BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Penulis dalam Bab II menjelaskan mengenai konsep, konstruk, dan variabel penelitian sebagai landasan teoritis yang akan digunakan dalam penelitian. Adapun variabel yang diteliti oleh penulis yaitu mengenai loan to deposit ratio, profitabilitas dan return on assets. 2.1.1 Loan to deposit ratio (LDR) Pengertian loan to deposit ratio menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/7/PBI/2013 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada Bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam Rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar Bank. Kasmir (2012: 319) mengartikan loan to deposit ratio sebagai rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Mc Donald dan Koch (2006:581) menyebutkan bahwa many bank and bank analyst monitor loan to deposit ratio as a general measure of profitability. Artinya, semua bank dan analis bank melihat loan to deposit ratio sebagai alat ukur dari profitabilitas bank. Sedangkan Sipahutar (2007: 7) dalam bukunya yang berjudul Persoalan-persoalan Perbankan Indonesia menyebutkan bahwa loan to deposit ratio merupakan perbandingan antara kredit yang
10 disalurkan perbankan terhadap penghimpunan dana pihak ketiga. Indikator ini menjadi alat ukur terhadap tingkat ekspansifitas perbankan dalam menyalurkan kredit. Loan to deposit ratio menjadi alat ukur terhadap fungsi intermediasi perbankan. Semakin tinggi indikator ini maka semakin baik pula perbankan melakukan fungsi intermediasinya, demikian pula sebaliknya semakin rendah indikator ini maka semakin rendah pula perbankan melakukan fungsi intermediasinya. Loan to deposit ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat likuiditas bank dan juga menjadi alat ukur terhadap fungsi intermediasi perbankan. Loan to deposit ratio merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun. Dendawijaya (2001: 101) mengartikan loan to deposit ratio adalah seberapa jauh kemampuan bank dalam membiayai kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah, kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank. Menurut Riyadi (2004:147), LDR dapat dijadikan tolok ukur kinerja lembaga intermediasi yaitu lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana (unit surplus of funds) dengan pihak yang membutuhkan dana (unit deficit of funds). Telah dijelaskan sebelumnya bahwa LDR pada saat ini berfungsi sebagai indikator intermediasi perbankan. Begitu pentingnya arti LDR bagi perbankan maka angka LDR pada saat ini telah dijadikan persyaratan antara lain: (Kasmir, 2012:320)
11 1. Sebagai salah satu indikator penilaian tingkat kesehatan bank. 2. Sebagai salah satu indikator kriteria penilaian Bank Jangkar (LDR minimum 50%). 3. Sebagai faktor penentu besar-kecilnya GWM (Giro Wajib Minimum) sebuah bank. 4. Sebagai salah satu persyaratan pemberian keringanan pajak bagi bank yang akan merger. Loan to deposit ratio (LDR) merupakan perbandingan antara seluruh jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima bank. Nilai Loan to deposit ratio dapat ditentukan melalui suatu formula yang ditentukan oleh Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/30/DPNP mengenai Pedoman Penghitungan Rasio Keuangan yaitu: Kredit adalah kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum. Sedangkan dana pihak ketiga meliputi giro, tabungan dan deposito tetapi tidak termasuk deposito antar bank. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa rasio ini menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit sebagai sumber
12 likuiditasnya. Rasio ini memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit. Semakin tinggi rasio ini menggambarkan kurang baiknya likuiditas bank. Oleh karena itu, Bank Indonesia membatasi tingkat Loan to deposit ratio yang dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 bahwa batas aman Loan to deposit ratio berkisar antara 78% sampai dengan 92%. Loan to deposit ratio mempunyai peranan penting sebagai indikator yang menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang dilakukan bank sehingga loan to deposit ratio juga dapat digunakan untuk mengukur berjalan tidaknya fungsi bank sebagai lembaga intermediasi. Loan to deposit ratio dapat pula digunakan untuk menilai strategi manajemen suatu bank. Manajemen bank yang konservatif biasanya memiliki kecenderungan loan to deposit ratio yang relatif rendah, sebaliknya manajemen yang agresif memiliki loan to deposit ratio yang tinggi atau melebihi batas toleransi. 2.1.2 Profitabilitas Bank Menurut Hasibuan (2002: 100) profitabilitas bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase profit. Bank yang selalu dapat menjaga kinerjanya dengan baik yaitu bank yang mampu menjaga tingkat profitabilitas yang tinggi. Tingkat profitabilitas bank menjadi suatu hal yang penting karena bank yang sehat adalah bank yang diukur secara profitabilitas yang terus meningkat.
13 Menurut Sugiono dan Untung (2008: 70), rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur efektivitas manajemen yang mencerminkan pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal. Bagi bank, profitabilitas lebih penting dari sekedar laba. Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi penggunaan modal dalam operasi, oleh karena itu keuantungan atau laba yang besar tidak menjamin bahwa ukuran suatu bank tersebut menguntungkan (profitable) sehingga dapat dikatakan bahwa profitabillitas tinggi lebih penting dari laba yang besar. Harahap (2004: 304) menyatakan bahwa profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuannya, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, ekuitas, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan menurut Kasmir (2012:197) yaitu: a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Untuk mengukur seluruh produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
14 f. Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri. g. dan tujuan lainnya. Sementara itu, manfaat yang diperoleh menurut Kasmir (2012:198) adalah: a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaandalam satu periode. b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang. c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu. d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. e. Mengentahui seluruh produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Definisi profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2013:107) adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Profitabilitas dapat ditetapkan dengan menghitung berbagai tolak ukur yang relevan. Salah satu tolak ukur tersebut adalah dengan rasio keuangan sebagai salah satu analisa dalam menganalisa kondisi keuangan, hasil operasi dan tingkat profitabilitas suatu perusahaan. Rasio profitabilitas menggambarkan perusahaan mendapatkan laba yang optimal melalui semua kemampuan dari sumber yang ada. Menurut Sugiono dan Untung (2008: 70), rasio profitabilitas adalah rasio untuk mengukur efektivitas
15 manajemen yang mencerminkan pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Harahap, 2008:304). Menurut Irawati (2006: 58), indikator untuk mengukur rasio profitabilitas digunakan rasio-rasio sebagai berikut: 1. Net Profit Margin (NPM) Rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. 2. Gross Profit Margin (GPM) Menunjukkan berapa besar persentase penjualan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi. 3. Operating Profit Margin (OPM) Ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. 4. Operating Ratio (OR) Operating Ratio digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah penjualan, semakin kecil angka rasio menunjukan kinerja yang semakin baik.
16 5. Return on assets (ROA) ROA adalah kemampuan suatu perusahaan (aktiva perusahaan) dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba operasi perusahaan (EBIT) atau perbandingan laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba dan dinyatakan dalam persentase. 6. Return on Equity (ROE) ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut. 7. Earning per Share (EPS) Merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar keuntungan (return) yang diperoleh investor atau pemegang saham per lembar saham. 8. Return on Investment (ROI) ROI yaitu suatu cara untuk mengukur seberapa banyak laba bersih yang diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Analisis profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba tergantung pada efisiensi dan efektivitas pelaksanaan operasi, serta sumber daya yang tersedia. Oleh karena itu, analisis profitabilitas secara umum memfokuskan pada hubungan antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba rugi, sumber daya yang tersedia bagi perusahaan, seperti yang
17 dilaporkan dalam neraca. Menurut Warren dalam Farahmita, dkk (2005: 315) analisis utama yang digunakan untuk menilai profitabilitas perusahaan adalah: 1. Rasio penjualan bersih terhadap aktiva, 2. Tingkat laba atas total aktiva, 3. Tingkat laba atas ekuitas pemegang saham, 4. Tingkat laba atas ekuitas pemegang saham biasa, 5. Laba per lembar saham biasa, 6. Rasio harga saham terhadap laba atau price earning ratio (P/E), 7. Dividen per saham, 8. Hasil dividen. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas merupakan salah satu pengukuran bagi kinerja suatu perusahaan, profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal saham tertentu. 2.1.3 Return on assets Dalam penelitian ini, rasio yang digunakan penulis untuk mengukur tingkat profitabilitas bank adalah Return on assets (ROA). Dendawijaya (2001: 120) menjelaskan bahwa rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang
18 dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aktiva. Penilaian kesehatan yang dilakukan oleh bank-bank dilihat dari aspek rentabilitas/profitabilitas dilakukan dengan menggunakan indikator Return on Asset (ROA). ROA merupakan rasio profitabilitas yang penting bagi bank karena digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan untuk menghasilkan laba dengan memanfaatkan total aktivanya. ROA adalah pebandingan antar laba sebelum pajak terhadap total aktiva (Husnan, 2006:74). Rasio ROA memperhitungkan bagaimana kemampuan manajemen bank dalam memperoleh profitabilitasnya dan manajerial efisiensi secara menyeluruh. Return on assets (ROA) juga merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksud untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Dendawijaya, 2001: 201). ROA suatu bank harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu minimal 1,5%. Menurut Gitman dan Zutter (2012 : 130), Return on assets mengukur keefektifan secara keseluruhan dari manajemen dalam menghasilkan laba dengan menggunakan asset yang ada. ROA positif menunjukan total aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan yang mampu menghasilkan laba bagi perusahaan. Sedangkan ROA negatif menunjukan bahwa aktiva yang digunakan tidak mempunyai laba/rugi. Jika ROA semakin tinggi maka idealnya semakin baik juga kinerja perusahaan dalam sisi pengelolaan ekuitasnya. Secara umum tidak
19 ada yang menyatakan pada angka berapa ROA dianggap baik. Cara menentukan suatu perusahaan dikatakan baik jika dilihat dari ROA: Membandingkan ROA perusahaan lain yang sejenis. Membandingkan ROA sektor industri perusahaan itu bergerak. Membandingkan ROA IHSG. ROA perusahaan dikatakan baik jika ROA perusahaan berada diatas perusahaan lain yang sejenis. ROA sektor industri sejenis dan ROA IHSG. Adapun rumus dari ROA yaitu: (Dendawijaya, 2001: 201) Besarnya nilai untuk laba sebelum pajak dapat dilihat dari perhitungan laba rugi yang disusun oleh bank yang bersangkutan, sedangkan rata-rata total aset dapat dilihat dari neraca. Menurut Munawir (2007:91) kegunaan dari analisa Return On Asset (ROA) dikemukakan sebagai berikut: 1. Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipil ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka manajemen dengan menggunakan teknik analisa Return On Asset (ROA) dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan.
20 2. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh rasio industri, maka dengan analisa ROA ini dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama, atau di atas rata-ratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui dimana kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. 3. Analisa ROA pun dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakantindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian., yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. Arti pentingnya mengukur rate of return pada tingkat bagian adalah untuk dapat membandingkan efisiensi suatu bagian dengan bagian yang lain di dalam perusahaan yang bersangkutan. 4. Analisa Return On Asset (ROA) juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan dengan menggunakan product cost system yang baik, modal dan biaya dapat dialokasikan kepada berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga dengan demikian akan dapat dihitung profitabilitas dari masing-masing produk. Dengan demikian manajemen akan dapat mengetahui produk mana yang mempunyai profit potential di dalam longrun. 5. Return On Asset (ROA) selain berguna untuk keperluan kontrol, juga berguna untuk keperluan perencanaan. Misalnya Return On Asset (ROA)
21 dapat digunakan sebagian dasar untuk pengembalian keputusan apabila perusahaan akan mengadakan ekspansi. 2.2 Kerangka pemikiran Manajemen bank perlu menjaga kepercayaan masyarakat dengan terus meningkatkan kinerja yang ditunjukkan oleh tingkat profitabilitas yang baik sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2013 Tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum. Seperti pernyataan Rayhan et al. (2011) bahwa banks can attain success if relevant risks are effectively controlled. Untuk mengetahui sejauh mana perbankan telah menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan dapat menggunakan indikator keuangan Loan to Deposit Ratio. Menurut Kasmir (2012:319) LDR merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Semakin rendahnya nilai LDR berarti menunjukkan bank likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan. Sebaliknya semakin tinggi LDR menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya atau relatif tidak likuid. Bank sebagai lembaga intermediasi memiliki peranan dalam menghimpun dan menyalurkan kembali dana kepada masyarakat. Besar kecilnya rasio LDR suatu bank akan mempengaruhi profitabilitas bank. Semakin besar jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk kredit maka jumlah dana yang menganggur berkurang dan penghasilan bunga
22 yang diperoleh akan meningkat. Hal ini tentunya akan meningkatkan LDR sehingga profitabilitas bank juga meningkat (Kasmir, 2012: 354). Menurut Hasibuan (2002: 100) profitabilitas bank adalah kemampuan suatu bank untuk memperoleh laba yang dinyatakan dalam persentase profit. Bank yang selalu dapat menjaga kinerjanya dengan baik yaitu bank yang mampu menjaga tingkat profitabilitas yang tinggi. Tingkat profitabilitas bank menjadi suatu hal yang penting karena bank yang sehat adalah bank yang diukur secara profitabilitas yang terus meningkat. Penilaian kesehatan yang dilakukan oleh bank-bank dilihat dari aspek rentabilitas/profitabilitas dilakukan dengan menggunakan rasio Return on Asset (ROA). Dendawijaya (2001: 120) menjelaskan bahwa rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aktiva. Dalam hal penilaian kesehatan, bank yang sehat adalah bank yang memiliki tingkat Loan to deposit ratio yang tinggi. Ini artinya bahwa bank tersebut cukup aktif dalam menyalurkan kredit. Melalui analisis profitabilitas dapat diketahui efisiensi dan efektivitas suatu bank pada periode tertentu. Jika Loan to deposit ratio berada dibawah batas bawah yang telah ditetapkan Bank Indonesia (<78%), artinya bank kurang agresif dalam menyalurkan kredit, laba yang diperoleh tidak maksimal. Jika Loan to deposit ratio berada di atas batas atas yang ditetapkan Bank Indonesia (>92%), artinya
23 bank terlalu mudah memberikan kredit tanpa memperhatikan kualitasnya, sehingga risiko kredit meningkat dan pada akhirnya perolehan laba menurun. ROA memperhitungkan bagaimana kemampuan manajemen bank dalam memperoleh rentabilitasnya dan manajerial efisiensi secara menyeluruh. ROA digunakan oleh bank sentral sebagai alat ukur untuk menilai kesehatan suatu bank dilihat dari aspek kemampulabaannya (profitabilitas). Dari penjelasan di atas, maka dapat diprediksi bahwa loan to deposit ratio mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas bank. Dengan peningkatan dan pengelolaan penyaluran kredit yang baik akan mendorong suatu bank untuk meningkatkan kemampuannya dalam memperoleh laba (profitabilitas). Peningkatan laba akan berdampak pada peningkatan ROA. Namun ekspansi kredit yang berlebihan tanpa memperhatikan kualitas kredit akan membuat Loan to deposit ratio terlalu tinggi sehingga berdampak buruk bagi likuiditas. Hal ini justru menyebabkan penurunan laba dan berdampak pada penurunan profitabilitas.
24 2.3 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu mengenai hubungan antara loan to deposit ratio, profitabilitas dengan return on assets telah banyak dilakukan diantara seperti yang terlihat dalam tabel 2.1. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Judul Hasil Penelitian Analisis Pengaruh Semua variabel independen yakni CAR, 1 CAR, NIM, BOPO, dan NIM, BOPO dan LDR Fenandi Bilian, LDR Terhadap memiliki pengaruh Purwanto (2017) Profitabilitas Bank yang signifikan secara Persero simultan (bersamasama) terhadap ROA. 2 Eddy Herjanto (2014) Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Profitabilitas Bank yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Secara simultan CAR, NPL, LDR, NIM, dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap ROA. 3 Riski Agustiningrum (2013) Analisis pegaruh CAR, NPL, dan LDR terhadap profitabilitas pada perusahan perbankan Loan to Deposits Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas (ROA). 4 Khairunnisa Almadany (2012) Pengaruh Loan to deposit ratio, Biaya Operasional per Pendapatan Operasional dan Net Interest Margin terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftr di Bursa Efek Indonesia Loan to deposit ratio (LDR), Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO), dan Net Interest margin (NIM) secara simultan berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA).
25 No Nama Judul Hasil Peneltian 5 Luh Putu Sukma Wahyuni Pratiwi, Ni Luh Putu Wiagustini (2015) Pengaruh CAR, BOPO, NPL dan LDR terhadap Profitabilitas Loan to deposit ratio (LDR) tidak berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA). 6 Sari Ayu Widowati, Bambang Suryono (2015) Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas Pebankan di Indonesia CAR berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, LDR tidak berpengaruh terhadap profitabilitas, NPL berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Sumber: Data diolah untuk penelitian Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut, maka dapat digambarkan kerangka pemikiran adalah sebagai berikut (Gambar 2.1): Loan to deposit ratio (LDR) Profitabilitas (ROA) Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
26 2.4 Hipotesis Berdasarkan uraian pada kerangka pemikiran, maka penulis dapat menarik hipotesis dari penelitian ini, yaitu: H 0 : Loan to deposit ratio tidak berpengaruh terhadap profitabilitas bank. H A : Loan to deposit ratio berpengaruh terhadap profitabilitas bank.