1 Muhammad Syaifullah Hiola, , Rida Iswati, Fahria Datau, Jurusan Agroteknologi. Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium Farmasetika Program

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Biologi Sitophilus oryzae L. (Coleoptera: Curculionidae)

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proteksi Fakultas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

Program Studi Entomologi, Pasca Sarjana Universitas Sam Ratulangi, Kampus UNSRAT Manado * korespondensi:

III. BAHAN DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.Waktu pelaksanaan bulan Maret sampai

J. Agrisains 10 (1) : 28-34, April 2009 ISSN :

PENGARUH SERBUK KULIT BATANG KAYU LAWANG (Cinnamomun cullilawan) TERHADAP MORTALITAS KUMBANG BUBUK BERAS (Sitophylus oryzae L.)

III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT B. METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan selama satu bulan pada bulan April 2016 hingga

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. menghasilkan tingkat penolakan yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

BAB III METODE PENELITIAN. atau percobaan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 4. A1 = Daun Tembelekan Konsentrasi 3%

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan komoditas strategis yang secara. kehidupan sebagian besar penduduk Indonesia, karena itu program peningkatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan pada bulan Mei-Juni 2016 di Laboratorium Proteksi

BAB I PENDAHULUAN. petani melakukan pencampuran 2 6 macam pestisida dan melakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Entomologi Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karangploso,

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Uji Penolakan. terhadap penolakan hama kutu beras. Namun perlakuan serbuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah: warna putih (gelatin) yang merupakan salivanya, sehingga dari luar tidak

PEMANFAATAN DAUN JERUK NIPIS

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) SEBAGAI INSEKTISIDA ORGANIK HAMA KUTU BERAS (Sitophilus oryzae L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Komponen Bioaktif, Jurusan

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERLUASAN HAMA SASARAN FORMULASI INSEKTISIDA NABATI FTI-2 TERHADAP BEBERAPA JENIS HAMA GUDANG

I. PENDAHULUAN. Kepik hijau (Nezara viridula L.) merupakan salah satu hama penting pengisap

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L) merupakan salah satu komoditi ekspor.

METODOLOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Pestisida, Medan Sumut dan Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Medan

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis insektisida nabati dan waktu aplikasinya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Entomologi BALITKABI-Malang pada bulan

PENDAHULUAN. manusia. Di negara-negara Asia yang penduduknya padat, khususnya Bangladesh,

Pendahuluan Latar Belakang Beras adalah bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Pemerintah melalui Bulog selalu berusaha

SATRIA RISA GAGAH PERKASA. UJI EFEKTIFITAS DOSIS DAN CARA APLIKASI SERBUK DAUN BABADOTAN TERHADAP SERANGAN S. ORYZAE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

BIOPESTISIDA PENGENDALI HELOPELTIS SPP. PADA TANAMAN KAKAO OLEH : HENDRI YANDRI, SP (WIDYAISWARA PERTAMA)

BAB I PENDAHULUAN. menyerang produk biji-bijian salah satunya adalah ulat biji Tenebrio molitor.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

TINJAUAN PUSTAKA. dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Telur diletakkan di dalam butiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

PENGARUH EKSTRAK ETANOL CABAI MERAH

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mortalitas. biopestisida berpengaruh nyata terhadap tingkat mortalitas Tribolium castaneum

POTENSI DAUN SERAI UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Callosobruchus analis F. PADA KEDELAI DALAM SIMPANAN

Jurnal Hexagro. Vol. 1. No. 2 Agustus 2017 ISSN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen semu (Quasi ekspperiment) yaitu meneliti

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

I. PENDAHULUAN. Usaha produksi pertanian tidak terlepas kaitannya dengan organisme pengganggu

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2015 di Laboratorium

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : bulat dengan ukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Pracaya, 1991). Seperti yang terlihat pada

PENGARUH PERLAKUAN OVEN GELOMBANG PADA BERBAGAI TINGKATA DAYA DAN WAKTU TERHADAP MORTALITAS Tribolium castaneum Herbst DAN KANDUNGAN TEPUNG TAPIOKA

BAB I PENDAHULUAN. penyediaan bahan pangan pokok terutama ketergantungan masyarakat yang besar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Oktober 2014 di

PERTUMBUHAN POPULASI Sitophilus zeamais Motsch. (COLEOPTERA: CURCULIONIDAE) PADA EMPAT KULTIVAR BERAS MARYANA JAYANTI PASARIBU

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pengaruh Penggunaan Ekstrak Biji Bengkuang Terhadap Jumlah Hidup...Andi Nurhakim

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

TINJAUAN PUSTAKA. imago memproduksi telur selama ± 3-5 bulan dengan jumlah telur butir.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. BAHAN DAN METODE

PENGARUH EKSTRAK DAUN MIMBA (Azedirachta indica) TERHADAP MORTALITAS ULAT DAUN (Plutella xylostella) PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

Kuperseinbahlian untuk Ayah, Ibu, Abang-abar~g clan Adili-adililcu tercirztci.

Pestisida Nabati dan Aplikasinya. Oleh: YULFINA HAYATI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur, Jurusan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. mengganggu kenyamanan hidup manusia karena meninggalkan bau yang

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH INSEKTISIDA BOTANI BERBENTUK SERBUK BIJI TERHADAP HAMA KUMBANG Callosobruchus chinensis L. (Coleoptera: Bruchidae) PADA BENIH KACANG HIJAU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) yang terdiri atas kontrol positif dan lima perlakuan variasi

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Jurusan Proteksi Tanaman

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK NIKOTIN FORMULA 1 (PELARUT ETHER) TERHADAP MORTALITAS Aphis gossypii (HOMOPTERA; APHIDIDAE)

PENGUJIAN BEBERAPA JENIS INSEKTISIDA NABATI TERHADAP KUTU BERAS (Sitophilus oryzae L)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan

Dampak penggunaan pestisida non-nabati Mengapa pestisida nabati diperlukan?

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

PENGUJIAN BIOINSEKTISIDA DARI EKSTRAK KLOROFORM KULIT BATANG TUMBUHAN Bruguiera gymnorrhiza Lamk. (RHIZOPHORACEAE)

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

Transkripsi:

UJI EFEKTIFITAS KULIT JERUK MANIS (Citrus sinensis) SEBAGAI PESTISIDA NABATI DALAM MENEKAN SERANGAN HAMA KUMBANG BERAS (Sitophylus oryzae L.) Muhammad Syaifullah Hiola (1), Rida Iswati (2), Fahria Datau (2) (1) Mahasiswa Program Studi Agroteknologi Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128 Email: nidal.sekum@gmail.com (2) Dosen Pengajar Program Studi Agroteknologi Jln. Jend. Sudirman No. 6 Kota Gorontalo 96128 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan kulit jeruk manis terhadap hama kumbang beras (Sitophylus oryzae L.). Penelitian dilakukan di Laboratorium Badan Pusat Informasi Jagung (BPIJ) Provinsi Gorontalo sejak April - Juni 2014 menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor yaitu bentuk sediaan dan dosis pestisida. Faktor 1 bentuk sediaan pestisida yaitu B1 (bentuk tepung) dan B2 (bentuk cincang). Faktor 2 dosis pestisida yaitu D1 (1 g), D2 (5 g), D3 (10 g), dan D4 (15 g) yang diulang sebanyak 3 kali. Parameter yang digunakan adalah persentase kematian hama, dan efektifitas pestisida nabati. Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam (ANOVA), Uji BNT (Beda Nyata Terkecil) pada taraf 5% serta Uji Regresi. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan pestisida nabati kulit jeruk manis pada dosis 15 g lebih efektif dalam menekan serangan hama Sitophylus oryzae L. dengan persentase kematian hama sebesar 57.50 % dan efektifitas pestisida nabati sebesar 57.50%. Kata Kunci : Kumbang Beras, Pestisida Nabati, Dosis Pestisida

PENDAHULUAN Hama gudang dapat menyerang setiap waktu, kerusakan yang dikarenakan serangan hama gudang dapat menurunkan kualitas beras. Serangga utama yang merupakan hama dalam penyimpanan beras adalah dari ordo Coleoptera (Ramsiks, 2010). Salah satu hama utama dari ordo Coleoptera adalah kumbang beras (Sitophylus oryzae L.) (Manaf dkk., 2005). Hama tersebut merupakan hama primer yaitu dapat menyerang suatu bahan tanpa ada pertolongan hama lain (Hutabarat, 2010). Serangan S. oryzae L. ditandai dengan butir beras berlubang-lubang atau menjadi tepung karena gerekan kumbang. Akibat dari serangan hama ini beras dapat kehilangan berat hingga mencapai 23% setelah disimpan beberapa bulan (Sakul dkk, 2012). Selain itu beras menjadi mudah hancur dan berbau apek. Penggunaan pestisida nabati adalah salah satu alternatif pengendalian hama yang relatif aman dan ramah lingkungan sebab pestisida nabati berasal dari bahan bahan alami seperti tumbuhan. Prospek pengembangan pestisida nabati di Indonesia sangatlah menjanjikan sebab didukung oleh keanekaragaman hayati berupa tumbuh-tumbuhan yang melimpah. Tumbuh-tumbuhan merupakan gudang dari senyawa kimia yang kaya akan bahan aktif. Sejatinya senyawa kimia yang dimiliki oleh tumbuhan berfungsi sebagai alat untuk melindungi diri dari gangguan pesaingnya (Kardinan, 2011). Olehnya itu pemanfaatan bahan alami dari tumbuhan sebagai pestisida nabati merupakan alternatif pemecahan masalah penggunaan pestisida yang saat ini menjadi dilema bagi kita semua. Salah satu bahan alami dari tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah kulit jeruk manis. Hal ini dikarenakan kulit jeruk manis mengandung minyak atsiri. Potensi minyak atsiri sebagai pestisida nabati juga sangat besar ditinjau dari aktivitas biologi, efikasi, kompatibilitas, organisme sasaran, serta keamanannya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Beberapa jenis minyak atsiri terbukti mempunyai aktivitas biologi terhadap mikroba maupun serangga hama dan vektor patogen yang merugikan manusia, hewan, dan tanaman. Properti minyak atsiri tersebut telah banyak dimanfaatkan dan produknya telah banyak dikomersialkan terutama di bidang industri makanan, misalnya sebagai bahan aditif dan pengawet makanan (Hartati, 2012). Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil. Selain komponenkomponen tersebut, kandungan senyawa kimia lainnya dalam minyak atsiri berbahan kulit jeruk manis adalah limonen yang bekerja sebagai antifeedant terhadap serangga, zat pengatur tumbuh dan zat toksik terhadap kutu. Mengingat kulit jeruk manis saat ini hanya dianggap sebagai limbah tanpa adanya proses lebih lanjut. Melihat potensi tersebut, maka perlu untuk menguji dan mengkaji tingkat keefektifan kulit jeruk manis terhadap serangan S. oryzae L.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Badan Pusat Informasi Jagung Provinsi Gorontalo. Pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan April 2014 sampai bulan Mei 2014. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini yakni termohigometer, toples kaca, cawan petri, kaca pembesar, ayakan, blender, timbangan digital, karet gelang dan kain kassa. Sedangkan bahan yang dipakai yaitu imago S. oryzae L., beras varietas Ciherang dan limbah kulit jeruk manis (Citrus sinensis). Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri atas 2 faktor. Faktor pertama adalah bentuk sediaan kulit jeruk terdiri atas bentuk tepung (B1) dan bentuk cincang (B2) sedangkan faktor kedua adalah dosis kulit jeruk manis terdiri atas dosis 1 g (D1), 5 g (D2), 10 g (D3), dan 15 g (D4). Masing-masing perlakuan dikombinasikan dan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 24 unit perlakuan. Sebagai pembanding digunakan Kontrol yaitu tanpa kulit jeruk manis (K0) dan pestisida kimia bestacid 300 EC (K1). Setiap kontrol diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 6 unit perlakuan kontrol. Jumlah keseluruhan perlakuan sebanyak 30 unit. Persiapan Penelitian Serangga uji disiapkan dengan cara mengambil Imago S. oryzae L. dari tempat penyimpanan beras terdiri atas kumbang jantan dan betina, kemudian dipelihara sampai mendapat keturunan baru dengan umur yang seragam. Pakan serangga uji yaitu beras varietas Ciherang yang diambil dari gudang tempat penyimpanan beras, kemudian disortir agar bebas dari kotoran dan serangan hama. Beras kemudian ditimbang masing-masing seberat 100 g menggunakan timbangan analitik. Penyediaan kulit jeruk manis (Citrus sinensis) diperoleh dengan cara mengumpulkan limbah kulit jeruk manis dari rumah makan/restorant. Kulit jeruk manis yang telah dikumpulkan dijemur di bawah sinar matahari hingga kering kemudian kulit jeruk dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama diblender hingga menjadi tepung kemudian di ayak agar mendapatkan ukuran serbuk yang seragam. Sedangkan bagian kedua dicincang dengan ukuran ± 2 cm. Langkah selanjutnya tepung kulit jeruk dan hasil cincangan ditimbang seberat 1 g, 5 g, 10 g dan 15 g sehingga siap untuk diaplikasikan. Pelaksanaan Penelitian Beras 100 gram dicampur dengan kulit jeruk manis sesuai perlakuan kemudian dimasukkan ke dalam wadah perlakuan, setelah itu diinfestasikan imago S. oryzae L. sebanyak 20 ekor tiap perlakuan, terdiri atas 10 imago betina dan jantan. Pestisida kimia diaplikasikan sesuai dosis anjuran yang tertulis pada kemasan dengan teknik penyemprotan pada setiap wadah perlakuan, selanjutnya pada setiap wadah diinfestasikan beras dan hama seperti pada perlakuan yang lainsetelah itu wadah ditutup dengan kain dan diikat dengan karet gelang.

Parameter yang Diamati Persentase Kematian Hama Persentase kematian hama dihitung dengan cara mengamati jumlah hama yang mati pada tiap pengamatan, kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam rumus (Kundra, 1981 dalam Patty, 2011) sebagai berikut : M = a/b x 100 % M = Presentase mortalitas imago a = Jumlah serangga uji yang mati b = Jumlah serangga uji yang diinvestasi Setelah itu, data jumlah hama tersebut digunakan untuk melihat hubungan lamanya infestasi pestisida dengan persentase kematian hama. Efektifitas Pestisida Selain persentase kematian hama, data jumlah hama juga digunakan untuk mengetahui efektifitas dari perlakuan pestisida nabati kulit jeruk manis dengan rumus Abbot sebagai berikut : E = C T x 100% C E = Efektifitas Pestisida C = Jumlah Individu yang masih hidup pada kontrol positif T = Jumlah Individu yang masih hidup pada perlakuan Analisis Data Data yang diperoleh di lapangan dianalisa secara statistik menggunakan metode analisis sidik ragam (ANOVA) dan diuji lanjut BNT pada taraf nyata 5% menggunakan aplikasi SAS 9.1 for Windows serta Uji Regesi menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007. HASIL PENELITIAN Persentase Kematian Hama. Hasil analisis sidik ragam (Anova) persentase kematian hama menunjukkan bahwa terdapat beda nyata pada perlakuan dosis, namun tidak berbeda nyata pada perlakuan bentuk sediaan pestisida dan interaksinya. Tabel 1. Persentase Kematian Hama S. oryzae L. selama 30 Hari Masa Infestasi Pestisida Nabati Kulit Jeruk Manis. Perlakuan 1 Persentase Kematian Hama (%) Perlakuan 2 Persentase Kematian Hama (%) Tepung 40.00tn Cincang 37.08tn 1 g 25.83c 5 g 30.00c 10 g 40.83b 15 g 57.50a BNT 5% 3.53 Ket: tn = tidak nyata angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNT 5 %

Persentase Kematian (%) (%) Perlakuan dosis pestisida sebanyak 15 g mengakibatkan persentase kematian S. oryzae L. paling tinggi yaitu sebesar 57.50% diikuti berturut-turut oleh perlakuan dosis 10 g, 5 g dan 1 g sebesar 40.83%, 30.00%, dan 25.83%. Keterangan tersebut mengartikan bahwa semakin tinggi dosis pestisida nabati kulit jeruk manis yang diberikan maka semakin besar tingkat kematian dari hama S. oryzae L. Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang telah dilakukan oleh Sahanaya dkk (2013) yang menggunakan serbuk kulit batang kayu lawang sebagai pestisida nabati terhadap kumbang S. oryzae L. dengan dosis 12.5 g dengan tingkat kematian hama tertinggi sebesar 50% dibandingkan dengan dosis yang lebih rendah. Untuk menjelaskan bentuk hubungan lamanya infestasi pestisida terhadap persentase kematian hama baik pada bentuk sediaan yang berbeda maupun dosis disajikan pada Gambar 1 dan 2 di bawah ini. 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Lamanya Lama Infestasi Pestisida (Hari) (Hari) y = -0.00746x 2 + 0.29246x + 0.45354 R² = 0.31150 Tepung y = -0.00802x 2 + 0.23583x + 1.35145 R² = 0.31400 Cincang Gambar 1. Gafik Hubungan Lamanya Infestasi Bentuk Sediaan Pestisida yang Berbeda Terhadap Persentase Kematian Hama S. oryzae L.

Persentase Kematian Hama (%) 5.00% 4.00 4.00% 3.00 3.00% 2.00 2.00% 1.00 1.00% 0.00 0.00% -1.00-1.00% 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 Lama Infestasi (Hari) y = -0.00014x 2 + 0.00458x - 0.01075 R² = 0.52940 y = -0.00012x 2 + 0.00362x + 0.00976 R² = 0.24952 y = -0.00016x 2 + 0.00571x - 0.01758 R² = 0.64171 y = 0.00011x 2-0.00335x + 0.05471 R² = 0.13139 1 gr 5 gr 10 gr 15 gr Gambar 2. Gafik Hubungan Lamanya Infestasi Dosis Pestisida yang Berbeda Terhadap Persentase Kematian Hama S. oryzae L. Gambar 1 menunjukkan bahwa bentuk sediaan pestisida berpengaruh secara kurvi linier terhadap persentase kematian hama S. oryzae L. Artinya, persentase kematian hama yang diakibatkan oleh pestisida nabati kulit jeruk manis mengalami peningkatan hingga maksimum pada hari tertentu, kemudian menurun. Peningkatan persentase kematian hama maksimum pada bentuk sediaan tepung maksimal pada hari ke-21 dengan laju persentase kematian hama sebesar 0.29% per hari. Sedangkan pada bentuk sediaan cincang maksimum pada hari ke- 15 dengan laju persentase kematian hama sebesar 0.23% per hari. Pola yang sama ditampilkan oleh Gambar 2 pada perlakuan dosis 1 g, 5 g dan 10 g namun berbeda dengan pola yang ditunjukkan oleh perlakuan dosis sebanyak 15 g. Pada perlakuan dosis 1 g, persentase kematian hama maksimum pada hari ke-16 dengan laju persentase kematian hama sebesar 0.0045% per hari. Pada perlakuan dosis 5 g, persentase kematian hama maksimum pada hari ke-18 dengan laju persentase kematian hama sebesar 0.0057% per hari. Pada perlakuan 10 g, persentase kematian hama maksimum pada hari ke-15 dengan laju persentase kematian hama sebesar 0.0036%. Sedangkan pada perlakuan dosis 15 g, persentase kematian hama mengalami penurunan hingga pada hari ke-15 dengan laju persentase kematian hama sebesar 0.0033% per hari kemudian meningkat pada hari berikutnya. Pengaplikasian pestisida nabati kulit jeruk manis dalam membunuh serangga S. oryzae L. perlu dilakukan secara berkelanjutan agar mendapatkan hasil yang

tetap optimal. Sebab setelah melewati titik maksimalnya, aroma dari kulit jeruk manis yang terdapat pada pestisida nabati akan semakin berkurang dan hal ini mengakibatkan kemampuan membunuh hama S. oryzae L. dari pestisida nabati tersebut menurun. Kemampuan pestisida nabati kulit jeruk manis dalam membunuh hama melalui aroma dikarenakan adanya minyak atsiri yang terkandung di dalamnya. Minyak atsiri yang terdapat dalam kulit jeruk manis diketahui mampu membunuh serangga melalui sifat toxic (meracuni) jika dilihat dari aktifitas biologis minyak tersebut (Dubey et al., 2008). Akan tetapi, kelemahan yang dimiliki oleh pestisida nabati berbasis minyak atsiri ini adalah sifat-sifat dari minyak tersebut yang mudah menguap pada suhu yang tinggi (Hartati, 2012). Kondisi ruang penelitian dengan rata-rata suhu 28.8 C (dengan kisaran 28 C sampai 30.1 C) menyebabkan sifat-sifat dari minyak atsiri ini mudah menguap. Akibatnya kemampuan pestisida nabati dalam membunuh hama serangga S. oryzae L. menurun, sehingga pengaplikasian pestisida nabati secara berkelanjutan perlu dilaksanakan. Berbeda dengan perlakuan lainnya, pada perlakuan dosis 15 g memiliki kemampuan membunuh hama S. oryzae L yang secara umum dapat dikatakan tetap konsisten dari awal infestasi hingga selesai. Meskipun aroma dari sifat-sifat minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk manis berkurang, namun kemampuan pestisida nabati dengan dosis 15 g tetap konsisten dalam membunuh hama S. oryzae L. Hal ini disebabkan oleh bahan pestisida pada perlakuan tersebut tersedia dalam jumlah yang cukup dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Jumlah sediaan bahan pestisida pada perlakuan dosis 15 g menyebabkan perubahan warna beras yang menjadi kekuning-kuningan dan hal ini mengakibatkan ketidak cocokan beras sebagai pakan dari S. oryzae L. Sebab dalam memilih makanannya, hama tersebut memiliki acuan dalam menentukan layak tidaknya beras tersebut untuk dijadikan makanan. Hal ini dipertegas oleh Saenong dan Hipi (2005) dalam Askanovi (2011) bahwa secara alami kecenderungan serangga hama gudang dalam memilih makanan, banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, jenis dan kerusakan bahan simpan, nilai nutrisi, kadar air, warna dan tingkat kekerasan kulit bahan. Oleh karena adanya perubahan warna yang berbeda dari beras pada saat sebelum infestasi pestisida dan setelah infestasi, menyebabkan ketidak cocokan beras tersebut untuk dijadikan sebagai pakan dari hama S. oryzae L. Selain perubahan warna beras tersebut, dengan adanya sifat racun dari minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk manis menyebabkan angka kematian hama yang tinggi pada dosis terbanyak. Efektifitas Pestisida Efektifitas pestisida adalah kemanjuran atau kemantapan daya bunuh suatu pestisida dalam membunuh jasad sasaran tertentu. Suatu pestisida dikatakan efektif apabila persentase kematian hama yang disebabkan oleh pestisida tersebut mencapai angka sebesar 50% (Abidondifu, 2013).

100% 57.50% 39.58% 37.08% 25.83% 30.00% 40.00% Tepung Cincang 1 gr 5 gr 10 gr 15 gr Tanpa Kimia Gambar 1. Diagam Perbandingan Persentase Efektifitas Pestisida Nabati Kulit Jeruk Manis dan Pestisida Kimia dalam Membunuh Serangga Sitophylus oryzae L. Persentase efektifitas pestisida nabati kulit jeruk manis pada perlakuan dosis 15 g terbilang cukup rendah apabila dibandingkan dengan persentase efektifitas yang ditunjukkan pada perlakuan pestisida kimia (kontrol negatif). Walaupun demikian, perlakuan pestisida nabati kulit jeruk manis lebih cocok pada pengendalian serangga S. oryzae L. Hal ini disebabkan sifat alami dari bahan pestisida nabati ini yang lebih ramah lingkungan. Sebab penggunaan pestisida kimia (sintetik) merupakan masalah yang sangat dilematis. Betapa tidak, meskipun kehilangan hasil akibat serangan hama gudang dapat ditekan seminim mungkin, namun efek samping yang ditimbulkan dapat merugikan manusia dan lingkungan sekitar. Penggunaan pestisida nabati dinilai merupakan kearifan lokal yang sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (Kardinan, 2011). Peranan pestisida nabati kulit jeruk manis dalam menekan tingkat serangan hama S. oryzae L. merupakan suatu alternatif baru dalam penggunaan pestisida. Sebab pestisida tersebut berasal dari bahan alami sehingga minim resiko terjadinya toksisitas pada manusia dan resistensi terhadap serangga sasaran meskipun dengan dosis yang tinggi. Selain itu keunggulan pestisida nabati lainnya adalah tidak mencemari lingkungan, lebih bersifat spesifik, residu relatif pendek dan kemungkinan hama tidak mudah resisten terhadapnya (Abidondifu, 2013). KESIMPULAN Penggunaan pestisida nabati kulit jeruk manis pada perlakuan dosis 15 g terbukti efektif dalam menekan tingkat serangan hama S. oryzae L. dengan efektifitas pestisida sebesar 57.50% dan persentase kematian hama tertinggi sebesar 57.50 %.

DAFTAR PUSTAKA Askanovi D. 2011. Kajian Resistensi Beras Pecah Kulit Dan Beras Sosoh Dari Lima Varietas Padi Unggul Terhadap Serangan Hama Beras Sitophilus oryzae (L.). Skripsi. Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor Abidondifu YV. 2013. Efikasi Beberapa Jenis Bubuk Pestisida Nabati Sebagai Seedtreatment Pada Benih Padi Yang Disimpan Terhadap Hama Bubuk Padi (Sitophylus oryzae L.). Skripsi. Manokwari : Fakultas Pertanian dan Teknologi Pertanian Universitas Negeri Papua. Dubey, N. K., B. Srivastava, and A. Kumar. 2008. Current Status Of Plant Products As Botanical Pesticides In Storage Pest Management. Journal of Biopesticides 01 (02): 182-186 Hartati, S.Y. 2012. Prospek Pengembangan Minyak Atsiri Sebagai Pestisida Nabati. Jurnal Perspektif 11 (01) : 45-58 Hutabarat LN. 2010. Pengendalian Sitophylus oryzae (Coleoptera: Curculionidae) dan Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) dengan Beberapa Serbuk Biji Sebagai Insektisida Botani. Skripsi. Medan :Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Kardinan, Agus. 2011. Penggunaan Pestisida Nabati Sebagai Kearifan Lokal Dalam Pengendalian Hama Tanaman Menuju Sistem Pertanian Organik. Jurnal Pengembangan Inovasi Pertanian 04 (04) : 262-278 Sahanaya, B. V., Ahdin, G., La Daha. 2013. Pengaruh Serbuk Kulit Batang Kayu Lawang (Cinnamomun cullilawan) Terhadap Mortalitas Kumbang Bubuk Beras (Sitophylus oryzae L.). Jurnal Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin Sakul, E. H., Jacklin, S. S. M., Dalvian, T., Revfly I. F. G., Sanusi, G. 2012. Pengendalian Hama Kumbang Logong (Sitophylus oryzae L.) Dengan Menggunakan Ekstrak Biji Pangi (Pangium edule Reinw.). Jurnal Eugenia 18 (03) : 186-197 Patty, J. A. 2011. Pengujian Beberapa Jenis Insektisida Nabati Terhadap Kumbang Sitophylus oryzae L,Pada Beras. Jurnal Agoforestri 06 (01) : 47-5