BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan penelitian deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2014:4)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Satori

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Selain itu, Fraenkel dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Data; (D) Instrumen Penelitian; (E) Data dan Sumber Data; (F) Teknik Analisis Data;

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Metode penelitian berarti cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena- fenomena

BAB III METODE PENELITIAN

1. Mengidentifikasi kasus untuk suatu studi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penalaran adaptif siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh data dan informasi yang objektif dibutuhkan data-data dan

BAB III METODE PENELITIAN. oleh subjek penelitian secara holistik, dan mendeskripsikannya dalam bentuk

BAB III METODE PENELITIAN. tentang apa yang dialami oleh subjek peneliti, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

BAB III METODE PENELITIAN. bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

commit to user 32 BAB III METODE PENELITAN

BAB III METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 97 Jadi,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah, Peneliti sebagai instrument pertama, bersifat deskriptif, lebih

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. penyesuaian diri remaja panti asuhan. Menurut Sugiyono (2012:1) metode

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini pada kelas X A semester genap tahun ajaran 2014/2015.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. BERMUTU di MGMP Sub Rayon I Tanjungsari, sesuai dengan butir-butir

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ditinjau dari tempat atau lokasi penelitiannya, penelitian ini termasuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum 2013

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu sendiri. Penelitian terkait judi online pada kalangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Mulyana, 2002: 145) merupakan proses, prinsip, dan prosedur yang kita

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang diarahkan untuk mendeskripsikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dimana subjek penelitian ini merupakan orang yang mengalami masalah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 76 Dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan/penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan permasalahan, penelitian ini bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, dan perilaku yang dapat diamati.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di tiga buah sekolah menengah pertama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif atas dasar

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, yaitu pendekatan dalam mengolah data mulai dari

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analitis

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. motivasi, tindakan dan lain secara holistik. 31 Sedangkan disebut deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Fenomena Kehidupan Anak Pekerja Ojek Payung di

BAB III METODE PENELITAN

III. METODE PENELITIAN. sekolah tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di mana data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode studi deskriptif analitis, dimana

BAB III METODE PENELITIAN. berhenti merokok, sehingga peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan penelitian deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2014:4) metologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Oleh karena itu, penelitian ini akan bermula dari penggalian data berupa pandangan dari infroman dalam bentuk cerita rinci atau hasil yang diungkapkan apa adanya sesuai dengan bahasa dan pandangan para subjek penelitian. Penelitian ini pada umumnya bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek/subjek yang diteliti secara tepat. Penelitian deskriptif mengasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan dan tidak berupa angka-angka. Berdasarkan paparan di atas, diharapkan dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif ini, penulis dapat menjelaskan fenomena yang terjadi pada subjek berdasarkan fakta dan karakteristik tertentu, yang pada akhirnya penulis mampu mendeskripsikan fenomena yang terjadi dengan bahasa verbal atau baik tertulis maupun lisan. Hal yang di deskripsikan pada penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif siswa emotional quotient dalam pemecahan masalah matematika berdasarkan tahapan Wallas. Kemampuan siswa emotional quotient dalam pemecahan masalah matematika dilihat berdasarkan pada tahapan menurut 41

42 Wallas, yaitu: persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Pendeskripsian ini ditelusuri melalui pengamatan langsung yaitu dengan menganalisis hasil tes pemecahan masalah yang dikerjakan oleh subjek peneliti (siswa dengan tingkat kecerdasan emosional). Selain itu, pendeskripsian ini juga dilakukan dengan cara wawancara pada subjek penelitian. Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa emotional quotient dalam pemecahan masalah matematika berdasarkan tahapan Wallas. 3.2 Subjek Penelitian Subjek atau responden penelitian merupakan orang yang diminta untuk memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Menurut Lofland (Moleong, 2014:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Jadi, subjek penelitian itu merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-B SMP Negeri 17 Kota Jambi semester ganjil tahun ajaran 2016/2017. Dipilihnya kelas VIII-B berdasarkan pertimbangan tertentu, kesepakatan dan masukan bersama pihak sekolah serta guru bidang studi matematika. Pertimbangan yang dilakukan ialah berdasarkan hasil wawancara terhadap guru matematika kelas VIII-B mengungkapkan bahwa berdasarkan nilai hasil ulangan kelas tersebut masih belum mampu dalam menyelesaikan soal uraian berbentuk masalah atau pemecahan masalah dalam matematika. Pemilihan subjek dalam penelitian ini adalah

43 berdasarkan tes kecerdasan emosional. Tes kecerdasan emosional ini dimaksudkan untuk memperoleh subjek yaitu diambil sebanyak 3 subjek penelitian dimana siswa dengan kecerdasan emosional tinggi, sedang dan rendah. Pemberian tes kecerdasan emosional dilaksanakan pada tanggal 26 september 2016 kepada siswa kelas VIII-B sebanyak 38 siswa yang terdiri dari 18 laki-laki dan 20 perempuan. Setelah dilakukan perhitungan masing-masing skor terhadap hasil tes kecerdasan emosional tersebut, diperoleh siswa yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, sedang dan rendah. Selanjutnya pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan purposive sampling. Menurut Sugiyono (2015:300) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan tertentu yang dilakukan dalam penelitian ini adalah siswa yang skor angket kecerdasan emosionalnya berada pada rentang tinggi, sedang dan rendah. Selain itu, pertimbangan lainnya ialah dengan memperhatikan kemampuan mengenali emosi diri atau mengelola emosi ketika siswa berada dikelas, memperhatikan semangat siswa ketika mengikuti pelajaran matematika, kemampuan berempati atau cara berkomunikasi siswa tersebut serta kemampuan membina hubungan sosial dengan siswa yang lain. Oleh karena itu, dalam pemilihan subjek ini peneliti turut dibantu oleh guru matematika yang mengajar di kelas VIII-B karena guru tersebut lebih mengetahui karakteristik siswanya dibanding peneliti, sehingga memudahkan peneliti dalam memilih subjek yang sesuai dengan tujuan penelitian ini. Sehingga terpilihlah 3 orang siswa dengan kecerdasan emosional tinggi, sedang dan rendah sebagai sumber data penelitian ini.

44 Setelah menemukan siswa dengan kriteria tersebut, selanjutnya siswa dengan tingkat kecerdasan emosional tersebut dilanjutkan dengan tes kemampuan pemecahan masalah matematika berupa tes tertulis dalam bentuk soal uraian (soal cerita) yang dibuat penulis yang disertai dengan wawancara untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa emotional quotient dalam pemecahan masalah matematika berdasarkan tahapan Wallas. 3.3 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini mengacu pada tahap atau prosedur penelitian menurut Bogdan yang dimodifikasi oleh Moleong (2014:127). Tahap penelitian tersebut meliputi: (1) Tahap pra-lapangan; (2) Tahap pekerjaan lapangan; dan (3) Tahap analisis data. 3.3.1 Tahap Pra-Lapangan Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: a. Pengajuan proposal penelitian; b. Permintaan izin untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 17 Kota Jambi di kelas VIII semester ganjil tahun ajaran 2016/2017; c. Penyusunan instrumen penelitian, yaitu: tes kecerdasan emosional menggunakan angket skala likert, soal tes tertulis pemecahan masalah matematika dalam bentuk uraian sebanyak 2 item soal serta pedoman wawancara. Kemudian instrumen penelitian tersebut divalidasi oleh dua orang dosen ahli matematika dan guru matematika. Tujuan dari validasi tersebut agar soal tes yang diberikan benar-benar

45 layak diujikan. Instrumen yang divalidasi adalah soal tes dan pedoman wawancara. d. Permintaan izin penelitian sekaligus menyerahkan surat izin penelitian. 3.3.2 Tahap Pekerjaan Lapangan Pada tahap ini, kegiatan yang akan dilaksanakan adalah: a. Melakukan tes pemilihan subjek dengan memberikan angket kepada siswa sehingga diperoleh siswa dengan tingkat kecerdasan emosional. b. Melakukan tes dengan memberikan soal tes tertulis tentang pemecahan masalah matematika kepada siswa yang telah divalidasi kepada subjek. c. Melakukan wawancara dengan memberikan pertanyaan berkaitan dengan jawaban tertulis yang diberikan oleh siswa. Hasil jawaban tertulis dan verbal (diperoleh saat wawancara) kemudian dikaji ketetapannya atau kekonsistenannya. d. Melakukan analisis terhadap seluruh data yang berhasil dikumpulkan, analisis ini dilakukan dalam dua bentuk, yaitu analisis peritem soal, dan analisis persiswa. e. Menguji kredibilitas data dengan triangulasi waktu. 3.3.3 Tahap Analisis Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis sesuai dengan teknik analisis data menurut Miles dan Huberman yang meliputi; (1) Reduksi data (2) Pemaparan data/kategorisasi (3) Penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2015:338).

46 3.4 Data Penelitian Data dalam penelitian ini berupa: 1. Hasil tes kecerdasan emosional untuk memperoleh subjek penelitian. 2. Hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa emotional quotient dalam pemecahan masalah matematika berdasarkan tahapan Wallas yang diperoleh berdasarkan tes pemecahan masalah matematika berupa soal uraian/essay (lembar tes pemecahan masalah). 3. Hasil wawancara terhadap subjek penelitian. 3.5 Instrumen Penelitian Instrument penelitian adalah nafas dari penelitian. Pada penelitian kualitatif ini, peneliti lebih banyak menjadi instrument sebab dalam penelitian kualitatif peneliti merupakan kunci dari instrument itu sendiri (key instruments). Selaras dengan itu Sugiyono (2015:305) dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2015:306). Dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti itu sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrument penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi

47 data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara (Sugiyono, 2015:307). Berdasarkan uraian di atas maka yang menjadi instrument utama adalah peneliti itu sendiri dimana peneliti berperan sebagai perencana, pelaksanaan pengumpulan data, penganalisis, penafsir data, dan akhirnya menjadi pelopor hasil penelitian. Instrument lainnya yaitu tes kecerdasan emosional berupa angket skala likert digunakan untuk memperoleh subjek yaitu diambil sebanyak 3 subjek penelitian dimana siswa dengan kecerdasan emosional tinggi, sedang dan rendah. Lembar tes pemecahan masalah matematika untuk mengungkapkan kemampuan siswa emotional quotient dalam menyelesaikan pemecahan masalahan matematika berdasarkan tahapan Wallas dan pedoman wawancara untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa emotional quotient dalam pemecahan masalah matematika berdasarkan tahapan Wallas. Jadi, dapat disimpulkan yang menjadi instrument utama pada penelitian ini adalah peneliti sendiri, karena peneliti merupakan pengumpul data melalui pengamatan dan wawancara mendalam. Sedangkan instrumen pendukung dalam penelitian ini meliputi: tes kecerdasan emosional siswa, tes pemecahan masalah matematika, dan pedoman wawancara. 3.5.1 Tes Pemilihan Subjek Tes pemilihan subjek menggunakan tes kecerdasan emosional siswa dengan menggunakan angket skala likert. Menurut Sugiyono (2015:134) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok

48 orang tentang fenomena sosial. Untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang diharapkan penulis menggunakan angket sebagai instrumen penelitian. Penyusunan instrumen angket disesuaikan dengan hal apa yang akan diteliti. Selain itu dengan angket lebih memberikan kesempatan kepada siswa atau responden untuk memberikan informasi dengan baik dan benar. Indikator yang telah dirumuskan di dalam kisi-kisi selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir-butir pertanyaan atau soal dalam angket. Alternatif jawaban dalam angket ini mengunakan skala Likert. Skala Likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak, melalui rentang nilai tertentu. Pernyataan yang diajukan ada dua kategori, yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Dalam skala Likert, pernyataanpernyataan yang diajukan baik pernyataan positif maupun pernyataan negatif dinilai dalam skala kecerdasan emosional yang peneliti gunakan hanya menyediakan 4 alternatif jawaban, yaitu dengan meniadakan jawaban ragu-ragu/tidak tahu, dengan alasan sebagai berikut: (1) Kategori indecisided, yaitu mempunyai arti ganda, bisa juga diartikan netral, atau ragu-ragu, (2) Dengan tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan kecenderungan jawaban ditengah (Central Tendency Effect), (3) Maksud jawaban dengan empat tingkat kategori untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah tidak sesuai, sehingga dapat mengurangi data penelitian yang hilang. Instrumen tes kecerdasan emosional merupakan tes berbentuk pernyataanpernyataan tentang pendapat siswa terhadap setiap pernyataan dengan cara

49 memberikan tanda conteng pada kolom jawaban yang telah disediakan. Penetapan skor diberikan pada butir-butir pernyataan penelitian di dalam angket. Pemberian skor terhadap butir-butir pernyataan akan diukur menggunakan skala Likert atau skala ordinal. Skala Likert yang digunakan dalam penelitian ini berdimensi empat yang tertera seperti tabel 3.1 berikut: Tabel 3.1 Pedoman Skor Alternatif Jawaban Skor Untuk Pernyataan Alternatif Jawaban Positif Negatif Sangat Setuju (SS) 4 1 Setuju (S) 3 2 Tidak Setuju (TS) 2 3 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4 Sumber: Sugiyono (2015:135) 3.5.2 Tes Pemecahan Masalah Matematika Instrument lain yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument tes kemampuan pemecahan masalah matematika dalam bentuk soal uraian. Tes kemampuan pemecahan masalah matematika tersebut berupa soal uraian dimana soal tersebut telah di validasi oleh dua orang ahli matematika dan satu orang guru matematika SMP sebelum digunakan. Pada lembar validasi, terdapat 3 kriteria yang dinilai oleh validator sesuai pendapat (Hendriana dan Soemarmo, 2014:157), meliputi: penilaian terhadap konstruksi soal, penilaian terhadap penggunaan bahasa, serta penilaian terhadap materi. Dimana masing-masing kriteria terdiri atas sub-sub

50 kriteria, dan untuk setiap sub kriteria penilaian ini diberi skala penilaian yang dituangkan dalam bentuk penilaian Guttman berupa pernyataan setuju (s), kurang setuju (ks) dan tidak setuju (ts). Soal yang dipilih adalah soal pemecahan masalah matematika dalam bentuk soal uraian/essay. Alasan peneliti menggunakan soal dalam bentuk uraian dikarenakan menurut Arikunto (2013:177) tes essay menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, dan terutama harus mempunyai daya kreativitas yang tinggi. Maka dari itu penggunaan soal essay ini diharapkan akan dengan mudah melihat bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa emotional quotient dalam pemecahan masalah matematika berdasarkan tahapan Wallas, yang dinilai memiliki kreativitas yang tinggi dalam pemecahan masalah matematika. Dalam penelitian ini untuk pemecahan masalah matematika, langkah yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah adalah mengikuti tahapan berpikir kreatif menurut Wallas. Hal ini dikarenakan masalah matematika adalah masalah atau soal-soal yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh lebih dari satu jawaban benar dan terdapat banyak cara penyelesaian untuk mencapai jawaban benar tersebut. Sehingga untuk menyelesaikan diperlukan suatu kemampuan berpikir kreatif untuk menemukan banyak/atau lebih dari satu kemungkinan jawaban dan cara penyelesaian terhadap suatu masalah. 3.5.3 Pedoman Wawancara Pedoman wawancara digunakan untuk membimbing peneliti dalam mengungkap kemampuan berpikir kreatif siswa emotional quotient dalam

51 menyelesaikan soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika dalam bentuk soal uraian. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara semi terstruktur. Menurut Sugiyono (2015:320) wawancara semi terstruktur adalah wawancara yang menggunakan beberapa inti pokok pertanyaan, namun dalam pelaksanaannya peneliti mengajukan pertanyaan secara bebas, pertanyaan tidak perlu ditanyakan secara berurutan dan pemilihan kata-katanya tidak baku tetapi dimodifikasi sesuai situasi. Tujuan dari wawancara semi terstruktur adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya (Sugiyono, 2015:320). Pedoman wawancara yang disiapkan dan dibuat berdasarkan indikatorindikator dari kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan soal. Dari indikator-indikator tersebut kemudian dikembangkan menjadi daftar pertanyaanpertanyaan, check list atau pencatatan. Pedoman wawancara hanya membimbing peneliti agar materi wawancara terfokus pada permasalahan yang ingin diungkap. Pedoman wawancara divalidasi oleh dua orang ahli pendidikan matematika atau ahli matematika dan satu orang guru matematika SMP. Pada lembar validasi, terdapat 3 kriteria yang dinilai oleh validator sesuai pendapat (Hendriana dan Soemarmo, 2014:157), meliputi penilaian terhadap konstruksi pedoman wawancara, penilaian terhadap penggunaan bahasa, serta penilaian terhadap materi wawancara. Dimana masing-masing kriteria terdiri atas sub-sub kriteria dan untuk setiap sub kriteria penilaian ini diberi skala penilaian yang dituangkan dalam bentuk penilaian Guttman berupa pernyataan setuju (s), kurang setuju (ks) dan tidak setuju (ts). Validasi

52 dilakukan untuk mengetahui bahwa: (1) Setiap informasi yang diberikan jelas dan berfungsi; (2) Informasi yang diberikan cukup untuk mengungkapkan data yang diinginkan; (3) Kalimat tidak mengandung arti ganda; (4) Urutan kalimat yang digunakan tidak tumpang tindih; dan (5) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah yang baik dan benar. Data hasil wawancara berupa transkrip wawancara, transkrip tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan peneliti dan jawaban subjek dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Berdasarkan transkrip tersebut, data tentang kemampuan berpikir kreatif siswa emotional quotient dalam menyelesaikan soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika berdasarkan tahapan Wallas dapat dideskripsikan. Tabel. 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Untuk Mengetahui Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Emotional Quotient Indikator Berpikir Kreatif 1. Kelancaran (Fluency) 2. Keluwesan (Flexibility) Deskriptor a) Siswa dapat mencetuskan banyak pernyataan pada soal dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanya dengan lancar. b) Siswa mampu memikirkan lebih dari satu ide yang dituangkan dalam bentuk coretan rumus ataupun gambar dengan lancar. c) Siswa mendapatkan ide untuk menyelesaikan masalah dengan lebih dari alternatif jawaban ataupun cara penyelesaian dengan lancar. d) Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam solusi dan jawaban dengan lancar. a) Siswa dapat menggunakan alternatif bahasa yang berbeda dari siswa yang lainnya yaitu dengan menggunakan bahasa sendiri. b) Siswa dapat mencari strategi yang sesuai untuk menghasilkan beragam jawaban yaitu; dengan mengkaitkan materi yang pernah diajarkan sebelumnya. c) Siswa mampu menunjukkan suatu jawaban dengan cara penyelesaian yang berbeda-beda d) Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan berbagai metode penyelesaian.

53 3. Kebaharuan (Originality) 4. Keterincian (Elaboration) a) Siswa dapat membuat konsep yang unik. b) Siswa dapat memikirkan cara unik dituangkan dalam bentuk coretan kertas. c) Siswa mampu menunjukkan pemahaman yang lebih dengan melahirkan konsep-konsep yang unik. d) Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan cara baru atau unik (berbeda dengan jawaban siswa yang lain). a) Siswa dapat memperinci secara detail apa yang diketahui sehingga menjadi lebih menarik. b) Siswa dapat memikirkan penyelesaian yang lebih runtut yang dituangkan dalam coretan kertas. c) Siswa mampu mengembangkan suatu ide secara runtut. d) Siswa menguraikan dan memeriksa ulang penyelesaian masalah secara runtut agar lebih menarik. Sumber : Happy, N. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kasihan Bantul Pada Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). S1 Thesis, UNY Adapun diagram penyusunan instrumen lembar observasi dan pedoman wawancara digambarkan sebagai berikut: Penyusunan Instrumen Draf Instrumen Revisi Tidak Dikonsultasikan dengan ahli dan praktisi Layak digunakan? Ya Instrumen yang layak digunakan Keterangan: : urutan kegiatan : siklus jika diperlukan : hasil yang diperoleh : kegiatan yang dilakukan : pilihan /pertanyaan Gambar 3.1 Diagram Alur Penyusunan dan Pengembangan Instrumen.

54 3.6 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah-langkah yang paling utama didalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan memberikan tes kecerdasan emosional siswa berdasarkan indikator kecerdasan siswa yang dikemukakan oleh Goleman untuk menemukan subjek penelitian. Setelah itu, subjek diberikan tes kemampuan pemecahan masalah matematika tahap I. Soal pemecahan masalah matematika dalam bentuk uraian/essay. Kemudian untuk validasi data, maka subjek diberi lembar tes kemampuan pemecahan masalah matematika tahap II yang dibuat oleh peneliti dimana soal tersebut telah di validasi oleh dua orang ahli matematika dan satu orang guru matematika SMP sebelum digunakan. Apabila tidak valid, maka dilakukan pemberian lembar pemahaman matematika ulang dan wawancara untuk memperoleh data yang valid. Setelah siswa mengerjakan lembar tes kemampuan pemecahan masalah, dilakukan wawancara berdasarkan jawaban subjek penelitian pada lembar tes pemecahan masalah tersebut. Pada penelitian ini digunakan wawancara semi terstruktur. Menurut Sugiyono (2015:320) wawancara semi terstruktur adalah wawancara yang menggunakan inti dari pokok pertanyaan, namun dalam pelaksanaannya peneliti mengajukan pertanyaan secara bebas, pertanyaan tidak perlu ditanyakan secara berurutan dan pemilihan kata-katanya tidak baku tetapi

55 memodifikasi sesuai situasi. Tujuan dari wawancara ini untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sesuai dengan langkah-langkah berikut: 1) Peneliti memberikan lembar tes kemampuan pemecahan masalah matematika tahap I kepada subjek. Peneliti memberi kesempatan kepada subjek untuk menyelesaikan lembar tes pemecahan masalah matematika tersebut. 2) Setelah subjek menyelesaikan lembar tes pemecahan masalah matematika tahap I, peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan tes pemecahan masalah matematika. Wawancara ini dilakukan untuk setiap tahap dan nomor soal pada lembar tes kemampuan pemecahan masalah matematika. 3) Pada hari yang berbeda, peneliti memberikan lembar tes kemampuan pemecahan masalah matematika tahap II yang setara dengan lembar tes kemampuan pemecahan masalah matematika tahap I kepada subjek. Peneliti memberikan kesempatan kepada subjek untuk menyelesaikan lembar tes pemecahan masalah matematika tersebut. 4) Setelah itu peneliti melakukan wawancara untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa emotional quotient dalam menyelesaikan tes pemecahan masalah matematika. Wawancara ini dilakukan untuk setiap butir soal pada lembar tes kemampuan pemecahan masalah matematika tahap II.

56 5) Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengecekan keabsahan data dengan triangulasi waktu yaitu mencari kesesuaian data yang bersumber dari hasil lembar tes kemampuan pemecahan masalah matematika dan wawancara yang dilakukan. Apabila data le mbar soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika tahap II dan wawancara yang triangulasi dengan data lembar tes kemampuan pemecahan masalah matematika tahap I dan wawancara yang pertama menunjukkan kesamaan, maka kedua data tersebut valid dan reliable, sehingga dapat dilakukan pendeskripsian untuk memperoleh deskripsi kemampuan berpikir kreatif siswa emotional quotient dalam pemecahan masalah matematika. Sebaliknya apabila tidak valid maka diberikan lagi lembar tugas pemecahan masalah matematika dan wawancara berikutnya. Proses seperti ini berlangsung terus sampai ditemukan data yang valid. Secara lengkap prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini di jelaskan dengan menggunakan diagram sebagai berikut:

57 Pemberian tes kecerdasan emosional oleh Goleman Subjek dengan tingkat kecerdasan emosional Pengumpulan data I Subjek diberikan lembar soal tes kemampuan pemecahan matematika Wawancara subjek Pengumpulan data berikutnya Subjek diberikan lembar soal tes kemampuan pemecahan masalah matematika berikutnya Wawancara subjek Data hasil wawancara Data jawaban tertulis Data hasil wawancara Data jawaban tertulis Data Data Cocok Ya Tidak Keterangan : Urutan kegiatan Siklus jika diperlukan Data yang valid dan reliabel Data untuk dianalisis Gambar 3.2 Diagram prosedur pengumpulan data

58 3.7 Uji Kredibilitas Data Menurut Sugiyono (2015:368) uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, tringulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif, dan member check. Lebih lanjut Sugiyono (2015:372) mengutarakan triangulasi dalam pengujian kreadibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Pada penelitian ini uji kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian dilakukan dengan triangulasi waktu yaitu kesesuaian data yang bersumber dari dua masalah yang setara pada waktu yang berbeda. Untuk mempertanggungjawabkan kerdibilitas dalam penelitian ini, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Melakukan triangulasi waktu yaitu satu minggu setelah pemberian tes kemampuan pemecahan masalah matematika tahap I dengan melakukan pengulangan dan pemberian tes kemampuan pemecahan masalah tahap II yang setara dan wawancara. Triangulasi waktu dilakukan dengan tujuan untuk mencari kesesuaian data yang bersumber dari dua masalah yang setara pada waktu yang berbeda. Hasil wawancara dan hasil tes tertulis dikaji berdasarkan indikator berpikir kreatif. Dengan cara demikian diharapkan keseluruhan data saling menguatkan dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kemampuan berpikir kreatif siswa emotional quotient.

59 2. Membuat catatan setiap tahapan penelitian dan dokumentasi yang lengkap. Secara berkala peneliti melakukan refleksi mengenai pemikiran-pemikiran yang muncul dan tindakan-tindakan yang telah dilakukan. 3. Melakukan pentranskripan segera setelah melakukan pengambilan data. Hal ini dilakukan agar unsur-unsur subyektifitas penelitian tidak ikut mengintervensi data penelitian. 4. Melakukan pengecekan berulang kali terhadap rekaman suara, video, lembar jawaban, dan transkrip wawancara agar diperoleh hasil yang sahih. 3.8 Teknik Analisis Data Bogdan (dalam Sugiyono, 2015:334) mengatakan analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan dengan orang lain. Dikemukakan lebih lanjut oleh Sugiyono maka analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis, data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Berdasarkan pengertian analisis data di atas, maka data hasil tes pnyelesaian soal, baik secara tertulis maupun hasil wawancara dan catatan lapangan dianalisis dengan mengacu kepada indikator berpikir kreatif dan tahapan pemecahan masalah

60 matematika menurut Wallas seperti yang telah dikemukakan pada bab II. Selain itu, analisis data wawancara dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan teknik analisis yang mengacu pada pendapat Miles dan Huberman yang meliputi (1) Reduksi data (2) Pemaparan data/kategorisasi (3) Penarikan kesimpulan (Sugiyono, 2015:338). 1. Reduksi data Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema, polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dalam penelitian ini akan memfokuskan pada siswa yang hasil jawabannya mengacu pada kriteria kemampuan berpikir kreatif. 2. Penyajian data Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data atau penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman (1984) mengatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang

61 terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2015:341). Maka penyajian data adalah menuliskan data secara sistematis sehingga memungkinkan untuk mengambil suatu kesimpulan dan tindak lanjut didalam penelitian. Menuliskan data yang dimaksud adalah teks naratif yang menjelaskan situasi yang ditemukan dilapangan berdasarkan data-data akurat. Penyajian data dalam penelitian ini adalah pengklasifikasian dan identifikasi data mengenai jawaban siswa dengan tahapan penyelesaian soal menurut Wallas. Jawaban siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika akan disimpulkan berdasarkan pemaparan data. 3. Penarikan kesimpulan Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman (1984) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan buktibukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi

62 atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas (Sugiyono, 2015:345). Sehingga penarikan kesimpulan didasarkan pada hasil yang ditemukan dilapangan, baik hasil pekerjaan tertulis maupun yang diperoleh dari hasil wawancara. Selain itu, penarikan kesimpulan didasarkan juga pada indikator kemampuan berpikir kreatif siswa emotional quotient dalam memecahkan masalah matematika. Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2015:340) secara umum diagram teknik analisis data digambarkan sebagai berikut: DATA Reduksi Data Memilih yang penting, membuat kategori, dan membuang yang tidak dipakai Pemaparan data / kategorisasi Pengklasifikasian dan identifikasi data Penarikan Kesimpulan Kesimpulan kemampuan berpikir kreatif siswa Emotional Quotient dalam memecahkan masalah matematika berdasarkan teori Wallas kelas VIII SMP Gambar 3.3 Teknik Analisis Data