I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri.
|
|
- Yandi Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi yolk sac merupakan suatu penyakit yang umum ditemukan pada anak ayam yang baru menetas yang disebabkan oleh berbagai jenis bakteri. Infeksi yolk sac dapat ditemukan secara bersamaan dengan omfalitis (radang umbilikus) karena kedekatan hubungan anatomi antara yolk sac dan umbilikus. Omfalitis dapat meluas ke peritoneum dan menimbulkan peritonitis untuk selanjutnya menyebabkan infeksi yolk sac. Demikian juga infeksi yolk sac yang berat dapat menimbulkan peritonitis dan selanjutnya mengakibatkan timbulnya omfalitis. Meskipun demikian omfalitis atau infeksi yolk sac dapat saja terjadi secara terpisah. Berbagai jenis bakteri dapat berperan sebagai penyebab infeksi yolk sac dan/atau omfalitis. Escheriachia coli merupakan bakteri yang paling sering ditemukan, diikuti dengan Salmonella dan Staphylococcus. Genus bakteri lainnya yang sering terlibat dalam infeksi yolk sac adalah Pseudomonas, Klebsiella, Clostridium, Micrococcus, Yersinia, Enterobacter, Aerobacter, Citrobacter, Achromobacter, Enterococci, dan Alcaligenes. Selain itu, Aspergillus fumigatus pernah juga dilaporkan terlibat dalam infeksi yolk sac (Amare et al., 2013; Munang andu et al.,2012; Husseina et al., 2008; dan Iqbal et al.,2006; Khan et al., 2004; Utomo dkk., 1990). Sumber infeksi bakterial yang terpenting pada yolk sac adalah kontaminasi tinja pada telur tetas. Disamping itu, pencemaran bakteri pada telur dapat juga 1
2 2 terjadi akibat nest box (sangkar bertelur) yang kotor di breeding farm, adanya telur tetas di latai (floor eggs), pencemaran pada inkubator, kerabang telur yang retak, kondisi penyimpanan telur tetas (cooling room) yang kurang memadai di unit hatchery, tingkat kelembaban yang tinggi selama proses inkubasi, dan penetrasi bakteri melalui umbilikus yang tidak menutup dengan sempurna. Infeksi yolk sac dapat juga terjadi melalui pencemaran pada telur akibat ooforitis dan salpingitis pada induk (Parent Stocks, PS) dan akibat translokasi bakteri dari usus atau aliran darah (Giovanardi et al., 2005; Barnes et al., 2008; Kehler, 2008). Anak ayam yang menderita infeksi yolk sac biasanya terlihat lesu, lemah, perut membesar, tubuh terasa empuk, cenderung untuk bergerombol di dekat pemanas dan dapat berakibat dengan kematian. Kerapkali umbilikus tampak membuka, basah, berwarna kemerahan dan terlihat kotor (mushy chick disease); kadang-kadang menebal, menonjol, dan berwarna merah tua. Gejala lain yang bersifat umum, meliputi penurunan atau hilangnya nafsu makan, gangguan pertumbuhan, bulu berdiri, dan kadang-kadang disertai oleh diare dengan kotoran yang menutupi daerah kloaka (Barnes et al., 2008; Kehler, 2008). Pada umumnya, infeksi yolk sac sulit untuk diobati oleh karena proses penyakit cepat memburuk, meskipun pada sejumlah kasus pengobatan dengan antibiotik dapat berhasil dengan baik. Sehubungan dengan banyaknya jenis antibiotik yang beredar di pasaran disertai dengan kemudahan dalam mengakses obat-obatan tersebut membuat peternak bebas memilih dan menggunakan antibiotik tersebut untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi di kandang. Hal ini merupakan salah satu faktor yang berperan dalam memunculkan bakteri yang
3 3 resisten terhadap antibiotik sehingga menyebabkan penyakit lebih sulit untuk diobati. Demikian juga, jika penyakit ini ditangani secara tidak efektif dapat menyebabkan agen penyakit menjadi resisten, menyebar ke lingkungan, dan berpotensi menyebabkan penyakit pada unggas lainnya di kemudian hari. Munculnya organisme yang resisten terhadap antibiotik membuat penyakit lebih sulit untuk diobati sehingga meningkatkan angka mortalitas dan morbiditas pada anak ayam dalam suatu peternakan. Penyakit yang berlangsung lama akan memberi kesempatan kepada bakteri untuk menyebar ke lingkungan dan menyebabkan sakit pada unggas lainnya. Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan juga bertambah mahal sehingga munculnya bakteri resisten di lingkungan dapat menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi peternak. Data dari lapangan menunjukkan bahwa jenis bakteri penyebab infeksi yolk sac pada anak ayam sangat beragam, demikian juga kasus resistensi bakteri terhadap antibiotik tergolong tinggi. Para peneliti melaporkan bahwa resistensi E. coli yang diisolasi dari kasus infeksi yolk sac terhadap amoksisilin, enrofloksasin, tetrasiklin, dan eritromisin, yaitu sebesar 63,7-93,1% (Amare et al., 2010; Al- Khalaf et al., 2010; Iqbal et al., 2006). Klebsiella spp. juga menunjukkan tingkat resistensi yang cukup tinggi terhadap amoksisilin, tetrasiklin, dan eritromisin sebesar 60 86,9% (Al-Khalaf et al., 2010; Husseina et al., 2008). Tingkat resistensi terhadap antibiotik yang cukup tinggi juga ditunjukkan oleh S. aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Persentase resistensi Staphylococcus aureus terhadap enrofloksasin, kolistin sulfat, dan tetrasiklin, sebesar 46,7 92,5% (Amare et al., 2013; Al-Khalaf et al., 2010), sedangkan persentase resistensi P.
4 4 aeruginosa terhadap amoksisilin, eritromisin, kolistin sulfat, dan tetrasiklin sebesar 46,7 100% (Al-Khalaf et al., 2010; Husseina et al., 2008). Sehubungan dengan berbagai fakta di atas, maka isolasi dan identifikasi bakteri yang berasal dari yolk sac yang terinfeksi pada anak ayam pedaging penting untuk dilakukan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui bakteri patogen apa saja yang menjadi penyebab penyakit ini, sehingga penyakit dapat ditanggulangi lebih dini. Selanjutnya, penting juga untuk dilakukan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik untuk mendapatkan informasi mengenai pengobatan yang paling efektif dalam menanggulangi penyakit ini, sehubungan dengan makin banyaknya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. B. Perumusan Masalah Infeksi yolk sac biasa ditemukan pada unggas berumur kurang dari satu minggu, dan kerapkali ditemukan bersamaan dengan omfalitis (radang umbilikus). Berbagai jenis bakteri dapat berperan sebagai penyebab infeksi yolk sac dan/atau omfalitis. Escheriachia coli merupakan bakteri yang paling sering ditemukan, diikuti dengan Salmonella dan Staphylococcus. Genus bakteri lainnya yang sering terlibat dalam infeksi yolk sac adalah Pseudomonas, Klebsiella, Clostridium, Micrococcus, Yersinia, Enterobacter, Aerobacter, Citrobacter, Achromobacter, Enterococci, dan Alcaligenes. Selain itu, Aspergillus fumigatus pernah juga dilaporkan terlibat dalam infeksi yolk sac (Amare et al., 2013; Munang andu et al.,2012; Husseina et al., 2008; dan Iqbal et al.,2006; Khan et al., 2004; Utomo dkk., 1990).
5 5 Sumber infeksi bakterial yang terpenting pada yolk sac adalah kontaminasi tinja pada telur tetas. Di samping itu, pencemaran bakteri pada telur dapat juga terjadi akibat nest box (sangkar bertelur) yang kotor di breeding farm, adanya telur tetas di latai (floor eggs), pencemaran pada inkubator, kerabang telur tetas yang retak, kondisi penyimpanan telur (cooling room) yang kurang memadai di unit hatchery, tingkat kelembaban yang tinggi selama proses inkubasi, dan penetrasi bakteri melalui umbilikus yang tidak menutup dengan sempurna. Infeksi yolk sac dapat juga terjadi melalui pencemaran pada telur tetas akibat ooforitis dan salpingitis pada parent stocks (PS) dan akibat translokasi bakteri dari usus atau aliran darah (Giovanardi et al., 2005; Barnes et al., 2008; Kehler, 2008). Anak ayam yang menderita infeksi yolk sac biasanya terlihat lesu, lemah, perut membesar, tubuh terasa empuk, cenderung untuk bergerombol di dekat pemanas dan dapat berakibat dengan kematian. Kerapkali umbilikus tampak membuka, basah, berwarna kemerahan dan terlihat kotor (mushy chick disease); kadangkadang menebal, menonjol, dan berwarna merah tua. Gejala lain yang bersifat umum, meliputi penurunan atau hilangnya nafsu makan, gangguan pertumbuhan, bulu berdiri, dan kadang-kadang disertai oleh diare dengan kotoran yang menutupi daerah kloaka (Barnes et al., 2008; Kehler, 2008). Pada umumnya, infeksi yolk sac sulit untuk diobati oleh karena proses penyakit cepat memburuk, meskipun pada sejumlah kasus pengobatan dengan antibiotik dapat berhasil dengan baik. Sehubungan dengan banyaknya jenis antibiotik yang beredar di pasaran disertai dengan kemudahan dalam mengakses obat-obatan tersebut membuat peternak bebas memilih dan menggunakan
6 6 antibiotik tersebut untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi di kandang. Hal ini merupakan salah satu faktor yang berperan dalam memunculkan bakteri yang resisten terhadap antibiotik sehingga menyebabkan penyakit lebih sulit untuk diobati. Demikian juga, jika penyakit ini ditangani secara tidak efektif dapat menyebabkan agen penyakit menjadi resisten, menyebar ke lingkungan, dan berpotensi menyebabkan penyakit pada unggas lainnya di kemudian hari. Sehubungan dengan berbagai kondisi tersebut, maka timbul permasalahanpermasalahan, sebagai berikut: 1. Apa jenis bakteri yang menimbulkan infeksi yolk sac pada anak ayam pedaging komersial di Indonesia? 2. Apa jenis antibiotik yang masih efektif dalam membunuh bakteri yang terlibat dalam kasus infeksi yolk sac pada anak ayam pedaging komersial? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri yang terlibat dalam kasus infeksi yolk sac pada anak ayam pedaging komersial. 2. Mengetahui bakteri yang masih sensitif terhadap berbagai antibiotik yang umum digunakan di lapang, yang diisolasi dari kasus infeksi yolk sac pada anak ayam pedaging komersial.
7 7 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat disumbangkan oleh penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam memilih jenis antibiotik yang paling efektif untuk mengatasi infeksi yolk sac pada anak ayam pedaging komersial. 2. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah memperketat pengawasan peredaran antibiotik untuk menekan berkembangnya bakteri yang resisten terhadap antibiotik. 3. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh bidang kesehatan masyarakat veteriner (kesmavet) untuk menginformasikan penggunaan antibiotik secara rasional agar tidak timbul bakteri yang resisten terhadap antibiotik yang mungkin dapat menular ke manusia. 4. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh para peneliti sebagai fondasi awal untuk penelitian lanjutan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan masalah penyakit infeksi pada hewan, bakteri patogen, serta resistensi terhadap antibiotik. Penelitian tentang infeksi yolk sac pada ayam pedaging komersial dan uji sensitivitas antibiotik pada bakteri penyebab penyakit tersebut masih sangat terbatas di Indonesia. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan studi literatur yang dilakukan, saat ini hanya ada satu publikasi mengenai bakteri penyebab infeksi yolk sac yang dilaporkan oleh
8 8 peneliti di Indonesia, yaitu Utomo dkk. (1990). Para peneliti tersebut mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri penyebab infeksi yolk sac pada anak ayam, tanpa menyebutkan jenis ayam yang digunakan sebagai sampel. Selain itu, Utomo dkk. (1990) tidak melakukan uji sensitivitas bakteri yang diisolasi terhadap berbagai jenis antibiotik. Bakteri yang berhasil diisolasi dalam penelitian tersebut, meliputi Escherichia coli, Proteus mirabilis, Pseudomonas sp., Enterobacter sp., Alcaligenes sp., Citrobacter sp., Klebsiella sp., Staphylococcus sp., Streptococcus sp., Micrococcus sp., dan Bacillus sp. Amare et al. (2013) meneliti prevalensi kejadian infeksi yolk sac pada ayam strain white leghorn dan Rhode Island red berumur 1 7 hari, serta mengidentifikasi dan mengevaluasi sensitivitas bakteri penyebab infeksi yolk sac. Antibiotik yang digunakan adalah tetrasiklin, streptomisin, gentamisin, baktersin, eritromisin, ampisilin, kloramfenikol, dan penisilin, sedangkan bakteri dominan yang ditemukan adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Proteus mirabilis. Munang andu et al. (2012) mengidentifikasi bakteri patogen penyebab kematian anak ayam pedaging dan petelur yang diisolasi dari yolk sac dan organ viseral. Bakteri yang berhasil diisolasi adalah Escherichia coli, Salmonella gallinarum, dan Proteus spp. Al-Khalaf et al. (2010) mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri patogen yang mengkontaminasi permukaan telur, ruang penyimpanan telur, setter, hatchery, telur yang tidak menetas (unhatched eggs), dan anak ayam yang baru menetas, serta mengevaluasi sensitivitas antibiotik terhadap bakteri tersebut. Bakteri yang ditemukan adalah Escherichia coli, Salmonella spp., Klebsiella pneumoniae, Proteus vulgaris, Pseudomonas
9 9 aeruginosa, Citrobacter diversus, dan Enterobacter cloacae, sedangkan antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin, kloramfenikol, kolistin sulfat, eritromisin, gentamisin, oksitetrasiklin, asam nalidiksik, neomisin, enrofloksasin, dan streptomisin. Husseina et al. (2008) menginvestigasi perubahan patologik pada anak ayam pedaging yang menderita infeksi yolk sac, serta mengidentifikasi dan menguji sensitivitas bakteri penyebab infeksi yolk sac terhadap antibiotik. Antibiotik yang digunakan adalah amoksisilin, sefaleksin, florfenikol, komibinasi trimoksasol, enrofloksasin, eritromisin, flumequin, dan tetrasiklin, sedangkan bakteri yang diisolasi adalah E. coli, E. aerogenes, S. aureus, K. pneumoniae, Streptococcus spp., P. mirabilis, B. cereus, dan P. aeruginosa. Iqbal et al. (2006) mengisolasi bakteri pada yolk sac dan organ viseral anak ayam pedaging dan petelur berumur 1 7 hari, serta mengevaluasi sensitivitas bakteri tersebut terhadap antibiotik. Bakteri yang ditemukan adalah E. coli, Proteus, Streptococcus, Klebsiella, Salmonella, Staphylococcus, Pseudomonas, Pasteurella, dan Yersinia. Rad et al. (2003) meneliti prevalensi bakteri Gram positif pada ayam pedaging yang menderita infeksi yolk sac. Bakteri yang ditemukan adalah Streptococcus, Staphylococcus, B. cereus, dan Cl. perfringens. Sampai saat ini isolasi dan identifikasi bakteri penyebab infeksi yolk sac pada anak ayam pedaging komersial umur 1 3 hari dan uji sensitivitas bakteri yang diisolasi terhadap beberapa jenis antibiotik belum pernah dilakukan Indonesia. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada jenis dan umur ayam yang digunakan, uji sensitivitas antibiotik yang
10 10 dilakuan, jenis antibiotik yang digunakan, dan bakteri yang teridentifikasi yang digunakan untuk uji sensitivitas antibiotik.
I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan produksi telur. Faktor-faktor pendukung / penyebab gangguan produksi
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh peternak ayam petelur adalah gangguan produksi telur. Faktor-faktor pendukung / penyebab gangguan produksi meliputi manajemen,
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari kurun waktu tahun 2001-2005 terdapat 2456 isolat bakteri yang dilakukan uji kepekaan terhadap amoksisilin. Bakteri-bakteri gram negatif yang menimbulkan infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kambing peranakan etawa (PE) merupakan salah satu ternak di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing peranakan etawa (PE) merupakan salah satu ternak di Indonesia yang baik genetiknya, merupakan persilangan kambing etawa dan kambing lokal (Syukur dan Suharno,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan berproduksi secara maksimal adalah kelompok ayam pada peternakan tersebut
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu faktor penting agar ayam dalam suatu peternakan dapat tumbuh dan berproduksi secara maksimal adalah kelompok ayam pada peternakan tersebut harus dalam keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan peristiwa masuknya mikroorganisme ke suatu bagian di dalam tubuh yang secara normal dalam keadaan steril (Daniela, 2010). Infeksi dapat disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bakteri Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri komensal dari saluran napas bagian atas manusia sekitar 5-40% (Abdat,2010). Streptococcus pneumoniae menyebabkan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan
PENDAHULUAN Latar Belakang Permintaan produk perikanan untuk kebutuhan domestik maupun ekspor semakin meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan dilakukan pengembangan budidaya perikanan dengan intensif (Gardenia
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejumlah 205 sampel susu kuartir yang diambil dari 54 ekor sapi di 7 kandang peternakan rakyat KUNAK, Bogor, diidentifikasi 143 (69.76%) sampel positif mastitis subklinis (Winata 2011).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih menempati urutan teratas penyebab kesakitan dan kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya terjadi penderitaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteremia didefinisikan sebagai keberadaan kuman dalam darah yang dapat berkembang menjadi sepsis. Bakteremia seringkali menandakan penyakit yang mengancam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga diseluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Bali merupakan salah satu dari beberapa bangsa sapi potong asli Indonesia yang memegang peranan cukup penting dalam penyediaan kebutuhan daging bagi masyarakat
Lebih terperincidan jarang ditemukan di Indonesia (RISTEK, 2007).
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tumbuhan obat dengan keanekaragaman hayati tertinggi ke-2 di dunia setelah Brazilia. Indonesia memiliki berbagai
Lebih terperinciKOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR
KOMPOSISI DAN MIKROBA TELUR KELOMPOK 7 Septika Irjawati Siti Zubaidah Antonius Marianus Weri Ernestus Dok Telur merupakan produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi tercapainya kecukupan gizi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat sampai pada dasar laut yang paling dalam. Di dalam air, seperti air
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroba terdapat hampir di semua tempat. Di udara mulai dari permukaan tanah sampai pada lapisan atmosfir yang paling tinggi. Di laut terdapat sampai pada dasar laut
Lebih terperinci(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian
(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian 30,4% (Wilar, 2010). Pola kuman penyebab sepsis berbeda-beda
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di rumah sakit 3 x 24 jam. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi
I. PENDAHULUAN Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri patogen oportunistik penting yang menyebabkan infeksi nosokomial terutama pada pasien yang mengalami penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012).
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat asasi. Bagi setiap negara, masalah kesehatan merupakan pencerminan nyata kondisi dan kekuatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini terbentuk antara lain disebabkan oleh
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah bentuk infeksi nosokomial yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif (UPI), khususnya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu penyakit yang menyerang manusia yang disebabkan oleh berbagai macam mikroba patogen, salah satunya bakteri. Untuk menanggulangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui program proyek desa tertinggal maupun proyek lainnya, namun sampai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah dalam menanggulangi penyakit diare terutama diare pada anak sudah dilakukan melalui peningkatan kondisi lingkungan baik melalui program proyek desa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang World Health Organization (WHO) memperkirakan secara global setiap tahun terdapat 5 juta bayi meninggal pada usia empat minggu pertama kehidupannya, dengan 98% kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tonsil merupakan organ tubuh yang berfungsi mencegah masuknya antigen (bakteri, jamur, virus, dll.) melalui jalan hidung dan mulut. Antigen yang masuk akan dihancurkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembelahan daging ayam untuk mengeluarkan jeroan, dan proses pengeluaran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber kontaminasi bakteri pada daging ayam dapat berasal dari lingkungan sekitar pemotongan (rumah potong hewan), proses pemotongan daging ayam (perendaman
Lebih terperincidapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan memiliki senyawa bioaktif metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa diantaranya memiliki sifat antibakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu isu yang menjadi perhatian dunia dengan adanya globalisasi teknologi dan informasi adalah keselamatan pasien dan pengetahuan masyarakat tentang pelayanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media supuratif kronis (OMSK) merupakan penyakit pada telinga yang merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang ditemukan pada banyak populasi di dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan asal ternak sangat dibutuhkan manusia sebagai sumber protein. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino yang dibutuhkan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rinitis alergi (RA) merupakan suatu inflamasi pada mukosa rongga hidung yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas tipe I yang dipicu oleh alergen tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang kesehatan yang dari waktu ke waktu terus berkembang. Infeksi merupakan penyakit yang dapat ditularkan dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan istilah umum untuk berbagai keadaan tumbuh dan berkembangnya bakteri dalam saluran kemih dengan jumlah yang bermakna (Lutter,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pernapasan bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit, radang tenggorokan,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya, bakteri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Daging merupakan salah satu sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Sumber protein tersebut dapat berasal dari daging sapi, kerbau, kuda, domba, kambing,
Lebih terperinciAnalisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA. Oleh : Dr. Harmita
Analisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA Oleh : Dr. Harmita Pendahuluan Dewasa ini berbagai jenis antimikroba telah tersedia untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Zat anti
Lebih terperinci4 Telur biasanya juga mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin larut lemak (A, D, E, dan K), vitamin yang larut air
TINJAUAN PUSTAKA Telur Telur merupakan bahan pangan asal hewan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang paling baik, karena memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infeksi mikroba. Mekanisme
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tumbuh-tumbuhan untuk penyembuhan kemungkinan merupakan bentuk pengobatan tertua di dunia. Setiap budaya di dunia memiliki sistem pengobatan tradisional
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Subjek Penelitian Dari data pasien infeksi saluran kemih (ISK) yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI pada jangka waktu Januari 2001 hingga Desember 2005
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang jumlahnya kurang lebih 17.504 pulau. Tiga perempat wilayahnya adalah laut (5,9 juta km
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rinitis alergi merupakan inflamasi kronis mukosa saluran hidung dan sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan masalah kesehatan global
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. maupun yang berasal dari alam (Karadi dkk., 2011). dibandingkan obat modern (Hastari, 2012).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan global yang marak dihadapi akhir akhir ini adalah resistennya bakteri terhadap antibiotik. Hal ini terjadi baik pada negara berkembang maupun negara maju.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ternak itik yang berkembang sekarang merupakan keturunan dari Wild Mallard (itik liar) yang secara naluriah masih memiliki sifat-sifat mengeram untuk menetaskan telurnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pre-eklamsia adalah gangguan vasokontriksi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi dan proteinuria setelah 20 minggu kehamilan yang sebelumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salmonella sp dapat menyebabkan dua masalah penyakit, yaitu yang pertama adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salmonella sp merupakan bakteri patogen penyebab penyakit pada manusia. Salmonella sp dapat menyebabkan dua masalah penyakit, yaitu yang pertama adalah Salmonellosis:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum untuk menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan pada struktur traktus urinarius. (1) Saluran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri Salmonella sp merupakan mikrobia patogen penyebab sakit perut yang dapat menyebabkan kematian, yang disebut sebagai salmonellosis. Habitat alami Salmonella sp adalah
Lebih terperinciLampiran 1. Kuesioner Kondisi dan Praktek Sanitasi Pedagang Bubur Ayam Kakilima di Kawasan Simpang Lima Semarang
7. LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Kondisi dan Praktek Sanitasi Pedagang Bubur Ayam Kakilima di Kawasan Simpang Lima Semarang SEMARANG PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Antibiotika di Peternakan Antibiotika adalah senyawa dengan berat molekul rendah yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagian besar antibiotika
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta (BBKPSH) merupakan unit pelaksana teknis (UPT) lingkup Badan Karantina Pertanian yang berkedudukan di Bandara Udara Internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta kematian neonatus setiap tahun, 98% terjadi di negara berkembang. Penyebab paling umum kematian
Lebih terperinciUJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN. SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform
UJI BAKTERIOLOGI AIR ES BATU BALOK DI DAERAH PABELAN SUKOHARJO DITINJAU DARI JUMLAH BAKTERI Coliform SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Campylobacter spp. pada Ayam Umur Satu Hari Penghitungan jumlahcampylobacter spp. pada ayam dilakukan dengan metode most probable number (MPN). Metode ini digunakan jika
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bahan baku obat tradisional tersebut tersebar hampir di seluruh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang beriklim tropis memiliki aneka ragam tumbuhan, yang mana beberapa tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Salah satu tumbuhan yang mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora mikroba di udara bersifat sementara dan beragam. Udara bukanlah suatu medium tempat mikroorganisme tumbuh, tetapi merupakan pembawa bahan partikulat debu dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan tempat dimana orang yang sakit dirawat dan ditempatkan dalam jarak yang sangat dekat. Di tempat ini pasien mendapatkan terapi dan perawatan untuk
Lebih terperincibahan baku es balok yang aman digunakan dalam pengawetan atau sebagai
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Es digunakan sebagai salah satu metode atau cara pengawetan bahan-bahan makanan, daging, ikan, makanan dalam kaleng, serta digunakan untuk pendingin minuman. Es yang digunakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan
2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bangunan Penetasan Bangunan penetasan adalah suatu tempat yang dibangun dengan konstruksi khusus sesuai dengan kapasitas produksi, kandang dan ruangan penetasan harus terpisah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan asal hewan sangat dibutuhkan untuk kesehatan manusia sebagai sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia dini yang karena laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang mempunyai efek mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman sedangkan toksisitasnya
Lebih terperinciBAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan
BAB 1 P ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait tingginya angka kejadian infeksi bakteri.penggunaan antibiotik yang irasional dapat
Lebih terperinciPERMASALAHAN PENYAKIT SEBAGAI KENDALA USAHA PETERNAKAN ITIK (IMPORTANT DISEASES IN DUCK FARMING)
PERMASALAHAN PENYAKIT SEBAGAI KENDALA USAHA PETERNAKAN ITIK (IMPORTANT DISEASES IN DUCK FARMING) Darmono dan Darminto Balai Penelitian Veteriner, PO Box 151, Bogor ABSTRACT Among duck raising systems in
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab tingginya angka kematian di Indonesia maupun di dunia adalah penyakit infeksi (Priyanto, 2009). Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam penatalaksanaan penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antibiotika merupakan obat yang penting digunakan dalam pengobatan infeksi akibat bakteri (NHS, 2012). Setelah digunakan pertama kali tahun 1940an, antibiotika membawa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Makanan manusia dapat bersumber dari produk hewani maupun nabati. Salah satu sumber protein hewani yang dikenal masyarakat
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
36 HASIL DAN PEMBAHASAN Isolat Campylobacter jejuni yang diuji dalam penelitian ini berasal dari wilayah Demak dan Kudus. Berdasarkan hasil pengujian secara in vitro terdapat perbedaan karakter pola resistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan wilayah infeksinya terbagi menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media pertumbuhan mikroorganisme. Daging (segar) juga mengandung enzim-enzim
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging adalah salah satu pangan asal hewan yang mengandung zat gizi yang sangat baik untuk kesehatan dan pertumbuhan manusia, serta sangat baik sebagai media pertumbuhan
Lebih terperinciKeywords : P. aeruginosa, gentamicin, biofilm, Chronic Supurative Otitis Media
Keywords : P. aeruginosa, gentamicin, biofilm, Chronic Supurative Otitis Media xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otitis media supuratif kronik (OMSK) adalah dampak dari episode otitis media akut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelebihan berat badan, anemia, dan sebagainya (Rahal et al., 2014). Sayuran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran merupakan sumber vitamin, mineral, air, protein, lemak, serat, dan asam amino yang paling mudah didapatkan dengan harga terjangkau. Mengkonsumsi sayuran hijau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan salah satu jenis dari penyakit tidak menular yang paling banyak ditemukan di masyarakat dan
Lebih terperinciPseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat menyebabkan keadaan yang invasif pada pasien dengan penyakit kritis maupun pasien yang memiliki
Lebih terperinciUNIVERSITAS INDONESIA
.. UNIVERSITAS INDONESIA POLA KEPEKAAN BAKTERI GRAM NEGATIF DARI PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH TERHADAP ANTIBIOTIK GENTAMISIN DAN KOTRIMOKSAZOL DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK FKUI TAHUN 2001-2005 SKRIPSI
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Survei morbiditas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan yang utama di negara berkembang (Setyati dkk., 2012). Pneumonia dapat terjadi sepanjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme merupakan penyebab berbagai macam penyakit yang telah melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007). Mikroorganisme berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 100 genus Actinomycetes hidup di dalam tanah. tempat-tempat ekstrim seperti daerah bekas letusan gunung berapi.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Actinomycetes adalah bakteri gram positif, filamentus, membentuk spora dan mempunyai kandungan G+C tinggi (57-75%). Actinomycetes sering dianggap kelompok peralihan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi saluran nafas atas akut yang sering terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Menurut laporan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam tifoid merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan (Widodo,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah salah satu penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas secara signifikan, khususnya pada individu yang mudah terserang penyakit, dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propolis adalah campuran dari sejumlah lilin lebah dan resin yang dikumpulkan oleh lebah dari tanaman, terutama dari bunga dan tunas daun (Mlagan et al, 1982 dalam
Lebih terperinci1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.
Ayam kampong atau kita kenal dengan nama ayam buras (bukanras) merupakan salah satu potensi unggas lokal, yang mempunyai prospek dikembangkan terutama masyarakat di perdesaan. Ayam buras, selain memiliki
Lebih terperinciBerikut tips mengenali dan memilih pangan yang berasal dari hewan yang memenuhi kriteria Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH).
Selama bulan puasa dan saat Lebaran tiba, sudah menjadi kebiasaan khususnya umat Islam menyajikan makanan yang bergizi serta lezat dalam cita rasa bagi keluarga. Berbagai bahan makanan disiapkan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wanita 54,5% lebih banyak dari laki-laki. Namun pada neonatus, ISK lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan suatu infeksi yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme yang berada di saluran kemih manusia. Organ-organ pada saluran kemih
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri merupakan mikroorganisme yang hidup di air, udara, tanah dan makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak unggas, baik bakteri yang
Lebih terperinciBAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan
BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan Jumlah dan jenis populasi mikroorganisme yang terdapat pada berbagai produk perikanan sangat spesifik. Hal ini disebabkan
Lebih terperinci4. HASIL. Tabel 4.1. Jumlah isolat dari Bangsal Bedah RSUPNCM tahun No Kode Organisme Jumlah Isolat eco Escherichia coli
4. HASIL Data yang terkumpul dari berbagai spesimen yang dikirim dari Bangsal Bedah RSUPNCM ke Laboratorium Klinik Mikrobiologi FKUI berjumlah 90 isolat dari 89 pasien dari tahun 00-006. Pada tahun 00-004
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dibandingkan dengan Negara maju. Indonesia dengan kasus
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Global Health Observatory (GHO) melaporkan bahwa pada tahun 2013 diare merupakan penyebab kematian balita diurutan kedua setelah pneumonia (WHO, 2014). WHO memperkirakan
Lebih terperinciPrevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012
44 Artikel Penelitian Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 21 - Desember 212 Novilla Rezka Sjahjadi, Roslaili Rasyid, Erlina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi bagian yang penting dalam kehidupan masyarakat, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Makanan jajanan (street food) adalah makanan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rasionalitas obat (ketepatan pengobatan) adalah pemakaian obat yang rasional dimana pasien menerima pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan klinis (Saraswati,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klebsiella pneumonia Taksonomi dari Klebsiella pneumonia : Domain Phylum Class Ordo Family Genus : Bacteria : Proteobacteria : Gamma Proteobacteria : Enterobacteriales : Enterobacteriaceae
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai negara khususnya negara berkembang, peranan antibiotik dalam menurunkan morbilitas dan mortilitas penyakit infeksi masih sangat menonjol sesuai dengan laporan
Lebih terperinciABSTRAK AKTIVITAS ANTIMIKROBA MADU IN VITRO TERHADAP ISOLASI BAKTERI DARI LUKA
ABSTRAK AKTIVITAS ANTIMIKROBA MADU IN VITRO TERHADAP ISOLASI BAKTERI DARI LUKA Alvita Ratnasari, 2011,Pembimbing 1 : Triswaty Winata, dr., M.Kes Pembimbing 2: Roys A. Pangayoman, dr., SpB., FInaCS. Madu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejadian bedah caesar semakin meningkat setiap tahunnya baik di negara maju maupun berkembang. Di Inggris disampaikan bahwa terjadi kenaikan yakni 12% pada tahun
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Broiler atau ayam pedaging merupakan ternak yang efisien dalam
PENDAHULUAN Latar Belakang Broiler atau ayam pedaging merupakan ternak yang efisien dalam menghasilkan daging. Daging ayam merupakan jenis daging yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia.
Lebih terperinci