BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. langkah pengembangan yaitu menganalisis kurikulum. digambarkan dalam bentuk bagan sebagai berikut.

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan project based learning. Bahan ajar yang dikembangkan berupa RPP

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian pengembangan ini berupa (1) sebuah LKS berbasis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa (1) sebuah LKS berbasis creative problem

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada skripsi ini adalah penelitian pengembangan, model yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan teori pembelajaran yang telah ada. Oleh karena itu, jenis penelitian ini

Adapun poin-poin atas saran dari validator ahli desain tersebut adalah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan produk tertentu, dan menguji keektifan produk. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran matematika realistik dengan langkah heuristik

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Segitiga dan Segiempat untuk siswa SMP sekaligus mengetahui. kevalidan, keefektifan, dan kepraktisannya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Research And Development (R & D) atau

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan. Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods)

berupa LKS berbasis Creative Problem Solving (CPS) pada pokok bahasan fungsi. Model pengembangan perangkat pembelajaran yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini tergolong penelitian dan pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiyono (2010: 297) menyatakan bahwa R&D adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. pendidikan (educational research and development) menggunakan 4D

BAB III METODE PENELITIAN. produk berupa bahan ajar berbasis scientific method untuk meningkatkan. materi Struktur Bumi dan Bencana.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Research Development (penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini berupa: (1) enam buah LKS mind map berbasis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (R&D). Produk yang disusun dalam penelitian ini adalah bahan

BAB III METODE PENELITIAN. modul IPA ini menggunakan metode Research and Development. (R&D). Penelitian R&D menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2012:

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan atau disebut juga Research and Development

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Research and Development (R&D) sesuai dengan Thiagarajan, et. all.,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk bahan ajar berupa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan bahan ajar berupa LKS yang dilaksanakan dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian ini berjudul Pengembangan LKPD IPA tema

BAB III METODE PENELITIAN. Realistik (PMR) bagi siswa SMP kelas VIII sesuai Kurikulum 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk mengkaji keefektifan

BAB III METODE PENELITIAN. berpendekatan aunthentic inquiry learning ini merupakan desain Research

BAB III METODE PENELITIAN. mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berupa RPP dan LKS pada

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan

BAB III METODE PENELITIAN. Research and Development. Model Research and Development yang digunakan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan instrumen asesmen

BAB III METODE PENELITIAN. berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), buku siswa, dan Lembar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D).

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development/ R&D).

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan Lembar Kerja Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN. dihasilkan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kegiatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan Research and Development (R&D). Maksud

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R & menggunakan model penelitian R & D yaitu melalui 4-D model.

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan Van den Akker (1999:3-5) tujuan penelitian pengembangan bisa

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan modul IPA bermuatan Nature of

Pengumpulan data. Produk: Bahan Ajar IPA Terpadu bertema Cuaca

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. IPA untuk Meningkatkan Practical skills Siswa SMP. desain penelitian pengembangan (Research and Development).

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENGEMBANGAN

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Siswa SMP Materi Teorema Pythagoras

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan R & D (Research and

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono (2013)

BAB III METODE PENELITIAN. model probing prompting pada materi segitiga dan segi empat untuk SMP kelas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMA mencakup beberapa prosedur pengembangan. Langkah-langkah. pengembangan bahan ajar adalah sebagai berikut:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah SMA Muhammadiyah 1

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut. dengan pendekatan problem solving pada materi himpunan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VIII ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang telah dilakukan, diperoleh hasil penelitian dan pembahasan masing-masing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENGEMBANGAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and

BAB III METODE PENGEMBANGAN. Penelitian ini tergolong ke dalam penelitian dan pengembangan (Research &

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini disusun berdasarkan model penelitian Research and

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. perangkat pembelajaran. Model ini dikembangkan oleh S. Thiagarajan,

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) IPA Berbasis Multiple Intelligences Pada Materi Suhu dan Perubahannya di Kelas VII

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang kemudian disingkat dengan R&D. Karena penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan suatu produk LKS. Produk yang dikembangkan dapat digunakan dalam pembelajaran, khususnya untuk pembelajaran materi geometri kekongruenan dan kesebangunan untuk jenjang SMP. Putera (2011:79) mendefinisikan research and development (R&D) adalah suatu kegiatan investigasi tertentu (research) yang dipilih dan dilakukan dengan maksud untuk membuat penemuan yang bisa mengarah pada pengembangan produk atau untuk perbaikan produk yang telah ada. Mulyatiningsih (2014:161) menyatakan R&D bertujuan untuk menghasilkan produk baru melalui proses pengembangan. Kegiatan penelitian diintegrasikan selama proses pengembangan produk. Produk penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan dapat berupa model, media, peralatan, buku, modul, alat evaluasi dan perangkat pembelajaran misalnya LKS. Pengembangan produk berbasis penelitian terdiri dari lima langkah utama. Kelima langkah tersebut yaitu analisis kebutuhan pengembangan produk, perancangan (desain) produk sekaligus pengujian kelayakannya, implementasi produk atau pembuatan produk sesuai hasil rancangan, pengujian atau evaluasi 48

49 produk dan revisi secara terus menerus. Semua tahapan dilakukan secara berurutan (Mulyatiningsih, 2014:161). 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dimana peneliti melakukan research dan uji coba produk dilaksanakan di SMP Negeri 11 Kota Jambi. Tempat yang dipilih merupakan sekolah yang diperkirakan dapat memberikan data yang sesuai dan relevan, disamping itu di sekolah yang dituju belum tersedia perangkat pembelajaran LKS yang dikembangkan berdasarkan teori Van Hiele pada materi geometri kekongruenan dan kesebangunan. Sementara waktu penelitian akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016 / 2017. 3.3 Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX A SMP Negeri 11 Kota Jambi. Dan objek dalam penelitian ini adalah lembar kerja siswa (LKS). Adapun LKS yang dimaksud adalah LKS yang dikembangkan dengan menggunakan teori Van Hiele pada materi kekongruenan dan kesebangunan pada kelas IX. 3.4 Prosedur Pengembangan Bahan Ajar Dalam penelitian dan pengembangan ini, LKS yang dikembangkan menggunakan prosedur pengembangan model 4D (four-d). Model 4D merupakan model pengembangan yang dikembangkan oleh Thiagrajan (1974) yang terdiri atas tahapan define (pendefinisian), design (perancangan), development (pengembangan),

50 dan dissemination (penyebarluasan). Akan tetapi prosedur pengembangan dibatasai sampai pada prosedur development (pengembangan) saja, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu penelitian dan keterbatasan biaya serta keterbatasan kemampuan peneliti untuk melakukan penyebarluasan dimana pada tahap penyebarluasan perlu dilakukan uji coba lebih dari satu kali dengan subjek penelitian yang berbeda-beda, sedangkan pada penelitian ini peneliti hanya melakukan uji coba produk pada satu subjek saja yaitu kelas IX A. Selain itu pula tujuan penelitian ini dapat diperoleh pada tahapan ketiga yaitu tahap pengembangan (develop), oleh karenanya tahap penyebarluasan tidak dilakukan. Pembatasan hanya sampai prosedur 3D dari 4D ini juga didasarkan pada Mulyatiningsih (2014:199) bahwa ditahap penyebarluasan dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan dan sampai pada bagaimana hasil pencapaian tujuan tersebut, tujuan harus sampai tuntas maka dilakukan berulangkali, setelah itu disebarluaskan kepada orang lain (pihak lain) dan digunakan pada kelas mereka (orang lain), selain itu dilakukan pula sosialisasi bahan ajar, apabila sosialisasi baik maka dicetak dengan jumlah yang banyak dan diperluas melalui pemasaran. Prosedur pengembangan 4D yang dibatasi sampai tahap development atau tahap pengembangan diperlihatkan oleh gambar bagan berikut:

51 Gambar 3.1 Bagan 4D yang Dibatasi Sampai Tahap Pengembangan (3D) (Adaptasi dari Purnawati (2014:44)). Keterangan untuk gambar 3.1: : garis pelaksanaan : garis siklus (jika diperlukan) : jenis kegiatan : pengambil keputusan. : hasil kegiatan Untuk lebih jelasnya, tahapan prosedur pengembangan dijelaskan sebagai berikut, 3.4.1 Tahap Define (Pendefinisian) Tahap Define merupakan tahap dimana kegiatan dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pengembangan. Dalam model lain, tahapan ini disebut tahap analisis kebutuhan. Tiap-tiap produk tertentu termasuk LKS membutuhkan analisis yang berbeda-beda. Secara umum, dalam pendefinisian ini dilakukan kegiatan analisis kebutuhan pengembangan yaitu kebutuhan

52 pengembangan LKS, syarat-syarat pengembangan produk LKS yang sesuai dengan kebutuhan pengguna dan sesuai dengan model penelitian dan pengembangan 4D. Analisis dapat dilakukan melalui studi literatur atau penelitian pendahuluan. Mulyatiningsih (2014:196-197) menyatakan dalam konteks pengem-bangan bahan ajar LKS tahap pendefinisian dalam 4D dilakukan dengan cara: 1. Analisis Kurikulum Pada permulaan, dalam penelitian pengembangan dilakukan kajian mengenai kurikulum yang sedang berlaku pada saat penelitian di sekolah yang menjadi tempat penelitian. Dalam kurikulum yang dikaji adalah kompetensi yang hendak dicapai yaitu kompetensi dasar (KD). Analisis kurikulum berguna untuk menetapkan pada kompetensi mana dan pada indikator apa LKS dikembangkan. Hal ini dilakukan karena tidak semua kompetensi yang ada didalam kurikulum dapat disediakan dalam bentuk LKS. 2. Analisis Karakteristik Peserta Didik Mengetahui dan mengenali karakteristik peserta didik yang akan menggunakan bahan ajar LKS adalah hal penting dalam tahapan pengembangan pendefinisian. Hal ini penting karena semua proses pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Hal ini ditujukan agar LKS yang dikembangkan praktis dan efektif untuk digunakan. Hal-hal yang dipertimbangkan untuk mengetahui karakteristik peserta didik antaralain kemampuan akademik individu, karakteristik fisik, kemampuan peserta didik dalam bekerja secara berkelompok, motivasi belajar, latar belakang ekonomi dan sosial, dan pengalaman belajar sebelumnya. Dalam kaitannya dengan

53 pengembangan bahan ajar LKS, karakteristik peserta didik perlu diketahui untuk menyusun bahan ajar LKS yang sesuai dengan kemampuan akademiknya, misalnya apabila tingkat pendidikan peserta didik masih rendah, maka penulisan bahan ajar LKS harus menggunakan bahasa dan kata-kata sederhana yang mudah dipahami oleh mereka. Kemudian apabila minat membaca peserta didik masih rendah maka perlu ditambahkan dengan ilustrasi gambar yang menarik supaya peserta didik tertarik untuk membacanya. 3. Analisis Materi Analisis materi dilakukan dengan cara mengidentifikasi materi utama yang perlu diajarkan, mengumpulkan dan memilih materi yang relevan sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku dari berbagai sumber yang terpercaya dan menyusunnya kembali secara sistematis. Analisis materi dapat dilakukan melalui silabus dan indikator pembelajaran. Selain itu dengan studi literatur dapat juga dilakukan. 4. Merumuskan Tujuan Sebelum menulis bahan ajar LKS, tujuan pembelajaran dan kompetensi yang hendak diajarkan perlu dirumuskan terlebih dahulu. Kompetensi yang dimaksud misalnya kompetensi dasar (KD) dalam kurikulum. Hal ini dilakukan untuk membatasi peneliti agar tidak melebar ke topik yang lebih luas atau tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat menulis LKS yang disesuaikan dengan pendekatan saintifik dan teori Van Hiele.

54 3.4.2 Tahap Design (Perancangan) Tahap Design merupakan tahapan perancangan dari produk yang akan dikembangkan. Tahap desain ditujukan untuk merancang LKS dengan pendekatan saintifik berdasarkan teori Van Hiele dan dihasilkan suatu prototype atau rancangan awal dari LKS. Tahap ini menghasilkan produk awal yang akan dikembangkan dalam penelitian. Kegiatan pada tahap ini menurut Purnawati (2014:47-48) berupa pemilihan media, pemilihan format dan perancangan awal (prototype). Kegiatan-kegiatan tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Pemilihan Media (media selection) Kegiatan pemilihan media dilakukan untuk menentukan media yang tepat dalam penyajian materi bahan ajar, alat dan sumber belajar yang mendukung dan relevan. Proses pemilihan media disesuaikan dengan materi dan karakteristik peserta didik. Setelah diputuskan untuk memilih salah satu media berikutnya adalah penentuan format media. 2. Pemilihan Format (format selection) Pemilihan format dilakukan untuk menyusun LKS yaitu memilih format LKS yang telah disediakan oleh pakar dan ahli. Pemilihan bentuk penyajian pembelajaran disesuaikan dengan media LKS yang digunakan. Pemilihan disesuaikan apakah LKS untuk pemahaman konsep atau jenis LKS yang lainnya. 3. Perancangan Awal (initial design) Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau rancangan awal. Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ketahap

55 berikutnya, rancangan produk LKS divalidasi. Validasi rancangan produk LKS dilakukan oleh ahli seperti dosen atau guru bidang studi atau bidang keahlian yang sama. Berdasarkan hasil validasi, ada kemungkinan rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai saran dari validator (ahli validasi). Hasil perancangan awal selanjutnya disebut draft A. Berikut disajikan storyboard rancangan awal draft A bahan ajar LKS dengan menggunakan teori Van Hiele pada materi kekongruenan dan kesebangunan kelas IX SMP/sederajat dengan pendekatan saintifik: Tabel 3.1 Storyboard Desain Awal LKS berdasarkan Teori Van Hiele Materi Kekongruenan dan Kesebangunan. NO Tampilan Visual Keterangan (1) (2) (3) 1 Cover Hasil desain cover LKS berisi tentang identitas LKS yaitu judul LKS secara umum yaitu Lembar Kerja Siswa Matematika; Kekongruenan dan Kesebangunan; Kelas IX SMP/MTs. Identitas penulis berisi nama penulis dan identitas instansi asal penulis didesain sedemikian rupa dengan gambar dan pola tertentu. 2 Halaman francis halaman yang menjelaskan tentang buku LKS dan spesifikasi LKS, penerbit dan spesifikasi buku. Latar didesain sedemikian rupa. 3 Kata pengantar berisi untaian kata-kata dari penulis yang mengantarkan kepada LKS, latar didesain sedemikian rupa. 4 Daftar isi berisi daftar isi keseluruhan LKS dari petunjuk penggunaan LKS bagi guru dan peserta didik, pengalaman belajar, peta konsep dan kompetensi yang akan dicapai sampai isi dan daftar pustaka. Latar didesain sedemikian rupa. 5 Petunjuk penggunaan LKS Petunjuk cara menggunakan LKS yang diperuntukan oleh guru bidang studi yang mengajar matematika dan petunjuk pemakaian kepada peserta didik. Latar didesain sedemikian rupa.

56 (1) (2) (3) 6 Halaman KD, indikator dan peta konsep. Berisi tentang kompetensi dasar yang menjadi acuan dalam pembelajaran. Pengalaman belajar atau indikator agar peserta didik terarah dalam belajar, dan peta konsep untuk memperjelas alur materi yang akan dipelajari. Latar didesain sedemikian rupa. 7 Isi materi Isi materi tentang LKS1 mengenai kekongruenan bangun datar, LKS2 berisi kekongruenan dua segitiga, LKS3 berisi kesebangunan bangun datar, dan LKS4 berisi kessebangunan dua segitiga. Materi disusun dengan pola pendekatan saintifik yaitu mengamati, menanya, menalar, mencoba dan membentuk jejaring. Materi diuraikan sesuai level 0,1 dan 2 teori Van Hiele. Latar didesain sedemikian rupa untuk menarik perhatian dan minat peserta didik. 8 Daftar Pustaka Berisikan daftar rujukan yang digunakan dalam LKS. 3.4.3 Tahap Develop (Pengembangan) Tahap pengembangan merupakan teknik atau kegiatan untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan LKS. Dalam kegiatan ini dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidang yang memahami tentang pengembangan LKS. Tujuan dari tahap pengembangan adalah untuk menghasilkan draft final, draft final diperoleh dari draft yang direvisi berdasarkan masukan atau saran perbaikan para validator atau ahli, dan data diperoleh melalui uji coba di lapangan. Menurut Purnawati (2014:49-50) tahap pengembangan terdiri dari validasi LKS oleh para ahli diikuti dengan revisi dan kemudian pelaksanaan uji coba. Hasil dari validasi dan uji coba akan digunakan sebagai dasar revisi. Revisi yang dilakukan berdasarkan dengan hasil perbaikan oleh validator dan dengan mempertahankan teori pendukung.

57 1. Validasi oleh ahli Setelah melalui tahap perancangan (design) dan diperoleh draft A, draft yang dirancang kemudian dilakukan validasi oleh ahli dibidang pengembangan LKS. Ahli yang dimaksud dalam hal ini adalah para validator yang berkompeten untuk menilai bahan ajar LKS, memberikan masukan atau saran dan kritikan yang perlu diperbaiki untuk menyempurnakan bahan ajar LKS yang akan disusun. Pada pengembangan LKS ini divalidasi oleh dua orang tim pakar pendidikan. Tim ahli yang dipilih sesuai dengan pertimbangan keahlian, kepakaran, dan memiliki pengalaman dalam pembelajaran kekongruenan dan kesebangunan serta berpengalaman dalam mendesain LKS. Validasi yang dilakukan terhadap LKS adalah validasi desain media pembelajaran dan validasi materi pembelajaran kekongruenan dan kesebangunan. Ahli desain media adalah ahli dengan pendidikan minimum pada jenjang strata dua (S2), tentunya yang memiliki pengalaman dalam merancang LKS dan mengembangkan media pembelajaran LKS yaitu dosen, guru atau ahli media lainnya. Sedangkan ahli materi merupakan seorang yang mumpuni dalam materi pembelajaran matematika terutama pada materi kekongruenan dan kesebangunan. Ahli materi yang dipilih adalah mereka yang berpendidikan strata dua (S2) pendidikan matematika misalnya dosen atau guru mata pelajaran matematika. Penilaian validator atau para ahli validasi terhadap LKS yang telah dirancang menghasilkan draft A pada tahap design, selanjutnya dihasilkan draft B yang telah sesuai untuk diuji cobakan. Validasi yang dilakukan mencakup validasi isi (materi), penyajian, bahasa dan kegrafisan. Selain itu yang penting adalah bahan ajar LKS

58 memenuhi pengembangan berdasarkan pendekatan saintifik pada kurikulum yang berlaku (Kurikulum 2013) dan menggunakan tahapan berpikir menurut teori Van Hiele. Dua orang tim ahli diminta untuk menilai draft A. Validator diberi angket tertutup yaitu angket yang telah disediakan alternatif jawaban terlebih dahulu. Validator hanya memilih satu dari alternatif yang telah disediakan. Namun validator dipersilahkan memberikan komentar berupa saran dan kritikan secara terbuka yaitu sesuai dengan apa yang diinginkan oleh validator untuk memberi komentar. Instrumen validasi untuk ahli materi meliputi aspek kecermatan isi, ketepatan cakupan isi, ketercernaan, dan penggunaan bahasa. Sedangkan instrumen validasi untuk ahli desain media pembelajaran meliputi aspek perwajahan, ilustrasi dan kelengkapan komponen bahan ajar. Kisi-kisi angket penilaian validasi pada tabel 3.2 dan 3.3. Tabel 3.2 Kisi-kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Materi Kekongruenan dan Kesebangunan. Variabel Indikator Item (1) (2) (3) Kecermatan isi Isi materi dalam LKS sesuai dengan konsep yang 1 berlaku dalam bidang ilmu (matematika SMP). Materi kekongruenan dan kesebangunan disajikan 2 Ketepatan cakupan isi secara berurut sesuai dengan urutan dan tahapan materi. Keluasan materi LKS sesuai dengan indikator 3 pencapaian kompetensi. Kedalaman materi LKS sesuai dengan rancangan 4 Ketercernaan bahan ajar peta konsep. Keutuhan konsep (kekongruenan dan kesebangunan 5 pada sembarang bangun datar dan khusus segitiga). LKS dipaparkan secara jelas. 6 LKS disajikan secara sistematis. 7 Format isi LKS tertib dan konsisten. 8 Topik dalam LKS memiliki keterkaitan. 9 Kebahasaan Ragam bahasa yang digunakan komunikatif. 10

59 Kebahasaan (1) (2) (3) Penggunaan kata singkat dan lugas. 11 Penggunaan kalimat efektif kesesuaian dengan 12 siswa. Kalimat sesuai dengan EYD Bahasa Indonesia. 13 Penggunaan simbol yang tepat. 14 Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Penilaian Ahli Validasi Desain LKS Menggunakan Teori Van Hiele berbasis Pendekatan Saintifik. Variabel Indikator Item Perwajahan / Tampilan Desain cover dan halaman sesuai dengan tema materi. 1 Terdapat aspek tahapan pendekatan saintifik (mengamati, 2 menanya, menalar, mencoba dan menyimpulkan). Terdapat tahapan pemikiran Van Hiele level 0. 3 Terdapat tahapan pemikiran Van Hiele level 1. 4 Terdapat tahapan pemikiran Van Hiele level 2. 5 Narasi tidak terlalu padat. 6 Terdapat bagian kosong. 7 Gambar bermakna. 8 Penomoran benar dan konsisten. 9 Huruf menarik warna dan ukuran. 10 Huruf tidak membingungkan. 11 Ilustrasi Ada ilustrasi (narasi singkat) tahapan saintifik. 12 Ada ilustrasi tahapan Van Hiele. 13 Ilustrasi menarik. 14 Ilustrasi komunikatif. 15 Kelengkapan komponen Terdapat kata pengantar. 16 Terdapat daftar isi. 17 Terdapat petunjuk. 18 Terdapat uraian secara saintifik. 19 Terdapat latihan atau penilaian sesuai level Van Hiele. 20 Terdapat umpan balik secara saintifik. 21 Terdapat penguatan secara saintifik. 22 2. Revisi Setelah desain produk divalidasi oleh validator media pembelajaran, maka yang dilakukan peneliti berikutnya adalah melakukan revisi terhadap draft A yang merupakan produk awal yang dirancang dengan berdasarkan saran perbaikan

60 validator. Hasil perbaikan draft A kemudian disebut dengan draft B. Draft B inilah yang akan digunakan untuk uji coba. 3. Uji Coba Pada kegiatan uji coba, draft B diuji cobakan pada subjek penelitian secara langsung. Dari kegiatan penguji cobaan adakalanya kemungkinan terjadi suatu perbaikan berupa revisi terhadap draft B, hal ini karena berdasarkan implementasi uji coba dilapangan oleh berbagai faktor. Jika terjadi revisi, hasil revisi draft B selanjutnya dinamakan draft C. Hasil yang diperoleh itu akan digunakan untuk menentukan kualitas LKS yang dirancang dengan menggunakan pendekatan saintifik dan teori tahapan pemahaman Van Hiele. Kegiatan uji coba untuk mengetahui tanggapan siswa setelah menggunakan bahan ajar LKS, selanjutnya LKS terus diuji cobakan hingga memenuhi kriteria kepraktisan dan keefektivan bahan ajar. Kepraktisan bahan ajar LKS diperoleh berdasarkan keterlaksanaan menggunakan LKS dalam kegiatan pembelajaran. Sementara kriteria keefektivan dalam penggunaan bahan ajar LKS diukur dari aktivitas dan perkembangan kemajuan belajar siswa didalam kelas melalui keberhasilan hasil belajar (ketuntasan). Respon siswa juga menjadi bahan pertimbangan dalam keefektivan bahan ajar. Dalam tahap uji coba, tahapan yang dilakukan sebelum kegiatan implementasi dilapangan kepada subjek penelitian adalah uji coba penilaian kepada guru dan uji coba kelompok kecil yang terdiri dari 10 siswa non subjek (uji coba kelompok kecil). Uji coba penilaian guru yaitu guru diminta untuk memberikan penilaian dan pendapat

61 mengenai LKS setelah guru menggunakan dalam pengujian kelompok kecil. Sebagai pembanding dapat diberikan juga kepada satu orang guru matematika untuk menilainya juga. Hal ini bertujuan untuk merevisi jika terjadi revisi dari hasil penilaian, sehingga diperoleh draft berikutnya. Uji coba untuk menentukan data tentang penilaian dan saran terhadap LKS dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner atau angket. 3.4: Adapun kisi-kisi dari angket apresiasi penilaian guru dapat dilihat pada tabel Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Apresiasi Guru Mata Pelajaran Matematika. Variabel Komponen Item (1) (2) (3) KELAYAKAN ISI 1. Kesesuaian dengan KD, Indikator dan Tujuan 1,2,3 Pembelajaran. 2. Materi disajikan secara runtut berbasis pendekatan 4, 5 saintifik dan tahapan Van Hiele. 3. Kesesuaian dengan kebutuhan. 6 LKS matematika berdasarkan teori Van Hiele pada materi kekongruenan dan kesebangunan kelas IX SMP berbasis kurikulum 2013. KEBAHASAAN 1. Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia 7 2. Penggunaan bahasa mudah dimengerti 8 3. Penulisan simbol yang tepat. 9 KEEFEKTIVAN PENGGUNAAN LKS mudah digunakan. 10 LKS mudah dimengerti. 11 LKS menambah wawasan pengetahuan. 12 LKS menumbuhkan minat dan ketertarikan. 13 LKS memberikan motivasi. 14

62 (1) (2) (3) LKS matematika berdasarkan teori Van Hiele pada materi kekongruenan dan kesebangunan kelas IX SMP berbasis kurikulum 2013. KEGRAFISAN 1. Penggunaan font (jenis dan ukuran) dan spasi 15 sesuai. 2. Penggunaan kalimat tepat 16 3. Layout tata letak sesuai. 17 4. Ilustrasi dan gambar tepat. 18 5. Desain tampilan menarik 19 Adapun kisi-kisi angket apresiasi siswa ditunjukkan oleh tabel 3.5: Tabel 3.5 Kisi-kisi Angket Apresiasi Siswa terhadap LKS Kekongruenan dan Kesebangunan Menggunakan Teori Van Hiele berbasis Pendekatan Saintifik. Variabel Komponen Item LKS matematika LKS mudah digunakan siswa. 1 kekongruenan dan LKS mudah dimengerti siswa. 2 kesebangunan berdasarkan LKS menambah wawasan 3 teori Van Hiele berbasis pendekatan saintifik pengetahuan siswa. LKS menumbuhkan minat dan 4 ketertarikan siswa. LKS memberikan motivasi bagi siswa. 5 Selanjutnya dilakukan uji coba dilapangan hingga LKS efektif, kepada subjek penelitian yaitu seluruh siswa kelas IX A SMP Negeri 11 Kota Jambi. 3.5 Jenis Data Penelitian Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif merupakan jenis data yang dikumpulkan melalui perhitungan atau pengukuran. Bersifat kuantitatif yaitu dinyatakan dengan angka-angka (Yusuf, 2014:58). Jenis data kuantitatif dalam penelitian ini diantaranya diperoleh melalui tes geometri Van Hiele pada materi kekongruenan dan kesebangunan, hasil tes

63 merupakan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan LKS kekongruenan dan kesebangunan berdasarkan teori Van Hiele dengan pendekatan saintifik. Selain itu data kuantitatif yang lainnya berasal dari analisis validasi oleh para ahli (validator), hasil belajar siswa, analisis respon siswa setelah menggunakan LKS dalam kegiatan pembelajaran serta dari lembar apresiasi guru dan siswa serta lembar observasi aktivitas siswa. Data yang bersifat kualitatif diubah menjadi kuantitatif melalui rentang nilai tertentu dan kembali disimpulkan secara kualitatif atau deskripsi. 3.6 Instrumen Pengumpulan Data Untuk mendapatkan lembar kerja siswa dengan kualitas baik yaitu mencangkup penilaian LKS yang valid, praktis dan efektif serta untuk mengukur ketercapaian keberhasilan pengembangan lembar kerja siswa maka digunakan alat ukur berupa instrumen pengumpulan data. Adapun instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya: 1) Untuk menentukan kevalidan LKS dengan menggunakan lembar validasi desain LKS dan lembar validasi materi. 2) Untuk menentukan kepraktisan LKS dengan menggunakan angket apresiasi guru mata pelajaran matematika dan angket apresiasi siswa. 3) Untuk menentukan keefektivan dengan menggunakan tes geometri Van Hiele, tes hasil belajar, lembar observasi aktivitas siswa dan angket respon siswa.

64 3.6.1 Lembar Validasi Lembar validasi disusun untuk menentukan kelayakan LKS yang akan diujikan. Oleh karenanya lembar validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi terhadap LKS meliputi lembar validasi materi dan lembar validasi desain LKS yang dibuat. Untuk kisi-kisi kedua lembar validasi dapat dilihat pada tabel 3.2 dan 3.3 pada halaman sebelumnya. 3.6.2 Angket Apresiasi Angket apresiasi merupakan angket penilaian kepraktisan yang digunakan untuk menentukan kepraktisan LKS. Angket kepraktisan untuk mengukur apakah LKS mudah digunakan, dimengerti dan mempermudah dalam pembelajaran. Kisi-kisi angket apresiasi guru dan siswa dapat dilihat pada tabel 3.4 dan 3.5 pada halaman sebelumnya. 3.6.3 Soal Tes Geometri Van Hiele Soal tes geometri Van Hiele merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur tahap berpikir siswa dalam belajar geometri sesuai dengan teori Van Hiele. Tes dilakukan untuk mengukur tahapan berpikir siswa dalam mempelajari geometri sebelum dan sesudah menggunakan LKS produk. Hal ini sesuai dengan rekomendasi tes geometri Van Hiele oleh Watson dari The University of Southern Mississippi (2012:17) the Van Hiele geometry consist of multiple choice geometry questions. The test was given as a pretest and at the beginning semester and at the end of the semester.

65 Soal tes geometri Van Hiele bersifat universal diperoleh dari University of Chicago yang telah diterjemahkan kedalam teks Bahasa Indonesia dan telah dinyatakan valid sebelumnya oleh para ahli dibidang geometri. Jumlah butir soal sebanyak 15 soal pilihan ganda. Adapun lima soal secara berurut menunjukan tahapan Van Hiele dari level 0, 1 dan 2 untuk jenjang SMP. Adapun peserta didik berada di level tertentu dan melalui level tertentu serta naik pada level berikutnya jika pada fase-fase pembelajaran menurut Van Hiele dilewati atau dilakukan dengan baik melalui aktivitas pembelajaran sesuai dengan integrasi tahap dan fase pembelajaran geometri Van Hiele pada tabel 2.2 pada halaman sebelumnya. 3.6.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa Lembar observasi aktivitas siswa merupakan lembar pengamatan terhadap kegiatan belajar siswa selama menggunakan LKS. Dalam konteks ini pengamatan ditujukan pada fase-fase pembelajaran geometri menurut Van Hiele dengan menggunakan pendekatan saintifik. Untuk menunjukan pengaruh keefektivan penggunaan LKS. Adapun aspek pengamatan dalam lembar observasi aktivitas siswa adalah. Tabel 3.6 Aspek Pengamatan Aktivitas Siswa. No Aspek Pengamatan (1) (2) (3) (4) 1 Mengamati informasi yang dipelajari/ diperoleh. 2 Fase Mengamati Menggali topik dengan menggunakan LKS. 3 informasi Meneliti kebenaran informasi. 4 dan fase Melakukan tanya jawab mengenai materi yang akan orientasi. Menanya dipelajari sesuai pengalaman/ pengetahuan sebelumnya. 5 Mengajukan pertanyaan tentang informasi. 6 Fase penjelasan. Menalar Memberikan perhatian terhadap pengarahan/ penjelasan guru.

66 (1) (2) (3) (4) 7 Fase penjelasan. Menalar Menanggapi/ melengkapi informasi yang diperoleh dengan umpan balik penalaran kepada guru. 8 Fase orientasi bebas. 9 Fase integrasi. Mencoba Melakukan perobaan, pengukuran, perhitungan, menggambar, mengolah informasi, dan memecahkan informasi. Meninjau kembali informasi. Menyimpulkan 10 Meringkas dalam catatan dan menyimpulkan materi. 3.6.5 Soal Tes Hasil Belajar Soal tes yang dimaksud adalah soal tes untuk materi kekongruenan dan kesebangunan. Soal peneliti himpun dari soal-soal yang telah diterbitkan dan digunakan dalam buku yang diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah disusun dan ditelaah oleh berbagai pihak dibawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu soal-soal yang dipilih peneliti, peneliti sesuaikan dengan kisi-kisi soal. Adapun kisi-kisi soal tes hasil belajar dapat dilihat pada tabel 3.7: Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar Kekongruenan dan Kesebangunan. Indikator Item Menentukan karakteristik dua bangun datar yang kongruen yang disediakan 1 dan 7 dalam soal. Menentukan karakteristik bangun datar yang sebangun yang disediakan dalam 2 dan 8 soal. Menguji kebenaran dua segitiga kongruen yang disediakan dalam soal. 3 dan 9 Menguji kebenaran dua segitiga sebangun yang disediakan dalam soal. 4 dan 10 Menentukan panjang sisi dan besar sudut bangun datar yang kongruen yang 5 dan 11 disediakan dalam soal atau dalam bentuk soal verbal/ cerita dalam kehidupan sehari-hari. Menentukan panjang sisi dan besar sudut bangun datar yang sebangun yang 6 dan 12 disediakan dalam soal atau dalam bentuk soal verbal/ cerita dalam kehidupan sehari-hari. Soal tes yang dimaksud adalah soal tes untuk materi kekongruenan dan kesebangunan. Agar tes yang disusun berkualitas soal tes dalam bentuk pilihan ganda

67 dilakukan identifikasi validitas, reliabilitas, indeks kesukaran dan daya beda soal tes. Kemudian setelah itu soal baru dapat digunakan. 1. Validitas Tes Menurut Hendriana dan Soemarmo (2014:56), suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur tersebut dapat mengukur atau benar-benar mengukur apa yang akan diukur. Hendriana dan Soemarmo (2014:62) merekomendasikan besarnya kevalidan tes khusus bentuk pilihan ganda digunakan rumus validitas berikut: r pbis = keterangan: r pbis Mp Mt St p q = koefisien korelasi point biserial = rata-rata skor pada suatu butir = rata-rata skor total = simpangan baku = proporsi siswa yang menjawab benar = 1 p penafsiran besaran indeks validitas butir soal menggunakan kriteria klasifikasi sebagai berikut: 0,00 < r 0,20 = validitas sangat rendah 0,20 < r 0,40 = validitas rendah 0,40 < r 0,60 = validitas cukup 0,60 < r 0,80 = validitas tinggi 0,80 < r 1,00 = validitas sangat tinggi.

68 Menurut Agung dalam Sappaile (2014:1) sumber pertama kesalahan hasil pengukuran validitas secara statistik adalah individu yang diukur. Adakalanya siswa tidak memberikan data jawaban yang sesuai (asal). Maka selain menggunakan cara validitas secara statistik diatas, validitas soal dapat dilakukan dengan validitas isi (content validity) terhadap butir soal tanpa perhitungan statistik. Djanuarsih (2010:4-5) menyatakan analisis butir soal dalam validitas isi dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan soal sebelum digunakan, setiap soal ditelaah dari segi materi, konstruksi, bahasa, dan kunci jawaban. Dengan bahan penunjang kisi-kisi tes, kurikulum, buku sumber dan kamus Bahasa Indonesia. Tekniknya dilaksanakan oleh guru, ahli materi, atau pakar asesmen. Penilaian validasi oleh validator ahli dan divalidasi oleh guru matapelajaran sebelum digunakan untuk menguji subjek penelitian, penilaian kelayakan soal dengan menggunakan angket tertutup dan disertai dengan baris komentar dan saran perbaikan. Salah satu tekniknya adalah teknik panel. Teknik panel merupakan teknik menelaah butir soal berdasarkan kaidah penulisan butir soal dari segi materi, konstruksi, bahasa, kunci jawaban, dan kisi-kisi sesuai KD. Penelaah bekerja sendiri-sendiri ditempat yang berbeda, para penelaah dipersilahkan memperbaiki langsung pada teks soal dan memberikan komentarnya serta memberikan nilai pada setiap butir soalnya yang kriterianya baik, diperbaiki atau diganti. 2. Reliabilitas Tes Istilah reliabilitas berarti dapat dipercaya, konsisten, tegap dan relevan. Suatu alat ukur memiliki reliabilitas yang memadai jika alat ukur tersebut dicobakan pada waktu yang berbeda, pada sekelompok orang berbeda, oleh orang yang berbeda akan

Dicetak pada tanggal 2018-07-04 69 memberikan hasil pengukuran yang sama (Hendriana & Soemarmo, 2014:58). Derajat reliabilitas alat ukur berbentuk pilihan ganda dihitung dengan menggunakan rumus Kuder-Richardson (KR-20) : r = ( ) ( dengan S 2 = ( dimana, r = koefisien reliabilitas tes. S= simpangan baku. (S 2 : Ragam/Variansi) p = perbandingan testee yang menjawab benar. q = 1-p k = jumlah butir tes n= jumlah testee. berikut penafsiran reliabilitas menggunakan kriteria klasifikasi menurut Arikunto dalam Hendriana dan Soemarmo (2014:60) berikut: 0,00 < r 0,20 = reliabilitas sangat rendah 0,20 < r 0,40 = reliabilitas rendah 0,40 < r 0,60 = reliabilitas cukup 0,60 < r 0,80 = reliabilitas tinggi 0,80 < r 1,00 = reliabilitas sangat tinggi. 3. Indeks Kesukaran Mengutip dari Hendriana dan Soemarmo (2014:63) Indeks Kesukaran (IK) suatu butir melukiskan derajat proporsi jumlah skor jawaban yang benar pada butir tes yang bersangkutan terhadap jumlah skor idealnya. Soal yang tidak baik adalah

70 soal yang sangat sukar dan sangat mudah. Indeks kesukaran butir tes diklasifikasikan sebagai berikut: 0,00 IK < 0,20 = soal sangat sukar 0,20 IK < 0,40 = soal sukar 0,40 IK < 0,60 = soal sedang 0,60 IK < 0,90 = soal mudah 0,90 IK < 1,00 = soal sangat mudah Untuk tes pilihan ganda indeks kesukaran diperoleh dengan rumus: IK = Dimana P = banyaknya jawaban benar pada suatu butir soal N= banyaknya siswa (subjek) 4. Daya Beda (DB) Mengutip dari Hendriana dan Soemarmo (2014:64) Suatu butir tes dikatakan memiliki daya beda yang baik artinya butir tes tersebut dapat membedakan kualitas jawaban antara siswa yang sudah paham dan yang belum paham. Perhitungan daya beda butir tes untuk tes pilihan ganda menggunakan rumus berikut: DB= Dimana B= banyaknya yang menjawab benar pada suatu butir soal. N= banyaknya peserta tes.

71 Daya beda (DB) butir tes diklasifikasikan dengan kriteria sebagai berikut: 0,00 DB < 0,20 = menunjukan daya beda butir tes jelek 0,20 DB < 0,40 = daya beda butir tes cukup 0,40 DB < 0,70 = daya beda butir tes baik 0,70 DB < 1,00 = daya beda butir tes baik sekali. 3.6.6 Angket Respon Siswa Angket respon siswa digunakan untuk mengetahui pendapat dan penilaian siswa terhadap LKS yang mereka gunakan setelah siswa selesai belajar dengan produk yang dikembangkan peneliti. Angket respon siswa digunakan untuk menentukan keefektivan produk. Kisi-kisi angket respon siswa dapat dilihat pada tabel 3.8: Tabel 3.8 Kisi-kisi Angket Respon Siswa. Variabel Indikator Deskriptor Item (1) (2) (3) (4) LKS matematika berdasarkan teori Van Hiele pada materi kekongruenan dan kesebangunan kelas IX SMP berbasis kurikulum 2013. Fungsi LKS LKS sebagai sumber belajar. 1 Bahasa dalam LKS dapat dipahami dan dimengerti dalam pembelajaran. LKS mampu menarik dan memfokuskan perhatian siswa. LKS menunjang keterkaitan siswa untuk aktif dalam pembelajaran. LKS memberikan informasi pendukung. 5 2 3 4 Manfaat LKS LKS menuntun belajar sistematis berdasarkan langkah-langkah saintifik. Jalan pikiran (Van Hiele) dalam belajar geometri kekongruenan dan kesebangunan melalui LKS dapat dipahami. 6 7

72 (1) (2) (3) (4) LKS matematika berdasarkan teori Van Hiele pada materi kekongruenan dan kesebangunan kelas IX SMP berbasis kurikulum 2013. Manfaat LKS Kegunaan LKS LKS membangun komunikasi efektif antara guru dan siswa. LKS memberikan kesempatan siswa untuk belajar mandiri. LKS pendekatan saintifik berdasarkan teori Van Hiele membuat siswa tertarik untuk belajar kekongruenan dan kesebangunan. Latihan yang terdapat dalam LKS sesuai dengan materi kekongruenan dan kesebangunan. Penggunaan gambar dan contoh soal pada LKS merupakan pendukung dalam penguasaan materi kekongruenan dan kesebangunan Keberadaan LKS penting bagi siswa untuk memahami konsep materi kekongruenan dan kesebangunan. 8 9 10 11 12 dan 13 14 3.7 Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang dilakukan untuk menganalisa data yang diperoleh dari instrumen pengumpulan data setelah instrumen diuji cobakan. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang dimaksud sesuai dengan instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu analisis terhadap hasil validasi LKS, tes geometri Van Hiele, tes hasil belajar materi kekongruenan dan kesebangunan, respon siswa dan angket apresiasi. 3.7.1 Analisis Data Hasil Angket Validasi Ahli. Menurut Purnawati (2014:61-62) untuk data hasil angket dinilai sesuai dengan kriteria skala penilaian yaitu sebagai berikut:

73 1: tidak baik 2: kurang baik 3: baik 4: sangat baik Skor penilaian kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif, perolehan persentase skor penilaian perangkat pembelajaran LKS yang dikembangkan diperoleh dari rumus: PS= x 100 Dimana PS adalah persentase skor perangkat pembelajaran LKS yang dikembangkan. Hasil perhitungan persentase skor LKS dihasilkan berupa angka dalam bentuk persen. Klasifikasi skor ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif dalam tabel 3.9: Tabel 3.9 Kriteria Persentase Indikator LKS (Akbar dalam Purnawati, 2014 : 62). Tingkat Validitas Kriteria Validitas 85,01 % - 100% Sangat valid dapat digunakan tanpa revisi 70,01 % - 85 % Valid dapat digunakan dengan sedikit revisi 50,01 % - 70 % Kurang valid, disarankan tidak digunakan karena perlu revisi banyak 0% - 50 % Tidak valid, tidak boleh digunakan LKS dikatakan baik dan layak digunakan jika dinyatakan valid oleh validator dengan rata-rata kriteria minimal valid. 3.7.2 Analisis Data Hasil Angket Apresiasi Guru dan Angket Apresiasi Siswa. Menurut Purnawati (2014:64) untuk data hasil angket dinilai sesuai dengan kriteria skala penilaian yaitu sebagai berikut: 1 = Tidak (Baik/ Setuju) 2 = Kurang (Baik/ Setuju)

74 3 = Cukup (Baik/ Setuju) 4 = (Baik/ Setuju) 5 = Sangat (Baik/ Setuju) atau, 4 = Sangat (Baik/ Setuju) 3 = (Baik/ Setuju) 2 = Kurang (Baik/ Setuju) 1 = Tidak (Baik/ Setuju) Skor penilaian kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif, perolehan persentase skor penilaian perangkat pembelajaran LKS yang dikembangkan diperoleh dari rumus: P= ( x 100 Dimana P adalah persentase skor perangkat pembelajaran LKS yang dikembangkan. Hasil perhitungan persentase skor LKS dihasilkan berupa angka dalam bentuk persen. Klasifikasi skor ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat kualitatif dalam tabel 3.10: Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Kepraktisan LKS Widoyoko dalam Purnawati (2014:64). Persentase Ketuntasan (%) Kriteria P > 80 Sangat praktis, tanpa revisi 60 < P 80 Praktis, tanpa revisi 40 < P 60 Cukup praktis, minor revisi 20 < P 40 Kurang praktis, perlu revisi P 20 Sangat tidak praktis, revisi total

75 3.7.3 Analisis Data Hasil Tes Geometri Van Hiele Analisis hasil tes geometri Van Hiele dilakukan dengan melihat kebenaran jawaban siswa, suatu soal mewakili tahap pemahaman Van Hiele, maka apabila soal yang dimaksud benar maka diperoleh hasil analisis siswa yang menjadi subjek penelitian berada pada tahap pemahaman Van Hiele yang dimaksud dalam soal. Tes dilakukan sebelum dan sesudah menggunakan LKS untuk mengetahui perkembangan tahapan atau level pemahaman belajar geometri yang dirumuskan oleh Van Hiele. Analisis menurut ketentuan penerjemahan kesimpulan jawaban Chicago University pada tabel berikut: Tabel 3.11 Analisis Level Van Hiele pada Jawaban Siswa. Level Van Hiele Butir soal Jawaban Kesimpulan Level ke-0 Lima butir soal level ke- 0 Minimal tiga butir soal dijawab dengan benar. Siswa memenuhi atau berada di level 0. Level ke-1 Level ke-2 Lima butir soal level ke- 1 Lima butir soal level ke- 2 Minimal tiga butir soal dijawab dengan benar dan memenuhi level sebelumnya (level ke 0). Minimal tiga butir soal dijawab dengan benar dan memenuhi level sebelumnya (level ke 0 dan 1). Siswa memenuhi atau berada di level 1. Siswa memenuhi atau berada di level 2. Untuk hasil selanjutnya dibentuk persentase pencapaian level pemahaman geometri Van Hiele dengan rumus:

76 3.7.4 Analisis Data Observasi Aktivitas Siswa Untuk menganalisis data observasi aktivitas siswa dalam pengelolaan pembelajaran menurut Khabibah dalam Sukinah (2013:10) yaitu dengan menghitung rata-rata nilai setiap kategori dan membandingkan dengan kriteria hasil penilaian observasi sebagai berikut. rata-rata < 0,50 = sangat kurang 0,5 rata-rata < 1,50 = kurang baik 1,50 rata-rata < 2,50 = cukup baik 2,50 rata-rata < 3,50 = baik rata-rata 3,50 = sangat baik. Dengan kriteria skala penilaian: 4 = sangat baik 3 = baik 2 = cukup 1 = kurang 0 = sangat kurang/ tidak terlaksana. Rumus yang dimaksud adalah 3.7.5 Analisis Data Angket Respon Siswa Untuk data respon siswa yang diperoleh melalui angket dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan persentase. Persentase respon siswa dihitung dengan rumus berikut.

77 ( ( Respon siswa (RS) dikatakan baik (efektif) jika jawaban siswa terhadap jawaban positif (ya) diperoleh persentase 80 % (Anwar, dkk, 2015:59). 3.7.6 Analisis Data Tes Hasil Belajar Tes hasil belajar diberikan setelah siswa selesai melakukan proses belajar, oleh karenanya tes hasil belajar yang dimaksud adalah post test. Soal post test diberikan kepada siswa untuk mengetahui keefektivan penggunaan LKS terhadap hasil belajar siswa. Hasil post test mengacu pada nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran matematika yang diberlakukan di SMP Negeri 11 Kota Jambi. Persentase ketuntasan belajar (P) dengan rumus: Hasil presentase dikualitatifkan dengan kriteria ketuntasan belajar menurut Widoyoko dalam Purboningsih (2015:56) berikut: P > 80 % : sangat baik 60 % < P 80 % : baik 40 % < P 60 % : cukup 20 % < P 40 % : kurang baik P 20 % : sangat kurang baik.