(Tema: 8 (Pengabdian Kepada Masyarakat) BUDIDAYA CACING RAMBUT (Tubifex sp.) DENGAN FERMENTASI LIMBAH ORGANIK SEBAGAI PAKAN ALAMI LARVA IKAN GURAMI Oleh Nuning Setyaningrum, Sugiharto, dan Sri Sukmaningrum *) *)Dosen Fakultas Biologi Unsoed nuningsetyaningrum@ymail.com ABSTRAK Kendala yang dihadapi pembudidaya ikan di desa Candiwulan adalah sulitnya mendapatkan cacing Tubifex sebagai pakan alami yang sangat dibutuhkan saat tahapan pendederan larva ikan gurami. Cacing rambut (Tubifex sp) merupakan pakan alami yang sangat baik untuk larva ikan gurami pada tahapan pendederan. Budidaya cacing rambut memerlukan media yang mengandung material organik dan material anorganik. Kotoran ayam, ampas tahu dan bekatul yang difermentasi dengan MEP dapat digunakan sebagai pupuk pada media tumbuh cacing rambut. Alih teknologi yang diterapkan adalah fermentasi pada campuran kotoran ayam, ampas tahu dan bekatul yang bertujuan untuk mempengaruhi bahan organik dalam media sehingga meningkatkan bakteri sebagai makanan cacing Tubifex. Bahan hasil fermentasi di campur dengan substrat lumpur setebal 10 cm dan dialiri air sampai dengan ketinggian 15 cm. Pemeliharaan selama 2 bulan diperoleh hasil peningkatan populasi sebesar 230%. Pembudidaya ikan di desa Candiwulan dapat menerapkan alih teknologi yang diberikan dan berhasil melakukan budidaya cacing Tubifex. Kata kunci: tubifex, kotoran ayam, ampas tahu, bekatul, Candiwulan. PENDAHULUAN Masyarakat desa banyak tertarik dengan budidaya ikan khususnya pembenihan ikan gurami yang sudah mulai berkembang. Kendala yang sering dihadapi dalam usaha budidaya ikan gurami biasanya terjadi pada masa pembenihan dan pendederan. Tahapan pembenihan yang paling kritis adalah saat penetasan telur menjadi larva setelah kuning telur habis. Setelah kuning telur larva membutuhkan pakan alami yang memiliki protein tinggi dan sesuai dengan bukaan mulut larva. Pakan alami yang memiliki protein tinggi adalah cacing rambut/cacing sutera/tubifex dan ada keterbatasan di alam memperolehnya. Cacing rambut/sutera (Tubifex sp) merupakan salah satu jenis pakan alami yang keberadaannya sangat penting dalam kegiatan budidaya ikan air tawar, terutama bagi para pembenih ikan, hal tesebut dikarenakan selain cacing sutera memiliki kandungan protein tinggi juga mudah dicerna oleh ikan. Cacing Tubifex mempunyai kandungan nutrisi antara lain protein (57 %), lemak (13,3 %), serat kasar (2,04 %), kadar abu (3,6 %) dan air (87,7 %) (Bintaryanto, et al 2013). Menurut Suharyadi (2012), cacing rambut/sutera sangat baik untuk pakan benih ikan karena mudah dicerna dan ukurannya sesuai dengan bukaan mulut ikan.
Permasalahan yang timbul adalah terbatasnya ketersediaan cacing rambut/sutera yaitu pada skala budidaya, masyarakat masih mengandalkan cacing hasil tangkapan dari alam untuk memenuhi kebutuhan pembenihan ikan. Menurut Hadiroseyani et al.,(2007), ketersediaan cacing sutera di alam tidak tersedia sepanjang tahun, terutama pada saat musim penghujan, karena cacing sutera di alam terbawa oleh arus deras akibat curah hujan yang cukup tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha budidaya cacing sutera untuk mencukupi kebutuhan pakan alami benih ikan air tawar tersebut. Kualitas nutrisi cacing sutera (Tubifex sp) dari hasil budidaya sangat ditentukan oleh media yang akan menjadi asupan makanan cacing sutera untuk bertahan hidup selama masa pemeliharaan. Menurut Febriyanti (2004), bahwa kombinasi kotoran ayam dan lumpur halus sebagai substrat budidaya cacing sutera terbukti menghasilkan populasi yang tinggi dan mencapai puncak populasi pada hari ke-40, dengan demikian tidak menutup kemungkinan untuk membudidayakan cacing sutera pada media dengan kombinasi pupuk yang berbeda. Ketersediaan cacing rambut/sutera (Tubifex sp) yang berkelanjutan sangat dibutuhkan dalam kegiatan budidaya ikan, terutama pada fase pembenihan, karena cacing rambut/sutera memiliki protein tinggi yang cocok untuk digunakan sebagai pakan alami ikan, baik bagi ikan hias maupun ikan konsumsi pada fase larva. Media kultur yang digunakan dalam penelitian ini berupa kombinasi limbah organik antara ampas tahu, bekatul dan kotoran ayam yang telah difermentasi menggunakan probiotik dengan tujuan meningkatkan hasil produksi dan nilai nutrisi cacing sutera tersebut. Fermentasi pupuk bertujuan untuk meningkatkan kandungan C-organik dan N-organik yang dibutuhkan bakteri, karena cacing sutera memakan bakteri dan partikel-partikel organik hasil perombakan oleh bakteri. Pemberian kombinasi limbah organik ampas tahu, bekatul dan kotoran ayam, yang difermentasi sebagai pengkayaan pada media kultur cacing rambut/sutera (Tubifex sp) diharapkan dapat menjadi solusi dalam meningkatkan ketersediaan cacing sutera, disertai dengan peningkatan biomassa cacing yang cukup besar dan juga peningkatan kandungan nutrisinya. Penelitian Chilmawati et al (2013) Perbandingan komposisi limbah organik kotoran ayam 50%, ampas tahu 35% dan bekatul 15% dan memberikan hasil produksi dan kualitas terbaik bagi cacing sutera (Tubifex sp). Untuk memberdayakan masyarakat desa Candiwulan dengan melakukan budidaya pakan alami cacing Tubifex dengan memanfaatkan limbah organik yang difermentasi. Adanya keterbatasan dalam mengatasi permasalahan khususnya dalam pendederan ikan gurami oleh peternak ikan, baik yang menyangkut sarana dan prasarananya serta pengetahuan yang dimiliki oleh sumber daya manusianya, menyebabkan produksi ikan air tawar yang diperoleh belum optimal. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perlu dilakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di desa Candiwulan agar mampu meningkatkan produksi benih ikan air tawar. Tujuan dalam melakukan pengabdian kepada masyarakat ini adalah memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan tentang teknologi yang tepat dalam budidaya cacing Tubifex dengan
pemanfaatan limbah organik yang di fermentasi dan meningkatkan produksi ikan gurami dengan pemberiaan cacing Tubifex pada tahapan larva untuk meningkatkan kelangsungan hidup benih ikan gurami sehingga dapat meningkatkan pendapatan pembudidaya ikan. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini meliputi empat cara yaitu pembekalan teori, praktek lapang, demonstrasi plot dan pendampingan. 1. Pembekalan teori. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mendidik peserta dengan memberikan pengetahuan tentang budidaya cacing Tubifex sebagai pakan alami larva ikan gurami untuk pengembangan usaha perikanan. Materi yang diberikan meliputi: cara membuat kolam resirkulasi untuk budidaya cacing Tubifex dan cara pembuatan media tempat budidaya cacing Tubifex dengan memanfaatkan limbah organik dengan teknologi fermentasi. Selama berlangsungnya ceramah dilakukan dialog interaktif serta diskusi dengan peserta. 2. Praktek lapang Praktek lapang dimaksudkan untuk menerapkan hasil pengetahuan secara teoritis dan pengenalan secara nyata hasil teori yang telah disampaikan, sehingga proses alih teknologi yang diharapkan dapat mencapai sasaran. 3. Demonstrasi Plot Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempraktekkan semua pengetahuan baik teori maupun praktek dalam bentuk nyata. Pelaksanaan kegiatan ini akan bekerjasama dengan Stasiun Percobaan D-III Perikanan Fakultas Biologi Unsoed, dengan harapan agar semua tahapan kegiatan dapat berjalan dengan lancar. 4. Pendampingan Agar kegiatan ini dapat berjalan secara berkesinambungan maka secara berkala dilakukan pendampingan oleh tim dari Fakultas Biologi Unsoed, sehingga peternak ikan yang sudah melakukam metode ini akan lebih berhasil dan percaya diri untuk melakukan kegiatan budidaya cacing Tubifex dengan teknologi fermentasi. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Realisasi Pelaksanaan Program Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang merupakan sarana alih teknologi ini telah dilaksanakan dengan melibatkan khalayak sasaran di desa Candiwulan kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. Realisasi pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini juga mendapat dukungan penuh dari segenap aparat desa Candiwulan dan Fakultas Biologi Unsoed.
Secara garis besar realisasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dapat dibedakan dalam tiga tahap yaitu: persiapan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. b. Evaluasi Realisasi Pelaksanaan Program Ceramah dilaksanakan di balai desa Candiwulan dalam rangka merealisasikan pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat. Pembuatan demplot berupa cara pembuatan fermentasi kotoran ayam, bekatul dan ampas tahu yang dibiarkan selama 5 hari dan kemudian pembuatan substrat sebagai media pertumbuhan cacing Tubifek. Peserta penyuluhan yang diundang dipilih dengan pertimbangan telah memiliki pengetahuan dasar tentang budidaya cacing rambut tetapi ingin mempelajari secara lebih rinci tentang budidaya cacing rambut. Peserta yang terpilih mewakili dari aparat desa dan pembudidaya ikan dan pemerhati masalah perikanan. Hasil pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini dapat dilihat dari segi fisik serta non fisik. Hasil fisik dievaluasi berdasarkan pemantauan sikap dan aktivitas peserta selama mengikuti ceramah serta praktikum cara melakukan tahapan budidaya cacing rambut. Peserta saling ingin mengerti dan sangat antusias dalam praktek di lapangan. Adapun hasil non fisik dievaluasi berdasarkan pemahaman peserta terhadap materi yang diberikan selama berlangsungnya ceramah dan diskusi. Evaluasi dampak terhadap hasil fisik yang telah dicapai dalam kegiatan penyuluhan ini dilakukan sejak peserta mendapatkan ceramah hingga berakhirnya kegiatan praktikum. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa 3 orang kader mampu melakukan kegiatan budidaya cacing rambut. Kemudian dilakukan pendampingan oleh tim penyuluh dari Fakultas Biologi sampai dengan 2 bulan agar kegiatan ini tidak berhenti dan terus berlangsung. C. Evaluasi Hasil Budidaya Cacing Rambut (Tubifex sp) di Kolam Terpal. Pembuatan Fermentasi Limbah Organik sebagai Media Cacing Rambut: a. Persiapan wadah atau tempat budidaya cacing Tubifek Wadah untuk budidaya cacing Tubifex adalah berupa terpal ukuran 2mx3m yang diletakkan dekat dengan sumber air yaitu kolam tanah atau air mengalir. Bagian atas terpal di tutup dengan paranet supaya tidak terkena matahari langsung maupun air hujan. Alat yang dibutuhkan adalah pompa air, selang dan paralon yang berfungsi untuk menarik air mengaliri air kolam budidaya cacing Tubifek, dan terpal dipasang paralon untuk saluran pembuangan air setinggi 15 cm. Sehingga air dibatasi sampai ketinggi 15 cm bila lebih maka akan keluar melalui saluran pembuangan, b. Pembuatan fermentasi bahan untuk substrat cacing Tubifek Bahan-bahan untuk fermentasi disiapkan yaitu berupa kotoran ayam sebanyak 50%, ampas tahu sebanyak 30% dan bekatul sebanyak 20%. Semua bahan di campur kemudian diberi cairan probiotik (MEP) sebanyak 5 ml per 1 kg bahan. Dalam Praktek ini kita membuat 50 kg sehingga bahan yang dibutuhkan adalah 25 kg kotoran ayam, 15 kg ampas tahu dan 10 kg
bekatul serta MEP sebanyak 250 ml. Probiotik berupa MEP produksi fakultas biologi tiap pembuatan 1 kg substrat dicampur dengan 300 ml air yang diberi 1 sendok makan gula pasir. Semua bahan dicampur sampai dengan merata dan dimasukkan dalam kantong plastik hitam ukuran 50 kg dan diikat kuat, kemudian dibiarkan selama 5 hari sampai dengan proses fermentasi terjadi yaitu ditandai dengan bau asam. c. Pemasukan substrat dalam terpal Substrat berupa lumpur dimasukkan ke dalam terpal dengan ketebalan 10 cm, kemudian dicampur dengan bahan yang sudah difermentasi dan dibiarkan selama 1 hari. Setelah substrat tercampur rata kemudian cacing Tubifex sebanyak 30 gelas akua kemudian dimasukkan ke dalam substrat dengan hati-hati dan merata di seluruh permukaan substrat. Aliran air yang masuk diusahakan stabil dan jangan sampai terhenti karena cacing sangat membutuhkan oksigen selain makanan organik yang berasal dari proses fermentasi. d. Penambahan hasil fermentasi Penambahan bahan hasil fermentasi dilakukan setiap 5 hari sekali supaya cacing tidak kekurangan makanan. Pemeliharaan dan Pemanenan cacing Tubifex Cacing Tubifex di pelihara selama 2 bulan dengan diberi tambahan fermentasi limbah setiap 5 hari sekali. Populasi cacing Tubifex sudah mulai meningkat pada 2 minggu pemeliharaan. Pemeliharaan cacing Tubifex tahap awal dilakukan selama 1,5 bulan tanpa pemanenan dengan tujuan untuk meningkatkan populasi. Pemanenan dilakukan dengan cara mengambil gumpalan populasi cacing yang masih bercampur dengan substrat kemudian di masukkan kedalam ember yang diberi kain kasa dan ember ditutup supaya tidak ada oksigen. Di tunggu sampai cacing naik ke kain kasa sehingga cacing terpisah dari sustrat, setelah banyak cacing kita ambil dan di masukkan ke wadah gelas akua. Hasil yang diperoleh selama pemeliharaan sebanyak 69 gelas artinya populasi cacing bertambah 39 gelas sehingga peningkatannya sebanyak 230%. Hasil budidaya cacing Tubifex dapat dimanfaatkan untuk penyediaan pakan alami pada larva gurami yang baru menetas, sehingga selalu tersedia dan dapat mengurangi biaya produksi pada tahapan pendederan dalam budidaya ikan gurami. Gambar 1. Kolam budidaya cacing rambut (Tubifex sp)
Demplot yang diberikan sebagai percontohan pembudidaya ikan gurami di desa Candiwulan Banjarnegara (Gambar 1). Peserta penyuluhan telah memahami cara melakukan budidaya cacing Tubifex di kolam terpal sebagai pakan alami larva ikan. Terutama pembudidaya ikan yang termasuk dalam kelompok tani ikan yang berkecimpung dalam tahapan pendederan ikan gurami maupun pembesaran ikan lele dumbo. Hasil dari budidaya cacing Tubifex sebagai modal awal untuk mendukung kegiatan pendederan larva gurami sebagai kegiatan kelompok tani ikan desa Candiwulan sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Modal awal ini dapat dilanjutkan untuk melakukan budidaya yang lebih baik dan dapat meningkatkan kegiatan pendederan larva gurami dan juga jenis ikan lain. Selanjutnya dengan mulai digiatkan program budidaya cacing Tubifex di kolam terpal dengan di desa Candiwulan, sebagai pendukung dalam melakukan budidaya ikan gurami pada tahapan pendederan. Selain sebagai centra benih ikan gurami juga menyediakan pakan alami yang sangat dibutuhkan saat tahapan pendederan. KESIMPULAN Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi selama melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di desa Candiwulan Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara, kelompok pembudidaya ikan sudah berhasil melakukan budidaya cacing rambut (Tubifex sp) sehingga dapat mengurangi biaya produksi pada tahapan pendederan ikan gurami. Transfer teknologi dapat diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat terutama kelompok pembudidaya ikan Tani Ikan. DAFTAR PUSTAKA Febriyanti, D. 2004. Pengaruh Pemupukan Harian dengan Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan Populasi dan Biomassa Cacing Sutera (Limnodrillus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Chilmawati, D, Suminto & T. Yuniarti. 2013. Pemanfaatan fermentasi Limbah organik Ampas tahu, Bekatul dan Kotoran Ayam untuk Peningkatan Produksi Kultur dan Kualitas Cacing sutera (Tubifex sp). Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. Semarang. Effendi, I., H.J. Bugri & Widanarni. 2006. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Gurami (Osphronemus gouramy L) Ukuran 2 Cm. Jurnal Akuakultur Indonesia 5(2):127-135. Hadiroseyani, H., & D, Dana. 1994. Penyediaan Cacing Sutera Bebas Penyakit Sebagai Makanan Ikan Yang Sehat, Melalui System Budidaya yang Diperbaiki. Laporan Penelitian. Insitut Pertanian Bogor. Bogor. Khairuman, SP. 2008. Peluang Bisnis Tubifex. AgroMedia: Jakarta. Miadatul, A. 2010. Pemanfaatan Limbah Ikan sebagai Nutrisi Tambahan pada Pembutan MediaTumbuh Tubifex sp. Universitas Negeri Surabaya.
Sulmartiwi, L. 2006. Modifikasi Aliran Air Dalam Budidaya Tubifex sp. Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Warna Ikan Hias. Jurnal berkala ilmiah 1 (1). Suharyadi. 2012. Studi Penumbuhan dan Produksi Cacing Sutra (Tubifex sp.) dengan Pupuk yang Berbeda dalam Sistem Resirkulasi. Thesis. Universitas Terbuka. 116 hlm. Syam, F. S., G. M. Novia & S. N. Kusumastuti. 1988. Efektivitas Pemupukan dengan Kotoran Ayam dalam Upaya Peningkatan Pertumbuhan Populasi dan Biomassa Cacing Sutra Limnodrillus sp. Melalui Pemupukan Harian dan Hasil Fermentasi. J. Institut Pertanian Bogor. 8 hlm. Trisyani, N., A. Rachman, & M. Febriani. 2009. Pengaruh Perbedaan Jenis dan Dosis Pupuk Kandang pada Media Lumpur terhadap Kelimpahan Populasi Cacing Sutera Tubifex sp.) sebagai Pakan Alami pada Budidaya Perikanan. Neptunus 15 (2): 34-39.