1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1993: 3). Sastra adalah sebuah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika baik bersifat lisan maupun tulis. Sastra juga didefinisikan sesuai kerangka teori yang mendasarinya. Berdasarkan teori objektif, sastra didefinisikan sebagai karya seni yang otonom, berdiri sendiri, bebas dari pengarang, realitas, maupun pembaca. Berdasarkan teori mimetik karya sastra dianggap sebagai tiruan alam atau kehidupan. Berdasarkan teori ekspresif karya sastra dipandang sebagai ekspresi sastrawan, sebagai curahan perasaan atau luapan perasaan dan pikiran sastrawan, atau sebagai produk imajinasi sastrawan yang bekerja dengan persepsipersepsi, pikiran-pikiran atau perasaan-perasaan sementara itu, berdasarkan teori pragmatik karya sastra dipandang sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan tertentu,misalnya nilai-nilai atau ajaran kepada pembaca (Abrams dalam Wiyatmi, 2006: 18). Karya sastra adalah karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Setiap karya sastra mengandung nilai estetik atau keindahan. Ada tiga jenis karya sastra, yaitu jenis naratif, jenis dramatik dan jenis puisi. Jenis naratif dapat berupa novel, teks roman, novelet, prosa lirik, dan cerpen atau cerita pendek. Jenis dramatik adalah ialah semua teks yang menampilkan dialog dan alur. Sedangkan jenis puisi adalah teks monolog yang memiliki bahasa yang khas
2 yang mengandung banyak arti menurut Luxemburg (dalam Wiyatmi, 2006: 29-53). Penelitian karya sastra adalah suatu proses atau kegiatan dalam mengkaji, menilai, menyelidiki, memberikan penilaiaan, menelaah sebuah karya sastra (Wiyatmi, 2006: 19). Salah satu bentuk dari karya sastra adalah teks drama. Teks drama adalah semua teks yang bersifat dialog-dialog dan isinya membentangkan sebuah alur. Disini tidak dibedakan antara komedi dan tragedi, drama borjuis dan banyolan, drama epik dan drama absurd. Juga novel dalam bentuk surat-surat dari berbagai penulis dapat disebut dramatik (Luxemburg dkk, 1992: 158). Psikologi sastra adalah suatu kajian dalam menelaah karya sastra berdasarkan aspek kejiwaan dalam sastra. Psikologi sastra dapat berupa psikologi pengarang, psikologi karya sastra dan psikologi pembaca (Saraswati, 2000: 5). Dalam kajian ini, peneliti mengkaji psikologi dalam karya sastra itu sendiri. Salah satu kajian psikologi sastra adalah Psikologi Humanistik (Saraswati, 2000: 71). Psikologi humanistik adalah aliran ketiga dalam psikologi setelah psikoanalisa dan behaviorisme. Para ahli psikologi humanistik menekankan bahwa individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri (Koswara, 1991: 113). Mempelajari tingkah laku manusia juga berhubungan dengan mempelajari kebutuhan manusia tersebut. Menurut Maslow (dalam Alwisol, 2010: 204-206) manusia memiliki tingkatan-tingkatan kebutuhan atau hirearki kebutuhan yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan dimiliki dan cinta, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri.
3 Masyarakat Minang memiliki kekayaan karya sastra. Tetapi tidak banyak masyarakat Minangkabau mengetahui karya sastra yang dimilikinya itu. Terutama bagi generasi muda yang tidak lahir maupun tinggal di ranah Minangkabau. Saat bangsa lain mengambil dan mengklaim karya sastra yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, maka masyarakat Minangkabau bereaksi dan sadar akan kekayaan karya sastra yang miliki tersebut. Seni budaya tanah air yang mulai lapuk dan usang oleh kebudayaan luar atau kebudayaan barat. Sudah saatnya menjadi perenungan bersama. Bersama-sama berusaha mengembalikan kejayaan karya sastra dan budaya yang dimiliki oleh bangsa ini. Menurut pepatah Minang mambangkik batang tarandam (membangkit batang terendam) membangkit batang yang telah lama terendam (Nafis, 1996: 64). Dengan menganalisis karya sastra yang berupa naskah teks drama Sabai nan Aluih peneliti berharap merupakan salah satu upaya untuk tetap melestarikan seni dan budaya yang miliki. Walau banyak dan beragamnya budaya yang datang dari luar, namun budaya dan seni yang dimiliki jangan sampai dilupakan dan ditinggalkan. Upaya mewujudkan, membina, dan mengembangkan bangsa ini perlu dibina kebudayaan tradisional yang hidup di kalangan suku bangsa itu agar tidak mati atau punah. Salah satunya dengan melakukan pengkajian terhadap karya sastra daerah yang dimiliki oleh daerah. Seperti pengkajian terhadap Psikologi Humanistik tokoh dalam naskah Sabai nan Aluih ini. Dengan demikian kebudayaan bangsa yang mencerminkan identitas bangsa itu hidup dan tetap lestari dalam kebudayaan tradisional yang hidup dalam masyarakat suku bangsa itu. Naskah Sabai nan Aluih ditulis oleh beberapa pengarang: seperti Tulis
4 Sutan Sati dan M. Rasjid Manggis Dt. R. Penghulu. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji naskah drama Sabai nan Aluih karya Tulis Sutan Sati. Naskah Sabai nan Aluih biasanya ditampilkan dalam bentuk seni randai. Penelitian karya sastra Minangkabau yang berupa naskah teks Sabai nan Aluih yang merupakan salah satu kekayaan karya sastra yang berupa naskah yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau. Mulai pudarnya rasa cinta, melestarikan dan menjaga kekayaan karya sastra yang dimiliki, maka peneliti ingin melestarikan karya sastra tersebut dengan cara melakukan telaah terhadap naskah Sabai nan Aluih. Pengkajian naskah Sabai nan Aluih sangat bermanfaat karena naskah tersebut merupakan penulisan naskah drama Indonesia awal. Dalam naskah Sabai nan Aluih terdapat banyak nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat Minangkabau, seperti kebiasaan masyarakat dalam berkomunikasi menggunakan pantun, pepatah, dan petitih. Nilai-nilai moral yang terdapat dalam naskah Sabai nan Aluih. Walaupun naskah Sabai nan Aluih merupakan naskah lama tetapi nilai-nilai yang terdapat dalam naskah tersebut masih relevan dengan masa sekarang. Penelitian mengenai Kajian Psikologi Humanistik Tokoh pada Teks Drama Sabai nan Aluih Karya Tulis Sutan Sati belum ada yang mengkaji, tetapi penelitian mengenai naskah Sabai nan Aluih telah dikaji sebelumnya oleh Yuli Sartika dengan judul Teks "Kaba Sabai Nan Aluih" dan Naskah Drama "Siklus Dendam Sabai" (Tinjauan Resepsi Sastra) pada tahun 2011. Mahasiswi Fakultas Sastra Universitas Andalas. Naskah Sabai nan Aluih yang dikaji adalah naskah karya M. Rasjid Manggis Dt. R. Penghulu. Penelitian tersebut mengkaji mengenai
5 analisis struktur pada tema, tokoh dan penokohan, alur dan latar serta resepsi sastra pada pembaca. Sedangkan penelitian mengenai teori kebutuhan telah dikaji oleh Budi Utomo dengan judul Analisis Hirearki Kebutuhan Manusia menurut Abraham Maslow pada Tokoh Utama dalam Kumpulan Novelet Pudarnya Pesona Cleopatra Karya Habiburrahman El Shirazi. Penelitian tersebut dilakukan pada tahun 2010. Dalam penelitian tersebut diteliti wujud kebutuhan rasa aman, wujud kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki serta wujud kebutuhan akan rasa harga diri yang dialami oleh tokoh utama dalam Sedangkan pada penelitian ini, peneliti mengkaji Kajian Psikologi Humanistik Tokoh pada Teks Drama Sabai nan Aluih Karya Tulis Sutan Sati. Kajian ini merupakan kajian mengenai kebutuhan manusia yaitu wujud kebutuhan rasa cinta dan saling memiliki serta wujud harga diri yang dialami tokoh dalam naskah Sabai nan Aluih yang dikaitkan dengan kebudayaan masyarakat Minangkabau. 1.2 Jangkauan Masalah Karya sastra Minang adalah sebuah seni yang dimiliki oleh masyarakat Minang. Dalam naskah Sabai nan Aluih menjangkau mengenai psikologi humanistik tokoh, hirearki kebutuhan manusia dalam naskah Sabai nan Aluih yang berupa kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan dimiliki dan cinta, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri, dan kebudayaan Minangkabau dalam naskah Sabai nan Aluih.
6 1.3 Batasan Masalah Terdapat lima tingkatan dalam teori kebutuhan menurut Abraham Maslow, yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan dimiliki dan cinta, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Luasnya masalah yang dikaji oleh peneliti, maka pada penelitian ini peneliti membatasi kajian pada: a. Wujud rasa cinta kasih yang berupa rasa cinta kasih orang tua kepada anak, rasa cinta kasih anak kepada orang tua, dan rasa cinta kasih laki-laki kepada perempuan yang dialami tokoh dalam naskah Sabai nan Aluih karya Tulis Sutan Sati. b. Wujud kebutuhan harga diri yang berupa kekuatan tokoh, ketenaran tokoh, kehormatan tokoh, dan kepercayaan diri yang dialami tokoh dalam naskah Sabai nan Aluih karya Tulis Sutan Sati. 1.4 Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dikemukakan maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimanakah wujud rasa cinta kasih yang dialami tokoh dalam naskah Sabai nan Aluih karya Tulis Sutan Sati? b. Bagaimanakah wujud kebutuhan harga diri yang dialami tokoh dalam naskah Sabai nan Aluih karya Tulis Sutan Sati? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang hal-hal sebagai berikut:
7 a. Wujud kebutuhan cinta kasih yang dialami tokoh dalam naskah Sabai nan Aluih karya Tulis Sutan Sati. b. Wujud kebutuhan harga diri yang dialami tokoh dalam naskah Sabai nan Aluih karya Tulis Sutan Sati. 1.6 Manfaat Penelitian Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: a. Memperkuat kajian Psikologi Sastra. b. Memperkuat kajian Psikologi Humanistik. c. Memperkuat pengetahuan kebudayaan dalam sastra. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat: a. Memperluas pengetahuan pembaca mengenai naskah lama. b. Memperluas pengetahuan pembaca mengenai Kebudayaan Minangkabau. 1.7 Definisi Operasional Definisi operasional adalah pembatasan pengertian istilah-istilah kunci yang dipakai dalam penelitian berdasarkan definisi kamus. Dalam penelitian ini dipakai beberapa istilah yakni: a. Psikologi humanistik atau disebut juga dengan nama psikologi kemanusiaan adalah suatu pendekatan terhadap pengalaman dan tingkah laku manusia, yang memusatkan perhatian pada keunikan dan aktualisasi diri manusia.
8 b. Drama adalah rentangan kisah yang disajikan dalam dialog dengan permainan akting atau perwatakan (teater, film, dan sebagainya); cerita baik syair maupun prosa yang mencerminkan kehidupan. c. Wujud adalah rupa dan bentuk yang dapat diraba; adanya sesuatu; benda yg nyata (bukan roh dsb). d. Rasa cinta adalah rasa sangat suka (kepada) atau (rasa) sayang (kepada). Ataupun rasa sangat kasih atau sangat tertarik hatinya sedangkan kata kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka (saying) kepada seseorang yang disertai menaruh belas kasihan. e. Harga diri adalah penilaian individu terhadap kehormatan diri, melalui sikap terhadap dirinya sendiri yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan dan menggambarkan sejauh mana individu tersebut menilai dirinya sebagai orang yang memeiliki kemampuan, keberartian, berharga, dan kompeten.