BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini akan diuraikan pendahuluan dari pemilihan judul perancangan balai kota di Denpasar yang menjabarkan beberapa sub bab. Mulai dari latar belakang dari pemilihan judul, rumusan masalah, tujuan penulisan, metoda penulisan, hingga sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Metropolitan adalah istilah untuk menggambarkan suatu kawasan perkotaan yang relatif besar, baik dari ukuran luas wilayah, jumlah penduduk, maupun skala aktivitas ekonomi dan sosial. Berdasarkan Undang-Undang Tahun 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mendefinisikan kawasan metropolitan sebagai kawasan perkotaan yang terdiri atas sebuah kawasan perkotaan yang berdiri sendiri atau kawasan perkotaan inti dengan kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan dengan sistem jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi dengan jumlah penduduk secara keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu juta) jiwa. Secara umum, metropolitan dapat juga didefinisikan sebagai suatu pusat permukiman besar yang terdiri dari satu kota besar dan beberapa kawasan yang Balai Kota Denpasar di Lumintang 1
berada di sekitarnya dengan satu atau lebih kota besar melayani sebagai titik hubung dengan kota-kota di sekitarnya tersebut. Suatu kawasan metropolitan merupakan gabungan dari beberapa kawasan permukiman, tidak harus kawasan permukiman yang bersifat kota, namun secara keseluruhan membentuk suatu kesatuan dalam aktivitas bersifat kota dan bermuara pada pusat yang dapat dilihat dari aliran tenaga kerja dan aktivitas komersial. Dalam pertumbuhan dan perkembangannya, Kota Denpasar tumbuh menjadi Kota Metropolitan. Kota Denpasar terdiri dari empat Kecamatan, yaitu Kecamatan Denpasar Barat, Kecamatan Denpasar Timur, Kecamatan Denpasar Selatan, dan Kecamatan Denpasar Utara. Sebagai sebuah kota sekaligus Ibukota propinsi Bali, kota Denpasar mengalami perkembangan yang sangat pesat baik dibidang pembangunan, ekonomi, pertumbuhan penduduk, maupun dari sektor pariwisata. Perkembangan kota yang pesat membuat arus urbanisasi menuju kota Denpasar semakin banyak, hal tersebut berdampak terhadap terjadinya peningkatan berbagai masalah sosial seperti kemacetan lalu lintas, menurunnya tingkat pelayanan sarana dan prasarana perkotaan, masalah kependudukan serta alih fungsi lahan. Selain itu, dalam gagasan Ranperda APBD Kota Denpasar tahun 2014 menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,94%. Untuk itu telah dirancang program sinergi antara pemerintah, pelaku industri, dan pengembangan industi kreatif di Denpasar. Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan suatu wadah bagi pemerintah dan masyarakat untuk berinteraksi dalam penentuan kebijakan yang akan di ambil untuk kemajuan kota Denpasar. Balai Kota sebagai ruang interaksi sosial menjadi solusi didalam musyawarah dalam skala kota (public hearing) dalam konteks pengambilan kebijakan yang menyangkut masyarakat luas. Dengan adanya balai kota, bangunan tersebut dapat dipergunakan untuk peningkatan kualitas interaksi kultural yang menjadikan kota lebih manusiawi. Dalam kaitan dengan budaya, balai kota mampu merepresentasikan budaya parum yaitu musyawarah dalam tingkat banjar yang dihadirkan dalam skala kota. Kehadiran balai kota merupakan fasilitas yang strategis dalam perkembangan peradaban kota. Balai Kota Denpasar di Lumintang 2
1.2 Rumuasan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah pokok antara lain : 1. Apa saja fungsi yang akan diwadahi pada Balai Kota ini? 2. Fasilitas apa yang diperlukan untuk mewadahi aktifitas public hearing pada Balai Kota ini? 3. Bagaimana menyelaraskan bangunan dengan lingkungan sekitarnya dan menampilkan identitas Denpasar ke dalam rancangan? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan Balai Kota di Depasar yaitu ; Merumuskan landasan konseptual dasar perencanaan dan perancangan yang berhubungan dengan sarana dan prasarana untuk wadah kegiatan musyawarah dalam skala kota serta kegiatan pemerintahan sehingga tersusun langkahlangkah untuk dapat melanjutkan kedalam konsep perancangan dan gambar prarancangan. 1.4 Metode Penelitian Metode penulisan yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut dipisahkan menjadi dua bagian yaitu pengumpulan data serta metode pengolahan data. 1.4.1 Metode Pengumpulan Data Data yang dipisahkan terdiri dari dua jenis data yaitu: 1. Data Primer Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya serta semua keterangan yang untuk pertama kalinya diamati dan dicatat oleh peneliti (Bungin: 2005). Data primer ini diperoleh melalui: Metode wawancara Mengadakan wawancara dengan para ahli pihak-pihak terkait untuk memperoleh data-data yang digunakan untuk pendekatan dan penganalisisan data di gedung pemerintahan yang ada di Denpasar dan Badung. Survei Instansional Pengumpulan data dari intansi-instansi pemerintah terkait yang berhubungan dengan proyek yaitu Badan Statistik Provinsi, Bappeda Balai Kota Denpasar di Lumintang 3
Denpasar, baik itu berupa peraturan atau kebijakan maupun data-data lain yang dibutuhkan. Studi Banding Studi banding dilakukan pada fasilitas-fasilitas sejenis yaitu Kantor Walikota Denpasar, Kantor Bupati Badung, untuk memperoleh gambaran umum tentang proyek yang akan dibuat. Dokumentasi Melakukan pengumpulan arsip serta foto-foto yang menunjang penyusunan konsep programatik seperti dokumentasi mengenai tapak bangunan dan lingkungan di sekitarnya. 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain, artinya data tersebut tidak diusahakan sendiri pengumpulannya (Bungin: 2005). Data sekunder diperoleh melalui: Studi literatur Pengumpulan data penunjang sebagai bahan pertimbangan proses perencanaan dan perancangan yang terdiri dari buku-buku, jurnal, koran, internet, dan lain-lain, yang terkait dengan Balai Kota atau Gedung Negara. Studi proyek sejenis Studi yang dilakukan pada proyek sejenis yaitu Balai Kota Surabaya melalui media internet dengan maksud untuk mendapatkan gambaran mengenai fasilitas-fasilitas apa saja yang harus ada, penataan ruang dalamnya, pengaturan fungsi-fungsi ruangnya dan lainnya yang dianggap perlu untuk menunjang proses perencanaan dan perancangan nantinya. 1.4.2 Metode Pengolahan Data Teknik pengolahan data yang dilakukan terdiri dari tiga tahapan yaitu : 1. Kompilasi data Data yang telah dikumpulkan dikelompokkan dengan kriteria data masingmasing yang kemudian dicari kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya. 2. Analisis data Balai Kota Denpasar di Lumintang 4
Berdasarkan kompilasi data, dilakukan analisis dengan berbagai pertimbangan. Teknik analisis dilakukan dengan dua cara yaitu : Kualitatif, yaitu menganalisis data dengan cara mendeskripsikan data dan membuat digramatik seperti menyimpulkan beberapa studi banding dan lain-lain. Kuantitatif, yaitu menganalisis data dengan cara perhitungan matematis. Analisis Data yang akan digunakan di dalam proses perancangan ini adalah dengan menyederhanakan seluruh data yang telah dikumpulkan, kemudian menyajikannya secara sistematis. Selanjutnya, data-data tersebut diolah, ditafsirkan dan kemudian digunakan dalam setiap proses perancangan yang dilakukan. 3. Sintesis Mengintegrasikan setiap permasalahan yang ada ke dalam kelompokkelompok beserta faktor pengaruhnya sebagai jalan keluar tebaik untuk memecahkan permasalahan. Balai Kota Denpasar di Lumintang 5