6. Proses Pendekatan Saintifik Proses Pendekatan Saintifik merupakan rangkaian mencari tahu dengan cara menjelajah melalui tahapan: 6.1. Mengamati Mengamati berarti kegiatan menggu nakan semua indera (penglihatan, pen dengaran, penghiduan, peraba, dan pengecap) untuk mengenali suatu benda yang diamatinya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam proses mengamati maka semakin banyak informasi yang diterima dan diproses dalam otak anak. Guru berperan sebagai pengamat dan pendukung/fasilitator bukan sebagai instruktur. BelajarKegiatan: mengamati dapat dilakukan bersama-sama di dalam atau di luar kelas. Media untuk diamati dapat apapun.media yang disiapkan sesuai dengan tema yang sedang dipilih. Proses mengamati penting untuk membangun pengetahuan awal anak tentang suatu benda atau kejadian. Guru dapat menuliskan disertai gambar sederhana tentang pengetahuan yang sudah disebutkan anak tadi. Proses mengamati juga untuk membangun minat anak mengetahui lebih banyak tentang sesuatu yang diamatinya. Saat pembelajaran dengan tema tumbuhan dengan sub tema tumbuhan sayursayuran Ibu Ratih menjelaskan pada anak mengenai tomat dan wortel. Ibu Ratih membawa sayur tomat dan wortel kedalam kelas dan meminta anak bercerita mengenai sayur tersebut, beliau menanyakan apakah anak pernah memakan sayur tersebut pada saat Ibu mereka memasak di rumah dan apakah mereka pernah melihat tanaman sayur tersebut. Setelah itu, Ibu Ratih menuliskan huruf T,O, M, A, T pada papan tulis dan memberikan anak gambar tomat untuk diwarnai. 6.2. Menanya Menanya merupakan proses berfi kir yang didorong oleh minat keingintahuan anak tentang suatu benda atau kejadian. Pada dasarnya anak senang bertanya. Anak
akan terus bertanya sampai rasa penasarannya terjawab. Seringkali orang tua dan guru mematahkan rasa keingintahuan anak dengan menganggap anak. Menanya sebagai proses menggali pengetahuan baru. Guru dapat membantu anak untuk menyusun pertanyaan yang ingin mereka ketahui. Ardi memperhatikan es batu yang dikeluarkan dari lemari pendingin oleh guru. Setelah beberapa lama, es batu yang berada diluar lemari pendingin perlahan-lahan mencair. Ardi juga melihat guru yang memanaskan air pada kompor kecil dan melihat asap yang keluar dari panci kecil. Ardi menunjukkan rasa penasarannya dan rasa ingin tahunya dalam satu kalimat, misalnya es batunya menjadi air kemudian guru menegaskan dengan menjelaskan secara tepat mengapa es batu mencair. Hal ini mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Saat guru menuliskan semua pertanyaan anak, guru tidak perlu menjawabnya, tetapi ajaklah anak untuk mencari jawabannya ke berbagai sumber. Beberapa tipe pertanyaan ini dapat digunakan untuk merangsang berpikir anak:
Bentuk pertanyaan: Tujuannya dan contoh Mengingat: Mengulang kembali, menyatakan apa yang telah diobservasi Apa yang kamu ketahui tentang buah jambu? Tadi bermain apa saja? Apa yang kamu kerjakan tiap pagi? Memahami: Menjelaskan, Menguraikan, Memperkirakan Berapa banyak? Apa saja isi tasmu? Lihat di atas sana awannya terlihat gelap, kira-kira apa yang akan terjadi? Menerapkan: Menggunakan pengetahuan dengan situasi baru Apa yang kita perlukan agar air ini menjadi manis? Alat apa yang kita pakai untuk mencetak pasir ini? Analisa: Membandingkan, Mengelompokkan, Membedakan, Mengatasi masalah Mana yang lebih berat? Dapatkah dikelompokkan roncean sesuai warna? Bagaimana agar timbangan ini menjadi sejajar? Apa yang harus kita lakukan agar tidak kehujanan? Evaluasi: Mengkritisi, Menilai pernyataan, Memutuskan, untuk menolak atau menyetujui sesuatu Apa yang terjadi bila ikan tidak memiliki sirip? Ibu lihat hari ini kamu sangat senang.apa yang membuatmu senang? Bagaimana pendapat kamu kalau tiangnya memakai balok yang kecil? Apa yang akan kamu buat dengan playdough ini? Apa yang akan kamu tanyakan pada pak petani bayam?
Dapat kamu ceritakan, apa saja yang sudah dibuat? Mencipta: Merancang Merencanakan Membuat Menghasilkan Mengapa kamu membuang sampah pada tempatnya? Apa gambar yang sudah kamu buat? Apa bangunan yang kamu buat dengan balok dan lego ini? Mengapa kamu mendorong Althaf ke pintu? Mengapa warna sayur yang diwarnai pada gambarmu berwarna biru? Apa yang terjadi apabila burung tidak memiliki sayap? 6.3. Mengumpulkan informasi Mengumpulkan informasi/ data merupakan proses mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan anak pada tahap menanya. Mengumpulkan data dapat dilakukan berulang-ulang di pijakan awal sebelum bermain (pembukaan) setiap hari dengan cara yang berbeda. Mengumpulkan data dapat berasal dari berbagai sumber: manusia, buku, film, mengunjungi tempat atau internet. Hari ini bu Mega mengajak anak membaca buku tentang kelinci.anak dikenalkan bahwa buku sebagai sumber informasi untuk menambah pengetahuan.sejak dini anak dibiasakan untuk mencintai buku. Tiba-tiba Aldi berseru, Ada kelinci coklat. Bu Mega, Ini warna abu-abu. Jadi Aldi sekarang tahu kalau kelinci ada warna abuabu juga ya. Hari lainnya bu Mega mengajak anak-anak mengunjungi kandang kelinci pak Suherman. Kunjungan langsung sebagai salah satu cara mengumpulkan informasi. Anak-anak bertanya tentang kelinci kepada pak Suherman. Jadilah pak Suherman sebagai nara sumber. Alifa berkata, Bu guru, kata pak Suherman kelincinya pintar melompat tapi tidak dapat memanjat. Bu Mega mengajak diskusi, Kelinci senang makan daun-daunan. Dafa menimpali, Kelinci suka kangkung tidak ya.? Ulat juga makan daun kata Alifa
Ibu Ratih pada hari ini menampilkan video tentang ayam. Video tersebut berisi evolusi ayam dari telur hingga dewasa, kehidupan anak ayam dan ayam dewasa serta kegunaan ayam serta telurnya. Fathir yang melihat video tersebut terlihat antusias dan bercerita mengenai ayam yang pernah ia lihat di peternakan saudaranya. Mella juga berseru di dapur rumahku banyak telur Surya memotong Mella dan berteriak Ibu sering memasak ayam Jadi, anak mengumpulkan data melalui apa yang mereka lihat sebelumnya. 6.4. Menalar (mengasosiasi) Proses menalar untuk anak usia dini adalah menghubungkan atau mencocokkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan pengalaman baru yang didapatkannya. Sepertinya pernyataan anak-anak di atas tidak nyambung, tetapi sesungguhnya Dafa menghubungkan kangkung termasuk tumbuhan daun dan Alifa menghubungkan binatang yang suka makan daun. Proses asosiasi dapat terlihat saat anak mampu: Menyebutkan persamaan: Telinga kelinci panjang seperti telinga kambing Menyebutkan perbedaan: Tapi telinga kelinci ujungnya ke atas, kalau telinga kambing ujungnya ke bawah. Mengelompokkan: Kelinci itu kakinya empat, seperti kodok, kambing, kucing, dan anjing Membandingkan: yang lompatnya paling cepat pastilah kanguru Sebagian besar anak mengalami kesulitan untuk membuat hubungan satu benda dengan benda lain atau satu kejadian dengan kejadian lain. Guru dapat membantu membangun pemahaman anak dengan mengajukan pertanyaan. Daun ini pinggirnya bergerigi seperti apa ya..?
Apabila anak menghubungkan dengan sesuatu, maka guru harus menguatkan dan bertanya yang lebih luas lagi, misalnya: Bu guru, daunnya warna coklat seperti warna pintu itu. Guru dapat menguatkan: Oh iya benar...,terus apa lagi yang berwarna coklat..? Proses asosiasi dapat terlihat saat anak mampu: Menyebutkan persamaan: Buah apel berwarna merah, sama seperti buah ceri Menyebutkan perbedaan: Namun buah apel lebih besar, buah ceri lebih kecil Mengelompokkan: Apel adalah buah, seperti jeruk dan pisang Membandingkan: buah yang asam adalah jeruk Sebagian besar anak mengalami kesulitan untuk membuat hubungan satu benda dengan benda lain atau satu kejadian dengan kejadian lain. Guru dapat membantu membangun pemahaman anak dengan mengajukan pertanyaan. Kerang ini berwarna hijau, seperti warna buncis atau wortel? Apabila anak menghubungkan dengan hal yang lain, guru dapat bertanya lebih luas, contohnya ibu, kulit buahnya kasar seperti nanas Kemudian guru menanyakan kembali, benar, lalu rambutan kulitnya kasar atau halus? 6.5. Mengomunikasikan Mengomunikasikan adalah proses penguatan pengetahuan/ keterampilan baru yang didapatkan anak. Mengomunikasikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya: bahasa lisan, gerakan, hasil karya.
Kalimat yang sering dilontarkan anak, misalnya: Bu guru, aku tahu, kalau. Biasanya anak menyampaikannya dengan cara menunjukkan karyanya. Bu guru aku sudah membuat. Itu kalimat yang sering disampaikan anak. Dukungan guru yang tepat akan menguatkan pemahaman anak terhadap konsep atau pengetahuannya, proses berpikir kritis dan kreatifnya terus tumbuh. Anak seringkali mengucapkan kalimat dikelas, contohnya Ibu, aku pernah melihat ikan di Seaworld, ucapnya setelah menunjukkan karya seninya yaitu membuat ikan dari cap tangan dan cat air. Dukungan guru dan apresiasi guru terhadap pengetahuan dan karya anak akan meningkatkan komunikasi dan menguatkan pemahaman anak terhadap pengetahuan, proses berpikir dan kreatif. Mengacu pada Permendikbud No. 81A Tahun 2013 dimana proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk mendapat pengalaman belajar melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan. Pendekatan saintifik dalam PAUD tidak diartikan sebagai belajar sains (IPA) tetapi adanya proses saintifik(yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan) dalam kegiatan belajar anak.
Mengamati (Observing) Mengkomunikasikan Menanya Pendekatan Saintifik Menalar Mengumpulkan informasi Berikut ini akan dipaparkan berbagai pendangan ahli tentang saintifik. Anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru, tentu saja, dapat menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, ia harus menemukan sendiri (Jean Piaget,1972, p. 27). Piaget menyatakan bahwa hendaknya dalam proses pembelajaran anak didorong untuk bereksplorasi dengan dampingan guru sebagai fasilitator, agar pembelajaran menjadi aktif dan bermakna bagi anak.pembelajaran saintifik pada anak usia dini merupakan hal yang sangat penting untuk meningkatkan aspek perkembangan anak (aspek bahasa, moral agama, sosial emosional, seni, motorik, dan kognitif). Para peneliti menganjurkan pembelajaran saintifik mulai dikenalkan sebelum anak memasuki sekolah, bahkan anak sejak lahir (Eshach & Fried, 2005; Watters, Diezmann, Grieshaber, & Davis, 2000).Hal ini penting untuk membantu anak memahami dunia, mengumpulkan dan mengolah informasi sebagai kunci dasar anak belajar berpikir saintis.berpikir saintifik adalah kemampuan berpikir dalam memahami masalah, menganalisa, mencari pemecahannya, dan menghasilkan
sesuatu yang inovatif dan kreatif (Kuhn & Pearsall, 2000; Kuhn & Schauble, & Garcia- Milla, 1992). Mengembangkan berpikir saintifik sejak usia dini akan menghasilkan anak yang berpikir kreatif dan kritis. Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Anak harus didorong melakukan percobaan dan penelitian sendiri, agar anak mudah memahami pembelajaran karena anak membangun dan menemukannya sendiri. (2) Peran guru sebagai fasilitator yang menuntun anak dengan menyediakan bahan dan lingkungan pembelajaran yang tepat. (3) Berpikir saintifik adalah kemampuan berpikir dalam memahami masalah, menganalisa, mencari pemecahannya, dan menghasilkan sesuatu yang inovatif dan kreatif.