BAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. baik bagi masyarakat yang tinggal di perkotaan maupun pedesaan. Tanaman obat

BAB I PENDAHULUAN. pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti mycobacterium, staphylococcus,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA. Oleh : Dr. Harmita

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

I. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang

BAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Disentri basiler yang berat pada umumnya disebabkan oleh Shigella

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan

I. PENDAHULUAN. antara lain: disebabkan oleh penyakit infeksi (28,1 %), penyakit vaskuler

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008). Tanaman ini sudah banyak dibudidayakan di berbagai negara dan di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber bahan obat

BAB 1 : PENDAHULUAN. jeruk nipis (Citrus aurantifolia Swingle) memiliki aktivitas antibakteri dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seperti bakteri, virus, riketsia, jamur, dan protozoa (Gibson, 1996). Badan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu survey yang dilakukan oleh World Heatlh. Organization (WHO) dilaporkan bahwa lebih dari 80%

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Untuk mengetahui efek pemberian ekstrak mengkudu terhadap daya

BAB 1 PENDAHULUAN. pada wanita seperti kanker, tumor, mastitis, penyakit fibrokistik terus meningkat,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN DAYA HAMBAT EKSTRAK ETANOL

minyak mimba pada konsentrasi 32% untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli, 16% untuk bakteri Salmonella typhi dan 12,5% terhadap

PENDAHULUAN. alam yang besar. Berbagai jenis tanaman seperti buah-buahan dan sayuran yang beragam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. jika menembus permukaan kulit ke aliran darah (Otto, 2009). S. epidermidis

EFEK EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (PIPER CROCATUM RUIZ & PAV) TERHADAP PERTUMBUHAN (STREPTOCOCCUS PNEUMONIAE)

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

I. PENDAHULUAN. dunia setelah Brazil, memiliki tumbuhan tropis dan biota laut yang sangat

I. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja

I. PENDAHULUAN. diramu sendiri dan memiliki efek samping merugikan yang lebih kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rongga mulut manusia tidak terlepas dari berbagai macam bakteri, diantaranya

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lumut. Tumbuhan lumut merupakan sekelompok tumbuhan non vascular yang

BAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. HIV/AIDS, diare, dan malaria (UNICEF, 2016). Di Indonesia, prevalensi

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit periodontitis (Asmawati, 2011). Ciri khas dari keadaan periodontitis yaitu gingiva kehilangan

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini

I. PENDAHULUAN. ikan yang terinfeksi akan mati dan sulit untuk diobati. Sebagai ilustrasi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah infeksi rongga mulut hingga menyebabkan abses atau

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

bahan-bahan alami (Nascimento dkk., 2000).

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak

BAB I PENDAHULUAN. menyerang masyarakat disebabkan oleh berbagai miroba (Sintia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemanfaatan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah demam berdarah, diare, tuberkulosis, dan lain-lain (Darmadi, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan lain-lain yang bersifat normal maupun patogen. Di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. patogen pada manusia. Sekitar 30% dari populasi manusia dikolonisasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dari catatan sejarah dapat diketahui bahwa fitoterapi atau terapi menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri komensal dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010). Streptococcus pneumoniae menyebabkan 20-30% dari seluruh kasus pneumonia yang didapat di komunitas di Indonesia dan menyebabkan 60-80% dari semua kasus pneumonia oleh bakteri. Selain itu, Streptococcus pneumoniae juga merupakan patogen nomor dua tersering pada meningitis bakterial (Mandal, et al, 2008). Infeksi saluran napas bawah masih tetap merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara yang sedang berkembang maupun yang sudah maju. Dari data SEAMIC Health Statistic 2001 pneumonia merupakan penyebab kematian nomor 6 di Indonesia. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes tahun 2002, penyakit infeksi saluran napas bawah ini menempati urutan ke-2 sebagai penyebab kematian di Indonesia. Di SMF Paru RSUP Persahabatan tahun 2001 infeksi juga merupakan penyakit paru utama. Di RSUD Dr. Soetomo Surabaya didapatkan data sekitar 180 pneumonia komunitas dengan angka kematian antara 20-35 %. Pneumonia komunitas menduduki peringkat keempat dan sepuluh penyakit terbanyak yang dirawat per tahun (Bahar,2003). Berdasarkan laporan 5 tahun terakhir dari beberapa pusat paru di Indonesia (Medan, Jakarta, Surabaya, Malang, dan Makasar) dengan cara pengambilan bahan dan metode pemeriksaan mikrobiologi yang berbeda 1

didapatkan hasil pemeriksaan sputum pada penderita pneumonia komunitas yakni, Streptococcus pneumoniae 14,04%, Staphylococcus aureus 9%, Pseudomonas aeruginosa 8,56%, Enterobacter 5,26%, dan Pseudomonas spp 0,9% (Bahar,2003). Meningkatnya angka kejadian infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae juga berdampak pada munculnya resistensi terhadap antibiotik. Di Amerika Serikat, 5-10% Streptococcus pneumoniae resisten terhadap penisilin (Minimal Inhibitory Concentration (MIC) 2µg/ml) dan sekitar 20% Streptococcus pneumoniae memiliki resistensi sedang (MIC 0.1-1 µg/ml). Penisilin G dosis tinggi dengan MIC sebesar 0,1-2 µg/ml ternyata efektif untuk menangani pneumoniae yang disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae tetapi tidak efektif untuk mengobati meningitis yang disebabkan oleh Streptococcus Beberapa strain yang resisten terhadap penisilin ternyata juga resisten terhadap ceftizoxime, tetrasiklin dan eritromisin. Streptococcus pneumoniae tetap sensitif terhadap vankomisin (Jawetz, 2008). Hasil penelitian Antimicrobial Resistantin Indonesia (AMRIN- Study) terbukti dari 2494 individu di masyarakat, 43% Streptococcus pneumoniae resisten terhadap berbagai jenis antibiotik antara lain : penisilin (34%), ceftizoxime (29%) dan eritromisin (25%) (Bahar,2003). Seiring dengan berkembangnya penggunaan tanaman obat dalam kesehatan dengan semboyan back to nature, keingintahuan masyarakat terhadap khasiat dan manfaat tanaman obatpun semakin berkembang. Beberapa tumbuhan tertentu dapat mengandung zat antimikroba yaitu 2

bahan yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroba (Gumelar, 2008). Salah satu tanaman yang telah banyak dikenal dan digunakan secara luas oleh masyarakat Indonesia adalah pare (Momordica charantia L.). Pare mudah sekali ditemukan dan didapatkan hampir di seluruh Indonesia (Gunawan, Adiputra.2009). Ekstrak daunnya telah menunjukkan efek antimikroba broadspectrum terhadap Eshcherichia coli, Salmonella paratyphi, Shigella dysentrea, Streptomyces griceus dan Mycobacterium tuberculosis (Costa et all,. 2011). Selain itu ekstrak daunnya juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Bacillus subtilis (Leelaprakash et all,.2011). Pada penelitian sebelumnya tahun 2011, di dalam daun pare yang telah diekstrak dengan metanol terkandung tannin, flavonoid, alkaloid dan terpenoid yang berefek sebagai anti mikroba. Daun kering dan daun segarnya yang telah diekstrak dengan metanol memiliki konsentrasi MIC sebesar 512 µg/ml terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Sedangkan daun kering dan daun segarnya yang diekstrak dengan metanol ternyata juga memiliki MIC yang sama terhadap Escherichia coli yakni sebesar 512 µg/ml. Dari penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ekstrak daun pare dapat menghambat pertumbuhan bakteri baik gram positif maupun gram negatif (Costa et all,. 2011). Hasil penelitian pendahuluan ekstrak daun pare terhadap Streptococcus pneumoniae didapatkan Kadar Hambat Minimum (KHM) 3

pada konsentrasi 6,25%, dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) pada konsentrasi 12,5%. Berdasarkan fakta diatas tentang kandungan bahan aktif daun pare yang diduga dapat digunakan sebagai antimikroba, maka diajukan tumbuhan obat sebagai pengobatan penyakit yang disebabkan Streptococcus pneumoniae melalui penelitian yang berjudul Efek Antimikroba Ekstrak Daun Pare (Momordica charantia L.) terhadap Streptococcus pneumoniae Secara In Vitro. 1.2 Rumusan Masalah Apakah ekstrak daun pare (Momordica charantia) memiliki efek antimikroba terhadap bakteri Streptococcus pneumoniae? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui efek antimikroba ekstrak daun pare (Momordica charantia L.) terhadap bakteri Streptococcus pneumoniae secara in vitro. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui KHM ekstrak daun pare (Momordica charantia L.) terhadap bakteri Streptococcus 2. Mengetahui KBM ekstrak daun pare (Momordica charantia L.) terhadap bakteri Streptococcus 4

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat akademis 1. Memberikan informasi ilmiah ekstrak daun pare (Momordica charantia L.) sebagai antimikroba, pada bakteri Streptococcus 2. Dapat dijadikan sebagai dasar penelitian selanjutnya terutama tentang ekstrak daun pare dalam menghambat pertumbuhan bakteri. 1.4.2 Manfaat Klinis Dapat diterapkan sebagai salah satu farmakoterapi alternatif untuk mengobati penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri Streptococcus 1.4.3 Manfaat Masyarakat 1. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa daun pare (Momordica charantia L.) dapat digunakan sebagai alternatif pengobatan penyakit yang disebabkan oleh Streptococcus 2. Memperluas pengetahuan masyarakat tentang penggunaan tanaman obat tradisional. 5