BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sama seperti sapi Bali betina. Kaki bagian bawah lutut berwarna putih atau

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk di Indonesia selalu menunjukkan peningkatan dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini, transportasi telah berkembang sedemikian pesat. Perkembangan

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

1. PENDAHULUAN. akan daging sebagai salah satu sumber protein. Pemenuhan akan daging

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. banyak telur dan merupakan produk akhir ayam ras. Sifat-sifat yang

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu Sapi Lokal (Bos

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba merupakan salah satu jenis ternak ruminansia yang banyak

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Bligon. Kambing Bligon (Jawa Randu) merupakan kambing hasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

PENDAHULUAN. suatu usaha peternakan Domba Priangan sehingga penyebaran dari suatu daerah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos

Penambahan Putih Telur Pada Mineral Blok Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Respons Fisiologis Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

II. TINJAUAN PUSTAKA. jantan dengan kambing Peranakan Etawa betina (Cahyono, 1999). Kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar

I. PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan terjadinya peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

TINJAUAN PUSTAKA Domba Garut Suhu dan Kelembaban

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh pemberian vitamin B komplek terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan, Bobot Badan dan Mortalitas Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

PENGARUH NAUNGAN SELAMA TRANSPORTASI TERHADAP PENYUSUTAN DAN LAMA PEMULIHAN BOBOT BADAN PADA KAMBING KACANG SKRIPSI.

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan binatang pemamah biak dan pemakan rumput (daundaunan),

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia yang memiliki

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

PENGARUH NAUNGAN SAAT TRANSPORTASI TERHADAP PERUBAHAN DAN LAMA PEMULIHAN FISIOLOGI KAMBING KACANG. Oleh: AULINA LATIFA PUSPITASARI

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

TINJAUAN PUSTAKA. Domba (Ovis aries)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Temperatur Tubuh Temperatur tubuh didefinisikan sebagai derajat panas tubuh. Temperatur

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

PERSENTASE KARKAS DAN KOMPONEN NON KARKAS KAMBING KACANG JANTAN AKIBAT PEMBERIAN PAKAN DENGAN KADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA SKRIPSI.

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

TINGKAH LAKU MAKAN DAN RUMINASI KAMBING KACANG YANG DIBERI PAKAN DENGAN SUMBER PROTEIN YANG BERBEDA SKRIPSI. Oleh AGUNG RIYANTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

HUBUNGAN STRES DAN BIOKIMIA NUTRISI PADA TERNAK OLEH : NOVI MAYASARI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAD PADJADJARAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Populasi domba terbesar terdapat di Kabupaten Garut yang termasuk salah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. pollard) terhadap respon fisiologi kelinci NZW betina dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

PENGARUH NAUNGAN TERHADAP RESPONS TERMOREGULASI DAN PRODUKTIVITAS KAMBING PERANAKAN ETTAWA

Jurnal Zootek ( Zootrek Journal ) Vol. 35 No. 2 : (Juli 2015) ISSN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Ekor Tipis Domba Ekor Tipis (DET) merupakan domba asli Indonesia dan dikenal sebagai domba lokal atau domba kampung karena ukuran tubuhnya yang kecil, warnanya bermacam-macam, bulu tidak tebal, ekor kecil dan panjangnya sedang (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan betina tidak bertanduk (Hardianto, 2006). Keunggulan domba ekor tipis yaitu mampu beradaptasi pada kondisi iklim tropis serta memiliki sifat seasonal polyestrus sehingga dapat kawin sepanjang tahun (Marniati, 1989). Mulliadi dan Arifin (2010) menyatakan bahwa keunggulan lain dari Domba Ekor Tipis adalah tingkat prolifikasi yang tinggi, tahan terhadap penyakit dan parasit, tahan terhadap panas dan kondisi lingkungan pakan yang jelek. Kisaran denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu rektal normal pada domba berturut-turut yaitu antara 70 80 kali/menit, 15-25 kali/menit dan 38,2 40 o C (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Menurut hasil penelitian Martawidjaja dkk. (1999) kisaran denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu rektal domba pada umur muda berturut-turut yaitu 77 109 kali/menit, 47 95 kali/menit dan 39,01 40 o C. Kelly (1984) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi antara lain jenis ternak, umur, jenis kelamin, musim dan temperatur tubuh. Suhu dan kelembapan lingkungan yang tinggi menyebabkan denyut nadi meningkat agar dapat mengimbangi suhu lingkungan yang tinggi, sehingga suhu

5 tubuh tetap dalam batas normal. Yousef (1985) menyatakan bahwa daerah Thermoneutral Zone (daerah TNZ) untuk domba berkisar antara 22-31 o C. Umur cempe pasca sapih berkisar 3-6 bulan dan umur domba dewasa adalah lebih dari 1 tahun (Murtidjo, 1993). Bobot badan DET jantan dewasa yaitu 30 50 kg dan betina 15 35 kg pada umur 1 2 tahun (Sutama dan Budiarsana, 2009). Tiesnamurti (1992) menjelaskan bahwa bobot badan dewasa dapat mencapai 30-40 kg pada jantan dan betina 20-25 kg dengan persentase karkas 44-49%. Pertambahan bobot badan (PBB) domba lokal yang dipelihara di peternakan rakyat berkisar 30 g/hari, namun melalui perbaikan teknologi pakan PBB domba lokal mampu mencapai 57-132 g/hari (Prawoto dkk., 2001). 2.2. Pengaruh Transportasi Transportasi merupakan salah satu faktor pendukung usaha peternakan. Transportasi meliputi handling dan pemuatan ternak dari daerah asal, perlakuan pada kendaraan pengangkut, pembongkaran dan penempatan pada daerah baru (Grandin, 2007). Sarana transportasi jalur darat dapat menggunakan truk, pick up dan kereta, sedangkan transportasi jalur laut dapat menggunakan kapal barang atau kapal feri (Ilham dan Yusdja, 2004). Pengangkutan ternak dari daerah sentra produksi ke rumah potong hewan (RPH) atau ke tempat tinggal yang baru dapat menyebabkan ternak mengalami stres (Siregar, 2011). Fisher dkk. (2008) menjelaskan bahwa perubahan suhu yang terjadi selama transportasi dapat mempengaruhi kondisi ternak dan menyebabkan stres. Karstan (2006) menjelaskan bahwa ternak yang terkena sinar matahari langsung

6 akan lebih stres daripada ternak yang tidak terkena sinar matahari langsung. Lama perjalanan lebih berpengaruh dibanding dengan jarak, karena perjalanan yang lebih lama akan menyebabkan ternak banyak urinasi dan defekasi (Ingram, 1964). Transportasi dapat menyebabkan penyusutan bobot hidup dan beberapa perubahan fisiologis ternak (Purbowati dan Purnomoadi, 2005). Saat ternak mengalami cekaman panas maka ternak akan melakukan usaha untuk mengeluarkan panas yang ada di dalam tubuhnya untuk menstabilkan suhu tubuhnya (Wardiman, 2016). Pengaruh fisiologis yang lebih umum akibat stres selama transportasi adalah penyusutan bobot badan (Siregar, 2011). Penyusutan bobot badan yang terjadi selama transportasi dapat dikarenakan tingginya suhu lingkungan (Gonzalez dkk., 2012). Faktor yang dapat menimbulkan stres selama transportasi adalah jarak yang ditempuh, lama perjalanan, kepadatan muatan di dalam alat angkutan, cara transportasi serta suhu dan kelembapan (Siregar, 2011). Putra (2013) menyatakan bahwa pengangkutan ternak mempengaruhi konsumsi pakan karena stres yang dialami selama transportasi dapat berpengaruh pada fungsi rumen dan dapat mengakibatkan kelainan fungsi pada saluran usus sehingga nafsu makan ternak menurun. Minka dan Ayo (2009) menambahkan bahwa stres juga terjadi karena ternak berada pada lingkungan yang baru. 2.3. Pengaruh Transportasi terhadap Kondisi Fisiologis Ternak Respon fisiologis merupakan suatu tanggapan atau respon seekor ternak terhadap berbagai faktor baik fisik, kimia maupun lingkungan sekitar, dimana

7 rangkaian dari respon fisiologis tersebut akan mempengaruhi kondisi dalam tubuh ternak yang berkaitan dengan faktor cuaca, nutrisi dan manajemen (Awabien, 2007). Suhu lingkungan dan kelembapan merupakan faktor penting yang mempengaruhi fisiologis dan produktivitas ternak. McDowell (1972) menyatakan bahwa lingkungan dengan suhu dan kelembapan yang tinggi, dapat menyebabkan stres (cekaman) karena sistem pengaturan panas tubuh dengan lingkungannya menjadi tidak seimbang. Kondisi fisiologis domba sebagai respon terhadap lingkungannya dapat ditunjukkan dengan nilai suhu tubuh, laju denyut nadi dan laju respirasi (Nurmi, 2016). Frekuensi nafas dapat diukur dengan menghitung siklus respirasi yaitu proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu. Perubahan suhu selama transportasi mengakibatkan meningkatnya frekuensi nafas, denyut nadi dan suhu tubuh (Morrow-Tesh, 2001). Frekuensi laju respirasi domba tropis berkisar 15-25 kali/menit (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Komala (2003) menyatakan bahwa frekuensi pernafasan domba pada saat istirahat mencapai 20 30 kali/menit, dan dalam kondisi cekaman panas dapat mencapai 260 kali/menit. Frekuensi nafas normal untuk ternak kambing berkisar 20-25 kali/menit (Hafez, 1968), 12-15 kali/menit pada kambing dewasa dan pada kambing muda 12 20 kali/menit (Bayer, 1970). Frekuensi pernapasan pada domba dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi ternak, waktu, suhu dan kelembapan pada saat pengukuran. Pengangkutan domba yang dilakukan selama 4 jam dapat mengalami kenaikan frekuensi nafas sebanyak 59 kali/menit setelah pengangkutan, sedangkan

8 pengangkutan selama 8 jam dapat mengalami kenaikan frekuensi nafas sebanyak 9 kali/menit setelah transportasi (Komala, 2003). Dukes (1955) menyatakan bahwa ternak yang masih muda memiliki frekuensi nafas lebih cepat dibandingkan ternak dewasa. Frekuensi jantung adalah banyaknya denyut nadi dalam satu menit (Cunningham, 2002). Kisaran normal denyut nadi pada domba adalah antara 70-80 kali tiap menit (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Menurut hasil penelitian Martawidjaja (1984) kisaran denyut nadi domba pada umur muda yaitu 77 109 kali/menit. Menurut Kelly (1984) faktor-faktor yang mempengaruhi denyut nadi antara lain jenis ternak, umur, jenis kelamin, musim dan temperatur tubuh. Suhu dan kelembapan lingkungan yang tinggi menyebabkan denyut nadi meningkat agar dapat mengimbangi suhu lingkungan yang tinggi, sehingga suhu tubuh tetap dalam batas normal. Edey (1983) menjelaskan bahwa peningkatan laju denyut nadi yang tajam terjadi pada saat peningkatan suhu lingkungan. Perubahan suhu yang terjadi selama transportasi mempengaruhi kondisi ternak dan menyebabkan stres (Fisher dkk., 2008). Komala (2003) menyatakan bahwa pengangkutan selama 4 jam menunjukkan denyut nadi sebelum pengangkutan sebanyak 82 kali/menit, setelah pengangkutan denyut nadi mengalami kenaikan sebanyak 9 kali/menit, sedangkan pengangkutan selama 8 jam menunjukkan denyut nadi sebelum pengangkutan 73 kali/menit dan mengalami kenaikan sebanyak 8 kali/menit setelah pengangkutan. Indikasi terjadinya stres panas pada domba juga dapat dilihat melalui laju respirasi (pernapasan) dan suhu rektal.

9 Suhu rektal adalah suatu indikator yang baik untuk menggambarkan suhu internal tubuh ternak. Suhu rektal juga sebagai parameter yang dapat menunjukkan efek dari cekaman lingkungan terhadap domba. Suhu rektal harian, rendah pada pagi hari dan tinggi pada siang hari (Edey, 1983). Suhu rektal, suhu permukaan kulit dan suhu tubuh meningkat dengan meningkatnya suhu lingkungan (Purwanto dkk., 2004). Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa suhu rektal domba di daerah tropis berada pada kisaran 38,2 40 o C. Daerah Thermoneutral Zone (daerah TNZ) untuk domba berkisar antara 22-31 o C (Yousef, 1985). Pengangkutan ternak selama 4 jam akan menaikkan suhu tubuh 0,68 o C lebih besar dibandingkan dengan pengangkutan selama 8 jam sebesar 0,01 o C (Komala, 2003). 2.4. Pengaruh Transportasi terhadap Penurunan Konsumsi Pakan dan Bobot Badan Transportasi dapat menyebabkan stres yang mengakibatkan penurunan konsumsi dan bobot badan ternak. Stres yang dialami selama transportasi berpengaruh pada fungsi rumen dan dapat mengakibatkan kelainan fungsi pada saluran usus sehingga menurunkan nafsu makan (Putra, 2013). Penurunan nafsu makan akan berdampak pada penurunan bobot badan ternak. Stres selama proses transportasi dapat menyebabkan gangguan pada metabolisme ternak yang berujung pada menyusutnya bobot badan (Minka dan Ayo, 2009). Knowles (1998) menyatakan bahwa ternak yang mengalami stres membutuhkan banyak energi untuk termoregulasi.

10 Dalam keadaan ini, ternak yang tidak mendapatkan asupan pakan selama perjalanan akan memecah cadangan lemak dan protein tubuh untuk membentuk energi. Ambore dkk. (2009) menyatakan bahwa ternak yang ditransportasikan selama 12 jam mengalami penyusutan bobot badan dan sebesar 5,77%. Gonzalez dkk. (2012) menyatakan bahwa penyusutan yang terjadi selama transportasi merupakan dampak dari hilangnya isi rumen, feses, urine, dan uap air yang keluar dari pernafasan. Ternak yang mengalami transportasi darat memerlukan waktu untuk mengembalikan konsumsi dan bobot badan yang hilang selama transportasi (Ingram dkk., 2002). 2.5. Pemulihan Kondisi Fisiologis, Konsumsi Pakan dan Bobot Badan Stres akibat transportasi dapat berlangsung lama dan menimbulkan peningkatan tekanan darah, denyut nadi, intake oksigen dan gangguan pencernaan (Karnadi, 1999). Pasca transportasi ternak cenderung mengalami peningkatan denyut nadi, frekuensi nafas dan suhu rektal setelah sampai di tempat baru, oleh sebab itu perlu dilakukan pemulihan fisiologis ternak. Ndlovu dkk. (2008) menyatakan bahwa ternak pasca transportasi akan beradaptasi dengan lingkungan baru. Lama pemulihan fisiologis ternak setelah mengalami transportasi dapat dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi terhadap suhu dan kelembapan lingkungan baru (Puspita, 2016). Ramadhan (2016) menyatakan bahwa lama pemulihan denyut nadi pada kambing kacang muda dan dewasa sama yaitu 2 6 hari, pemulihan frekuensi nafas pada kambing kacang muda 2 6 hari dan dewasa 1 6 hari dan lama

11 pemulihan suhu rektal pada kambing kacang muda dan dewasa sama yaitu 2 5 hari. Puspitasari (2016) menyatakan bahwa lama pemulihan fisiologis ternak yang ditransportasikan dengan tanpa naungan 1-6 hari, naungan berbahan paranet 1-5 hari dan naungan berbahan terpal ada 1 4 hari. Stres yang terjadi selama transportasi juga akan menentukan waktu pemulihan yang dapat mempengaruhi konsumsi pakan (Purbowati dan Purnomoadi, 2005). Rianto dkk. (2003) menyatakan bahwa penurunan konsumsi pakan kemungkinan besar dapat disebabkan oleh cekaman panas selama transportasi. Pemulihan konsumsi dan fisiologis ternak sangat penting untuk menentukan manajemen pemeliharaan ditempat baru, karena erat kaitannya dengan efisiensi penggunaan pakan (Wardiman, 2016). Hogan dkk. (2007) menyatakan bahwa lingkungan dan situasi ditempat yang baru akan mempengaruhi proses pemulihan konsumsi pakan setelah transportasi. Suhu udara yang tinggi menyebabkan konsumsi pakan menurun karena konsumsi air minum yang tinggi berakibat pada penurunan konsumsi energi (Siregar, 1984). Pemulihan konsumsi dan kondisi fisiologis sangat penting untuk manajemen pemeliharaan di tempat baru. Diketahuinya lama pemulihan dapat membantu manajemen pemberian pakan untuk dapat lebih efisien dan mengurangi sisa pakan (Putra, 2013). Santosa dkk. (2012) menyatakan bahwa pemulihan konsumsi pakan hanya memerlukan waktu 1 hari. Pemulihan konsumsi pakan pada kambing memerlukan waktu 3-5 hari setelah transportasi (Wardiman, 2016), sedangkan Rianto dkk. (2003)

12 menyatakan bahwa pemulihan pola konsumsi dapat tercapai pada hari 6 8 dari saat pengangkutan. Proses transportasi dapat mengakibatkan terjadinya penyusutan bobot badan ternak (Minka dan Ayo, 2009). Penyusutan bobot badan terjadi karena selama transportasi domba kehilangan air tubuh (Kassab dan Mohammed., 2014), sebagai akibat lama perjalanan serta suhu lingkungan yang tinggi (Gonzalez dkk., 2012). Pengangkutan 8 jam transportasi menyebabkan penyusutan bobot hidup sebesar 1,0-1,2 kg (setara dengan 7,1 8,2%) (Rianto dkk., 2003). Grandin (2007) menyatakan bahwa transportasi dengan waktu tempuh 6-30 jam, domba mengalami penyusutan bobot badan sampai 8%, transportasi dengan truk yang diberi sekat dan air minum adalah 7,20%-12,90% (Sutedja, 1981). Penurunan bobot badan akibat transportasi memerlukan waktu pemulihan. Pemulihan merupakan proses pencapaian bobot badan yang menurun sampai didapatkan bobot tubuh semula dikenal dengan istilah rekondisi (Ramadhona, 2008). Domba bakalan yang diangkut dengan transportasi darat memerlukan tenggang waktu untuk mengembalikan bobot tubuh yang hilang selama transportasi (Baihaqi dkk, 2011). Secara umum pemulihan bobot badan domba jantan lebih cepat dibandingkan dengan domba betina (Ramadhona, 2008). Pemulihan bobot badan memerlukan waktu sekitar 2 minggu setelah transportasi (Santosa dkk., 2012). Baihaqi dkk. (2011) menyatakan bahwa domba ekor gemuk jantan membutuhkan waktu pemulihan bobot badan selama 21 hari setelah transportasi. Dijelaskan lebih lanjut oleh Baihaqi dkk. (2011) bahwa lamanya

13 waktu pemulihan bobot badan setelah transportasi dapat disebabkan karena besarnya penyusutan bobot badan yang dialami akibat transportasi.