Oleh: Fatkhul Imron, S.Pd,M.Or PKO FKIP UTP Surakarta. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suparno Retno Pamungkas, 2014

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna. MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S. Pd.) ProgamStudiPedidikanJasmani,KesehatandanRekreasi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian. integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan

Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

MODEL GERAKAN MEMBACA BERORIENTASI TEMA DI SEKOLAH DASAR

Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. bahwa untuk mengikuti kegiatan ini tidak memerlukan kecerdasan, bahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hak cuti kepada guru yang akan melaksanakan kegiatan penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdul Majid (2011:78) menjelaskan sabda Rasulullah SAW.

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL

MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS MODEL ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUCTURED QUERY LANGUANGE (SQL)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GAYA MENGAJAR INKLUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Oleh; Aris Fajar Pambudi* (dosen POR FIK UNY)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA PADA PKn DALAM KERANGKA KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN. oleh Tubagus Herlambang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A Wahid Hasyim, 2014 Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. integral dari pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan jasmani

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

DAFTAR ISI. 1. Pendahuluan Analyze Learners Karakteristik Umum Kemampuan Awal Siswa...2

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. hal ini komunikasi sangat diperlukan siswa dalam berinteraksi dengan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan

STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan fisik, psikis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Knirk & Gustafson (2005) dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuh

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

PENGARUH METODE PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS IV DAN V SDN PELEM II TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran yang optimal menuju tujuan yang diharapkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

Transkripsi:

MODEL ASSURE SEBAGAI DESAIN PEMBELAJARAN PENJAS RAMAH ANAK Oleh: Fatkhul Imron, S.Pd,M.Or imronfatkhul@gmail.com PKO FKIP UTP Surakarta Abstrak Penggunaan model pembelajaran merupakan salah satu syarat utama tercapainya kualitas pembelajaran. Guru akan mampu menerapkan pembelajaran yang berkualitas dengan menggunakan model yang sesuai dengan materi pembelajaran. Banyaknya kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan merupakan salah satu akibat dari tidak adanya penyiapan yang matang yang dilakukan oleh guru, sehingga guru cenderung tidak mempunyai panduan paradigma dalam melakukan aktivitas mengajarnya. ASSURE (analyze, state, select, utilize, require, evaluate) sebagai salah satu model pembelajaran berbasis model desain menjadi salah satu alternative bagi para guru untuk menyampaikan pembelajaran yang berkualitas dan sesuai dengan materi serta karakteristik peserta didik. Guru menganalisa terlebih dahulu karakteristik siswa, kemudian menetapkan tujuan pembelajarannya, memilih metode yang sesuai, memanfaatkan ataupun mendesain media yang kreatif, melibatkan partisipasi aktif siswa, kemudian dibagian akhir mengevaluasinya dan apabila terdapat ketidak sesuaian pada evaluasi maka guru harus merevisi agar pembelajaran menjadi lebih baik. Penyesuaian dari guru dengan tahapan tersebut khususnya pada tahapan pelibatan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran pendidikan jasmani (PENJAS) menjadi salah satu wahana siswa untuk berinteraksi serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif menguasai proses pembelajaran sehingga guru tidak lagi menjadi commander (komandan) dalam proses kelas yang terjadi. Guru yang cenderung menjadi komandan akan lebih mudah melakukan kekerasan terhadap anak baik itu kekerasan secara verbal maupun non verbal,karena menganggap jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan komandonya dianggap sebagai hal yang salah. Dengan menerapkan model ASSURE proses pembelajaran yang dilakukan melalui

tahapan-tahapan yang sistematis sehingga pembelajaran ramah anak dapat terlaksana dengan baik karena ada proses analisa dan juga pelibatan aktif siswa. Keywords: pembelajaran, model ASSURE, PENJAS, ramah anak PENDAHULUAN Pembelajaran Pendidikan Jasmani merupakan salah satu proses yang terintegrasi dengan pembalajaran semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang berkualitas, seorang guru akan dapat membuat proses pendidikan yang ada menjadi suatu hal yang berkualitas dan mencapai tujuan pendidikan yang maksimal, yaitu pencapaian dalam segala ranah baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Akan tetapi kenyataan dilapangan masih banyak para guru yang tidak memerhatikan kualitas proses pembelajaran. Guru hanya memerhtatikan aspek hasil pembelajaran saja. Asumsi ini berkembang bahwa pembelajaran pendidikan jasmani yang berkualitas adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan kemampuan fisik atau keterampilan yang sesuai dengan target yang diinginkan oleh guru. Sehingga apabila ada seorang siswa yang tidak dapat mencapai standar kelulusan khususnya standar kemampuan keterampilan fisik tertentu maka siswa itu akan menjadi sasaran guru untuk terus dikejar atau digembleng agar dapat mempunyai kemampuan fisik yang sesuai target. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya proses pembelajaran pendidikan jasmani yang tidak mengindahkan konsep pembelajaran yang ramah anak. Guru akan memaksa, membentak dan memberikan hukuman fisik yang keras kepada murid agar mereka mau mengikuti semua instruksi dari guru. Semua instruksi guru yang diberikan kepada siswa harus ditaati oleh siswa, siswa tidak mempunyai ruang untuk belajar berargumentasi, dan berkekspresi. Tujuan dari guru adalah apabila siswa taat dengan semua intruksi guru, siswa akan mudah diarahkan dan mau mengikuti semua komando latihan-latihan fisik sehingga mereka mampu mempunyai keterampilan atau kemampuan fisik yang sesuai dengan target guru dalam kriteria kelulusan minimal. Pembelajaran pendidikan jasmani memang tidak terlepas dari faktor fisik atau keterampilan olahraga tertentu, akan tetapi ada beberapa tujuan lain selain faktor fisik yang juga tidak kalah penting dan harus dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga guru tidak hanya mengejar faktor fisik siswa semata yang dapat berakibat kepada pengorbanan

ketercapaian faktor-faktor lain dalam pembelajarn seperti faktor terkandung dalam ranah kognitif, dan juga ranah afektif seperti kreativitas, kemampuan bernalar, kemampuan berargumen, dan internalisasi nilai-nilai karakter. Pencanangan mengenai program sekolah ramah anak tidak merupakan tanggung jawab bagi kepala sekolah dan para guru tidak terkecuali guru pendidikan jasmani. Guru pendidikan jasmani yang notabenenya merupakan guru yang menjadikan fisik sebagai salah satu cara untuk mendidik siswa pun harus dapat menyajikan proses pembelajaran yang sesuai dengan konsep sekolah ramah anak. Adanya kasus kekerasan yang terjadi beberapa diantaranya dilakukan oleh oknum guru pendidikan jasmani. Hal inilah yang melatar belakangi betapa pentingnya pemahaman konsep sekolah ramah anak untuk dipahami oleh guru pendidikan jasmani. Aplikasi konsep sekolah ramah anak harus terinternalisasi dalam setiap pembelajaran yang disajikan oleh guru pendidikan jasmani. Salah satunya adalah dengan mendesain pembelajaran jasmani dengan model ASSURE. Dengan model ini guru akan dapat menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep sekolah ramah anak yaitu tidak adanya unsur paksaan kepada siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran dan juga aktivitas fisik yang ada dalam materi pendidikan jasmani. Guru akan menganalisa mulai dari karakteristik siswa, pemilihan metode yang tepat, tujuan pembelajaran, serta bagaimana membuat siswa untuk terlibat aktif atas kemauan dan kesadaran mereka sendiri dan mengevaluasinya pada akhir pembelajaran. Dengan penggunaan model pembelajaran yang sesuai, maka harapan mengenai adanya pembelajaran pendidikan jasmani yang ramah terhadap anak (siswa) akan mudah untuk terealisasi. RUMUSAN Untuk memperuncing gagasan yang disampaikan maka perlu diketahui rumusan masalah yang akan dibahas. Adapun rumusan gagasan dalam makalah ini adalah, Bagaimanakah penerapan model ASSURE dalam Pendidikan Jasmani yang Ramah Anak.

PEMBAHASAN Pergeseran Paradigma (Pengajaran ke Pembelajaran) Pembelajaran berasal dari kata learning sedangkan pengajaran berasal dari kata teaching. Perbedaan diantara keduanya tidak hanya secara etimologi akan tetapi implementasi pada kegiatan belajar mengajar. Pengajaran dimaknai sebagai proses, cara mengajarkan atau menyampaikan materi. Sehingga kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru, guru menyampaikan materi kepada siswa dan siswa menjadi penerima materi hal tersebut menjadi proses instruktif dalam belajar karena guru adalah orang yang paling mengetahui. Implikasi dari hal tersebut adalah siswa hanya menjadi duplikasi dari guru. Sedangkan pembelajaran dimaknai proses, cara, perbuatan mempelajari sesuatu. Guru tidak hanya menyampaikan materi dan siswa sebagai penerima materi, akan tetapi guru mengorganisir lingkungan belajar sehingga siswa aktif untuk belajar. Guru memberi fasilitas belajar siswa dan siswa mempelajarinya, dalam hal ini pembelajaran berpusat pada siswa, pembelajaran adalah proses konstruktif tidak hanya mekanis seperti pada pengajaran (Agus, 2008: 11-13). Pemahaman dan arti pembelajaran yang dianut selama ini telah mengalami pergeseran yaitu dari penggunaan pendekatan pembelajaran behavioristik menjadi pendekatan pembelajaran konstruktivistik. Belajar yang selama ini didasarkan pada konsep stimulus respons (S-R) atau behaviorisme berganti menjadi pendekatan yang lebih memperhatikan hakikat derajat pembelajar (manusia) menjadi lebih manusiawi, yaitu suatu pendekatan yang menekankan hakikat manusia sebagai makhluk pembangun (konstruktor) ilmu pengetahuan. Teori tersebut berkembang dari ide-ide Piaget, Vygotsky, dan teori pemrosesan informasi (teori kognitif) (Trianto, 2007: 13). Hal ini kemudian lebih dikenal dengan istilah konstruktivistik dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang mengacu pada teori belajar behavioristtik memandang bahwa perilaku yang dapat diamati diukur dan dinilai merupakan hasil pembelajaran individu. Pemahaman tersebut sangat berbeda dengan pemahaman pendekatan pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivistik. Pendekatan ini lebih menekankan pada perlunya proses mental personal agar dilibatkan secara aktif dalam menempuh proses belajar dan membangun pengetahuan. Sehingga belajar lebih diartikan sebagai sebuah proses konstruktivitas

dari pengetahuan yang bermakna daripada hanya sekedar mengingat dan menghafal hal yang bersifat faktual (Benny A.P, 2009 : 153-155). Ditinjau dari realita di lapangan, pendekatan behavioristik lebih dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat pendidikan karena lebih lama digunakan dalam pembelajaran. Sehingga pendekatan behavioristik dianggap mapan dalam praktik pembelajaran. Merekonstruksi mindset guru dari cara mengajar berdasarkan behaviorisme ke arah konstruktivisme bukanlah hal yang mudah, perlu pemahaman dan penafsiran mendasar dari para guru tentang pengertian pola pembelajaran, salah satunya memberikan sosialisasi dan pengetahuan tentang model-model pembelajaran yang berbasis konstuktivistik sehingga pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat mengarah ke paradigma baru yang berkembang (behaviorisme ke konstruktivisme). Berikut analisis komparatif antara pembelajaran yang berbasis behaviorisme (konvensional) dengan konstruktivisme. Sebagai salah satu usaha sosialisasi pemahaman basik pembelajaran. Tabel:Komparasi behaviorisme dan konstruktivisme dari segi substansi.(agus, 2008: 36) KONSTRUKTIVISME BEHAVIORISME Kegiatan belajar bersandar pada Kegiatan pembelajaran materi hands-on bersandar pada tex-books Presentasi materi dimulai dengan Presentasi materi dimulai keseluruhan kemudian ke bagianbagian kemudian keseluruhan dengan bagian-bagian Menekankan pada aide-ide atau Menekankan pada pengetahuan besar kemampuan-kemampuan dasar Guru mengembangkan materi Guru mengikuti kurikulum dengan tetap mendasar pada secara pasti kurikulum Guru menyiapkan lingkungan Guru mempresentasikan belajar yang memungkinkan siswa informasi kepada siswa secara aktif untuk menemukan informasi penuh (pengetahuan) Siswa dituntut aktif Guru selalu aktif

Kemudian Agus 2008 mengkomparasikan sebagai berikut : Tabel: Komparasi behaviorisme dan konstruktivisme dari segi aspek ASPEK BEHAVIORISME KONSTRUKTIVISME Sifat pengetahuan Pengetahuan bersifat objektif, pasti, tetap, Non objektif, berkembang, temporer terstruktur Belajar Belajar adalah perolehan Belajar merupakan pemahaman dan pemaknaan pengetahuan pengetahuan Mengajar Memindahkan Menggali makna pengetahuan dari pengajar kepada orang yang belajar Fungsi mind Fungsi mind adalah menjiplak struktur pengetahuan Menginterpretasi pengetahuan sehingga muncul makna yang unik Pembelajaran Pembelajar diharapkan mempunyai Pembelajar bisa mempunyai pemahaman yang berbeda tentang materi yang dipelajari pengetahuan yang sama mengenai materi yang dipelajari Pengelolaan Pembelajaran Pembelajaran ditetapkan oleh aturan-aturan yang Pembelajaran menggunakan aturan dari kesepakatan siswa yang dikomunikasikan dengan

Fungsi Penilaian Aktifitas siswa Tujuan Pembelajaran central (terpusat pada guru guru) Guru sebagai pengajar Guru sebagai fasilitator Mengacu pada hasil Proses menjadi hal yang dinilai saja Ketaatan merupakan Kebebasan dipandang sebagai keberhasilan aspek yang mempengaruhi pembelajaran keberhasilan Menekankan pada Menekankan pada penciptaan penambahan pemahaman yang pengetahuan diinterpretasikan menjadi aktivitas, kreativitas dan produktivitas Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivistik mengarah pada asumsi bahwa manusia mengembangkan dirinya untuk terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran baik secara personal maupun sosial dalam usaha membangun ilmu pengetahuan. Dalam pandangan konstruktivisme seorang guru bertugas untuk menciptakan lingkungan belajar yang sering diistilahkan scenario of problems yang mencerminkan adanya pengalaman belajar yang otentik (riil) dan dapat diaplikasikan dalam situasi nyata baik dalam lingkungan belajar dan non belajar. Definisi Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan nasional (Model Silabus KTSP SMK, 2007: 63). Menurut Mahendra (2003: 3) pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik

dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Menurut Samsudin (2008: 2) pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Dengan demikian, pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Tujuan Pendidikan Jasmani Mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif (Model Silabus KTSP SMK, 2007: 64). Selanjutnya mengenai fungsi pendidikan jasmani ada beberapa aspek yang dikembangkan melalui pedidikan jasmani antara lain: a. Aspek Organik. b. Aspek Neuromuskuler. c. Aspek Perseptual. d. Aspek Kognitif. e. Aspek Sosial. f. Aspek Emosional (Samsudin, 2008: 5). Pembelajaran Ramah Anak Pembelajaran ramah anak merupakan pembelajaran yang mutlak dimiliki oleh setiap satuan pendidikan yang ada. Dalam menciptakan dan mengelola pembelajaran berbasis ramah anak, pendidik/ guru harus meperhatikan prinsip 3P yaitu (Provisi, Proteksi, dan Partisipasi) dalam proses pembelajaranya. Provisi adalah ketersediaan kebutuhan anak seperti cinta/kasihsayang, makanan, kesehatan, pendidikan dan rekreasi. Cinta dan kasih-sayang kebutuhan dasar anak sangat penting untuk dikembangkan dalam kehidupan di sekolah. Hubungan kasih sayang yang tulus dan hangat antara guru dan anak dapat menghilangkan rasa takut. Rasa takut yang tumbuh dalam diri anak hanya akan menghalangi kebebasan anak berekspresi, berpendapat, bertanya, menjawab dan apalagi menyela. Kebebasan ini yang sebenarnya harus kita tumbuh kembangkan untuk terciptanya siswa aktif. Proteksi adalah perlindungan terhadap anak dari ancaman, diskriminasi, hukuman, salah perlakuan, dan segala bentuk pelecehan serta kebijakan yang kurang tepat (sebagaimana yang dijamin oleh Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak, November 1989). Pemerintah kita telah meratifikasi Konvensi PBB pada tgl 25 Agustus 1990 dengan dekrit presiden nomor 36/1990 dan UU nomor 23/2002 tentang perlindungan anak (22 Oktober 2002).

Namun, proteksi merupakan persoalan yang sangat serius di Indonesia. Perlakuan yang kurang pas terhadap siswa, pelecehan seksual (sekalipun dalam bentuk verbal) dan hukuman fisik masih ditemukan di berbagai sekolah. Hukuman sistematis sebagai aturan di sekolah-sekolah favorit kita menyebabkan anak-anak kehilangan sekolah mereka. Partisipasi adalah hak untuk bertindak yang digunakan siswa untuk mengungkapkan kebebasan berpendapat, bertanya, berargumentasi, berperan aktif di kelas dan di sekolah. Kebebasan berekspresi, bertanya, menjawab harus ditanamkan sejak anak usia dini karena pada usia ini karakter individu mulai terbentuk. Pada umumnya, karakteristik guru Indonesia belum memberikan kebebasan anak didik untuk berekspresi; dalam diri anak masih terdapat rasa takut, rasa tidak percaya diri, rasa ragu-ragu, dan rasa malu. Pendidikan ramah anak yang berbasis 3 P lebih melihat pada peran siswa aktif dalam berekspresi, bertanya, menjawab, berargumentasi, bahkan siswa diperkenankan untuk menginterupsi guru pada saat guru sedang menjelaskan. Partisipasi dapat dalam bentuk partisipasi klasikal, kelompok, dan individual. Partisipasi klasikal adalah partisipasi yang dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas, dalam satu satuan waktu dengan kegiatan yang sama. Partisipasi kelompok adalah partisipasi yang biasanya dilaksanakan pada kegiatan inti, dimana terdapat beberapa kegiatan dan antar kelompok melakukan kegiatan yang berbeda dalam satu satuan waktu tertentu. Partisipasi individual adalah partisipasi yang memungkinkan anak memilih kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuan masingmasing. Model Pembelajaran ASSURE Model pembelajaran ASSURE berkembang dan diprakarsai oleh pemikiran Sharon E. Smaldino et al, pada tahun 2005. Model ASSURE mempunyai tujuan yang sama dengan desain pembelajaran lain yaitu menciptakan dan mengembangkan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Model ASSURE merupakan model yang cocok diterapkan disemua jenjang pendidikan dan semua mata pelajaran khususnya kegiatan pembelajaran yang menggunakan media teknologi. Model ASSURE difokuskan pada perencanaan pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran kelas secara aktual. Dalam perkembangannya model ASSURE didasari pada pemikiran pembelajaran Robert M. Gagne (1985) tentang peristiwa pembelajaran Event of Instruction yaitu pembelajaran yang efektif harus dimulai dari upaya yang dapat memicu dan memotivasi seseorang untuk belajar (Benny A P, 2009: 111). Hal tersebut erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang

sistematik, penilaian proses dan hasil, pemberian umpan balik (feedback) tentang aktivitas pembelajaran. Guru perlu melakukan analisis karakteristik siswa, materi, dan lingkungan agar perencanaan pembelajaran dapat diimplementasikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berikut penjelasan dan deskripsi model ASSURE (analyze, state, select, utilize, require, evaluate) (Benny A.P: 2009:113-116). a) Analyze Learner Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan melakukan aktivitas pembelajaran. Pemahaman yang baik mengenai karakteristik siswa sangat membantu dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Identifikasi ini meliputi faktor usia, kemampuan, dan gaya belajar siswa atau learning style of student. b) State Objective Langkah selanjutnya yaitu menetapkan spesifikasi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diambil dengan mengacu pada materi yang ada dikurikulum dengan pengembangan oleh guru yang bersangkutan. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan yang atau pernyataan yang mendeskripsikan tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang perlu diperoleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran. c) Select Methods, Media, and Materials Memilih metode, media dan materi pembelajaran merupakan tiga komponen penting yang perlu dilakukan oleh guru untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah dinashkan. Pemilihan metode, media, dan bahan ajar yang tepat dapat membantu mengoptimalkan pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hal terpenting dalam langkah ini adalah memanfaatkan dan memodifikasi sebaik mungkin media, metode dan bahan ajar yang ada agar pembelajaran menarik dan optimal. d) Utilize Materials Maksud dari langkah keempat ini adalah menggunakan metode, media dan materi yang telah dipilih dengan sebaik-baiknya. Sebelum menggunakan tiga hal tersebut guru harus menganalisa apakah metode, media dan bahan ajar yang dimaksud sesuai dan efektif bagi kelangsungan pembelajaran. Selain itu Utilize juga dipahami memanfaatkan prasarana dan sarana yang ada serta memodifikasinya agar dapat menunjang jalannya pembelajaran. e) Require Learner Participation

Hal terpenting dalam pembelajaran adalah partisipasi aktif siswa. Mental siswa harus terlibat aktif dengan materi dan substansi yang sedang dipelajari. Siswa yang terlibat aktif akan lebih mudah memelajari materi. Setelah siswa aktif guru juga perlu memberikan umpan balik (feed back) sehingga dapat memotivasi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik. f) Evaluate and Revise Setelah mendesain aktivitas pembelajaran, maka perlu dilakukan evaluasi. Tahap evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Proses evaluasi perlu dilakukan terhadap semua komponen pembelajaran agar dapat diperoleh gambaran lengkap tentang kualitas sebuah program pembelajaran. Enam langkah tersebut merupakan arahan untuk mencapai tujuan-tujuan instruksional yang efektif, efisien dan menarik. Guru harus melaksanakan fase-fase yang ada dalam prinsipprinsip ASSURE dan siswa pun harus aktif dalam pembelajaran. Manfaat Model ASSURE bagi Pembelajaran Ramah Anak Sekolah Ramah Anak merupakan sekolah yang secara terencana berupaya menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupan. Hal yang menjadi prioritas utama adalah tercapainya non diskriminasi kepentingan, hak hidup serta penghargaan terhadap anak. Dalam UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal ke 4 menjelaskan, bahwa anak mempunyai hak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Konteks berpartisipasi yang dijabarkan dalam undang-undang tersebut sebagai hak untuk berpendapat dan didengarkan suaranya. Sekolah Ramah Anak adalah sekolah yang terbuka melibatkan anak untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan, kehidupan sosial,serta mendorong tumbuh kembang dan kesejahteraan anak. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dikemas menggunakan desain model ASSURE siswa akan diberikan ruang yang luas untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, guru hanya menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Kemungkinan terjadinya kekerasan dalam pembelajaran pun akan lebih terminimalisir. Hal ini disebabkan karena guru mengikuti dan mengembangkan konsep yang ada dalam pembelajaran ASSURE yaitu tahap pertama menganalisa karakteristik siswa yang dimaksudkan agar guru lah yang memahami karakter siswa bukan siswa yang harus memahami karakter guru sehingga

dengan pemahaman tersebut guru harus menyiapkan konsep pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa yang ia hadapi. Pada tahap kedua guru menetapkan tujuan dalam pembelajaran yang akan ia jalankan setelah terlebih dahulu mengetahui karakteristik siswa yang akan ia bawa dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter siswa yang terlibat dalam pembelajaran akan menjadi hal yang memudahkan bagi guru ataupun siswa itu sendiri dalam mencapainya. Tahap yang ketiga adalah pemilihan metode, pada pemilihan metode ini guru juga harus menyesuaikan dengan tahapan sebelumnya yaitu karakter dan juga tujuan pembelajaran yang dicanangkan. Karena kesesuaian metode sangat penting untuk tercapainya pembelajaran pendidikan jasmani yang sukses. Tahap keempat adalah penggunaan media, pada tahapan ini, guru diperbolehkan untuk mendesain media baru ataupun menggunakan media yang sudah ada dan tentunya dengan memerhatikan faktor-faktor pada tahapan sebelumnya yaitu karakter siswa tujuan pembelajaran dan metode yang digunakan. Tahap yang kelima adalah melibatkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Pelibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran menjadi tahapan yang paling pokok pada konsep pembelajaran pendidikan jasmani yang ramah anak. Karena pada tahapan ini guru harus memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi siswa untuk berpartisipasi mengekspresikan diri melalui ketrampilan gerak, berbagi dengan siswa lain dan juga menginternalisasi nilai-nilai yang ada dalam materi pembelajaran yang disampaikan. Guru hanya mengawasi dan mengarahkan siswa untuk aktif dan selalu dalam kondisi aktivitas belajar. Tahap yang keenam adalah mengevaluasi proses pembelajaran, pada tahap ini selain mengevaluasi guru juga diperbolehkan untuk merevisi desain pembelajaran yang belum sesuai dengan tujuan yang dicanangkan. SIMPULAN Pemahaman guru dengan konsep pembelajan yang luas seperti model, strategi, pendekatan dan metode pembejaran akan berpengaruh terhadap pengembangan konsep sekolah ramah anak. Hal tersebut disebabkan karena tonggak utama konsep sekolah aramah anak adalah pada saat proses pembelajarannya yang selanjutnya meluas pada semua aktivitas dan ruang lingkup yang ada dalam pendidikan sekolah. Tak terkecuali bagi guru pendidikan jasmani, guru pendidikan jasmani yang notabenenya mengajar dengan konsep gerak dan aktivitas fisik sebagai

sarana dalam mendidik siswa haruslah memahami konsep pembelajaran yang sesuai untuk mengajarkan materi pendidikan jasmani. Salah satu dari model pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan konsep sekolah ramah anak adalah konsep pembelajaran ASSURE dengan model ini tahapan-tahapn dalam pembelajaran akan terlaksana dengan lebih siap karena adanya tahap analisa karkter siswa, penetapan tujuan, pemilihan metode, penggunaan media yang sesuai, pelibatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan terakhir tahap evaluasi. Sintak dari model pembelajaran ini saling terkait dalam penyesuaian antar tahapannya sehingga dalam menentukan media misalnya harus mempertimbangkan faktor karakter siswa dan juga faktor metode yang dipakai. Sehingga pembelajaran pendidikan jasmani akan terlaksana dengan baik karena pertimbangan-pertimbangan tersebut. Kesiapan guru dalam mengajar serta adanya tahapantahapn dalam persiapan pembelajaran akan sangat mendukung pembelajarn pendidikan jasmani yang ramah anak, khususnya pada saat pelibatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran yang bererti guru harus memberikan ruang gerak seluas-luasnya kepada siswa untuk mengekspresikan diri melalui gerak, menginternalisasi nilai-nilai karakter yang ada dalam pembelajaran serta mengambil keputusan. Akan tetapi guru harus tetap pada posisi sebagai seorang monitor yang mengawasi dan mengarahkan siswa untuk tetap pada aktivitas belajar pendidikan jasmani. DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Benny A. P.2009.Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Samsudin. 2008. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMA. Jakarta: Litera. Depdiknas. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar I-VI. Jakarta: CV. Timur Raya. D.Hala Ibrahim Hassan Ahmed.Assistant Professor in Instructional Technology University of Khartoum - Faculty of Education.Article. 2014.The ASSURE Model Lesson Plan Mahendra, Agus. 2003. Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Ditplb Depdiknas. Solihin Akhmad. 2015. Mengenal dan Mengembangkan Sekolah Ramah Anak.Error! Hyperlink reference not valid.universalblogspot.com. Diakses, 22 Desember 2016. Tim Abdi Guru. 2006. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.Jakarta: Erlangga

UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.jakarta Yudha M. Saputra. 2001. Dasar-Dasar Keterampilan Atletik, Pendekatan Bermain untuk SLTP. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Bekerjasama Dengan Direktorat Jenderal Olahraga.