HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi

dokumen-dokumen yang mirip
4 HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Transformasi genetik Oryza sativa L. dengan gen MaMt2

TRANSFORMASI GENETIK TANAMAN TEMBAKAU OLEH GEN LFY KAKAO (TcLFY) MENGGUNAKAN AGROBACTERIUM TUMEFACIENS RATNA DEWI ESKUNDARI

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

3 BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

VI. PEMBAHASAN UMUM Rhizobium Sebagai Agen Tranformasi Genetika Alternatif

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al.

DASAR REKAYASA GENETIKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil konfirmasi dicek dengan elektroforesis gel agarosa 1%.

I PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VII PEMBAHASAN UMUM

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

BIO306. Prinsip Bioteknologi

TEKNIK TRANSFORMASI GENETIK. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

REKAYASA GENETIKA ( VEKTOR PLASMID )

III. BAHAN DAN METODE

I. PENDAHULUAN. genom sel tanaman adalah kloning gen. Proses ini dilakukan dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA...

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

VIII. PEMBAHASAN UMUM. Produktivitas tanaman kakao di Indonesia masih tergolong rendah.

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAHAN DAN METODE. tumefaciens LBA4404 yang membawa gen xyloglucanase, gen nptii, dan

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. SINTESIS DAN AMPLIFIKASI FRAGMEN GEN tat HIV-1 MELALUI

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup Embrio dan Derajat Penetasan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap derajat kelangsungan hidup

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Bentuk Sel dan Pewarnaan Gram Nama. Pewarnaan Nama

GENETIKA DASAR Rekayasa Genetika Tanaman. Definisi. Definisi. Definisi. Rekayasa Genetika atau Teknik DNA Rekombinan atau Manipulasi genetik

Keragaman Somaklonal. Yushi Mardiana, SP, MSi Retno Dwi Andayani, SP, MP

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian TEKNOLOGI DNA REKOMBINAN. Cloning DNA. Proses rekayasa genetik pada prokariot. Pemuliaan tanaman konvensional: TeknologiDNA rekombinan:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

III. METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

BAHAN DAN METODE. ditranskipsi dan produk translasi yang dikode oleh gen (Nasution 1999).

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. protein dalam jumlah besar (Reece dkk., 2011). kompeten biasanya dibuat dari inokulum awal dengan konsentrasi 2% ( v / v )

HASIL DAN PEMBAHASAN. Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal.

TRANSFORMASI GEN SoSUT1 MENGGUNAKAN VEKTOR Agrobacterium tumefaciens PADA TANAMAN TOMAT PRODUK REKAYASA GENETIKA (PRG) Event 4.1

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

TRANSFORMASI GENETIK JATROPHA CURCAS DENGAN GEN PEMBUNGAAN Hd3a PADI

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

BAHAN DAN METODE. Gambar 7 Peta linier pbd80. B11. BamHI. SalI. pflap amp r GOI. pbd80 ColE oriv NPTIII LB NPTII Pro GOI Term RB pbd80

HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fi F top lasma p ada Tanaman Sumb m er e I r nokulum

REKAYASA GENETIKA. Genetika. Rekayasa. Sukarti Moeljopawiro. Laboratorium Biokimia Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efektivitas Agrobacterium mentransfer gen P5CS ke dalam kalus tebu klon PS 851

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penyediaan lapangan kerja dan sumber devisa. Kondisi ini merupakan

TINJAUAN PUSTAKA Bunga Kakao dan Layu Pentil

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

REVERSE TRANSKRIPSI. RESUME UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Genetika I Yang dibina oleh Prof. Dr. A. Duran Corebima, M.Pd. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. beberapa negara seperti Thailand, Australia, Singapura, Malaysia dan Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Vektor klon pgemt-easy dan peta restriksi yang dimiliki (Promega 1999).

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

SINTESIS DAN PENGKLONAAN FRAGMEN GEN tat (TRANSAKTIVATOR) HIV-1 KE DALAM VEKTOR EKSPRESI PROKARIOT pqe-80l EKAWATI BETTY PRATIWI

OVER-EKSPRESI GEN OsWRKY76 UNTUK KETAHANAN TERHADAP CENDAWAN BLAS (Pyricularia grisea Sacc.) PADA PADI ANIVERSARI APRIANA

Inovasi Benih Unggul Tebu Bebas dan Tahan Sugarcane Mosaic Virus melalui Penerapan Teknologi Pathogen-Derived Resistance

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. ISOLASI DNA GENOM PADI (Oryza sativa L.) KULTIVAR ROJOLELE,

Multiplikasi, Induksi Planlet dan Seleksi Tembakau Hasil Transformasi Gen Coat Protein SMV Secara Kultur in Vitro

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Deteksi genom virus avian influenza pada penelitian dilakukan

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan

Perakitan Varietas Tebu Produksi Gula Tinggi Melalui Rekayasa Genetik Peningkatan Sintesis dan Transport Sukrosa

HASIL DAN PEMBAHASAN

TRANSFORMASI GENETIK Nicotiana benthamiana DENGAN GEN PEMBUNGAAN Hd3a DARI PADI LAILA NUR SYAFITRI

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

BIOTEKNOLOGI TUMBUHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

DASAR REKAYASA GENETIKA

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

A. tumefaciens LBA4404 dengan metode TPM, berdasarkan hasil PCR terhadap plasmid pada A. tumefaciens LBA4404 yang membawa gen MaMt2.

TRANSFORMASI PROMOTER GEN AGAMOUS DAN AGAMOUS-LIKE KELAPA SAWIT (EgAG2 DAN EgAGL2) PADA EKSPLAN TEMBAKAU

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

Transkripsi:

26 HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi, Kokultivasi, dan Regenerasi Konstruksi vektor ekspresi yang digunakan pada penelitian ini adalah p35scamv::tclfy. Promoter p35s CaMV digunakan dalam penelitian ini karena mempunyai aktivitas transkripsi yang tinggi walaupun efisiensinya bergantung pada spesies tanaman. Kalai (2008) melaporkan bahwa lebih dari 80% tanaman transgenik menggunakan promoter ini dalam konstruksi ekspresinya. Gen TcLFY full length yang diligasikan dengan p35scamv berukuran sekitar 1200 pb. Transformasi genetik pada penelitian ini menggunakan bantuan Agrobacterium tumefaciens walaupun terdapat banyak cara dalam menghasilkan tanaman transforman. Menurut Hiei & Komari (2008), ada beberapa manfaat penggunaan Agrobacterium tumefaciens dalam transformasi genetik di antaranya efisiensi transformasi yang tinggi, jumlah salinan gen yang relatif sedikit dalam kromosom, mampu mentransfer segmen DNA yang relatif besar, dan kecilnya penyusunan kembali segmen T-DNA saat transformasi genetik. Selanjutnya, strain AGL-O yang telah membawa konstruksi vektor ekspresi gen TcLFY digunakan dalam penelitian ini. Menurut Vargas & Flota (2006), strain AGL-O mempunyai kemampuan virulensi yang lebih tinggi dibandingkan strain LBA4404 tetapi lebih sulit untuk membunuhnya setelah proses transformasi. Sebelum proses transformasi dilakukan, Agrobacterium tumefaciens strain AGL-O dikulturkan selama 2 hari pada suhu 28 C dengan penambahan antibiotik kanamisin 50 ppm dan rifampisin 50 ppm pada media Luria Bertani (LB) pada 150 rpm dan kondisi gelap. Penggunaan kanamisin pada penelitian ini dikarenakan adanya gen nptii pada konstruksi vektor ekpresi. Menurut Miki & McHugh (2004), nptii merupakan enzim yang mengkatalisis fosforilasi gugus 3- OH dari senyawa aminoglikosida seperti kanamisin, neomisin, genetisin, dan paramomisin. Fungsi rifampisin pada proses ini adalah sebagai marka seleksi untuk Agrobacterium tumefaciens strain AGL-O. Selain AGL-O, menurut Klee (2000), terdapat beberapa strain Agrobacterium tumefaciens yang menggunakan rifampisin sebagai marka seleksi di antaranya LBA4404, GV2260, GV3101,

27 GV3850, GV3101::pMP90, GV3101::pMP90RK, EHA101, dan EHA105. Pemakaian kanamisin 50 ppm dan rifampisin 20 ppm juga dilaporkan oleh Mahadtanapuk et al. (2006) pada transformasi Curcuma alismatifolia Gagnep. Kondisi gelap di sini diperlukan untuk mengoptimalkan proses kultur bakteri ini mengingat bakteri Agrobacterium tumefaciens termasuk bakteri tanah. Regenerasi tanaman dari eksplan yang ditransformasi dengan gen TcLFY dilakukan melalui organogenesis langsung dari potongan daun. Metode regenerasi melalui organogenesis pada tanaman tembakau mempunyai efisiensi yang baik berdasarkan hasil penelitian Chaidamsari et al. (2006b), Ahmed et al. (2007), dan Thiruvengadam & Chung (2011). Infeksi bakteri pada daun tembakau terjadi melalui luka yang ditimbulkan akibat pemotongan daun dengan ukuran 1 cm x 1 cm. Kondisi ini akan menstimulasi ekspresi gen vir. Selain itu, ekspresi gen vir diinduksi oleh senyawa fenol monosiklik seperti acetosiringon yang ditambahkan pada media. Konsentrasi acetosiringon yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 200 ppm dan konsentrasi ini juga digunakan oleh Yelli (2009) pada transformasi tanaman tomat. Untuk menginokulasi, eksplan potongan daun dimasukkan ke dalam larutan suspensi bakteri pada fase eksponensial. Fase eksponensial pertumbuhan A. tumefaciens dicapai melalui pembiakan bakteri selama 2 hari yang kemudian diencerkan hingga 100x. Pengenceran ini dimaksudkan untuk mendapatkan kerapatan optik 0.2-0.3 pada panjang gelombang 600 nm (Nickoloff 1995). Metode pengenceran ini dilakukan pada banyak penelitian seperti Chaidamsari et al. (2006b) pada transformasi tembakau oleh gen TcAP1, Khammuang et al. (2005) pada transformasi gen antibeku asal stroberi, dan Vengadesan et al. (2004) pada transformasi mentimun oleh gen bar. Menurut Sreeramanan et al. (2008), kerapatan A. tumefaciens yang tinggi digunakan untuk beberapa eksplan tertentu. Untuk mengurangi efek negatif seperti kesulitan membunuh A. tumefaciens, maka waktu inokulasi atau kokultivasi diperpendek ataupun penambahan antioksidan seperti L-sisten dan asam askorbat pada media kokultur. Oleh karena itu, inokulasi kultur bakteri yang membawa konstruk gen TcLFY pada eksplan daun hanya berlangsung sekitar 15 menit saja untuk mengurangi efek negatif yang dikarenakan tingginya jumlah bakteri.

28 Setelah proses infeksi selama 15 menit, eksplan daun dikokultivasi pada media MS yang mengandung asetosiringon 200 ppm dan diinkubasi pada kondisi gelap. Kondisi gelap ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi infeksi Agrobacterium pada eksplan daun karena Agrobacterium termasuk bakteri tanah yang akan hidup optimal pada kondisi gelap. Setelah sehari, maka eksplan daun dipindahkan ke media MS yang mengandung sefotaksim 250 ppm. Vargas & Flota (2006) melaporkan bahwa untuk mengurangi infeksi yang berlebihan dari Agrobacterium, sefotaksim ataupun vancomisin diberikan pada media. Penggunaan sefotaksim 250 ppm biasa digunakan oleh beberapa peneliti seperti Chaidamsari et al. (2006), Tseng et al. (2011), dan Sagare & Mohanty (2012). Setelah kokultivasi, maka eksplan daun dipindahkan pada media regenerasi MS yang ditambahkan agen seleksi kanamisin 50 ppm dan sefotaksim 250 ppm. Perlakuan kontrol baik kontrol negatif maupun positif mutlak dilakukan untuk menjaga kesahihan penelitian. Kontrol negatif terlihat kekuningan dan pada akhirnya akan menjadi layu (Gambar 3). Perlakuan kontrol negatif ini merupakan eksplan potongan daun tanaman tembakau yang langsung dikokultivasikan pada media MS yang ditambahkan kanamisin 50 ppm dan perlakuan ini befungsi untuk mengkonfirmasi bahwa antibiotik yang digunakan sebagai agen seleksi dapat berfungsi dengan baik. Selanjutnya, kontrol positif yaitu eksplan potongan daun yang dikokultivasi pada media MS tanpa penambahan antibiotik, masih terlihat hijau segar, memperlihatkan munculnya tunas, dan sampai akhirnya akan menjadi planlet tanaman tembakau yang normal setelah beberapa hari kemudian. Hal ini menunjukkan bahwa kontrol positif berfungsi dengan baik yaitu mengkonfirmasi bahwa tanaman tembakau yang digunakan pada penelitian ini dalam keadaan baik. (a) (b) Gambar 3 Morfologi kontrol positif (a), kontrol negatif (b).

29 Proses regenerasi dilakukan dengan memindahkan eksplan daun pada media MS padat yang dimengandung kanamisin 50 ppm, sefotaksim 250 ppm, dan hormon sitokinin berupa BAP. BAP yang merupakan salah satu jenis sitokinin sintetik yang berfungsi untuk membantu pertumbuhan vegetatif tanaman invitro. Menurut Wattimena (1988), peran fisiologis hormon sitokinin di antaranya adalah menginduksi pembelahan sel, morfogenesis, pertunasan, pembentukan kloroplas, dan pemecahan dormansi. Pada penelitian ini, penambahan BAP dilakukan terhadap eksplan yang tidak dikokultivasi dengan A. tumefaciens (kontrol positif) dan eksplan yang dikokultivasi dengan A. tumefaciens. Eksplan yang mampu bertahan hidup pada media seleksi kanamisin disebut eksplan transgenik putatif. Regenerasi dimulai dengan munculnya tunas pada bagian tepi daun yang mengalami penebalan dan berwarna kuning kehijauan. Hal ini terjadi baik pada eksplan transgenik putatif maupun eksplan nontransgenik. Eksplan nontransgenik mengalami kematian di media selektif yang mengandung antibiotik. Rata-rata jumlah tunas tiap eksplan antara eksplan transgenik putatif dan eksplan nontransgenik adalah sama yaitu sekitar 4 tunas per eksplan. Eksplan yang bertunas selanjutnya membentuk daun kecil. Inisiasi tunas eksplan transgenik putatif terjadi pada hari ke-17 setelah dilakukan transformasi dan pada hari yang ke-21 pada eksplan nontransgenik. Hal ini menunjukkan bahwa eksplan transgenik putatif bertunas lebih cepat daripada eksplan kontrol positif. Konsentrasi BAP yang digunakan pada penelitian ini adalah sebesar 0.5 ppm dan konsentrasi ini juga dilaporkan oleh Yelli (2009) merupakan konsentrasi sitokinin yang optimal untuk menghasilkan tunas. Dari eksplan yang diinfeksi A. tumefaciens, jumlah eksplan yang hidup di media selektif adalah berkisar 16% sedangkan dari eksplan yang tidak diinfeksi, berkisar 95% dapat hidup pada media nonselektif. Dari eksplan yang hidup, eksplan yang menghasilkan tunas transgenik putatif adalah 27.4%. Eksplan yang tidak diperlakukan dengan A. tumefaciens mempunyai efisiensi regenerasi sekitar 98.78% (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi regenerasi eksplan transgenik putatif lebih rendah daripada eksplan nontransgenik. Yelli (2009) mengemukakan bahwa infeksi

30 bakteri dan perlakuan antibiotik mungkin menjadi penyebab rendahnya efisiensi regenerasi eksplan transgenik. Suhu inkubasi selama proses kokultivasi dan regenerasi berkisar 22 C. Berdasarkan Dillen et al. (1997), integrasi T-DNA pada genom tembakau berlangsung optimal pada suhu 22 C. Salas et al. (2001) juga melaporkan suhu 19 C merupakan suhu optimal untuk integrasi gen asing pada tanaman yang sama. Tabel 1 Perkembangan eksplan nontransgenik dan eksplan transgenik putatif Eksplan Jumlah eksplan Jumlah eksplan Jumlah eksplan Jumlah tunas Efisiensi transformasi Efisiensi regenerasi Rata-rata tunas/eksplan yang hidup yang bertunas (%) (%) TcLFY 520 84 23 77 16 27.38 3.35 Nontransgenik* 520 493 487 2017-98.78 4.09 * ditanam di media nonselektif. Analisis Morfologi Sampai dengan umur tiga bulan, planlet transgenik putatif dan nontransgenik yang ditumbuhkan secara in vitro mempunyai morfologi yang sama baik pada akar, batang, dan daun (Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa integrasi gen TcLFY ke dalam genom tembakau tidak membuat abnormalitas pada tanaman tembakau dan hal ini tidak berlawanan dengan fungsi gen LFY sebagai gen kunci dalam pembungaan. Di dalam kultur in vitro, tanaman transgenik menghasilkan bunga pada bulan ke-empat, sedangkan tanaman nontransgenik belum menghasilkan bunga pada saat yang sama (Gambar 5). Hasil ini menunjukkan bahwa ekspresi berlebih gen TcLFY di dalam tanaman tembakau menyebabkan pembungaan awal. Menurut Blazquez et al. (1997), peningkatan jumlah kopi gen LFY menyebabkan pengurangan daun serta diikuti oleh pembentukan bunga. Pembungaan in vitro pada tembakau juga dilaporkan Chaidamsari et al. (2006) dengan ekspresi berlebih gen TcAP1.

31 (a) (b) Gambar 4 Morfologi planlet tanaman transgenik putatif (a) dan nontransgenik (b) yang berumur 3 bulan. (a) (b) Gambar 5 Morfologi planlet tanaman transgenik (a) dan nontransgenik (b) yang berumur 4 bulan. Analisis Molekuler Dari 77 tunas putatif transgenik, lima tunas yang tumbuhnya paling cepat diambil secara acak untuk dianalisis secara molekuler. Analisis molekuler dengan PCR menunjukkan bahwa kelima tanaman transgenik putatif tersebut mengandung sisipan gen TcLFY. PCR dengan primer F1 dan R1 menghasilkan amplikon berukuran 400 pb seperti yang diharapkan (Gambar 6). Hal ini menunjukkan bahwa kelima tanaman tersebut adalah transgenik. Kelima tanaman ini berbunga lebih awal daripada tembakau nontransgenik.

32 1 2 3 4 5 6 7 ± 400 pb Gambar 6 Analisis integrasi gen TcLFY di dalam tanaman tembakau dengan teknik PCR menggunakan primer F1 dan R1. Lajur 1 = DNA daun nontransgenik; lajur 2-6 = DNA daun transgenik putatif; lajur 7 = marker 1 kb Plus DNA Ladder. RNA telah berhasil diisolasi dari salah satu tanaman tembakau transgenik yang mengandung gen TcLFY. Hasil elektroforesis RNA total dari akar, batang, dan daun tanaman transgenik serta RNA total daun nontransgenik di dalam gel agarosa memperlihatkan dua pita RNA yang dominan (Gambar 7) ). Dua pita tersebut adalah rrna 18s dan 28s. Adanya 2 pita dominan tersebut menunjukkan bahwa baik rrna 18s maupun 28s yang utuh. Karena rrna 18s dan 28s di dalam suspensi RNA total dalam keadaan utuh, maka baik rrna, trna, maupun mrna adalah utuh. Konsentrasi RNA yang digunakan untuk kepentingan ini adalah sebesar 250 ng/µl sehingga diperoleh pendaran pita yang optimal pada proses selanjutnya. Amplifikasi utas pertama cdna selanjutnya dilakukan dengan menggunakan PCR. Primer yang digunakan untuk mengamplifikasi gen target adalah sepasang primerr ekspresi F1 dan R1. Primer F1 berukuran 28 nukleotida dengan titik melting (TM) sebesar 64 C sedangkan primer R1 berukuran 27 nukleotida dengan TM sebesar 66 C. Sepasang primer ini mengamplifikasi gen TcLFY dari basa nomor 32-407 sehingga pita amplion yang dihasilkan sekitar 400 pb. RNA total hasil isolasi selanjutnya digunakan sebagai cetakan untuk mensintesis utas pertama cdna menggunakan RT-PCR. PCR dengan menggunakan cetakan cdna total dari salah satu tanaman transgenik dengan menggunakan primer F1 dan R1 menghasilkan amplikon yang berukuran sekitar 400 pb baik pada akar, batang, maupun daun, sedangkan cdna dari tanaman

33 nontransgenik tidak menghasilkan amplikon (Gambar 8). Pada penelitian ini ekspresi gen TcLFY terjadi di semua bagian tanaman tembakau transgenik karena gen TcLFY yang diintroduksikan ke dalam genom tanaman tembakau di bawah kendali promoter konstitutif p35s CaMV. Dengan adanya ekspresi gen TcLFY maka menjadikan tanaman transgenik berbunga dan berbunganyaa tanaman transgenik ini lebih awal daripada tanaman nontransgenik 1 2 3 4 28 S 18 S Gambar 7 Pita hasil isolasi RNA total. Lajur 1: RNA total daun transgenik, lajur 2: RNA total batang transgenik, lajur 3: RNA total daun transgenik, lajur 4: RNA total daun nontransgenik. 1 2 3 4 5 ± 400 pb Gambar 8 Hasil amplifikasi gen TcLFY dengan cdna total sebagai cetakan dengan primer F1 dan R1. Lajur 1: marker 1 kb plus DNA ladder, lajur 2: cdna daun tanaman nontransgenik, lajur 3: cdna akar tanaman transgenik, lajur 4: cdna batang tanaman transgenik, lajur 5: cdna daun tanamann transgenik.