BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian CBR (California Bearing Ratio) Tabel 4. 1 Hasil pengujian CBR dan konversi modulus.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian. Tahap penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3. 1.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Menggunakan Metode Austroads 1992

ANALISIS BEBAN BERLEBIH (OVERLOAD) TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS RUAS JALAN TOL SEMARANG)

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

Jenis-jenis Perkerasan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Jalan merupakan bagian dari infrastruktur transportasi darat yang

Naskah Publikasi Ilmiah. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh :

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengumpulan Data Sekunder. Rekapitulasi Data. Pengolahan Data.

Studi Pengaruh Pengurangan Tebal Perkerasan Kaku Terhadap Umur Rencana Menggunakan Metode AASHTO 1993

ANALISIS PENGARUH SUHU PERKERASAN TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS JALAN TOL SEMARANG)

ANALISA PENGARUH KONDISI PONDASI MATERIAL BERBUTIR TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS JALAN TOL SEMARANG)

PERANCANGAN STRUKTURAL PERKERASAN BANDAR UDARA

STUDI KASUS: JALAN RUAS KM. 35 PULANG PISAU. Adi Sutrisno 06/198150/TK/32229

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

Tugas Akhir. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S - 1 Teknik Sipil. diajukan oleh :

ANALISIS PENGARUH KONDISI PONDASI MATERIAL BERBUTIR TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN METODE ANALITIS

Perkerasan kaku Beton semen

ASPEK GEOTEKNIK PADA PEMBANGUNAN PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Dasar - Dasar Perancangan Tebal Lapis Keras Lentur Kapasitas Lalulintas Udara 20

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA Pt T B DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE TUGAS AKHIR

Bab V Analisa Data. Analisis Kumulatif ESAL

DESKRIPSI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN MENGGUNAKAN METODE AASHTO

EVALUASI FUNGSIONAL DAN STRUKTURAL PERKERASAN LENTUR PADA JALAN NASIONAL BANDUNG-PURWAKARTA DENGAN METODE AUSTROADS 2011

EFEKTIFITAS SEMEN PADA STABILISASI LEMPUNG DENGAN KAPUR AKIBAT PERCEPATAN WAKTU ANTARA PENCAMPURAN DAN PEMADATAN

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

Perbandingan Kekerasan Kaku I Gusti Agung Ayu Istri Lestari 128

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Agustus 2005 oleh Washington State Departement of Transportation (WSDOT).

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN MEKANISTIK EMPIRIS OVERLAY PERKERASAN LENTUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

BAB III LANDASAN TEORI

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

1. Kontruksi Perkerasan Lentur (Flexible Pavement)

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA PEMANFAATAN KLELET ( LIMBAH PADAT INDUSTRI COR LOGAM ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA BETON KEDAP AIR

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. Campuran beraspal adalah suatu kombinasi campuran antara agregat dan aspal.

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAPISAN STRUKTUR PERKERASAN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

BAB II METODE PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. digunakan untuk melayani beban lalu lintas [6]. Perkerasan merupakan struktur

EVALUASI MATERIAL WEARING COURSE PADA PELAPISAN ULANG JALAN TOL TANGERANG MERAK

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 13

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN

ANALISIS PENGARUH SUHU PERKERASAN TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS JALAN TOL SEMARANG)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

Perencanaan Bandar Udara

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

PERENCANAAN KONSTRUKSI JALAN RAYA RIGID PAVEMENT (PERKERASAN KAKU)

Analisis Desain Perkerasan Kaku Berdasarkan AASHTO Rigid Pavement ARI SURYAWAN (hal. 213)

BAB II KERUSAKAN DAN REHABILITASI JALAN

PERBANDINGAN TEBAL PERKERASAN KAKU PADA RUAS JALAN BANGKALAN-KETAPANG (Sta Sta ) DITINJAU DARI VARIASI STABILISASI TANAH TUGAS AKHIR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hobbs (1995), ukuran dasar yang sering digunakan untuk

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI

STUDI PENGARUH BEBAN BELEBIH (OVERLOAD) TERHADAP PENGURANGAN UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi pada zaman sekarang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada perkerasan Jalan Raya, dibagi atas tiga jenis perkerasan, yaitu

Selamat Datang. Tak kenal maka tak sayang Sudah kenal maka tambah sayang

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR JALAN BARU MENGGUNAKAN MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN (MDP) 2013

BAB II LANDASAN TEORI

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN TAMBAHAN MENGGUNAKAN METODE BENKELMAN BEAM PADA RUAS JALAN SOEKARNO HATTA, BANDUNG

RINGKASAN. Kata Kunci : Tanah Ekspansif, Pengaruh Kadar Air Subgrade, Rutting Aspal, Deformasi arah Vertikal Aspal, Regangan Aspal, Model Perkerasan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ABSTRAK... i ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PENGARUH SUHU TERHADAP UMUR PELAYANAN JALAN DENGAN METODE ANALITIS (STUDI KASUS PADA JALAN PANTURA RUAS REMBANG - BULU)

BAB V RESUME HASIL PENELITIAN

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

Naskah Publikasi Ilmiah. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh :

BAB III LANDASAN TEORI. perkerasan konstruksi perkerasan lentur. Jenis perkersana ini merupakan campuran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR AKIBAT MENINGKATNYA BEBAN LALU LINTAS PADA JALAN SINGKAWANG-SAGATANI KECAMATAN SINGKAWANG SELATAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian CBR (California Bearing Ratio) 1. Uji Penetrasi CBR Jumlah total benda uji dalam penelitian ini berjumlah 20 benda uji dalam kondisi tanpa rendaman dan dengan rendaman. Hasil dari uji penetrasi CBR pada tanah asli tanpa campuran semen tanpa rendaman didapat nilai CBR 5,43% dan benda uji dengan rendaman didapat nilai CBR 5,18%. Tabel 4. 1 Hasil pengujian CBR dan konversi modulus. No Hari Kadar CBR Rencana Semen (%) Tanpa rendaman (%) modulus (E) Dengan rendaman (%) swell modulus (E) 1 0 0 5.43 54.3 5.18 0.46 51.8 2 1 3 15.17 151.7 16.77 0.03 167.7 3 5 17.50 175.0 19.44 0.03 194.4 4 8 17.53 175.3 23.17 0.03 231.7 5 3 3 15.93 159.3 10.50 0.01 105.0 6 5 19.53 195.3 15.60 0.01 156.0 7 8 21.96 219.6 27.17 0.02 271.7 8 28 3 13.83 138.3 15.71 0.01 157.1 9 5 24.50 245.0 20.83 0.01 208.3 10 8 25.83 258.3 30.83 0.01 308.3 30

Nilai CBR Nilai CBR Nilai CBR 31 25% 30% 20% 15% 20% 10% 5% 10% 0% 0 5 10 Kadar Semen (%) Tanpa rendaman Dengan rendaman 0% 0% 2% 4% 6% 8% 10% Kadar Semen (%) Tanpa rendaman Dengan rendaman (a) (b) 40% 30% 20% 10% 0% 0% 2% 4% 6% 8% 10% Kadar Semen (%) Tanpa rendaman Dengan rendaman (c) Gambar 4. 1 Nilai CBR (a) umur 1 hari, (b) umur 3 hari (c) umur 28 hari.

32 Nilai CBR yang didapat dari benda uji yang diperamkan selama 1 hari terus meningkat secara signifikan, dibandingkan dengan tanah yang tidak dicampur semen atau tanah asli yang tidak di peramkan lihat Gambar 4. 1a. Nilai CBR yang didapat yang pada kondisi 1 hari pemeraman dengan rendaman lebih besar dibandingkan dengan nilai CBR tanpa rendaman, sedangkan nilai CBR di umur 3 hari pemeraman nilai CBR terus meningkat dimana benda uji dengan kadar semen 3% tanpa rendaman lebih besar dibandingkan dengan nilai CBR 3% dengan rendaman, lihat Gambar 4. 1b, tetapi dikadar semen 8% justru sebaliknya, nilai CBR tanpa rendama lebih kecil dibandingkan dengan nilai CBR dengan rendaman. Keadaan tersebut juga terjadi pada nilai CBR dengan waktu pemeraman 28 hari lihat Gambar 4.3c, nilai CBR terus meningkat secara signifikan hingga mencapai nilai 30.83% dalam keadaan CBR terendaman, lihat Tabel 4. 1. Di kurva CBR 3 dan 28 hari terjadi kesamaan yaitu di keadaan CBR terendam lebih kecil nilainya dibandingkan nilai CBR tanpa rendaman dikadar semen 5% tetapi, di kadar semen 8% terjadi sebaliknya yaitu nilai CBR dengan rendaman lebih besar dibandingkan dengan nilai CBR tanpa rendaman. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah akibat proses sementasi pada benda uji saat direndam dengan air di dalam bak rendaman. Proses reaksi kimia dengan air ini disebut dengan hidrasi (Muntohar, 2014), Sedangkan faktor teknis lainnya yang mempengaruhi nilai CBR adalah kurang meratanya campuran semen dangan tanah sehingga proses sementasi tidak maksimal dan kesalahan membaca arloji penetrasi ketika pengujian sedang berlangsung. Lama waktu pemeraman CBR berperan penuh terhadap reaksi sementasi pada benda uji. Muntohar (2014) menjelaskan bahwa dalam waktu jangka panjang, reaksi pozzolanik membantu perbaikan sifat-sifat tanah. Reaksi pozzolanik berjalan dengan lambat, selama beberapa bulan bahkan tahun menghasilkan peningkatan kekuatan tanah dan mengurangi plastisitas serta memperbaiki gradasi.

33 2. Pengembangan (swelling) Setelah direndam selama 96 jam (4 hari) dengan waktu pemeraman 1 hari didapat nilai pengembangannya untuk masing-masing kadar semen sebesar 0,03%, pada umur 3 hari pemeraman pengembangan yang didapat sebesar 0,01% untuk kadar semen 3% dan 5% dan untuk kadar semen 8% didapat nilai pengembangan 0,02%, untuk umur 28 hari didapat nilai pengembangan untuk setiap kadar semen sebesar 0,01%, bisa di lihat pada Gambar 4. 2. Nilai pengembangan tanah menjadi lebih kecil setelah di lakukan pemeraman dan nilai pengembangan (swell) semakin kecil seiring lamanya waktu pemeraman benda uji. Nilai pengembangan yang terkecil adalah 0.1% yaitu setelah melalui proses pemeraman selama 28 hari. Pemeraman berpengaruh dalam memperkecil nilai pengembangan dikarenakan selama proses pemeraman, reaksi pozzolanic menjadi lebih sempurna sehingga membentuk ikatan antar butiran tanah yang semekin kuat. Dalam keadaan tersebut, presentasi air yang dapat masuk ke rongga pori tanah semakin kecil sehingga pengembangan yang terjadi semakin kecil.

Swelling, DH/H (%) Swelling, DH/H (%) Swelling, DH/H (%) 34 Swelling 1 hari pemeraman swelling 3 hari pemeraman 0.045 0.030 0.040 0.035 0.025 0.030 0.020 0.025 0.020 0.015 0.015 0.010 0.010 0.005 0.005 0.000 0 50 100 Elapsed Time (hours) 0.000 0 50 100 Elapsed Time (hours) 3% 5% 8% 3% 5% 8% (a) (b) 0.012 0.010 Swelling 28 hari pemeraman 0.008 0.006 0.004 0.002 0.000 0 20 40 60 80 100 Elapsed Time (hours) 3% 5% 8% (c) Gambar 4. 2 Kurva pengembangan (swell) (a) umur 1 hari, (b) umur 3 hari dan (c) umur 28 hari.

35 B. Tebal perkerasan jalan Pada penelitian ini, material stabilisasi tanah colluvium dengan semen diaplikasikan pada ruas jalan Siluk-Kretek, Bantul sebagai lapis pondasi bawah (subbase course) dari struktur perkerasan jalan seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.3. Adapun data perencanaan jalan yang meliputi data geometrik, data lingkungan, dan data lalu lintas dari ruas jalan Siluk-Kretek, Bantul yang digunakan dalam perhitungan desain perkerasan jalan adalah sebagai berikut: Tabel 4. 2 Data geometrik jalan Ruas Jalan Siluk-Kretek, Bantul, Nama Jalan D.I. Yogyakarta Status Jalan Jalan Provinsi Fungsi Jalan Kolektor Kelas Jalan II Tipe Jalan 2 Lajur 2 Arah Sumber: Muyasyaroh (2014). Tabel 4. 3 Data lingkungaan CBR Tanah Dasar 5,23% Umur Rencana, P 10 Tahun Pertumbuhan Lalu Lintas, R 3,5% per Tahun Distribusi Arah, DF 50% Reliability 90% Sumber: Muyasyaroh (2014). Tabel 4. 4 Data lalu lintas Jenis Kendaraan LHR Mobil Penumpang 2809 Bus Kecil 105 Bus Besar 20 Truk Sedang 2 As 89 Truk Besar 2 As 116 Total 3139 Sumber: Muyasyaroh (2014).

36 a. Perhitungan Lalu Lintas Desain 1) Menghitung faktor pertumbuhan kumulatif, CGF Faktor pertumbuhan kumulatif dihitung berdasarkan angka pertumbuhan lalu lintas (R) yaitu sebesar 3,5% dan umur rencana (P) 10 tahun, dengan menggunakan persamaan 2. 3. CGF = (1+0,01R)P 1 0,01R untuk R > 0 CGF = P untuk R = 0 Karena nilai R = 3,5%, maka nilai CGF = (1+0,01 3,5)P 1 0,01 3,5 2) Menghitung persentase kendaraan berat, %HV = 11,73 Berdasakan Tabel 2. 1, yang dikategorikan sebagai kendaraan berat ialah kendaraan kelas 3 hingga kelas 12. Sehingga dalam menghitung persentase kendaraan berat dibutuhkan jumlah total kendaraan (AADT) dan jumlah kendaraan berat (HV) yang terdapat pada data lalu lintas (lihat tabel 4.4). HV %HV = 100% AADT 330 %HV = 100% 3139 = 10,51% 3) Menentukan angka kelompok gandar per kendaraan berat, NHVAG Penentuan angka kelompok gandar per kendaraan berat didasarkan pada jenis jalan (urban roads atau rural roads) dengan cara asumsi sesuai Tabel 2. 3. Karena ruas jalan Siluk-Kretek termasuk rural roads, maka nilai NHVAG = 2,8. 4) Menentukan faktor distribusi arah, LDF Faktor distribusi arah ditentukan dengan cara asumsi sesuai Tabel 2. 2. berdasarkan jumlah lajur yang terdapat pada ruas jalan Siluk-Kretek yaitu 2 lajur. Sehingga didapatkan nilai LDF = 1,00. 5) Menghitung kelompok gandar kendaraan berat kumulatif, NDT

37 NDT = % HV 365 ( AADT DF) LDF CGF 100 10,51 = 365 (3139 0,5) 111,73 2, 8 100 = 1.978.265 HVAG = 1,978 10 6 HVAG 6) Menentukan ESA/HVAG dan SAR/ESA NHVAG Nilai ESA/HVAG dibutuhkan untuk menentukan angka desain ekivalen beban gandar standar (DESA). Sedangkan nilai SAR/ESA dibutuhkan untuk menentukan angka desain beban repetisi gandar standar (DSAR) untuk masing-masing jenis kerusakan (distress mode). Nilai ESA/HVAG dan SAR/ESA didapatkan berdasarkan asumsi sesuai pada Tabel 2. 4. Karena ruas jalan Siluk-Kretek, Bantul termasuk jalan rural, maka nilai ESA/HVAG dan SAR/ESA untuk setiap jenis kerusakan adalah sebagai berikut: Tabel 4. 5 Karakteristik TLD untuk jalan rural Indeks Tipe Perkerasan Tipe Kerusakan Kerusakan Nilai Rural TLD Perkerasan granuler dengan lapis permukaan aspal tipis Semua jenis kerusakan ESA/HVAG 0,9 ESA/HV 2,5 Perkerasan dengan satu atau lebih lapisan terikat Kelelahan Aspal SARa/ESA 1,1 Rutting SARs/ESA 1,6 Kelelahan material bersemen SARc/ESA 12 Sumber: Austroads (2004), Tabel 7.8

38 7) Menghitung angka desain ekivalen beban gandar standar, DESA DESA = ESA/HVAG NDT = 0,9 1,978 10 6 ESA = 1,78 10 6 ESA 8) Menghitung desain repetisi sumbu standar, DSAR DSARasc = SARasc/ESA DESA a) Kelelahan Aspal DSARa = 1,1 1,78 10 6 = 1,958 10 6 SAR b) Rutting dan Shape Loss DSARs = 1,6 1,78 10 6 = 2,848 10 6 SAR c) Kelelahan Material Bersemen DSARc = 12 1,78 10 6 = 2,136 10 7 SAR Hasil perhitungan tebal perkerasan jalan pada penelitian kali ini bisa dilihat pada Gambar 4. 3 Gambar 4. 3 Hasil desain tebal lapis perkerasan jalan

39 Struktur lapis perkerasan jalan tersusun atas material beton aspal 3000 MPa (asphalt concrete) sebagai lapis permukaan (wearing course) dengan ketebalan 175 mm, dibawah lapis permukaan dipilih material granuler 1000 MPa sebagai lapis pondasi atas (base course) dengan ketebalan 100 mm, dan pada lapis pondasi bawah (subbase course) adalah material tanah colluvium yang distabilisasi menggunakan semen dengan ketebalan 275 mm. b. Perhitungan Tebal Perkerasan 1) Asumsi komposisi perkerasan Tipe Material E Ketebalan Asphalt Concreate 3000 MPa 175 Granular Material 1000 MPa 100 Soil Cement 105 MPa 250 Subgrade, CBR = 5.18% 51.8 MPa 2) Parameter Elastis Material a) Tanah Dasar (Subgrade) CBR = 5.18% Modulus vertikal (EV) = 10 CBR = 10 5.18 = 51.8 MPa Modulus horizontal (EH) = 0,5 EV = 0,5 51.8 = 25,9 MPa Angka poisson (VV=VH) = 0,45 Modulus geser (f) = EV 1V V

40 = 51.8 1 0,45 = 35.7 Mpa b) Soil Cement Modulus lentur (E) = 105 MPa Angka poisson (VV) = 0,2 c) Material Berbutir (Granular Material) Modulus vertikal (EV) Modulus horizontal (EH) = 1000 MPa = 0,5 EV = 0,5 1000 = 500 MPa Angka poisson (VV=VH) = 0,35 Modulus geser (f) = EV 1V V 500 = 1 0,35 = 370,37 MPa d) Beton Aspal (Asphalt Concrete) Modulus vertikal (EV) = 3000 MPa Angka poisson (VV) = 0,4 3) Menentukan Regangan Vertikal (Vertical Strain) Parameter-parameter yang sebelumnya telah dihitung dan diasumsikan, dimasukkan ke dalam program CIRCLY untuk mendapatkan regangan kritis pada area dasar lapis aspal, dasar lapis material bersemen, dan diatas tanah dasar. Program CIRCLY yang digunakan pada analisis ini adalah versi 6.0 trial. Regangan kritis dari hasil running program CIRCLY dapat dilihat pada Gambar 4. 5.

41 Gambar 4. 4 Output program CIRCLY 4) Menghitung repetisi beban yang diizinkan (Allowable Loading) Nilai repetisi beban yang diizinkan dihitung untuk masing-masing tipe kerusakan. a) Deformasi permanen tanah dasar yang diizinkan NS = = 9300 9300 341 = 2,72 10 9 SAR 7 7 b) Kelelahan material bersemen yang diizinkan NC = 113000 E RF 191 0,804 12

42 = 113000 191 0,804 105 2 155 = 3.25 10 15 SAR c) Kelelahan aspal yang diizinkan NA = 6918 RF 12 0,856 V 1.08 5 B S 0,36 MIX 6918 0,856 14,08 1.08 = 1,5 0,36 2000 187 = 4,64 10 7 SAR 5 Tabel 4. 6 Hasil analisis repetisi beban izin dan repetisi beban rencana lalu lintas Tipe Kerusakan (Distress Mode) Beban yang diizinkan (SAR) Lalu Lintas Desain/Rencana (SAR) Deformasi Permanen Tanah Dasar (Permanent Deformation of Subgrade) 2,72 10 9 2,848 10 6 Kelelahan Material Bersemen (Cemented Material Fatigue) Kelelahan Aspal (Asphalt Fatigue) 3.25 10 15 2,136 10 7 4,64 10 7 1,958 10 6 Dari hasil analisis repetisi beban lalu lintas rencana dan repetisi beban yang diizinkan untuk masing-masing jenis kerusakan seperti yang ditunjukkan pada Tabel, diperoleh nilai repetisi beban yang dizinkan lebih besar daripada nilai beban lalu lintas rencana (N>DSAR). Sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi komposisi atau susunan lapis perkerasan dapat diterima.