BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. evaluasi pada penampilan yang bisa digunakan untuk menilai kompetensi klinik

BAB I PENDAHULUAN. diidentifikasi. Umpan balik dapat memberikan informasi kepada mahasiswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. rancangan penelitian Quasi Eksperimen with control group design (Sugiyono, O1 X O2 O3 - O4

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tenaga kesehatan yang bermutu, yang mampu bersaing baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kedokteran bertujuan untuk menghasilkan dokter yang. sebagai bekal untuk belajar sepanjang hayat (Konsil Kedokteran

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan penilaian pada aspek pengetahuan (Khalidatunnur dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP) STANDAR NASIONAL AKREDITASI RUMAH SAKIT EDISI 1 EFEKTIF TANGGAL 1 JANUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. seorang perawat harus memiliki sertifikat kompetensi (DEPKES, 2014).

BAB I. PENDAHULUAN. Meskipun keterampilan ini wajib dikuasai, namun masih ada beberapa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hal yang penting dalam pendidikan kedokteran. adalah keterlibatan langsung mahasiswa ke dalam situasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah memajukan kesejahteraan bangsa. Salah satunya adalah dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya, serta beberapa perilaku lain yang merupakan sifat-sifat kemanusiaan

Standard Operating Procedure. Mini-CEX. (Mini Clinical Evaluation Exercise)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS, 2013) melaporkan

BAB I PENDAHULUAN orang meninggal pertahun akibat medication error. Medication error

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbahaya, salah satunya medical error atau kesalahnan medis. Di satu sisi

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa ilmu keperawatan. Lulus dari ujian merupakan keharusan dan

INTEGRASI PENDIDIKAN KESEHATAN DALAM PELAYANAN RUMAH SAKIT (IPKP)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PSIK FK UMY) menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. menampilkan kemampuan professional yang optimal. Untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Pelayanan yang bermutu

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan global akan mutu lulusan pendidikan dan sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. akan melanjutkan pada tingkat pendidikan profesi dokter gigi. Dalam tahap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Kesiapan (readiness) terhadapinteprofesional Education (IPE)

kedokteran keluarga, salah satunya adalah patient centered care. Dalam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. empat lahan praktik yaitu RS Muhammadiyah, RS Muhammadiyah Unit II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan sendi,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan secara optimal. Setiap rumah sakit harus menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini telah menunjukkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif non-eksperimental

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mahasiswa kedokteran. Pada tahap ini mahasiswa belajar untuk

BAB I PENDAHULUAN. terselenggaranya pelayanan kesehatan yang berkualitas juga (Depkes, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aman dan etis (College of Nurses of Ontario, 2014). Salah satu kompetensi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Abstract. Abstrak. Gusti Raditya K. *, Yoyo Suhoyo **, Tridjoko Hadianto ** * Mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta **

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan melibatkan sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. Gambaran Wilayah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena yang terjadi saat ini menunjukan bahwa peran masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mini clinical evaluation exercise (Mini-CEX) merupakan suatu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari stres, masalahnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. (Fidianty & Noviastuti, 2010). Menurut Taylor (2006) kecemasan adalah suatu

ABSTRACT

Persepsi Peserta Didik dan Pasien tentang Pelaksaanaan Bedside Teaching dalam Pendidikan Klinik

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Pada beberapa tahun terakhir ini terjadi inovasi. di dalam sistem pendidikan kedokteran di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kualitas atau mutu pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. bahan obat dan obat tradisional. Pekerjaan Kefarmasian harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mereka untuk melakukan tugas dan fungsinya dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pendidikan keterampilan klinik di Laboratorium. Keterampilan Klinik (Skills laboratory atau disingkat

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dengan kegiatan mempengaruhi orang-orang lebih daripada pengaruh

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis. profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen waktu dapat dilakukan dengan metode Problem Based. pendekatan SCL adalah metode pembelajaran dengan Problem Based

BAB I PENDAHULUAN. yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang. memiliki kemampuan dalam menghubungkan aspek-aspek kemanusiaan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan proses penting dari perubahan. perilaku manusia dan mencakup segala sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. terutama perguruan tinggi mulai sungguh-sungguh dan berkelanjutan mengadakan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN MEKANISME KOPING PADA MAHASISWA KEPERAWATAN MENGHADAPI PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN DI RUMAH SAKIT SKRIPSI

I. PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan, dari, dan tentang satu sama lain untuk meningkatkan kolaborasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dr. Erwin Santosa, Sp.A, M.Kes Fakultas Kedokteran UMY

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FK. UGM) menerapkan metode Problem Based Learning (PBL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terfragmentasi dan kebutuhan kesehatan masyarakat tidak terpenuhi. Tenaga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilatih untuk mengajar, penilaian, tujuan evaluasi dan secara konsisten


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan kinerja tim multidisiplin

Nasution (2004) berpendapat bahwa mutu mencakup suatu usaha untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Penilaian pasien terhadap mutu pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Target dari Millennium Development Goals yang keempat adalah

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit dan memegang peranan penting dalam memberikan pelayanan. kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan dapat terwujud dengan

I. PENDAHULUAN. adaptasi yang juga berbeda pada setiap individu baik secara biologis, psikologis dan sosial (Ntoumanis, Edmunds & Duda, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi pembelajaran merupakan pertimbangan utama sekolah kedokteran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keperawatan sebagai profesi dikembangkan sesuai dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan serta teknologi, tuntutan kebutuhan pelayanan kesehatan

Karya Tulis Ilmiah Disusun Sebagai Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ARJUNA NIM:

MINI CEX : METODE PENILAIAN PERFORMA PADA PENDIDIKAN TAHAP KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang berbasis kompetensi. Penilaian diperlukan sebagai bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi didefinisikan sebagai interaksi sosial yang terjadi melalui pesan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB I PENDAHULUAN. serta kualitas pelayanan kesehatan (Majumdar, et al., 1998; Steinert, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan peluang bagi rumah sakit itu sendiri (Luck, 2000 dalam

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan SK Mendiknas No. 323/U/2002 tentang kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Pasal 1 ayat 3 adalah

IMPLEMENTASI KURIKULUM PROFESI BERDASARKAN REVISI SKDGI. Drg. Atiek Driana R,MDSc, Sp.KGA PSPDG FKIK UMY

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa keperawatan. Hal ini sesuai dengan Brinkley et al., (2010)

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu pelayanan keperawatan merupakan salah satu keberhasilan

PEDOMAN AKADEMIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA BAB V EVALUASI KEBERHASILAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara etimologis, persepsi atau dalam bahasa Inggris perception berasal dari bahasa Latin perception; dari percipere, yang artinya menerima atau mengambil. Secara singkat, persepsi (perception) dapat didefinisikan sebagai cara manusia menagkap rangsangan. Persepsi adalah sumber pengetahuan kita tentang dunia. Pengetahuan adalah kekuasaan, tanpa pengetahuan, kita tidak dapat bertindak secara efektif. Persepsi adalah sumber utama untuk pengetahuan. Persepsi adalah proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan pancaindera atau data (Sobur, 2011). Menilai keterampilan klinis, serta mengetahui persepsi preseptor dan mahasiswa sangatlah penting. Pelaksanaan pendidikan klinis terdiri dari proses pembelajaran yang diikuti oleh mahasiswa dan pengajar klinik preseptor dengan adanya evalusi untuk menilai perkembangan keterampilan pada mahasiswa. Preseptor adalah seorang perawat yang mengajar, memberikan bimbingan, dapat menginspirasi rekannya, menjadi tokoh panutan (role model), serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan individu (trainee). Salah satu tugas yang menjadi tanggung jawab preseptor yakni menjadi penilai dalam keterampilan klinis. Pedoman penilaian berupa suatu instrument yang digunakan dalam penilaian klinis. Salah satu alat ukur 1

2 dalam menilai keterampilan klinik adalah Mini-CEX (Mini Clinical Evaluation Exercise). Mini-CEX merupakan sebuah metode penilaian untuk mengukur penampilan mahasiswa dalam tahap penelitian klinik (clerkship/resident) (Khoiriyah, 2008). Penilaian mahasiswa terhadap Mini-CEX akan membantu dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa sehingga dalam pelaksanaannya terlaksana dengan baik dan evalusi keterampilan klinik sebagai tujuan akhir dapat maksimal. Mini-CEX diketahui meningkatkan perhatian mahasiswa terhadap kemampuan keterampilan klinik dan mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktu untuk melatih keterampilannya tersebut dengan memperbanyak interaksi dengan pasien. Sebuah penelitian di Argentina yang dilakukan oleh De Lima (2010), hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa sebagian besar preseptor menyatakan Mini- CEX adalah alat yang handal untuk mengukur penampilan klinis. Selain di Argentina ada juga penelitian lain yang dilakukan oleh Hauer (2000) di University of California, San Fransisco dimana penelitian tersebut menggunakan Mini-CEX sebagai alat untuk observasi langsung saat history taking dan physical examination. Selain itu, Mini-CEX juga digunakan untuk memberi feedback terhadap pencapaian keterampilan klinik mahasiswa. Hasil rata-rata didapatkan penampilan mahasiswa memuaskan menggunakan format melebihi hasil rata-rata untuk kepuasan penilaian.

3 Kusumanegara (2011) juga telah melakukan penelitian di Indonesia mengenai persepsi mahasiswa terhadap pelaksanaan Mini-CEX. Hasil penelitian tersebut memperlihatkan bahwa mahasiswa yang sedang melaksanakan program pendidikan kepaniteraan klinik FK UGM setuju Mini-CEX dapat menjadi media penilaian, media pembelajaran dan meningkatkan perkembangan profesionalisme mahasiswa. Mahasiswa juga melaporkan menambah waktu dan motivasi belajar, agar siap menghadapi Mini-CEX. Mini-CEX juga digunakan pada program pendidikan profesi ners UMY. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta adalah salah satu Rumah Sakit pendidikan profesi ners UMY. Penerimaan para preseptor dan mahasiswa dengan metode penilaian Mini-CEX baik berdasarkan dari hasil wawancara singkat dengan kepala bidang keperawatan di PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Selain itu, data pra yudisium co-ners angkatan XVIII menunjukkan nilai Mini-CEX sebagai salah satu komponen mengalami peningkatan yang cukup bermakna pada setiap stase yang dilalui para co-ners. Mini-CEX tidak berdiri sendiri sebagai instrumen penilaian dalam setiap stasenya, namun hasil akhir dari penilaian disatukan (kumulatif) dengan penilaian lainnya seperti BST (Bed Site Teaching), CSS (Case Science Session), dan DOPS (Directly Observed Procedural Skills). Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung juga Rumah Sakit Pendidikan yang menjadi tempat praktik pendidikan profesi bagi preofesi ners UMY. Peneliti mencari persepsi tentang Mini-CEX dengan cara melakukan wawancara terhadap beberapa

4 mahasiswa. Hasil dari wawancara, peneliti dapatkan bahwa persepsi mahasiswa baik tentang pelaksanaan Mini-CEX saat evaluasi keterampilan klinis mereka. Mahasiswa menyatakan merasa cocok dan nyaman dengan instrumen Mini-CEX. Runtutan pelaksanaan dari evaluasi keterampilan dengan Mini-CEX sudah mereka fahami, mulai dari komponen yang diujikan, proses pelaksanaan sampai evaluasi setelah proses ujian untuk dilaporkan kembali kepada masing-masing penguji. Persepsi adalah suatu pola awal sebelum seseorang bertindak yang nantinya akan mempengaruhi hasil akhir dari tindakan yang dipersepsikan. Persepsi diproses dalam 4 tahap yaitu stimulus, registrasi, interpretasi, dan umpan balik. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah stimulus dan personal. Persepsi mahasiswa dan preseptor dapat menjadi suatu proses analisis untuk mengetahui sejauh mana penerapan metode Mini-CEX sebagai instrumen penilaian berhasil mengukur kompetensi mahasiswa untuk mencapai pengembangan keterampilan klinik sesuai harapan. Mengetahui persepsi tentang penerapan Mini-CEX sangat penting karena metode penilaian Mini-CEX adalah metode penilaian yang baru bagi pendidikan dalam keperawatan. Jika persepsi baik maka akan berdampak pada pengembangan keterampilan yang baik sehingga bisa menjadi contoh untuk institusi pendidikan yang lain. Komponen keterampilan yang dinilai dalam Mini-CEX antara lain: keterampilan komunikasi teraupetik, keterampilan pemeriksaan fisik, profesionalisme klinis/intervensi keperawatan, kemampuan membuat intervensi keperawatan,

5 kemampuan memberi pendidikan kesehatan, organisasi/efisiensi, kompetensi klinis keperawatan secara umum.. Komponen-komponen tersebut menjadi kesatuan saat penerapannya, yaitu dalam waktu kurang lebih 20 menit untuk setiap mahasiswa saat ujian Mini-CEX. Hasil penilaian didapatkan dari gabungan mulai dari komponen 1-7 yang nantinya dicari nilai rata-rata sebagai hasil akhirnya. Feedback dari preseptor terhadap penampilan mahasiswa menjadi salah satu poin dalam pelaksanaan Mini-CEX. Penyatuan persepsi tentang Mini-CEX pada mahasiswa dan preseptor sangat penting. Persepsi yang sama akan membuat proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan dengan adanya persepsi yang benar secara keseluruhan (mahasiswa dan preseptor) akan berdampak pada keefektifan Mini-CEX untuk mengukur kompetensi keterampilan klinis sesuai dengan kegunaannya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti perbandingan persepsi mahasiswa profesi dan preseptor 2 Rumah Sakit pendidikan (PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan RSUD Temanggung dan RSUD Purworejo) terhadap pelaksanaan Mini-CEX (Mini Clinical Evaluation Exercise) pada pendidikan profesi ners FKIK UMY. B. Rumusan Masalah Bagaimana perbandingan persepsi mahasiswa profesi dan perseptor di 2 Rumah Sakit pendidikan (PKU Muhammadiyah Yogyakarta dengan RSUD Temanggung) terhadap pelaksanaan Mini-CEX (Mini Clinical Examination Evaluation) pada pendidikan profesi ners FKIK UMY?

6 C. Tujuan Penelitian 1. Menganalisa persepsi mahasiswa profesi ners UMY terhadap penggunaan Mini-CEX sebagai instrumen penilaian klinis. 2. Menganalisa persepsi preseptor terhadap penggunaan Mini-CEX sebagai instrumen penilaian klinis. 3. Menganalisa perbandingan persepsi mahasiswa dan preseptor di Rumah Sakit pendidikan profesi ners FKIK UMY. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Mahasiswa Profesi Hasil penelitian ini bisa dijadikan tolak ukur keberhasilan Mini-CEX menjadi alat ukur keterampilan klinik. Selain itu, dapat diketahui apakah metode ini efektif dan sesuai untuk diterapkan bagi pendidikan profesi keperawatan, sehingga kompetensi dapat terukur dan peningkatan keterampilan klinik mahasiswa profesi keperawatan sesuai yang diharapkan. 2. Bagi Preseptor Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan bimbingan keterampilan klinis mahasiswa yang akan menjadi tolak ukur bagi preseptor terhadap keberhasilan bimbingan klinis.

7 3. Bagi Rumah Sakit Hasil dari penelitian ini bisa dijadikan sebagai data based dan masukan bagi upaya peningkatan kualitas pendidikan klinik sebagai sebuah rumah sakit pendidikan dalam rangka mencetak perawat yang professional. 4. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan dalam proses belajar mengajar terutama yang berkaitan dengan mata kuliah manajemen keperawatan dan keperawatan professional sehingga bisa meningkatkan, mengembangkan, dan memajukan ilmu keperawatan. 5. Bagi Peneliti Mendapat pengalaman berharga dan diharapakan hasil penelitian ini bisa diaplikasikan saat menjalani pendidikan profesi di klinik dalam proses peningkatan keterampilan. D. Keaslian Penelitian 1. Penelitian tentang persepsi peserta didik tentang sistem pendidikan telah banyak dilakukan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Kusumanegara (2011) di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada. Penelitian tersebut menilai persepsi mahasiswa profesi (dokter muda) yang sedang menjalani proses belajar

8 stase ilmu penyakit syaraf dan ilmu penyakit dalam terhadap pemakaian Mini- CEX sebagai instrumen ujian klinis. Penelitian tersebut menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif non-experimental dengan rancangan crosssectional. Hasil dari penelitian tersebut adalah mahasiswa yang menjadi responden yang sedang melaksanakan program kepanitraan klinik pada bagian Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Penyakit Saraf FK UGM setuju Mini-CEX dapat menjadi media pembelajaran, penilaian, dan meningkatkan perkembangan profesionalisme mahasiswa. Terdapat beberapa kesamaan antara penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumanegara (2011) di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dari segi judul dan pengumpulan data. Namun penelitian tersebut meneliti persepsi mahasiswa profesi (dokter muda), sedangkan penelitian ini meneliti tentang persepsi mahasiswa profesi keperawatan dan persepsi preseptor klinik. 2. Penelitian tentang Mini-CEX yang dilakukan oleh Alberto E. Alves De lima, et al (2010) di Educational Department, Instituto Cardiovascular de Buenos Aires, Argentina. Penelitian yang berjudul function of the mini clinical evaluation exercise in post-graduate training. Tujuan dari penelitian tersebut yaitu untuk mengetahui pengalaman pembimbing dan pandangan mengenai Mini-CEX sebagai ketetapan alat dan untuk

9 mengevaluasi kelayakan serta pengaruhnya terhadap keputusan lulus atau tidak dan pemberian umpan balik, penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif non-experiment dengan kuesioner. Hasilnya semua pengajar setuju Mini-CEX sebagai sebuah alat penilaian yang merupakan promotor observasi secara langsung dan adanya feedback perbaikan sebagai salah satu kegiatan penilaian. Secara garis besar penelitian De Lima et al (2010) tersebut hampir sama dengan penelitian ini dari segi responden dan metodologi penelitian, namun jangka waktu pelaksanaan penelitian tersebut lebih panjang karena mengobservasi pengalaman pengajar selama setahun sementara penelitian ini bersifat cross-sectional atau sekali dalam sewaktu. 3. Penelitian terkait juga telah dilakukan oleh Samir Malhotra, et al (2008) tentang pendapat residen dalam tentang pelaksanaan Mini-CEX selama residensi di Faculty of Medicine University of British Columbia, Vancouver, Canada. Penelitian yang dikembangkan adalah dengan menilai persepsi residen interna terhadap Mini-CEX dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode yang digunakan adalah dengan cara semi-structuded focus group yang dilakukan oleh residen tahun pertama dan tahun kedua sebagai respondennya. Fokus group dilakukan oleh moderator independen, dan dengan menggunakan rekaman audio, serta transkripsi kata demi kata seorang residen. Residen menggambarkan konflik antara peran Mini-CEX sebagai metode penilaian dan kegunaannya sebagai alat pendidikan.

10 Selama awal pertemuan, Mini-CEX dianggap sebagai sebuah format penilaian yang menimbulkan rasa cemas. Seiring waktu, mereka merasa bahwa Mini-CEX memberikan wawasan tentang kompetensi klinis mereka. Peserta percaya bahwa pengalaman Mini-CEX akan menguntungkan mereka dalam persiapan dan berhasil menyelesaikan ujian khusus nasional mereka. Berbeda dengan penelitian ini yang menggunakan metode kuantitatif dalam pengumpulan data sedangkan penelitian Samir Maholtra et al tersebut menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan yang fokus pada satu kelompok saja.