BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Statistik peternakan pada tahun 2013, menunjukkan bahwa populasi kambing di Indonesia berjumlah 18 juta ekor. Jumlah ini sangat besar dibandingkan dengan jenis ternak lainnya dengan pertumbuhan yang cukup baik yaitu mencapai hampir 3% per tahun. Populasi tersebut terdiri atas berbagai rumpun atau kelompok, antara lain kambing Kacang, Peranakan Etawah, Gembrong, Kosta, Jawa Randu dan Merica. Dari rumpun kambing tersebut beberapa diantaranya dimanfaatkan sebagai kambing perah dan kebanyakan yang diternakkan di Indonesia adalah jenis Peranakan Etawah. Susu yang dihasilkan dari kambing jenis tersebut lebih banyak dan mempunyai komposisi susu yang lebih kaya dari jenis susu kambing yang lainnya serta tidak berbau menyengat dan tidak berbau amis. Di beberapa negara, susu kambing dipergunakan sebagai alternatif asupan gizi bagi anak yang alergi terhadap susu sapi. Susu kambing memiliki komposisi kimia yang cukup baik dengan kandungan protein 4,3% dan lemak 2,8% dan relatif lebih baik dibandingkan kandungan protein susu sapi dengan protein 3,8% dan lemak 5,0% (Sunarlim dkk., 1992). Disamping itu, dibandingkan dengan susu sapi, susu kambing lebih mudah dicerna, karena ukuran molekul lemak susu kambing lebih kecil dan secara alamiah sudah berada dalam keadaan homogen (Sunarlim dkk., 1992).
2 Manfaat lain yang dapat dirasakan bagi anak, susu kambing tidak mengandung beta-lactoglobulin salah satu senyawa pemicu reaksi alergi seperti asma, saluran pernapasan, infeksi radang telinga, eksim, kemerahan pada kulit, dan gangguan pencernaan makanan. Kandungan proteinnya yang tinggi sangat baik untuk pertumbuhan dan pembentukan jaringan tubuh, serta untuk menambah kepadatan tulang pada masa pertumbuhan. Dalam pengembangan ternak kambing selain faktor breeding dan manajemen juga yang tidak kalah penting adalah faktor feeding. Bibit yang bagus bila tidak ditunjang dengan kecukupan dan kualitas pakan yang baik tidak akan menghasilkan produksi susu yang maksimal, oleh karena itu perhatian terhadap pemberian pakan menjadi sangat penting. Di beberapa peternakan kambing perah untuk meningkatkan produksi dan kualitas susu banyak yang memberikan konsentrat sebagai makanan tambahan selain hijauan. Kondisi ini disebabkan kualitas hijauan yang ada sekarang rata-rata belum mencukupi kebutuhan ternaknya, apalagi kalau sumber hijauan tersebut mengambil dari alam sekitarnya yang tidak mengalami pemupukan dan umumnya tumbuh pada lahan marginal. Pemberian konsentrat pada kambing perah dilaporkan mampu meningkatkan produksi susu dan menurunkan kadar lemak susu (Sukarini, 2006). Konsentrat umumnya lebih dari dua bahan pakan yang disusun berasal dari bahan pakan yang tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Diantaranya yang sering digunakan adalah hasil ikutan atau by product seperti dedak padi, bungkil-
3 bungkilan, dan pollard yang memiliki kandungan lemak cukup tinggi. Umumnya bahan-bahan tersebut cepat mengalami ketengikan. Di samping itu, terkadang bahan baku konsentrat berasal dari limbah pertanian dan perkebunan yang mengandung serat kasar tinggi, bahkan mengandung antinutrisi atau racun. Kondisi ini akan berdampak pada penurunan kualitas konsentrat dan juga palatabilitas ternak. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan pengolahan yaitu dengan teknik fermentasi. Proses ini terbukti dapat meningkatkan nutrien produk, menghasilkan aroma yang lebih baik, mengurangi antinutrisi dan racun serta dapat mengawetkan. Di lapangan telah dijual konsentrat terfermentasi terutama untuk sapi perah, namun demikian perlu dikaji kembali karena dalam proses fermentasi, mikroba yang berkembang membutuhkan energi agar fermentasi berjalan dengan optimal yang ditandai dengan adanya pelepasan panas selama proses tersebut. Dengan kehilangan energi banyak, maka zat nutrien dalam pakan terutama karbohidrat sebagai sumber energi menjadi berkurang, padahal zat makanan tersebut dibutuhkan dalam proses pembentukan susu dan lemak susu. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Pengaruh Pemberian Konsentrat Terfermentasi Terhadap Palatabilitas Ransum dan Produksi Susu Kambing Perah Peranakan Etawah
4 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh fermentasi terhadap kandungan energi, serat kasar dan protein kasar. 2. Bagaimana tingkat palatabilitas ransum pada kambing perah yang diberi konsentrat terfermentasi. 3. Seberapa besar pengaruh pemberian konsentrat terfermentasi terhadap produksi susu. 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1 Mengetahui pengaruh fermentasi terhadap kandungan energi, serat kasar dan protein kasar. 2. Mengetahui tingkat palatabilitas ransum pada kambing perah yang diberi konsentrat terfermentasi. 3. Mengetahui seberapa besar pengaruh pemberian konsentrat terfermentasi terhadap produksi susu.
5 1.4. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan : 1. Manfaat ilmiah, yakni memberikan informasi mengenai pengolahan konsentrat dengan proses fermentasi serta pengaruhnya terhadap palatabilitas dan produksi susu kambing perah. 2. Manfaat praktis, yakni memanfaatkan teknologi pengolahan pakan dengan teknik fermentasi sebagai cara atau proses sehingga diharapkan dapat memberikan nilai tambah pada konsentrat tersebut yang dapat digunakan dalam ransum untuk menunjang pengembangan kambing perah di Indonesia.