesembilan dengan nilai pertambahan sebesar 1,81 cm. Perbedaan waktu pertumbuhan panjang badan antara jenis kelamin ini diduga disebabkan oleh aktifitas hormon pada domba betina di umur kesembilan dan domba jantan pada umur bulan kedelapan. 4.3.3. Laju Pertumbuhan Tinggi Pundak Tinggi pundak merupakan perpaduan antara ukuran tulang kaki dan dalam dada. Hewan yang mempunyai dimensi tulang kaki yang besar cenderung tumbuh lebih cepat dan menghasilkan daging yang lebih banyak dibandingkan hewan yang berkaki kecil (Utami, 2008). Hasil rataan pertambahan tinggi pundak domba lokal di desa Nenggeng dari bulan ke bulan dan jenis kelamin yang berbeda pada
38 penelitian ini disajikan pada Tabel 7 dan grafik pertambahan bobot badan disajikan dalam Gambar 5. Tabel 7. Pertambahan Tinggi Pundak Domba Lokal Bulan Betina Jantan ----------------------------- Cm ------------------------------ 2 3,60 4,27 3 1,33 1,20 4 1,87 0,93 5 2,00 0,80 6 3,13 2,30 7 1,83 1,43 8 1,23 1,53 9 0,93 1,27 10 1,27 1,33 11 1,20 1,07 12 1,60 1,93 Rata-rata 1,82 1,64 Simpangan baku 0,84 0,97 Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata pertambahan tinggi pundak domba lokal jantan dan betina selama 12 bulan secara berturut-turut adalah 1,82 cm dan 1,64 cm. Pertambahan tinggi pundak tertinggi terjadi pada bulan kedua yaitu sebesar 4,27 cm untuk jantan dan 3,60 cm untuk betina. Hal tersebut terjadi karena pada umur tersebut domba masih dalam proses pertumbuhan. Selama pertumbuhan, tulang tumbuh secara kontinyu dengan kadar laju pertumbuhan yang relatif lambat, sehingga rasio otot dengan tulang meningkat selama pertumbuhan (Soeparno, 2005). Pertambahan tinggi pundak paling rendah pada domba jantan terjadi pada bulan kelima dengan nilai pertambahan sebesar 0,80 cm, sedangkan pada domba betina terjadi pada bulan kesembilan sebesar 0,93 cm. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan respon terhadap lingkungan. Perbedaan respon ini menyebabkan
CM 39 adanya perbedaan kadar laju pertumbuhan. Faktor jenis kelamin, hormon, dan kastrasi serta genotip juga mempengaruhi pertumbuhan (Suryantoro, 2010). Gambar 5. Grafik Pertambahan Tinggi Pundak Domba Lokal 4.50 PERTAMBAHAN TINGGI PUNDAK 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 BETINA JANTAN - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 BULAN 4.4. Korelasi Antara Pertambahan Bobot Badan dengan Pertambahan Panjang Badan dan Pertambahan Tinggi Pundak Besar korelasi merupakan indikator yang dapat menentukan adanya hubungan atau tidak antara beberapa peubah, selain besar korelasi, tanda korelasi juga berpengaruh pada penafsiran hasil. Tanda negatif (-) pada output menunjukkan adanya arah hubungan yang berlawanan, sedangkan tanda positif (+) menunjukkan arah hubungan yang sama. Secara lengkap hasil keluaran SPSS terdapat pada Lampiran 13. Koefisien korelasi antara pertambahan panjang badan dan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan domba lokal jantan dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Nilai Korelasi dan Signifikansi antara Pertambahan Bobot Badan dengan Pertambahan Panjang Badan dan Tinggi Pundak Domba Lokal Jantan Uraian PPBJ PTPJ PBBJ Korelasi Pearson 0,004 0,029 Sig. (2-tailed) 0,496 0,467 N 11 11 Keterangan: PBBJ = Pertambahan Bobot Badan Jantan PPBJ = Pertambahan Panjang Badan Jantan PTPJ = Pertambahan Tinggi Pundak Jantan Tabel 8 menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara Pertambahan bobot badan dengan Pertambahan panjang badan dan Pertambahan tinggi pundak berturut-turut adalah 0,004 dan 0,029. Hal tersebut tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Doho (1994) tinggi pundak, lingkar dada dan panjang badan memiliki korelasi positif dengan bobot badan pada domba Ekor Gemuk, masingmasing sebesar 0,65; 0,78; 0,65. Hanibal, (2008) juga melaporkan bahwa lingkar dada dan panjang badan berkorelasi positif terhadap bobot badan domba silangan Lokal Garut jantan pada kelompok Cikadu dengan elastisitas sebesar 0,89 dan 0,70. Koefisien korelasi tersebut termasuk kategori lemah untuk pertambahan panjang badan terhadap pertambahan bobot badan, serta pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan. Hal ini dapat dilihat dengan tingkat keeratan hubungan antara dua variabel yang dikelompokan kedalam: lemah (0,1- <0,25); sedang (0,25-< 0,5); kuat (0,5-1) menurut Warwick, dkk. (1995). Tabel 8 menujukkan bahwa nilai signifikansi koefisien korelasi antara pertambahan bobot badan dengan pertambahan panjang badan, serta pertambahan bobot badan dengan pertambahan tinggi pundak memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,05 (p>0,05). Sehingga disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut tidak signifikan. Koefisien korelasi antara pertambahan panjang badan dan tinggi 40
41 pundak dengan pertambahan bobot badan domba lokal betina dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Korelasi dan Signifikansi antara Pertambahan Bobot Badan dengan Pertambahan Panjang Badan dan Tinggi Pundak Domba Lokal Betina Uraian PPBB PTPB PBBB Korelasi Pearson 0,010 0,071 Sig. (2-tailed) 0,488 0,418 N 11 11 Keterangan: PBBB = Pertambahan Bobot Badan Betina PPBB = Pertambahan Panjang Badan Betina PTPB = Pertambahan Tinggi Pundak Betina Tabel 9 menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara Pertambahan bobot badan dengan Pertambahan panjang badan dan Pertambahan tinggi pundak berturut-turut adalah 0,010 dan 0,071. Koefisien korelasi tersebut termasuk kategori lemah untuk pertambahan panjang badan terhadap pertambahan bobot badan, serta pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan. Hal ini dapat dilihat dengan tingkat keeratan hubungan antara dua variabel yang dikelompokan kedalam: lemah (0,1-<0,25); sedang (0,25-< 0,5); kuat (0,5-1) menurut Warwick, dkk. (1995). Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai signifikansi koefisien korelasi antara pertambahan bobot badan dengan pertambahan panjang badan, serta pertambahan bobot badan dengan pertambahan tinggi pundak memiliki memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,05 (p>0,05). Sehingga disimpulkan bahwa koefisien korelasi tersebut tidak signifikan.
4.5. Hubungan Antara Panjang Badan dan Tinggi Pundak Terhadap Pertambahan Bobot Badan 4.5.1. Hubungan Antara Panjang Badan dan Tinggi Pundak Terhadap Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal Jantan Hasil analisis regresi linear berganda hubungan antara pertambahan panjang badan dan pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan diperoleh persamaan regresi dugaan sebagai berikut: Ŷ = 2,142 + 0,060X 1 0,045X 2, dengan X 1 dan X 2 secara berturut-turut adalah pertambahan tinggi pundak dan pertambahan panjang badan domba lokal jantan. Pada persamaan regresi menunjukan nilai yang negatif untuk panjang badan dan nilai positif untuk tinggi pundak. Hal tersebut dapat diartikan bahwa panjang badan memiliki hubungan yang negatif dengan pertambahan panjang badan, sedangkan pertambahan tinggi pundak adalah sebaliknya memiliki hubungan yang positif dengan pertambahan bobot badan pada domba lokal jantan. Koefisien determinasi berganda (R 2 /R square) digunakan untuk mengetahui sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variable terikat. Nilai koefisien determinasi dari pertambahan panjang badan dan tinggi pundak terhadap pertambahan bobot badan adalah sebesar 0,002 atau 0,2% artinya pengaruh X 1 dan X 2 secara bersama-sama terhadap Y adalah sebesar 0,2% dengan sisa 99,8% ditentukan oleh faktor-faktor lainnya diluar X 1 dan X 2 terhadap Y. Model tersebut dapat dijadikan model untuk menunjukan hubungan antara pertambahan panjang badan dan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan domba lokal jantan, karena pengaruh pertambahan panjang badan (X 1 ) dan pertambahan tinggi pundak (X 2 ) terhadap pertambahan bobot badan (Y) bernilai cukup tinggi yaitu 0,2%. Faktor-faktor lain sebesar 99,8% menunjukan adanya pengaruh lain yang lebih menunjang terhadap pertambahan bobot badan. 42
43 Faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh adalah pertambahan dari ukuran bagian-bagian lain dari tubuh domba, seperti lingkar dada, dalam dada, lebar dada, tinggi pinggul, lebar pinggul, dan panjang pinggul diperkirakan memberikan pengaruh terhadap pertambahan bobot badan meskipun kecil. 4.5.2. Hubungan Antara Panjang Badan dan Tinggi Pundak Terhadap Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal Betina Hasil analisis regresi linear berganda hubungan antara pertambahan panjang badan dan pertambahan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan diperoleh persamaan regresi dugaan sebagai berikut: Ŷ = 1,862 + 0,127X 1 0,076X 2, dengan X 1 dan X 2 secara berturut-turut adalah pertambahan tinggi pundak dan pertambahan panjang badan domba lokal betina. Pada persamaan regresi menunjukan nilai yang positif untuk tinggi pundak dan nilai negatif untuk panjang badan. Hal tersebut dapat diartikan bahwa panjang badan memiliki hubungan yang negatif dengan pertambahan panjang badan, sedangkan tinggi pundak adalah sebaliknya pada domba lokal betina. Koefisien determinasi berganda (R 2 /R square) digunakan untuk mengetahui sumbangan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi dari pertambahan panjang badan dan tinggi pundak terhadap pertambahan bobot badan sebesar 0,010 atau 1% artinya pengaruh X 1 dan X 2 secara bersama-sama terhadap Y adalah sebesar 1% dengan sisa 99% ditentukan oleh faktor-faktor lainnya diluar X 1 dan X 2 terhadap Y. Model tersebut dapat dijadikan model untuk menunjukan hubungan antara pertambahan panjang badan dan tinggi pundak dengan pertambahan bobot badan domba lokal betina. Pengaruh pertambahan tinggi pundak (X 1 ) dan pertambahan panjang badan (X 2 ) terhadap pertambahan bobot badan (Y) bernilai sedang yaitu 1%. Faktor-faktor
44 lain sebesar 99% menunjukan adanya pengaruh lain yang lebih menunjang terhadap pertambahan bobot badan. Faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh adalah pertambahan dari ukuran bagian-bagian lain dari tubuh domba, seperti: lingkar dada, dalam dada, lebar dada, tinggi pinggul, lebar pinggul, dan panjang pinggul diperkirakan memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pertambahan bobot badan.