KLASTERISASI INDUSTRI HILIR PRODUK OLAHAN BERBAHAN BAKU KARET DI PROVINSI JAMBI BALITBANGDA PROVINSI JAMBI TAHUN 2017
TIM PENELITI KETUA : DR. NOVITA ERLINDA, SE, MAP ANGGOTA : DR. MIRAWATI YANITA, SP, M.SI WENI LESTARI, SP IR. ITA NELFIDA JONI MARTIN, SH, MH M. RIYALDI SYAHPUTRA, SE, ME balitbangda@jambiprov.go.id (0741) 669352 1
I. Hilirisasi Karet sebagai Salah Satu Pendekatan dalam Meningkatkan Pendapatan Petani Subsektor perkebunan di Provinsi Jambi merupakan salah satu sub sektor yang berperan penting dalam perekonomian Jambi dimana kontribusi subsektor ini mencapai lebih dari 50% terhadap PDRB Jambi. Selain itu subsektor perkebunan juga merupakan subsektor yang mampu memberikan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja di daerah. Salah satu produk unggulan perkebunan di Provinsi Jambi adalah komoditas karet yang memiliki keterkaitan ekonomi yang kuat antara sektor hulu dan hilir. Namun demikian penguatan hilirisasi akan lebih memberikan nilai tambah yang tinggi bagi produk karet di Provinsi Jambi. Dengan demikian hilirisasi menjadi suatu keniscayaan bagi pengembangan produk karet Jambi. Selain akan m e m b e r i k a n i l a i t a m b a h y a n g t i n g i d a n m e m p e r l u a s l a p a n g a n p e k e r j a n s e r t a memberikan dampak pengganda di sektor lain, hilirisasi karet juga diyakini akan meningkatkan pendapatan pelaku usaha khususnya petani karet di Provinsi Jambi. Dalam konteks ini Provinsi Jambi masih memerlukan upaya yang lebih keras untuk pengembangan hilirisasi produk karet dibanding dengan daerah lainya. Oleh karenanya sangat urgent dan sangat bermanfaat untuk dilakukan kajian terkait dengan hilirisasi produk olahan karet melalui klasterisasi industri hilir berbasis bahan baku karet di Provinsi Jambi. 7. Belum mampunya pasar lelang karet meningkatkan posisi tawar petani dalam pemasaran bokar 8. Keterikatan Petani dengan Tengkulak 9. Adanya upaya sistematis yang di lak- ukan oleh pedagang perantara (teng- kulak) untuk tetap mempertahankan bokar dengan kualitas rendah III. Isu-Isu Strategis Isu strategis terkait dengan hilirisasi karet berupa isu internal dan isu eksternal. Faktor Internal dihadapi dengan volatilitas harga yang dilihat dari permasalahan pendapatan petani sangat rendah (nilai tukar 1 kg karet mentah setara dengan 0,25 kg beras),harga di tingkat petani cukup rendah, yaitu sekitar 60% FOB ( b i a y a p r o s e s i n g t i n gg i d a n r a n t a i p e m a s a r a n y a n g c u k u p a n j a n g ), produktivitas rendah disebabkan oleh benih tanaman yang digunakan banyak yang tidak unggul, kurang perawatan dan banyak tanaman tua. Sedangkan Faktor Eksternal dihadapi dengan kenyataan bahwa harga karet dipengaruhi oleh harga k a r e t s e c a r a g l o b a l, a d a n y a e f e k protecsionism ekonomi, dan perlambatan ekonomi secara global. II. Permasalahan yang Dihadapi Meski merupakan salah satu produk unggulan pengembangan produk olahan karet di Provinsi Jambi masih menghadapi berbagai permasalahan di antaranya: 1. Produktivitas karet masih rendah. 2. Bahan baku yang dihasilkan umumnya belum bermutu tinggi. 3. SDM Petani belum mampu berkompetitif. 4. Belum efisiennya sistem pemasaran Bahan Olah Karet (panjangnya rantai pemasaran). 5. Fasilitas pembiayaan belum mendukung secara Maksimal. 6. Tidak transparannya penetapan harga bokar di tingkat petani (tidak ada standar harga yang jelas di tingkat petani) 2
IV. Hasil penelitian 1a. Provinsi Jambi memiliki luasan kebun karet yang berpotensi untuk mendukung kegiatan hilirisasi karet. Namun masih dibutuhkan penguatan di hulu untuk meningkatkan produktivitas karet alam sebagai bahan baku utama hilirisasi karet. Pembenahan di hulu berupa pengunaan bibit karet yang bersertifikat untuk kebun baru, replanting karet tua yang kurang produktif, pendampingan terhadap petani dalam melakukan hal-hal teknis dalam pemeliharaan, proses menyadap karet dan pelatihan perlakuan terhadap karet yang berkualitas, serta memberikan pelatihan enterpreneur dan manajemen pemasaran hasil karet. Pada kontek proses dan hilir perlu pendampingan teknologi, regulasi pemerintah daerah dan jaminan pasar. b. Kondisi eksisting hilirisasi karet menunjukan bahwa berbagai usaha telah dilakukan untuk menggiatkan hilirisasi karet di Provinsi Jambi. Sejak tahun 2012 bantuan hilirisasi karet berupa mesin pengolahan karet bergulir diberikan dari kementerian perindustrian perdagangan RI. Pada beberapa kabupaten di Provinsi Jambi telah melaksanakan hilirisasi karet secara masif, namun proses hilirisasi itu belum berjalan dengan optimal. Berdasarkan temuan dilapangan dalam pelaksaannya hilirisasi karet masih menemui masalah krusial yakni : volatilitas harga karet, kesiapan sumber daya manusia dalam melaksanakan hilirisasi karet atau perlunya peningkatan pelatihan sumber daya manusia, terbatasnya jangkauan pemasaran produk karet, profitabilitas produk olahan karet, masih perlunya peningkatan kemitran dalam meraih modal dalam memproduksi produk karet, perlu dukungan regulasi pemerintah dalam mengatasi risiko yang akan dihadapi para pelaku hilirisasi karet, dan perlunya standarisasi produk karet. D i s a m p i n g i t u h a r g a k a r e t y a n g s e l a l u berfluktuasi dan tidak memihak kepada petani, berdampak pada konversi lahan karet kepada lahan sawit. Sehingga untuk hilirisasi perlu diintegrasikan antara hulu, proses, dan hilir. 2. Faktor kunci dalam melaksanakan opsi kebijakan hilirisasi karet di Provinsi Jambi yaitu : pengembangan mekanisme insentif melalui insentif fiskal yang kondusif untuk memberikan akses pasar yang luas. Di samping pengembangan di sisi penawaran berupa regulasi melalui d e - r e g u l a s i aturan yang tidak kondusif serta mengembangkan regulasi yang mendorong investasi produk hilir perlu dikembangkan. 3. Stakeholder yang terlibat dalam melaksanakan hilirisasi karet di Pro vinsi Jambi yaitu petani, pemerintah dan swasta. Kekuatan (relative strength) antar aktor (stakeholder) dalam melaksanakan kebijakan klasterisasi industri hilir produk olahan berbahan baku karet di Provinsi Jambi berdasarkan analisis MACTOR menunjukkan bahwa Dinas Koperasi dan Dinas Perindag provinsi berada pada pengaruh tinggi dan ketergantungan rendah. Sebaliknya petani memiliki tingkat ketergantungan yang tinggi dan pengaruh yang sangat kecil. Selanjutnya tengkulak memiliki pengaruh namun memiliki ketergantungan yang sangat kecil. 3
Tipe B yakni kombinasi antara nilai ekonomi dan pasar. Tipe C yakni kombinasi antara nilai ekonomi dan dampak pengganda. Gambar Konvergensi antara aktor 4. a.tipologi Klasterisasi industri hilir produk olahan berbahan baku karet di Provinsi Jambi dapat digambarkan dalam empat klaster, yaitu : Tipolagi Tipe A yakni kombinasi antara nilai dan volume. 4
b. Strategi dalam melaksanakan kebijakan hilirisasi keret di Provinsi Jambi dapat dibagi dalam empat kuadran yaitu : Strategi 1 (S1) atau Strategi Pengungkit (leverage), Strategi 2 (S2) atau Strategi Penguatan (strengthening), Strategi 3 (S3) atau Strategi Pengendalian (Retrechment), dan Strategi 4 (S4) atau Strategi Percepatan (acceleration). c. Model Integrasi Hulu dan Hilir pengembangan hilirisasi Karet Jambi idealnya dapat diimplementasikan, karena mengakomodir isu strategis yang berkembang di lapangan. 5
V. Implikasi kebijakan hilirisasi karet di Provinsi Jambi tergabar dalam logical framework (Logframe) berikut ini 6
Selain itu strategi kebijakan juga dapat dilihat dari siapa melakukan apa sebagaimana terlihat dari Matrik WIDOW (Who is Doing What) berikut ini. VI. Rekomendasi dan Implikasi Kebijakan untuk Hilirisasi Karet di Provinsi Jambi Beberapa rekomendasi kebijakan yang diturunkan dari hasil penelitian : 1. Hasil analisis menunjukkan bahwa entry point dari hilirisasi adalah skema insentif dan dukungan regulasi, oleh karenanya disarankan segera dikembangkannya skema insentif berupa instrument-instrumen fiskal yang mendukung melalui kerja sama antar Lembaga. Pengembangan suku bunga pinjaman yang rendah, pengenduran (relaksasi) pajak bagi investasi di hilir dan subsidi bagi petani di hulu me r u p a k a n b e b e r a p a m e k a n i s m e i n s e n t i f tersebut. 2. Aspek regulasi pendukung merupakan salah satu entry point bagi hilirisasi karet, oleh karenanya disarankan dibuatnya peraturan daerah yang mendukung percepatan hilirisasi karet di Jambi disertai perampingan birokrasi perizinan dalam investasi di hilir. 3. Perlu dibentuk Tim Kelompok Kerja Hilirisasi Karet Jambi (KKHKJ) yang bersinergi dalam kesatuan aksi dalam mewujudkan rencana aksi hilirisasi karet di Provinsi Jambi, sebagai road map jangka pendek. Tim ini terdiri dari Organisasi Perangkat Daerah yang bersentuhan dengan kebijakan hilirisasi karet, yaitu Dinas Perkebunan, Dinas Perindag, Dinas Koperasi dan UMKM, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah, Bappeda,Badan Penanaman Modal, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Perguruan Tinggi, Kelompok Tani, Unit Pengolaha dan Pemasaran Bokar, Gabungan Pengusaha Karet. 7
4. Road map jangka menengah dan panjang disarankan membuat perencanaan kawasan agroindustri karet pada wilayah yang memiliki ketersediaan bahan baku, SDM yang pernah memproduksi dan memasarkan produk hilirisasi karet. Pada penelitian ini t e r d a p a t t i g a d a e r a h y a n g memil i k i faktor p e n d u k u n g y a n g k u a t untuk pengembangan hilirisasi karet, dengan beberapa pertimbangan : a. Dekat dengan ketersediaan bahan baku; b. SDM petani telah melakukan pengolahan dan pemasaran hasil produk hilirisasi; c. Telah eksis dalam penetrasi pasar serta telah memiliki konektivitas pasarnya sendiri. Namun demikian masih perlu pendampingan, revitalisasi mesin dan peralatan, infrastruktur termasuk ketersediaan listrik, serta permodalan. Berdasarkan FGD dan wa wancara serta survey lapangan tiga kabupaten y a n g l e b i h s i a p d i j a d i k a n K a w a s a n a g r o i n d u s t r y k a r e t, dalam p e n g e m b a n g a n klaster hilirisasi k a r e t d i P r o v i n s i J a m b i y a k n i : K a b u p a t e n Sarolangun dan Kabupaten Bungo, karena dukungan bahan baku dan infrastruktur. Kabupaten Sarolangun dan Kabupaten Bungo berpotensi untuk pengembangan produk turunan dari kompon padat. Kemudian K a b u p a t e n Muaro Jambi berpotensi untuk pengembangan latek pekat dan p r o d u k turunanya atau berbasis kompon cair. Kedepannya, besar harapan agar semua daerah sentra karet di Provinsi Jambi bisa bersinerji dalam memproduksi dan captive market produk olahan berbahan baku karet secara masif dan memiliki daya saing yang tinggi dalam meningkatkan perekonomian petani. - CSR Perusahaan dalam menggerakkan perekonomian masyarakat, yang dikordinir oleh Bappeda dan Forum CSR. - Membantu sertifikat lahan karet petani, agar dapat dijadikan agunan modal usaha kepada pihak perbankan, yang dikordinir oleh Dinas Perkebunan 6. Dalam rangka percepatan hilirisasi karet dan lahirnya enterpreuner yang menguasai secara teknis untuk mendukung hilirisasi karet di Provinsi perlu didirikan sekolah kejuruan yang berbasis hilirisasi karet. Tentunya h a l ini perlu koordinasi lebih lanjut antara Dinas Pendidikan Provinsi Jambi dengan Kemenristekdikti. 5. Membentuk Unit Pelayanan Terpadu Daerah (UPTD) Percepatan, Pembinaan dan Pengawasan Hilirisasi Karet (P3HK) pada Dinas Perindag Provinsi Jambi. 7. Membantu kemudahan modal usaha petani enterpreneur produk karet yang akan mendirikan usaha baru dan mengembangkan usaha yang telah ada, melalui kelembagaan : - Koperasi, penguatan modal koperasi yang telah ada bahkan mendirikan koperasi baru khusus penanganan hilirisasi karet dibawah kordinator Dinas Koperasi dan UMKM P r o v i n s i d a n kabupaten. - BUMdes, perlu pendampingan dalam pengerahan dana BUMdes selain untuk infrastruktur seyogyanya dapat diarahkan dalam mengerakkan perekonomian masyarakat. Tugas ini tentunya dikordinir oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk. 8