UJI EFEKTIFITAS KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis) SEBAGAI PESTISIDA NABATI DALAM MENEKAN SERANGAN HAMA KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae L.) Muhammad Syaifullah Hiola (1), Rida Iswati (2), Fahria Datau (2) (1) Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128 Email: nidal.sekum@gmail.com (2) Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan kulit jeruk manis terhadap hama kumbang beras (Sitophylus oryzae L.). Penelitian dilakukan di Laboratorium Badan Pusat Informasi Jagung (BPIJ) Provinsi Gorontalo sejak April - Juni 2014 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu bentuk sediaan dan dosis pestisida. Faktor 1 bentuk sediaan pestisida yaitu B1 (bentuk tepung) dan B2 (bentuk cincang). Faktor 2 dosis pestisida yaitu D1 (1 g), D2 (5 g), D3 (10 g), dan D4 (15 g) yang diulang sebanyak 3 kali. Parameter yang digunakan adalah persentase kematian hama, dan efektifitas pestisida nabati. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam (ANOVA), Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5% serta Uji Regresi. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pestisida nabati kulit jeruk manis pada dosis 15 g lebih efektif dalam menekan serangan hama Sitophylus oryzae L. dengan persentase kematian hama sebesar 57.50 % dan efektifitas pestisida nabati sebesar 57.50%. Kata Kunci : Kumbang Beras, Pestisida Nabati, Dosis Pestisida
PENDAHULUAN Hama gudang dapat menyerang setiap waktu, kerusakan yang dikarenakan serangan hama gudang dapat menurunkan kualitas beras. Serangga utama yang merupakan hama dalam penyimpanan beras adalah dari ordo Coleoptera (Ramsiks, 2010). Salah satu hama utama dari ordo Coleoptera adalah kumbang beras (Sitophylus oryzae L.) (Manaf dkk., 2005). Hama tersebut merupakan hama primer yaitu dapat menyerang suatu bahan tanpa ada pertolongan hama lain (Hutabarat, 2010). Serangan S. oryzae L. ditandai dengan butir beras berlubang-lubang atau menjadi tepung karena gerekan kumbang. Akibat dari serangan hama ini beras dapat kehilangan berat hingga mencapai 23% setelah disimpan beberapa bulan (Sakul dkk, 2012). Selain itu beras menjadi mudah hancur dan berbau apek. Penggunaan pestisida nabati adalah salah satu alternatif pengendalian hama yang relatif aman dan ramah lingkungan sebab pestisida nabati berasal dari bahan bahan alami seperti tumbuhan. Prospek pengembangan pestisida nabati di Indonesia sangatlah menjanjikan sebab didukung oleh keanekaragaman hayati berupa tumbuh-tumbuhan yang melimpah. Tumbuh-tumbuhan merupakan gudang dari senyawa kimia yang kaya akan bahan aktif. Sejatinya senyawa kimia yang dimiliki oleh tumbuhan berfungsi sebagai alat untuk melindungi diri dari gangguan pesaingnya (Kardinan, 2011). Olehnya itu pemanfaatan bahan alami dari tumbuhan sebagai pestisida nabati merupakan alternatif pemecahan masalah penggunaan pestisida yang saat ini menjadi dilema bagi kita semua. Salah satu bahan alami dari tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah kulit jeruk manis. Hal ini dikarenakan kulit jeruk manis mengandung minyak atsiri. Potensi minyak atsiri sebagai pestisida nabati juga sangat besar ditinjau dari aktivitas biologi, efikasi, kompatibilitas, organisme sasaran, serta keamanannya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Beberapa jenis minyak atsiri terbukti mempunyai aktivitas biologi terhadap mikroba maupun serangga hama dan vektor patogen yang merugikan manusia, hewan, dan tanaman. Properti minyak atsiri tersebut telah banyak dimanfaatkan dan produknya telah banyak dikomersialkan terutama di bidang industri makanan, misalnya sebagai bahan aditif dan pengawet makanan (Hartati, 2012). Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil. Selain komponenkomponen tersebut, kandungan senyawa kimia lainnya dalam minyak atsiri berbahan kulit jeruk manis adalah limonen yang bekerja sebagai antifeedant terhadap serangga, zat pengatur tumbuh dan zat toksik terhadap kutu. Mengingat kulit jeruk manis saat ini hanya dianggap sebagai limbah tanpa adanya proses lebih lanjut. Melihat potensi tersebut, maka perlu untuk menguji dan mengkaji tingkat keefektifan kulit jeruk manis terhadap serangan S. oryzae L.
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Badan Pusat Informasi Jagung Provinsi Gorontalo. Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan April 2014 sampai bulan Mei 2014. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini yakni termohigometer, toples kaca, cawan petri, kaca pembesar, ayakan, blender, timbangan digital, karet gelang dan kain kassa. Sedangkan bahan yang dipakai yaitu imago S. oryzae L., beras varietas Ciherang dan limbah kulit jeruk manis (Citrus sinensis). Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri atas 2 faktor. Faktor pertama adalah bentuk sediaan kulit jeruk terdiri atas bentuk tepung (B1) dan bentuk cincang (B2) sedangkan faktor kedua adalah dosis kulit jeruk manis terdiri atas dosis 1 g (D1), 5 g (D2), 10 g (D3), dan 15 g (D4). Masing-masing perlakuan dikombinasikan dan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 24 unit perlakuan. Sebagai pembanding digunakan Kontrol yaitu tanpa kulit jeruk manis (K0) dan pestisida kimia bestacid 300 EC (K1). Setiap kontrol diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 6 unit perlakuan kontrol. Jumlah keseluruhan perlakuan sebanyak 30 unit. Persiapan Penelitian Serangga uji disiapkan dengan cara mengambil Imago S. oryzae L. dari tempat penyimpanan beras terdiri atas kumbang jantan dan betina, kemudian dipelihara sampai mendapat keturunan baru dengan umur yang seragam. Pakan serangga uji yaitu beras varietas Ciherang yang diambil dari gudang tempat penyimpanan beras, kemudian disortir agar bebas dari kotoran dan serangan hama. Beras kemudian ditimbang masing-masing seberat 100 g menggunakan timbangan analitik. Penyediaan kulit jeruk manis (Citrus sinensis) diperoleh dengan cara mengumpulkan limbah kulit jeruk manis dari rumah makan/restorant. Kulit jeruk manis yang telah dikumpulkan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering kemudian kulit jeruk dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama diblender hingga menjadi tepung kemudian di ayak agar mendapatkan ukuran serbuk yang seragam. Sedangkan bagian kedua dicincang dengan ukuran ± 2 cm. Langkah selanjutnya tepung kulit jeruk dan hasil cincangan ditimbang seberat 1 g, 5 g, 10 g dan 15 g sehingga siap untuk diaplikasikan. Pelaksanaan Penelitian Beras 100 gram dicampur dengan kulit jeruk manis sesuai perlakuan kemudian dimasukkan ke dalam wadah perlakuan, setelah itu diinfestasikan imago S. oryzae L. sebanyak 20 ekor tiap perlakuan, terdiri atas 10 imago betina dan jantan. Pestisida kimia diaplikasikan sesuai dosis anjuran yang tertulis pada kemasan dengan teknik penyemprotan pada setiap wadah perlakuan, selanjutnya pada setiap wadah diinfestasikan beras dan hama seperti pada perlakuan yang lainsetelah itu wadah ditutup dengan kain dan diikat dengan karet gelang.
Parameter yang Diamati Persentase Kematian Hama Persentase kematian hama dihitung dengan cara mengamati jumlah hama yang mati pada tiap pengamatan, kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam rumus (Kundra, 1981 dalam Patty, 2011) sebagai berikut : M = a/b x 100 % M = Presentase mortalitas imago a = Jumlah serangga uji yang mati b = Jumlah serangga uji yang diinvestasi Setelah itu, data jumlah hama tersebut digunakan untuk melihat hubungan lamanya infestasi pestisida dengan persentase kematian hama. Efektifitas Pestisida Selain persentase kematian hama, data jumlah hama juga digunakan untuk mengetahui efektifitas dari perlakuan pestisida nabati kulit jeruk manis dengan rumus Abbot sebagai berikut : E = C T x 100% C E = Efektifitas Pestisida C = Jumlah Individu yang masih hidup pada kontrol positif T = Jumlah Individu yang masih hidup pada perlakuan Analisis Data Data yang diperoleh di lapangan dianalisa secara statistik menggunakan metode analisis sidik ragam (ANOVA) dan diuji lanjut BNT pada taraf nyata 5% menggunakan aplikasi SAS 9.1 for Windows serta Uji Regesi menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007. HASIL PENELITIAN Persentase Kematian Hama. Hasil analisis sidik ragam (Anova) persentase kematian hama menunjukkan bahwa terdapat beda nyata pada perlakuan dosis, namun tidak berbeda nyata pada perlakuan bentuk sediaan pestisida dan interaksinya. Tabel 1. Persentase Kematian Hama S. oryzae L. selama 30 Hari Masa Infestasi Pestisida Nabati Kulit Jeruk Manis. Perlakuan 1 Persentase Kematian Hama (%) Perlakuan 2 Persentase Kematian Hama (%) Tepung 40.00tn Cincang 37.08tn 1 g 25.83c 5 g 30.00c 10 g 40.83b 15 g 57.50a BNT 5% 3.53 Ket: tn = tidak nyata angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %
Persentase Kematian (%) (%) Perlakuan dosis pestisida sebanyak 15 g mengakibatkan persentase kematian S. oryzae L. paling tinggi yaitu sebesar 57.50% diikuti berturut-turut oleh perlakuan dosis 10 g, 5 g dan 1 g sebesar 40.83%, 30.00%, dan 25.83%. Keterangan tersebut mengartikan bahwa semakin tinggi dosis pestisida nabati kulit jeruk manis yang diberikan maka semakin besar tingkat kematian dari hama S. oryzae L. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang telah dilakukan oleh Sahanaya dkk (2013) yang menggunakan serbuk kulit batang kayu lawang sebagai pestisida nabati terhadap kumbang S. oryzae L. dengan dosis 12.5 g dengan tingkat kematian hama tertinggi sebesar 50% dibandingkan dengan dosis yang lebih rendah. Untuk menjelaskan bentuk hubungan lamanya infestasi pestisida terhadap persentase kematian hama baik pada bentuk sediaan yang berbeda maupun dosis disajikan pada Gambar 1 dan 2 di bawah ini. 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Lamanya Lama Infestasi Pestisida (Hari) (Hari) y = -0.00746x 2 + 0.29246x + 0.45354 R² = 0.31150 Tepung y = -0.00802x 2 + 0.23583x + 1.35145 R² = 0.31400 Cincang Gambar 1. Gafik Hubungan Lamanya Infestasi Bentuk Sediaan Pestisida yang Berbeda Terhadap Persentase Kematian Hama S. oryzae L.
Persentase Kematian Hama (%) 5.00% 4.00 4.00% 3.00 3.00% 2.00 2.00% 1.00 1.00% 0.00 0.00% -1.00-1.00% 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Lama Infestasi (Hari) y = -0.00014x 2 + 0.00458x - 0.01075 R² = 0.52940 y = -0.00012x 2 + 0.00362x + 0.00976 R² = 0.24952 y = -0.00016x 2 + 0.00571x - 0.01758 R² = 0.64171 y = 0.00011x 2-0.00335x + 0.05471 R² = 0.13139 1 gr 5 gr 10 gr 15 gr Gambar 2. Gafik Hubungan Lamanya Infestasi Dosis Pestisida yang Berbeda Terhadap Persentase Kematian Hama S. oryzae L. Gambar 1 menunjukkan bahwa bentuk sediaan pestisida berpengaruh secara kurvi linier terhadap persentase kematian hama S. oryzae L. Artinya, persentase kematian hama yang diakibatkan oleh pestisida nabati kulit jeruk manis mengalami peningkatan hingga maksimum pada hari tertentu, kemudian menurun. Peningkatan persentase kematian hama maksimum pada bentuk sediaan tepung maksimal pada hari ke-21 dengan laju persentase kematian hama sebesar 0.29% per hari. Sedangkan pada bentuk sediaan cincang maksimum pada hari ke- 15 dengan laju persentase kematian hama sebesar 0.23% per hari. Pola yang sama ditampilkan oleh Gambar 2 pada perlakuan dosis 1 g, 5 g dan 10 g namun berbeda dengan pola yang ditunjukkan oleh perlakuan dosis sebanyak 15 g. Pada perlakuan dosis 1 g, persentase kematian hama maksimum pada hari ke-16 dengan laju persentase kematian hama sebesar 0.0045% per hari. Pada perlakuan dosis 5 g, persentase kematian hama maksimum pada hari ke-18 dengan laju persentase kematian hama sebesar 0.0057% per hari. Pada perlakuan 10 g, persentase kematian hama maksimum pada hari ke-15 dengan laju persentase kematian hama sebesar 0.0036%. Sedangkan pada perlakuan dosis 15 g, persentase kematian hama mengalami penurunan hingga pada hari ke-15 dengan laju persentase kematian hama sebesar 0.0033% per hari kemudian meningkat pada hari berikutnya. Pengaplikasian pestisida nabati kulit jeruk manis dalam membunuh serangga S. oryzae L. perlu dilakukan secara berkelanjutan agar mendapatkan hasil yang
tetap optimal. Sebab setelah melewati titik maksimalnya, aroma dari kulit jeruk manis yang terdapat pada pestisida nabati akan semakin berkurang dan hal ini mengakibatkan kemampuan membunuh hama S. oryzae L. dari pestisida nabati tersebut menurun. Kemampuan pestisida nabati kulit jeruk manis dalam membunuh hama melalui aroma dikarenakan adanya minyak atsiri yang terkandung di dalamnya. Minyak atsiri yang terdapat dalam kulit jeruk manis diketahui mampu membunuh serangga melalui sifat toxic (meracuni) jika dilihat dari aktifitas biologis minyak tersebut (Dubey et al., 2008). Akan tetapi, kelemahan yang dimiliki oleh pestisida nabati berbasis minyak atsiri ini adalah sifat-sifat dari minyak tersebut yang mudah menguap pada suhu yang tinggi (Hartati, 2012). Kondisi ruang penelitian dengan rata-rata suhu 28.8 C (dengan kisaran 28 C sampai 30.1 C) menyebabkan sifat-sifat dari minyak atsiri ini mudah menguap. Akibatnya kemampuan pestisida nabati dalam membunuh hama serangga S. oryzae L. menurun, sehingga pengaplikasian pestisida nabati secara berkelanjutan perlu dilaksanakan. Berbeda dengan perlakuan lainnya, pada perlakuan dosis 15 g memiliki kemampuan membunuh hama S. oryzae L yang secara umum dapat dikatakan tetap konsisten dari awal infestasi hingga selesai. Meskipun aroma dari sifat-sifat minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk manis berkurang, namun kemampuan pestisida nabati dengan dosis 15 g tetap konsisten dalam membunuh hama S. oryzae L. Hal ini disebabkan oleh bahan pestisida pada perlakuan tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Jumlah sediaan bahan pestisida pada perlakuan dosis 15 g menyebabkan perubahan warna beras yang menjadi kekuning-kuningan dan hal ini mengakibatkan ketidak cocokan beras sebagai pakan dari S. oryzae L. Sebab dalam memilih makanannya, hama tersebut memiliki acuan dalam menentukan layak tidaknya beras tersebut untuk dijadikan makanan. Hal ini dipertegas oleh Saenong dan Hipi (2005) dalam Askanovi (2011) bahwa secara alami kecenderungan serangga hama gudang dalam memilih makanan, banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, jenis dan kerusakan bahan simpan, nilai nutrisi, kadar air, warna dan tingkat kekerasan kulit bahan. Oleh karena adanya perubahan warna yang berbeda dari beras pada saat sebelum infestasi pestisida dan setelah infestasi, menyebabkan ketidak cocokan beras tersebut untuk dijadikan sebagai pakan dari hama S. oryzae L. Selain perubahan warna beras tersebut, dengan adanya sifat racun dari minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk manis menyebabkan angka kematian hama yang tinggi pada dosis terbanyak. Efektifitas Pestisida Efektifitas pestisida adalah kemanjuran atau kemantapan daya bunuh suatu pestisida dalam membunuh jasad sasaran tertentu. Suatu pestisida dikatakan efektif apabila persentase kematian hama yang disebabkan oleh pestisida tersebut mencapai angka sebesar 50% (Abidondifu, 2013).
100% 57.50% 39.58% 37.08% 25.83% 30.00% 40.00% Tepung Cincang 1 gr 5 gr 10 gr 15 gr Tanpa Kimia Gambar 1. Diagam Perbandingan Persentase Efektifitas Pestisida Nabati Kulit Jeruk Manis dan Pestisida Kimia dalam Membunuh Serangga Sitophylus oryzae L. Persentase efektifitas pestisida nabati kulit jeruk manis pada perlakuan dosis 15 g terbilang cukup rendah apabila dibandingkan dengan persentase efektifitas yang ditunjukkan pada perlakuan pestisida kimia (kontrol negatif). Walaupun demikian, perlakuan pestisida nabati kulit jeruk manis lebih cocok pada pengendalian serangga S. oryzae L. Hal ini disebabkan sifat alami dari bahan pestisida nabati ini yang lebih ramah lingkungan. Sebab penggunaan pestisida kimia (sintetik) merupakan masalah yang sangat dilematis. Betapa tidak, meskipun kehilangan hasil akibat serangan hama gudang dapat ditekan seminim mungkin, namun efek samping yang ditimbulkan dapat merugikan manusia dan lingkungan sekitar. Penggunaan pestisida nabati dinilai merupakan kearifan lokal yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (Kardinan, 2011). Peranan pestisida nabati kulit jeruk manis dalam menekan tingkat serangan hama S. oryzae L. merupakan suatu alternatif baru dalam penggunaan pestisida. Sebab pestisida tersebut berasal dari bahan alami sehingga minim resiko terjadinya toksisitas pada manusia dan resistensi terhadap serangga sasaran meskipun dengan dosis yang tinggi. Selain itu keunggulan pestisida nabati lainnya adalah tidak mencemari lingkungan, lebih bersifat spesifik, residu relatif pendek dan kemungkinan hama tidak mudah resisten terhadapnya (Abidondifu, 2013). KESIMPULAN Penggunaan pestisida nabati kulit jeruk manis pada perlakuan dosis 15 g terbukti efektif dalam menekan tingkat serangan hama S. oryzae L. dengan efektifitas pestisida sebesar 57.50% dan persentase kematian hama tertinggi sebesar 57.50 %.
DAFTAR PUSTAKA Askanovi D. 2011. Kajian Resistensi Beras Pecah Kulit Dan Beras Sosoh Dari Lima Varietas Padi Unggul Terhadap Serangan Hama Beras Sitophilus oryzae (L.). Skripsi. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Abidondifu YV. 2013. Efikasi Beberapa Jenis Bubuk Pestisida Nabati Sebagai Seedtreatment Pada Benih Padi Yang Disimpan Terhadap Hama Bubuk Padi (Sitophylus oryzae L.). Skripsi. Manokwari : Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua. Dubey, N. K., B. Srivastava, and A. Kumar. 2008. Current Status Of Plant Products As Botanical Pesticides In Storage Pest Management. Journal of Biopesticides 01 (02): 182-186 Hartati, S.Y. 2012. Prospek Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Pestisida Nabati. Jurnal Perspektif 11 (01) : 45-58 Hutabarat LN. 2010. Pengendalian Sitophylus oryzae (Coleoptera: Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa Serbuk Biji Sebagai Insektisida Botani. Skripsi. Medan :Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Kardinan, Agus. 2011. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal Dalam Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 04 (04) : 262-278 Sahanaya, B. V., Ahdin, G., La Daha. 2013. Pengaruh Serbuk Kulit Batang Kayu Lawang (Cinnamomun cullilawan) Terhadap Mortalitas Kumbang Bubuk Beras (Sitophylus oryzae L.). Jurnal Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Sakul, E. H., Jacklin, S. S. M., Dalvian, T., Revfly I. F. G., Sanusi, G. 2012. Pengendalian Hama Kumbang Logong (Sitophylus oryzae L.) Dengan Menggunakan Ekstrak Biji Pangi (Pangium edule Reinw.). Jurnal Eugenia 18 (03) : 186-197 Patty, J. A. 2011. Pengujian Beberapa Jenis Insektisida Nabati Terhadap Kumbang Sitophylus oryzae L,Pada Beras. Jurnal Agoforestri 06 (01) : 47-5