BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Defek septum atrium (atrial septal defect) adalah defek bawaan dimana terdapat lubang pada sekat interatrial yang menghubungkan atrium kanan dan kiri sehingga aliran darah balik vena paru akan menuju ke atrium kanan serta bercampur dengan darah kotor dari seluruh tubuh (Sommer et al., 2008). Defek septum atrium mencakup 6 8 persen dari semua penyakit jantung kongenital. Prevalensi penyakit jantung kongenital diseluruh dunia diperkirakan sebesar 0.8% dari semua kelahiran hidup (Bernstein et al., 2016). Pembentukan septum atrium merupakan suatu proses kompleks yang mencakup pertumbuhan dan reabsorpsi septum primum dan septum sekundum. Kurang lebih 4 dari 100.000 bayi baru lahir mengalami kegagalan proses pembentukan septum atrium ini ( Sommer et al., 2008). Walaupun defek septum atrium ialah defek kongenital/ bawaan sejak lahir, tapi biasanya penyakit ini didiagnosa pada saat dewasa dimana tahanan vaskular paru telah menurun seiring dengan peningkatan umur manusia (Webb et al., 2012). Sehingga biasanya pada umur dekade ke empat baru bergejala (Child, 2010). Komplikasi dari defek septum atrium ini adalah dilatasi jantung kanan, hipertensi pulmonal, gagal jantung kanan, regurgitasi trikuspid, serta aritmia 1
2 atrium. Emboli paradox dan endokarditis merupakan komplikasi yang jarang terjadi (Brown dan Fulton, 2008). Defek septum atrium akan menyebabkan left to right shunt. Hal ini akan meningkatkan volume darah pada atrium kanan, yang akan berlanjut pada ventrikel kanan dan dipompa ke dalam sirkulasi paru. Hasil dari peningkatan aliran darah pada sirkulasi paru adalah perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah paru (proses ini disebut vascular remodeling). Pembuluh darah paru yang sudah berubah ini akan meningkatkan tahanan aliran darah paru sehinga meningkatkan pulmonary arterial pressure. Hasil akhir dari proses ini ialah terjadinya hipertensi arteri pulmonal (Harries et al., 2012). Hipertensi pulmonal merupakan komplikasi dari defek septum atrium yang terlihat pada 6 35% pasien yang tidak ditangani (Toyono, 2012). Hipertensi pulmonal adalah suatu kondisi hemodinamik dan patofisiologik dimana terjadi peningkatan pulmonary arterial pressure (PAP) setara atau lebih dari 25 mmhg pada saat istirahat yang dinilai dengan katerisasi jantung kanan (Galie et al., 2015). Hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh defek septum atrium termasuk pada jenis hipertensi arteri pulmonal (Simonneau et al., 2009). Lesi hipertensi arteri pulmonal umumnya terjadi pada arteri paru bagian distal yang dikarakteristikan dengan proliferasi dan fibrosis tunika intima, penebalan tunika adventisial dengan infiltrasi sel radang sekitar pembuluh darah, serta thrombosis (Galie et al., 2015).
3 Terapi hipertensi pulmonal pada hipertensi pulmonal sekunder (hipertensi pulmonal yang diketahui penyebabnya) adalah dengan terapi langsung pada penyebab utamanya sendiri, yaitu dengan Atrial septal defect closure. Pilihan kedua yaitu dengan terapi medikamentosa. Terdapat tiga jenis obat vasodilator yaitu prostacyclin analog, phosphodiesterase 5 inhibitor, dan endothelin receptor antagonist. Obat beraprost merupakan golongan prostacyclin analog dengan efek antikoagulan, dan dilatasi pembuluh darah. Serta, obat sildenafil merupakan penghambat phosphodiesterase dengan efek vasodilatasi pembuluh darah paru (Galie et al., 2015). Dengan dikombinasikan kedua obat tersebut, diharapkan efek vasodilatasi pada pembuluh darah paru semakin besar sehingga dalam pengobatan hipertensi arteri paru lebih berefek. Pada hipertensi pulmonal salah satu karakteristik utamanya adalah intoleransi olahraga. Sehingga penentuan kapasitas olahraga memiliki peranan penting dalam evaluasi pasien (Enright, 2008). Uji jalan enam menit merupakan uji yang paling sering digunakan untuk evaluasi kapasitas olahraga pada pasien hipertensi pulmonal. Uji ini memiliki keuntungan, yaitu sebagai uji yang mudah dilakukan tanpa menggunakan alat yang sulit, tidak invasive, dan dapat dilakukan uji ulang untuk memonitor evaluasi klinis pasien. Uji jalan enam menit mengevaluasi secara general semua sistem yang digunakan pada saat berolahraga, yaitu sistem kardiovaskular, sirkulasi sistemik, sirkulasi perifer, darah, unit neuromuscular dan metabolisme otot (Crapo et al., 2002).
4 Skripsi ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan hasil uji jalan enam menit sebelum dan sesudah pemberian kombinasi beraprost oral dan sildenafil oral pada pasien defek septum atrium yang mengalami hipertensi arteri pulmonal dengan peningkatan parameter hasil uji jalan enam menit. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat perbedaan rerata hasil uji jalan enam menit (jarak tempuh jalan enam menit) sebelum dan 6 bulan sesudah pemberian terapi kombinasi beraprost dan sildenafil pasien defek septum atrium yang mengalami hipertensi arteri pulmonal di RSUP Dr. Sardjito? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara jarak uji jalan enam menit sebelum dan enam bulan sesudah pemberian kombinasi beraprost oral dan sildenafil oral pada pasien defek septum atrium yang mengalami hipertensi arteri pulmonal di RSUP Dr. Sardjito. D. Keaslian Penelitian Setelah peneliti melakukan penelusuran literatur, terdapat beberapa studi yang meneliti tentang efek pemberian terapi beraprost terhadap perubahan hasil uji jalan enam menit pada pasien hipertensi pulmonal dan studi yang meneliti efek
5 pemberian terapi sildenafil terhadap perubahan hasil uji jalan enam menit pada pasien hipertensi pulmonal yang disajikan pada tabel halaman selanjutnya. Di Indonesia, penelitian mengenai efek pemberian terapi kombinasi beraprost dan sildenafil pada pasien defek septum atrium yang mengalami hipertensi pulmonal terhadap hasil uji jalan enam menit belum pernah dilakukan, lebih khususnya pada RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.
6 Penelitian (tahun) Galie N et al. (2002) Desain sampel Randomized Control Trial (130) Variabel bebas (beraprost sodium oral 80 mg sekali sehari) I (placebo) Tabel 1. Daftar penelitian penelitian sebelumnya Cara Variabel Cara penguk tergantung pengukuran uran vs I Kapasitas Olahraga, Gejala Hemodinamik NYHA functional class 6MWT Borg Dyspnea index Katerisasi jantung kanan Hasil Perbedaan rerata 6MWD pada minggu ke 12 : 25,1 (p=0.036). Perbedaan rerata borg dyspnea index 0.94 (p=0,009) Tidak terdapat perubahan Hemodinamik dan NYHA functional class secara signifikan Galie et al. (2005) Randomized Control Trial (222) (beraprost) I (placebo) vs Grup II Exercise capacity, Hemodynamik Perburukan klinis WHO functional class 6MWT Katerisasi jantung kanan 6MWD Rerata efek terapi yang telah dikoreksi placebo adalah 45 m (+13.0 persen), 46 m (+13.3 persen), and 50 m (+14.7 persen) untuk dosis 20, 40, dan 80 mg sildenafil (P<0.001). Penurunan rerata tekanan arteri pulmonal (P=0.04, P=0.01, and P<0.001) Proporsi hospitalisasi lebih tinggi pada grup placebo. (P=0.02) Peningkatan WHO functional class (P=0.003, P<0.001, and P<0.001) 6
7 Barst et al. (2003) Randomized Control Trial (116) (beraprost sodium oral) I (placebo) vs I Progresi penyakit, Kapasitas olahraga, Kualitas hidup 6MWT Borg Dyspnea index Pasien yang diobati dengan beraprost menunjukan progresi penyakit yang lebih kecil dibandingkan placebo pada bulan ke 6 (p=0.002). 6MWD kelompok beraprost pada bulan ke 3 meningkat 22 m (p= 0.010) dari awal dan pada 6 bulan meningkat 31 m (p=0.016) dibandingkan dengan placebo.
8 E. Manfaat Penelitian Pasien Pasien akan mendapat informasi mengenai hubungan pemberian terapi kombinasi beraprost dan sildenafil oral terhadap perubahan hasil uji jalan enam menit pada pasien defek septum atrium yang mengalami hipertensi pulmonal, sehingga pasien dapat memandu dirinya sendiri baik dalam beraktifitas sehari-hari dan berolahraga. Institusi Penelitian ini akan menyediakan data dan statistik mengenai perubahan hasil uji jalan enam menit sebelum dan sesudah pemberian terapi kombinasi obat beraprost dan sildenafil pada pasien defek septum atrium dengan komplikasi hipertensi arteri pulmonal, serta dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut. Peneliti Penelitian ini akan memberikan informasi dan pengetahuan mengenai efek pemberian terapi kombinasi obat beraprost dan sildenafil terhadap hasil uji jalan enam menit pada pasien defek septum atrium dengan komplikasi hipertensi arteri pulmonal. Peneliti juga mendapat kesempatan untuk memperoleh pengalaman belajar dalam membuat sebuah penelitian.