JImeD, Vol. 3, No. 2 ISSN X

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIFITAS VARIASI NILAI WINDOW LEVEL TERHADAP KUALITAS HASIL CT SCAN THORAX LUNG WINDOW. Rahmadani

ANALISIS PENGGUNAAN TEKNIK POST PROCESSING VOLUME RENDERING (VR) PADA CT ANGIOGRAFI ARTERI ABDOMINALIS DENGAN MSCT SKRIPSI ALFIAN TURNIP

Jurnal Riset Kesehatan

Implementasi Intensity Transfer Function(ITF) Untuk Peningkatan Intensitas Citra Medis Hasil Pemeriksaan MRI

BAB III METODE PENELITIAN. citra dilakukan analisis pada kontras. Kerangka konsep ditunjukkan pada

Samsun, Legia Prananto, Asep Awan Gunawan, Novita Wulandari

PERTEMUAN KE 1 (50 MENIT)

BAB I PENDAHULUAN. (USRDS) menunjukkan prevalens rate penderita penyakit ginjal di Amerika

Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif

ABSTRAK

mikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-298.html MIKM UNDIP Universitas Diponegoro Program Pascasarjana Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat

Jurnal Riset Kesehatan OPTIMALISASI CITRA MSCT TRAKTUS URINARIUS MENGGUNAKAN TRACKING DENGAN VARIASI SLICE THICKNESS DAN WINDOW SETTING

UJI KESESUAIAN CT NUMBER PADA PESAWAT CT SCAN MULTI SLICE DI UNIT RADIOLOGI RUMAH SAKIT ISLAM YOGYAKARTA PDHI

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF

DAFTAR TABEL. Halaman. Tabel 1 Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10

Fitri Arofiati, Erna Rumila, Hubungan antara Peranan Perawat...

Comparison Study Between Artifacts Lumbal MRI T1 Spin Echo With Pre Saturation And T1 Spin Echo Without Pre Saturation

Volume 2 No. 6 Oktober 2016 ISSN :

PERBEDAAN SELF ASSESSMENT DAN PEER ASSESSMENT TERHADAP KOMPETENSI PEMASANGAN INFUS DITINJAU DARI MOTIVASI TESIS

ANALISIS PENGARUH KETIDAKTAJAMAN GEOMETRI, PERGERAKAN DAN SCREEN TERHADAP PENGABURAN DAERAH TEPIAN FILM RADIOGRAFI

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

PENENTUAN NILAI NOISE BERDASARKAN SLICE THICKNESS PADA CITRA CT SCAN SKRIPSI HEDIANA SIHOMBING NIM :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS HASIL PEMERIKSAAN TROMBUS PADA PERIPHERAL LOWER DENGAN TEKNIK RUN OFF LOWER CT SCAN 128 SLICE SKRIPSI BERTI MONO ADEVENTI GAJAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

SKRIPSI HUBUNGAN PENERAPAN KOMUNIKASI EFEKTIF PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD DR. ADNAAN WD PAYAKUMBUH TAHUN 2016

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. SURAT PERSETUJUAN PERBAIKAN... iv

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF

PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF BERBASIS MULTIMEDIA UNTUK MATA PELAJARAN TEKNIK ANIMASI 2D KELAS XI MM DI SMKN 1 BANTUL

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

JImeD, Vol. 1, No. 1 ISSN X

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY

HUBUNGAN PERSEPSI MUTU PELAYANAN LABORATORIUM PATOLOGI KLINIK DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

UJI IMAGE UNIFORMITY PERANGKAT COMPUTED RADIOGRAPHY DENGAN METODE PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

matematis siswa SMPN 1 Karangrejo Tulungagung Tahun Pelajaran 2016/2017 yang menggunakan model discovery learning lebih baik daripada menggunakan mode

Evaluasi Ketebalan Irisan (Slice Thickness) pada Pesawat CT- Scan Single Slice

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR

HUBUNGAN SUPERVISI DENGAN PENDOKUMENTASIAN BERBASIS KOMPUTER YANG DIPERSEPSIKAN PERAWAT PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD BANYUMAS JAWA TENGAH

PENGARUH SEMANGAT KERJA PEMILIK DAN PEKERJA TERHADAP KEWIRAUSAHAAN MORO ARTOS DI SALATIGA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KEBISINGAN DAN MASA KERJA DENGAN STRES KERJA PEKERJA DI BAGIAN WINDING PT. BMSTI SRAGEN

Oleh: Maharani Tri Ayu Ratnasari dan M. Nur Rokhman, M.Pd Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK

TINGKAT PENGGUNAAN CT-SCAN PADA PEMERIKSAAN FRAKTUR MAKSILLA DI RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan Computed Tomography (CT scan) merupakan salah salah

PERBEDAAN ANTARA JUMLAH LEUKOSIT DARAH PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DENGAN APENDISITIS PERFORASI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

mikm-detail-tesis-perpustakaan-print-abstrak-170.html MIKM UNDIP Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsentrasi Sistem Informasi Manajemen Kesehatan

NEUROIMAGING Fadel Muhammad Garishah Mahasiswa Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi

HALAMAN PENGESAHAN KTI HUBUNGAN OVEREKSPRESI HUMAN EPIDERMAL GROWTH FACTOR RECEPTOR 2 (HER-2) DENGAN GRADE HISTOLOGI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF MENGENAL KONSEP UKURAN ANAK KELOMPOK B

PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP STRES KERJA PADA PEKERJA BAGIAN WEAVING DI PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEXTILE SURAKARTA

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

SKRIPSI. Oleh: Yuni Novianti Marin Marpaung NIM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

ABSTRAK. Kata kunci : Logo, citra perusahaan, identitas merek, manajemen merek.

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN FACEBOOK

PENGETAHUAN DOKTER MUDA (Co-Ass) TENTANG PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK RADIOLOGI FOTO TORAKS DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN 2010

ABSTRAK Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENOLAKAN EVALUASI RADIOGRAF BLASS NIER OVERZICHT-INTRAVENOUS PYELOGRAFI

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi

Oleh : Muskhab 2 ABSTRACT

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PEMERIKSAAN MAGNETIC RESONANCE IMAGING

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

HUBUNGAN ANTARA KEPATUHAN MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DAN KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUMAHSAKIT Dr.

FUNGSI MANAJERIAL TERHADAP PELAKSANAAN MANAJEMEN ASKEP DI RSUD DR. M. YUNUS BENGKULU. Zulkarnain

Pendidikan dan Peran Fisikawan Medik dalam Pelayanan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH GAMPING NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT)

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

STUDI ANALISIS PERBEDAAN HASIL DIAGNOSA DRY EYE SYNDROME ANTARA TES SUBJEKTIF DAN TES OBJEKTIF PADA WANITA MENOPAUSE DI SURAKARTA SKRIPSI

Farmaka Volume 15 Nomor 3 96

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA D3 POLITEKNIK KESEHATAN GIGI MAKASSAR MENGENAI PROTEKSI RADIASI PADA FOTO ROENTGEN SKRIPSI

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL

ANALISA KETIDAKLENGKAPAN DATA DOKUMEN REKAM MEDIS RAWAT INAP PADA KASUS GASTROENTERITISDI RSU SINAR KASIH PURWOKERTO PERIODE TRIWULAN IV TAHUN 2012

ABSTRACT. Keywords: Customer satisfaction, service quality. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN SISTOLIK DAN DIASTOLIK SERTA KELELAHAN KERJA PEKERJA UNIT PENGECORAN LOGAM

ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI)

SUCI ARSITA SARI. R

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN DAN DEPRESI PADA MAHASISWA SISTEM PERKULIAHAN TRADISIONAL DENGAN SISTEM PERKULIAHAN TERINTEGRASI

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X. Prodi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Bandung 2,3

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG REKAM MEDIS DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN CATATAN KEPERAWATAN JURNAL PENELITIAN MEDIA MEDIKA MUDA

Keywords: CT Scan, maxillofacial fraktur, window width and window level,

HUBUNGAN HIPERGLIKEMIA DENGAN KEJADIAN STROKE HEMORAGIK PADA PEMERIKSAAN MULTI-SLICE CT-SCAN KEPALA TANPA KONTRAS DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB IV PEMBAHASAN. Penelitian dilakukan di SMA Swasta se-kota Salatiga, dengan subyek

ABSTRAK KORELASI ANTARA BENTUK WAJAH DAN BENTUK GIGI INSISIVUS SENTRAL MAKSILA PADA ETNIS TIONGHOA USIA TAHUN

ABSTRACT Program Magister Psikologi Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KUALITAS ASUHAN IBU NIFAS DAN KEPUASAN PASIEN DI RSUD SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK INSIDENSI ASTHENOPIA PADA PEKERJA KOMPUTER DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VIII, BANDUNG TAHUN 2006

HUBUNGAN OBESITAS TERHADAP PENINGKATAN INDEKS RASIO KARDIOTORAKS LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. maupun ganas atau disebut dengan kanker paru. Tumor paru dapat bersifat primer

Transkripsi:

ANALISIS INFORMASI CITRA ANATOMI VASKULAR DENGAN MULTI PLANAR REFORMATING (MPR) DAN MAXIMUM INTENSITY PROJECTION (MIP) PADA FASE EARLY ARTERI PEMERIKSAAN MSCT ABDOMEN ANALYSIS OF VASCULAR ANATOMY IMAGE INFORMATION WITH MULTI PLANAR REFORMATING (MPR) AND MAXIMUM INTENSITY PROJECTION (MIP) ON EARLY ARTERI PHASE OF ABDOMEN MSCT EXAMINATION Ratna Istiningrum 1), Fatimah 2), Tri Wulanhandarini 3) 1,2,) Health Polytechnics of Semarang-Indonesia 3) Radiology Physician Consultant in Dr. Sutomo Hospital, Surabaya e-mail: ciknanacantik@gmail.com ABSTRACT Background: The development in the field of image reconstruction is growing rapidly along with the development of CT Scan. In the early stages of MSCT abdominal artery is usually found various kinds of vascular abnormalities such as stenosis, aneurism and others. Post processing image techniques commonly used include MPR and MIP. The purpose of this study is to determine whether there is a difference between MPR and MIP techniques and to know which one is better between the two. Methods: This research was quantitative study with experimental approach. The study was conducted at Bhakti Dharma Husada Surabaya Hospital with 15 samples by performing reconstruction on vascular anatomical image of coronal examination of abdominal MSCT. Assessment of anatomical information data is done by 2 respondents. Data analysis was done by kappa test followed by Wilcoxon sign rank test. Result : The results showed the difference between the post-processing of MIP and MPR on the coronal stages of the early arterial phase of the abdominal MSCT examination, based on the results of non-parametric statistical test analysis (Wilcoxon) showed a significant value of p value = 0.001. The result of MIP mean rank value (8,46) is higher than the mean rank value of MPR (1,50), it can be known that post proceeding MIP technique on coronal phase cuts early arterial examination of abdominal MSCT produces better anatomical image information. Conclusion: On examination of abdominal MSCT in the early arterial phase should be at the time of processing the image is also done by using post-processing MIP because more clearly than the MPR. Keywords: MPR, MIP, MSCT abdomen, early arterial phase PENDAHULUAN Computed Tomography (CT) Scan merupakan sebuah teknik pencitraan medis yang sangat diperlukan dalam pemeriksaan radiodiagnostik. Perkembangan CT-Scan dimulai pada awal tahun 1970-an dimana pada 1972, Sir Godfrey Newbold Hounfield dan Ambors, di London, Inggris berhasil menghasilkan sebuah gambaran klinis pertama CT-Scan kepala. Pada saat itulah peralatan Computed Tomography yang merupakan perpanduan peralatan pencitraan sinar-x dengan komputer pengolah data sehingga dapat menampilkan potongan melintang (transver/axial) bagian tubuh manusia berkembang dengan sangat cepat dan menjadi teknologi imaging yang sangat mengagumkan (Muzammil, 2016). Seiring dengan perkembangan teknologi, dewasa ini telah diciptakan alat CT Scan yang lebih canggih yaitu MSCT (Multislice Computed Tomography). Prinsip dasar MSCT adalah pergerakan tabung sinar-x yang berputar secara stationer dan memancarkan sinar-x secara kontinyu, sambil diiringi pergerakan pasien oleh meja pesawat, melewati bidang penyinaran sehingga akan dihasilkan banyak potongan (multislice) dalam satu kali pergerakan pasien. Kelebihan dari CT Scan dibandingkan dengan radiografi konvensional adalah dapat membedakan soft tissue, lemak, udara, dan tulang pada irisan crossectional dan dapat direkonstruksi menjadi 3 dimensi sehingga gambaran organ terlihat jelas tanpa terhalang oleh jaringan. Tentunya hal ini sangat membantu radiolog untuk dapat melihat anatomi dari suatu organ dengan tujuan menentukan diagnosa suatu kelainan dengan akurat. Sampai saat ini perkembangan CT Scan yang sangat cepat telah mampu menampilkan gambaran anatomi dari organ atau jaringan yang kecil dengan kualitas gambar yang baik. Kecanggihan CT-Scan ini diantaranya dimanfaatkan untuk pemeriksaan abdomen rutin guna mendiagnosa penyakit pada daerah abdomen khususnya mengevaluasi kelainan pada anatomi abdomen yang tidak dapat dinilai dari foto polos biasa. Karena organ dan jaringan tersebut, untuk dapat menampilkan gambaran anatomi abdomen yang mencakup liver sampai dengan buli-buli, dalam membuat pemeriksaan CT Scan harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan agar kualitas gambar CT Scan dapat optimal. Perkembangan di bidang rekonstruksi gambar dan semakin pesatnya perkembangan komputer telah memberikan arah pengembangan CT Scan yang memiliki teknologi lebih canggih yaitu spiral/helical CT yang dilengkapi dengan berbagai macam perangkat lunak. Seperti pada pesawat CT Scan yang dimiliki oleh Instalasi Radiologi RSUD Bhakti Ratna : Analisis Informasi Citra Anatomi 240

Dharma Husada Surabaya, dengan pesawat Hitachi Scenaria 128 Slices, yang dilengkai berbagai software untuk rekonstruksi citra yang berguna dalam post prosesing image. Ada beberapa macam teknik rekontruksi dalam pengambilan gambar menggunakan MSCT, beberapa diantaranya yang biasa digunakan pada saat ini adalah : Multiplanar Reconstruction (MPR), Maximum Intensity Projection (MIP), Shaded surface distance SSD), Volume Randering (VR) dan Interactive Cine. Di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya pemeriksaan CT Scan Abdomen dengan kontras dilakukan dengan menggunakan 3 phase yaitu fase arteri, fase vena dan fase delay. Pada fase arteri biasanya ditemukan berbagai macam kelainan vascular seperti stenosis, anuerisma dan lain lain. Potongan coronal pada fase early arteri mampu memperlihatkan arteri renalis, aorta abdominalis dan arteri illiaka dengan lebih baik. Oleh karena itu rekonstruksi citra pada fase ini harus menggunakan pemilihan teknik rekonstruksi yang tepat untuk menghasilkan diagnosa yang akurat. Berbagai macam teknik post prosessing image yang biasanya digunakan diantaranya adalah MPR dan MIP. Multiplanar Reconstruction (MPR) disebut juga image reformatting atau image reformation yaitu progam computer yang digunakan untuk membentuk gambaran koronal, sagital dan aksial dari susunan gambar aksial yang saling berdekatan. Sedangkan Maximum Intensity Projection (MIP) adalah software visualisasi gambar yang paling sering digunakan dalam pemeriksaan CTA untuk memperlihatkan pembuluh darah. Ini sangat popular pada CT dan MRI serta lebih akurat dibandingkan dengan SSD (kyuzsak dan Fishman,1998). METODE Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian dilakukan di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya pada 15 sampel dengan melakukan rekonstruksi pada citra anatomi vaskular potongan coronal fase early arteri pemeriksaan MSCT abdomen. Penilaian data informasi anatomi dilakukan oleh 2 orang responden. Masing-masing citra dari pasien diamati radiolog, melihat kejelasan informasi anatomi vaskular pada potongan coronal arteri renalis, aorta abdominalis dan arteri illiaka. Dalam penilaian, radiolog memberikan tanpa check list ( ) pada kuisioner yang telah disediakan. Kriteria penilaian dari masing-masing bagian meliputi skor 1 dengan arti tidak jelas bila anatomi yang dinilai tidak terlihat jelas. Diberikan skor 2 dengan arti jelas bila anatomi yang dinilai terlihat jelas. Diberikan skor 3 dengan arti sangat jelas bila anatomi yang dinilai terlihat jelas dengan batas yang tegas Analisis data dilakukan uji statistik dengan aplikasi SPSS. Data tersebut diuji dengan uji Kappa untuk mengetahui tingkat obyektifitas dari penilaian ke 2 responden terhadap kedua teknik tersebut. Kemudian dilakukan uji wilcoxon untuk mengetahui perbedaan kejelasan informasi anatomi terhadap kedua teknik tersebut. Sedangkan untuk melihat informasi citra mana yang lebih baik antara penggunaan teknik post prosessing MPR dan MIP dengan mendeskripsikan mean rank dari hasil analisis uji wicoxon. HASIL Pengambilan data dilakukan pada 15 orang pasien dewasa (N=15) dengan rentang usia 30 tahun sampai 75 tahun yang dilakukan pemeriksaan MSCT abdomen kontras menggunakan CT Scan 128 slice. Data diperoleh dari penelitian citra yang dihasilkan pada fase early arteri potongan coronal yang dilakukan pengolahan citra dengan MPR dan MIP dengan ketebalan irisan 10 mm. Tabel 1. Diskripsi Sampel Berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase Perempuan 11 73,33% Laki - laki 4 26,67% Total 15 100% Tabel 2. Diskripsi Sampel Berdasarkan Umur Umur Jumlah Persentase 30-45 tahun 5 33,33% 46-60 tahun 7 46,67% 61-75 tahun 3 20% total 15 100% Dari 15 pasien tersebut dilakukan penilaian dari informasi citra anatomi diperoleh dengan cara memberikan skor 3 untuk citra sangat jelas, skor 2 untuk citra jelas dan skor 1 untuk citra tidak jelas. Hasil dari penilaian tersebut selanjutnya diolah dengan menggunakan uji statistik uji Cross Tabulation (Kappa). Hasil Uji Responden Terhadap Informasi Citra Anatomi vaskular antara MPR dan MIP pada potongan coronal fase early arteri Pemeriksaan MSCT abdomen. Data diperoleh dari hasil penilaian citra dengan memberikan skor 1, 2 atau 3 pada setiap citra yang dihasilkan pada MPR dan MIP, dimana skor nilai 1 menunjukkan tidak jelas, skor nilai 2 menunjukkan jelas, dan skor 3 menunjukkan sangat jelas. Hasil dari penilaian terhadap masing-masing gambar informasi citra anatomi dari dua responden tersebut dianalisis dengan menggunakan uji statistik Cross Tabulation (Kappa). Uji Cohen skappa digunakan untuk mengukur tinggat kesepakatan (degree of agreement) dari kedua responden dalam menilai kedua teknik tersebut. Berdasarkan analisis menggunakan SPSS 20, dengan uji Cohen s Kappa hasil penilaian kedua responden terhadap informasi anatomi vascular potongan coronal fase early arteri dan didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 3. Hasil Uji Statistik Cross Tabulation (Kappa) Kedua Responden Teknik post Koefisien Keterangan prosessing Kappa MPR MIP 0,832 Sangat Baik Ratna : Analisis Informasi Citra Anatomi 241

Hasil uji kappa dapat dilihat value kappa pada informasi anatomi dengan menggunakan MPR dan MIP menunjukkan value kappa 0,832. Hasil ini menunjukkan bahwa ada kesesuaian atau persamaan persepsi antara kedua responden dalam menilai informasi anatomi vaskuler arteri renalis, aorta abdominalis dan arteri illiaka. Menurut Altman (1991), nilai koefisien kappa <0,2 menunjukkan tingkat kesepakatan buruk, nilai koefisien kappa antara 0,21 hingga 0,40 menunjukkan tingkat kesepatakan kurang dari sedang, nilai koefisien koefisien kapaa antara 0,41 hingga 0,60 menunjukkan tingkat kesepakatan sedang, nilai koefisien kappa antara 0,61 hingga 0,80 menunjukkan tingkat kesepakatan baik dan niai koefisien kappa antara 0,81 hingga 1 menunjukkan tingkat kesepakatan sangat baik. Berdasarkan teori Altman diatas hasil uji kappa yang diperoleh menunjukkan tingkat kesepakatan yang sangat baik karena berada pada rentang 0,81 hingga 1. Hasil Penilaian Citra anatomi vascular teknik MPR dan MIP pada MSCT abdomen. Penilaian citra dilakukan oleh responden dengan memberikan skor 1, 2 atau 3 pada setiap citra yang dihasilkan pada teknik post processing MPR dan MIP pada fase early arteri potongan coronal pemeriksaan MSCT Abdomen, dimana skor nilai 1 menunjukkan tidak jelas, skor nilai 2 menunjukkan jelas, dan skor 3 menunjukkan sangat jelas. Hasil penilaian dari masing masing teknik terhadap dua responden kemudian ditabulasikan ke dalam microsoft excel agar mudah dalam mendiskripsikan hasilnya. Kemudian dilakukan pengujian dengan uji Wilcoxon karena data yang dihasilkan berupa data ordinal, penggunaan teknik post prosessing MPR dan MIP dilakukan pada pasien yang sama (sampel berpasangan). Sedangkan untuk mengetahui teknik yang lebih baik diantara keduanya dilihat dari nilai mean rank pada uji statistic Wilcoxon.Nilai Informasi Citra Berdasarkan Kriteria Organ. Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik menunjukan nilai p value < 0,05, artinya Ho ditolak dan Ha diterima, menunjukkan adanya perbedaan yang pada informasi citra anatomi vascular antara teknik MPR dengan teknik MIP pada pemeriksaan MSCT abdomen fase early arteri potongan coronal. Hasil Penilaian Informasi Citra Anatomi pada informasi citra anatomi vascular antara teknik MPR dengan teknik MIP pada pemeriksaan MSCT abdomen fase early arteri potongan coronal. Hasil penilaian berdasarkan masing-masing anatomi vaskular atau perkriteria anatomi diuji menggunakan uji Wilcoxon yang menghasilkan data sebagai berikut. Tabel 5. Hasil Uji Wilcoxon informasi citra anatomi arteri renalis antara teknik MPR dengan teknik MIP Arteri Renalis MPR Arteri Renalis MIP 0,003 Berdasarkan hasil uji statistik non parametrik Wilcoxon menggunakan SPSS 20 pada tabel 4.5 dengan menyatakan bahwa tingkat kemaknaan () p value = 0,003 (p<0,05), hal ini menunjukan adanya perbedaan yang pada Anatomi arteri renalis antara teknik MPR dengan teknik MIP. Aorta Abdominal, berikut merupakan hasil uji Wilcoxon pada citra anatomi aorta abdominal potongan coronal Tabel 6. Hasil Uji Wilcoxon informasi citra anatomi Aorta abdominal antara teknik MPR dengan teknik MIP. Aorta abdominal MPR 0,004 Aorta abdominal MIP Bedasarkan analisis uji Wilcoxon menyatakan tingkat kemaknaan p-value pada Aorta abdominal adalah 0,004 (p<0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang antara teknik MPR dengan teknik MIP potongan coronal pada aorta abdominal. Arteri illiaka, Berikut merupakan hasil uji Wilcoxon pada citra anatomi arteri illiaka potongan coronal Gambar 1. Informasi Citra Vaskular MSCT Abdomen dengan reformatting (A) MPR dan (B) MIP Uji statistik informasi citra anatomi vascular fase early arteri pemeriksaan MSCT abdomen pada teknik MPR dengan teknik MIP pada potongan coronal seperti pada tabel 4. Tabel 4. Hasil Uji Wilcoxon perbedaan informasi citra anatomi secara keseluruhan antara MPR dengan teknik MIP Teknik post Keterangan p-value prosessing MPR 0,001 MIP Tabel 7 Hasil Uji Wilcoxon informasi citra anatomi arteri ilika antara teknik MPR dengan teknik MIP Arteri illiaka MPR Arteri illiaka MIP 0,004 Bedasarkan analisis uji Wilcoxon menyatakan tingkat kemaknaan p-value pada Arteri illiaka adalah 0,004 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang antara teknik MPR dengan teknik MIP potongan coronal pada Arteri illiaka. Hasil informasi citra anatomi vaskular yang lebih baik antara penggunaan teknik post prosessing MPR dengan teknik Ratna : Analisis Informasi Citra Anatomi 242

MIP pada potongan koronal fase early arteri pemeriksaan MSCT abdomen Penelitian mengenai perbandingan informasi citra anatomi vaskular potongan coronal pada fase early arteri antara teknik post prosessing MPR dan MIP pada pemeriksaan MSCT abdomen dianalisis dengan melihat mean rank untuk mengetahui teknik post prosessing mana yang lebih baik dalam menghasilkan informasi citra anatomi vaskular. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon didapatkan hasil mean rank secara keseluruhan dan dari setiap anatomi antara menggunakan teknik post prosessing MPR dan MIP Tabel 8. Hasil Mean Rank Uji Statistik Wilcoxon pada informasi citra anatomi vascular MSCT Abdomen potongan coronal secara keseluruhan antara teknik post prosessing MPR dan MIP Teknik post prosessing Mean Rank MPR 1,50 MIP 8,46 Terlihat dari hasil nilai mean rank MIP (8,46) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai mean rank MPR (1,50), maka dapat diketahui penggunaan teknik MIP pada pemeriksaan MSCT abdomen menghasilkan informasi citra anatomi yang lebih baik Penelitian mengenai perbedaan informasi citra antara teknik MPR dengan teknik MIP pada pemeriksaan MSCT abdomen dianalisis dengan melihat mean rank untuk mengetahui teknik yang lebih baik dalam menghasilkan informasi citra anatomi. Berikut nilai mean rank pada uji non parametrik Wilcoxon: Tabel 9. Hasil Mean Rank Uji Wilcoxon pada informasi citra anatomi antara teknik MPR dengan teknik MIP No Kriteria Teknik Mean Rank 1 Arteri Renalis MPR 0,00 MIP 6,00 2 Aorta Abdominal MPR 3,50 MIP 6,77 3 Arteri illiaka MPR 3,50 MIP 6,77 Hasil mean rank uji Wilcoxon pada tabel menunjukkan bahwa teknik MIP memiliki nilai yang lebih tinggi pada keseluruhan kriteria anatomi. Berdasarkan hasil mean rank uji statistik Wilcoxon dari ketiga citra anatomi vaskular dengan menggunakan teknik post prosessing MPR dan MIP maka dapat diketahui bahwa hasil mean rank uji Wilcoxon pada citra anatomi vascular arteri renalis dengan menggunakan teknik post prosessing MPR yaitu 0,00 dan MIP yaitu 6,00. Berdasarkan nilai mean rank tersebut, teknik post prosessing MIP pada potongan coronal fase early arteri pemeriksaan MSCT Abdomen menghasilkan informasi citra anatomi vascular arteri renalis lebih baik dibandingkan dengan teknik post Hasil mean rank uji Wilcoxon pada citra anatomi aorta abdominalis dengan menggunakan teknik post prosessing MPR sebesar 3,50 dan MIP sebesar 6,77 dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa, teknik post prosessing MIP pada potongan coronal fase early arteri pemeriksaan MSCT Abdomen menghasilkan informasi citra anatomi aorta abdominalis yang lebih baik dibandingkan dengan teknik post Hasil mean rank uji Wilcoxon pada citra anatomi vascular arteri illiaka dengan menggunakan teknik post prosessing MPR yaitu 3,50 dan MIP yaitu 6,77 dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa teknik post prosessing MIP pada potongan coronal fase early arteri pemeriksaan MSCT Abdomen menghasilkan informasi citra anatomi vascular arteri illiaka yang lebih baik dibandingkan dengan teknik post DISKUSI Berdasarkan hasil uji statistik non parametric menunjukkan nilai p value = 0,001 atau p < 0,5, artinya Ho ditolak dan Ha diterima, menunjukkan adanya perbedaan yang pada informasi citra antara teknik MPR dengan MIP pada potongan coronal fase arteri pemeriksaan MSCT abdomen. Hasil wilcoxon secara keseluruhan dengan membandingkan nilai total keseluruhan citra anatomi maupun perkriteria anatomi juga terdapat perbedaaan secara pembuatan gambar dari circum wilis dan intracranial AVMs. Didalam penggunaan tanpa editing dianjurkan ketika menggunakan MPR pada pemeriksaan CTA. MPR merupakan teknik postprocessing yang digunakan menumpuk data citra axial yang nantinya akan di rekonstruksi ke orientasi lain atau bidang pencitraan lain (Merril 2016) MPR memiliki kelebihan untuk menampakkan gambaran CT Scan secara cepat dan sederhana, tetapi memiliki kekurangan dalam menampilkan kelainan pada pembuluh darah vaskular. Hal ini dikarenakan penggambaran vaskuler dengan teknik MPR berupa 2 dimensi (2D), karena itu tidak memungkinkan untuk menganalisa arah dan aliran pembuluh darah. Alat visualisasi gambar dari MIP paling sering digunakan dalam pemeriksaan CTA untuk memperlihatkan pembuluh darah. Ini sangat popular pada CT dan MRI serta lebih akurat dibandingkan dengan SSD (kyuzsak dan Fishman,1998). Walaupun MIP terbukti berguna pada CTA, dianjurkan untuk menghilangkan struktur yang tidak diinginkan seperti tulang dan kalsifikasi plaque untuk mencegah peninjau dari detail intravaskular. Kelebihan MIP dapat digunakan secara baik untuk memisahkan calsifikasi pada pembuluh darah, lumen dan intravaskuler thrombus. Teknik ini memanfaatkan rekonstruksi pixel yang paling terang yang dipetakan dalam gambar skala abu-abu. MIP biasanya digunakan untuk CTA (Merril, 2016). Menurut peneliti perbedaan pada MPR dan MIP dikarenakan gambaran MIP yang tampak lebih enhance karena menggunakan rekonstruksi pixel yang paling terang sehingga visualisasi dan tracking struktur anatomi vaskuler yang berkontras akan sangat optimal. Namun teknik post prosessing dengan menggunakan MIP memang akan memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan teknik Ratna : Analisis Informasi Citra Anatomi 243

post prosessing MPR karena harus mencoba beberapa ketebalan irisan untuk mendapatkan visualisasi terbaik. Jika dilihat dari hasil mean rank pada tiap citra anatomi maupun secara keseluruhan dari uji statistik non parametrik (wilcoxon) di dapatkan hasil bahwa teknik post prosessing MIP lebih baik untuk menampakan informasi citra anatomi vascular pada potongan coronal pemeriksaan MSCT abdomen seperti arteri renalis, aorta abdominalis dan arteri illiaka dibandingkan dengan menggunakan teknik post prosessing MPR. Terlihat dari hasil nilai mean rank MIP (8,46) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai mean rank MPR (1,50), maka dapat diketahui teknik post prosessing MIP pada potongan coronal fase early arteri pemeriksaan MSCT abdomen menghasilkan informasi citra anatomi yang lebih baik. Penilaian dari keseluruhan informasi anatomi dilakukan berdasarkan subjektifitas dari responden yaitu radiolog yang telah berpengalaman dalam membaca hasil CT Scan MSCT abdomen. Dokter menilai citra tersebut jelas atau tidak dari batas tegas anatomi, kejelasan percabangan vaskuler tersebut dan apakah gambaran vaskulernya menyambung (continue) atau tidak. Berdasarkan uji statistic Wilcoxon dari 2 responden didapatkan hasil mean rank MIP lebih tinggi daripada MPR hal ini menunjukkan bahwa dilihat dari hasil uji Wilcoxon untuk keseluruhan anatomi maupun perkriteria pada pengujian statistic non parametric Wilcoxon didapatkan hasil bahwa teknik MIP lebih baik dalam menampakkan informasi anatomi vascular dari pada teknik MPR sedangkan dilihat dari mean rank keseluruhan criteria menunjukkan bahwa MIP lebih baik dari pada MPR. Menurut peneliti tampilan citra vaskuler pada MPR berwarna abu abu sedangkan di MIP tampak lebih terang seperti putih karena mampu menampilkan enhancement yang lebih baik daripada MPR sehingga visualiasi MIP lebih jelas dibandingkan dengan MPR. Teknik ini memanfaatkan rekonstruksi pixel yang paling terang yang dipetakan dalam gambar skala abu-abu. MIP biasanya digunakan untuk CTA (Merril, 2016) MIP dianggap mampu menampilkan visualisasi yang lebih baik untuk citra anatomi vascular pada MSCT abdomen karena menampilkan batas vascular lebih tegas, percabangan vascular yang jelas dan menyambung (continue), serta mampu menampilkan tracking vascular untuk melihat darimana tumor mendapatkan makanan dibandingkan dengan teknik post SIMPULAN Ada perbedaan antara teknik post prosessing MIP dan MPR pada potongan coronal fase early arteri pemeriksaan MSCT abdomen, berdasarkan hasil dari analisa uji statistik non parametrik (wilcoxon) menunjukan nilai p value = 0,001 atau p < 0,05, artinya Ho ditolak dan Ha diterima, menunjukan adanya perbedaan yang pada informasi citra antara teknik post prosessing MIP dan MPR pada potongan coronal fase early arteri pemeriksaan MSCT abdomen, karena MIP memiliki keunggulan MIP tampak lebih terang karena memanfaatkan rekonstruksi pixel yang paling terang sehingga mampu menampilkan enhancement yang lebih baik daripada MPR yang menyebabkan visualiasi MIP lebih jelas dibandingkan dengan MPR. MIP lebih baik untuk menampakan informasi citra anatomi vascular seperti arteri renalis, aorta abdominalis dan arteri illiaka dibandingkan dengan MPR. Terlihat dari hasil nilai mean rank MIP (8,46) lebih tinggi dibandingkan dengan nilai mean rank MPR (1,50), maka dapat diketahui teknik post prosessing MIP pada potongan coronal fase early arteri pemeriksaan MSCT abdomen menghasilkan informasi citra anatomi yang lebih baik. Pada pemeriksaan MSCT abdomen pada fase early arteri sebaiknya pada saat pengolahan gambarnya dilakukan juga dengan menggunakan tenik post processing MIP lebih jelas dibandingkan dengan MPR karena mampu mampu menampilkan visualisasi yang lebih baik untuk citra anatomi vascular pada MSCT abdomen karena menampilkan batas vascular lebih tegas, percabangan vascular yang jelas dan menyambung (continue), serta mampu menampilkan tracking vascular untuk melihat darimana tumor mendapatkan makanan dibandingkan dengan teknik post DAFTAR PUSTAKA Altman, DG. 1991. Practical Statistics for Medical Research. Chapman and Hall : London. Bontrager, Kenneth L. 2001. Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy. Mosby. Inc. : USA. Bushberg, J.T. 2003. The Essential Physics Of Medical Imeging, Second Edition. Philadelphia : USA. Bushong, S. C. 2001. Computed Tomography. The MacGraw-Hill Companies : New York. J. Applegate, M.S, Edith. 1991. The Sectional Anatomy Learning System. W.B. Saunders Company : USA. Merril, Vinita. 2016. Merrill s Atlas Of Radiographic Positioning & Procedures, Thirteenth Edition. Mosby : Missouri. Neseth, Roland dan Williams Koch Erica. 2000. Procedure and Documentation for CT and MRI. McGrwaw- Hill Companies : New York. Pearce, E. C. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Garamedia Pustaka Utama : Jakarta. Rasad, S, Kertoleksono S, Ekayuda L. 1992. Radiologi Diagnostik. Balai Penerbit FKUI : Jakarta. Seeram, Euclid. 2001. Computed Tomography Physical Principles, Clinical Applications, and Quality Control, Second Edition. W.B Saunders Company : Philadelphia, USA. Snell, R. S. 2000. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran, edisi 3. EGC : Jakarta. Tortorici, M. 1999. Concepts In Medical Radiolographic Imaging : Circutry, Exspose & Quality Control. W. B. Saunders Company : Philadelphia, Pennsylvana. Zeman, K. Robert, Brink. A. James, Costello. Philip, Davros. J. William, Richmond J. Bradford, Silverman. M. Paul, Vieco. T. Pedro. 1995. Helical/ Spiral CT A Practical Approach. McGrwaw- Hill, Inc. : New York. Lee C,Et Al. 1995. Clinical CT Scan for Technologist, 2nd edition. Raven Press : New York. Nagel, HD. 2004. Fundamental of neuroimaging. WB Saunders Company : Philadelphia, USA. Kocakok E, Bhatt S, Dogra VS. 2005. Renal multideector row CT. Radiol Clin North Am 43: 1021-1047. Crossref : Medline. Ratna : Analisis Informasi Citra Anatomi 244