ginsenosides yaitu komposisi utama bioaktif (Jo et al., 1995; Sticher, 1998;

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Akar rambut adalah akar yang dihasilkan dari adanya gen Agrobacterium

PENGARUH PERIODE SUBKULTUR TERHADAP KADAR SAPONIN AKAR RAMBUT TANAMAN GINSENG JAWA (Talinum paniculatum Gaertn.) JURNAL SKRIPSI AILA IKHTIMAMI

RINGKASAN. PENGARUH PERIODE SUBKULTUR TERHADAP KADAR SAPONIN AKAR RAMBUT TANAMAN GINSENG JAWA (Talinum paniculatum Gaertn.)

Effect of the Number of Explants, Age of Culture and Casein Hydrolysate on Biomass and Total Protein Content of Paria Belut Hairy Roots Culture

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

KULTUR JARINGAN TANAMAN

PENGARUH KONSENTRASI SUKROSA TERHADAP BIOMASSA DAN KADAR SAPONIN KALUS GINSENG JAWA(Talinum paniculatum Gaertn.) PADA BERBAGAI WAKTU KULTUR

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu alternatif pengobatan (Rochani, 2009). Selain harganya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebar ke daerah tropis lainnya (Hidayat et al., 2008). Sebutan lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

Produksi Senyawa Metabolit Sekunder Melalui Kultur Jaringan dan Transformasi Genetik Artemisia Annua L.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. keberadaan obat-obatan kimiawi juga semakin meningkat. Kemajuan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

BAB I PENDAHULUAN. kg, Papua sebanyak 7000 kg dan Yogyakarta sebanyak 2000 kg. Faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) merupakan tumbuhan obat asli

PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susadi Nario Saputra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. komersial dengan beragam khasiat pada seluruh bagian tanamannya. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. biji. Setiap bagian tumbuhan akar, batang, daun dan biji memiliki senyawa

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Santika Febri Wardani, 2015

PENGARUH PERIODE SUBKULTUR TERHADAP KADAR SAPONIN AKAR ADVENTIF TANAMAN GINSENG JAWA (Talinum paniculatum Gaertn.) SKRIPSI

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia.

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

I. PENDAHULUAN. sebutan lain seruni atau bunga emas (Golden Flower) yang berasal dari

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Topik VI. METODE BIOTEKNOLOGI TANAMAN

Indonesia telah menjadi pengimpor minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO)

BAB I PENDAHULUAN. kedelai di Indonesia semakin meningkat seiring kesadaran masyarakat akan peran

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan dapat melakukan sintesis senyawa organik kompleks. menghasilkan golongan senyawa dengan berbagai macam struktur.

I. PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

Ketersediaan Eksplan, Tunas Aksiler dan Kalugenesis pada Perbanyakan Mikro Toona sinensis

BAB I PENDAHULUAN. antiinflamasi, analgesik dan antioksidan. Selain itu, daun binahong juga

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gunung Merapi. Bunga Anggrek dengan warna bunga putih dan totol-totol merah

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Binahong

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam tanaman, salah satunya adalah tanaman stevia (Stevia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme di Indonesia masih mengkhawatirkan kehidupan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

Tugas Kelompok. Bentuk tersedia bagi tumbuhan Fungsi Gejala Kahat. Kelompok: N, P, K, Ca, Mg, S, B, Cu, Cl, Fe, Mn, Mo, Zn

BAB 1 TIPE KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kultur biji steril tomat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Fosfor Terhadap Pertumbuhan Pseudbulb. tanaman anggrek Dendrobium antennatum selama 10 minggu setelah

BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan.

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

BAB I PENDAHULUAN. kepopulerannya di masyarakat semakin meningkat. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi terhadap manusia. Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. alami untuk pembuatan obat, pestisida, parfum, penyedap rasa dan zat

I. PENDAHULUAN. Tanaman anggrek termasuk familia Orchidaceae terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya sumberdaya flora. Para ahli

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

PROFIL KADAR SAPONIN PADA BEBERAPA BAGIAN UMBI AKAR Talinum paniculatum HASIL KULTIVASI PETANI DI DAERAH PLOSOKLATEN KEDIRI ARTIKEL SKRIPSI

TINJAUAN PUSTAKA Tumbuhan Kina Metabolit Sekunder

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ada sekitar jenis anggrek spesies tersebar di hutan-hutan Indonesia

PENDAHULUAN. Kelapa sawit merupakan tanaman penghasil minyak nabati utama di

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keanekaragaman hayati dengan bermacam jenis spesies

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

PENGARUH KONSENTRASI ROOTONE-F TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR STEK DAUN Sansivieria trifasciata lorentii

TINJAUAN PUSTAKA. m yang mempunyai batang di bawah tanah atau rhizom. Bonggol (Corm) mempunyai

dapat dimanfaatkan sebagai obat berbagai macam penyakit. Beberapa yang dilakukan untuk menemukan senyawa-senyawa bioaktif yang

BIOTEKNOLOGI TUMBUHAN

PENDAHULUAN. Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. artinya tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain, tetapi tidak hidup secara

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

I. PENDAHULUAN. penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi, karena memiliki protein yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanaman ginseng telah banyak digunakan dalam pengobatan Cina selama ribuan tahun untuk mencegah dan mengobati berbagai jenis penyakit. Oleh karena kegunaan dan keampuhannya, ginseng telah banyak dipakai dalam pengobatan di klinik. Tanaman Panax ginseng (ginseng korea) telah dikenal pada zaman dinasti Cho Chi Klu, 200 tahun sebelum masehi dan terkenal sebagai panasea, yaitu obat untuk segala penyakit (Wahjoedi et al., 1999). Panax ginseng memiliki efek bioaktif yang sangat bermanfaat pada kesehatan manusia diantaranya sebagai antitumor, antistres, antiaging, dan meningkatkan fungsi imun (Akalezi et al., 1999). Sampai sekarang, ginseng diketahui mengandung saponin, antioksidan, peptida, polisakarida, alkaloid, lignans, dan poliasetilen. Saponin dikenal sebagai ginsenosides yaitu komposisi utama bioaktif (Jo et al., 1995; Sticher, 1998; Palazon et al., 2003). Indonesia memiliki banyak tanaman obat yang dapat dimanfaatkan. Di Indonesia juga terdapat tanaman yang mirip dengan ginseng-ginseng tersebut, yaitu Talinum paniculatum Gaertn. dengan nama daerah antara lain ginseng jawa, som jawa, kolesom, dan sebagainya. Morfologi tanaman ginseng jawa ini menunjukkan kesamaan dengan Panax ginseng khususnya pada bagian akar sehingga ada anggapan memiliki khasiat yang sama (Heyne, 1987). Analisis metode kromatografi lapis tipis-densitometri terhadap akar kedua tanaman 1

2 menunjukkan sedikitnya ada dua senyawa yang hampir sama antara akar ginseng jawa dengan akar Panax ginseng yaitu senyawa golongan terpenoid dan golongan steroid, yang keduanya termasuk dalam senyawa saponin (Sukardiman, 1996). Saponin merupakan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan tanaman, kelompok glikosida yang terdistribusi pada tanaman tingkat tinggi. Saponin memiliki karakteristik yang mana akan membentuk busa bila dikocok (Harborne, 1996). Dengan adanya berbagai penelitian dan pengembangannya diketahui bahwa saponin memiliki berbagai manfaat. Manfaat saponin antara lain dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, mengikat kolesterol dan bersifat antibiotik (Caroll, 2001), memiliki daya anti inflamasi yang kuat dan memperbaiki fungsi hati (Abe, 1980), memiliki aktifitas antifungi dan pertahanan terhadap serangan mikroba patogen (Osbourn, 2011), mempunyai efek analgesik dan sitotoksik (de Padua et al., 1999). Melihat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari tanaman Talinum paniculatum Gaertn. dapat memperbesar peluang obat tradisional untuk dikembangkan dan disosialisasikan (Hidayat, 2005). Perbanyakan tumbuhan ginseng jawa secara konvensional yaitu melalui biji, stek batang, dan umbinya. Namun ketiga cara tersebut memiliki beberapa kelemahan antara lain keberhasilan tumbuh dengan biji sangat tergantung dari faktor fisik dan faktor biologis biji tersebut. Perbanyakan dengan stek batang memerlukan media pasir untuk kecepatan pertambahan tingginya dan pertumbuhan panjang akar namun media pasir memiliki kandungan hara rendah

3 sehingga pertumbuhan akar tidak optimum, sedangkan perbanyakan dengan umbi memerlukan waktu yang lama dan memerlukan bahan umbi yang memiliki cukup mata tunas sehingga tidak efisien (Hidayat, 2005). Oleh karena itu perlu adanya alternatif lain pernbanyakan tanaman ginseng jawa diantaranya melalui teknik kultur jaringan. Teknik kultur jaringan tanaman memiliki prospek yang lebih baik dari pada metode perbanyakan tanaman secara vegetatif konvensional dikarenakan diantaranya jutaan klon dapat dihasilkan dalam waktu setahun hanya dari sejumlah kecil material awal, teknik kultur jaringan juga menawarkan suatu alternatif bagi spesies yang resisten terhadap sistem perbanyakan vegetatif konvensional dengan melakukan menipulasi terhadap faktor-faktor lingkungan dan adanya kemungkinan untuk mempercepat pertukaran bahan tanaman di tingkat internasional dan juga teknik kultur jaringan tidak mengenal musim (Zulkarnain, 2011). Selain itu stok tanaman dapat segera diperbanyak pada sembarang waktu setelah pengiriman atau penyimpanan (Hu dan Wang, 1983). Teknik kultur jaringan dapat digunakan untuk produksi senyawa kimia alami dari tumbuhan, baik yang berupa bahan baku obat-obatan, zat pewarna, aroma, minyak wangi maupun insektisida (Nurchayati et al., 2006). Terdapat beberapa tipe kultur pada kultur jaringan diantaranya kultur embrio, kultur biji anggrek, kultur meristem, kultur tunas, kultur kalus, kultur antera, kultur ovul, kultur protoplas, kultur sel, jaringan dan organ (akar, batang dan daun) (Zulkarnain, 2011). Kultur akar merupakan jaringan akar yang hidup dan berdiferensiasi secara terorganisasi membentuk biomassa akar tanpa

4 kehadiran organ lainnya seperti batang, tunas atau daun secara in vitro (Payne et al., 1992). Salah satu bentuk aplikasi dari kultur akar yang mulai banyak dikembangkan adalah melalui teknik transformasi gen, yang dikenal dengan istilah hairy root culture atau kultur akar rambut (Grierson & Covey, 1988). Akar hasil transformasi dapat diperoleh dengan adanya transfer gen yang berasal dari DNA plasmid (T-DNA) bakteri jenis Agrobacterium rhizogenes ke dalam genom tanaman inang (Hashimoto & Yamada, 1991). Kultur akar rambut merupakan metode yang ideal untuk mempelajari kandungan senyawa aktif yang diproduksi tanaman karena akar rambut dapat melakukan sintesis senyawa aktif yang diinginkan, tumbuh stabil dalam media secara in vitro (Savary & Flores, 1994). Penelitian dengan transformasi A. rhizogenes sudah banyak dilakukan, diantaranya hasil penelitian Sukma et al., (2003) menunjukkan bahwa eksplan hipokotil paria belut (T. cucumerina var, anguina) yang terinfeksi A. rhizogenes dan dikultur pada media MS0 padat yang mengandung cefotaxime mampu membentuk rambut akar. Produksi ginsenoid pada kultur akar rambut Panax ginseng meningkat secara nyata setelah dielisitasi dengan asam jasmonat dan elisitor lain (Yu et al., 2000). Dan dari penelitian Kurniasari (2011) telah dilakukan metode in vitro dengan cara mentransformasikan Agrobacterium rhizogenes dari dua strain yaitu strain LB 510 dan strain YMB 072001 ke dalam eksplan daun tanaman Talinum paniculatum Gaertn. dengan tujuan untuk

5 menginduksi akar dan didapatkan hasil yang berbeda yaitu untuk strain YMB 072001 dihasilkan jumlah akar yang lebih sedikit daripada strain LB 510. Owen & Simogocki (1988) menjelaskan bahwa kemampuan inokulasi Agrobacterium terhadap tanaman berbeda-beda dalam efektifitas transfer T-DNA nya, tergantung dari virulensi Agrobacterium yang dipakai dan kerentanan kultivar tanaman. Kultur akar rambut banyak dipilih karena dapat menghasilkan metabolit sekunder dalam jumlah yang lebih tinggi dari pada tanaman asalnya dan lebih stabil dari kultur akar normal (Hamill & Lidgett, 1997). Beberapa produk metabolit dalam kultur akar rambut antara lain tiopen dari Tagetes patula L., valepotriates dari Valeriana officinalis L.,var sambucifolia dan naftokinon dari Sesamum indicum dihasilkan dengan jumlah jauh lebih tinggi dari pada yang dihasilkan oleh tumbuhan induknya (Wysokinska & Chmiel, 1997). Pada teknik kultur jaringan dikenal istilah subkultur, yaitu mengganti media dalam kultur jaringan dengan media yang baru sebagai usaha dalam memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman (Hendaryono & Wijayani, 1994). Berdasarkan hasil penelitian Rijhwani & Shanks (1998) menunjukkan bahwa siklus subkultur pada akar rambut tanaman Catharanthus roseus memberikan pengaruh pada kecepatan pertumbuhan dan biomassa akar. Pada siklus subkultur 2 minggu diperoleh hasil pertumbuhan yang lebih cepat sementara pada siklus subkultur 4 minggu menunjukkan kecepatan pertumbuhan yang lambat, begitu juga dengan biomassa akar yang diperoleh.

6 Pada penelitian ini menggunakan akar rambut yang diketahui dapat menghasilkan metabolit sekunder dalam jumlah yang lebih tinggi dan lebih stabil dari kultur akar normal dan dengan memberikan perlakuan periode subkultur pada akar rambut bertujuan untuk mengetahui pengaruh periode subkultur akar rambut terhadap kadar saponin tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) sebagai salah satu upaya peningkatan kadar saponin pada akar tanaman tersebut. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian ini dirancang untuk menjawab permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah periode subkultur berpengaruh terhadap berat kering akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)? 2. Manakah dari periode subkultur 2 minggu, 3 minggu, 4 minggu atau tanpa subkultur yang menghasilkan berat kering yang paling tinggi pada akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)? 3. Apakah periode subkultur berpengaruh terhadap kadar saponin akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)? 4. Manakah dari periode subkultur 2 minggu, 3 minggu, 4 minggu atau tanpa subkultur yang menghasilkan kadar saponin yang paling tinggi pada akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)? 1.3 Asumsi Penelitian Subkultur adalah usaha untuk mengganti media tanam kultur jaringan dengan media yang baru, sehingga kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi (Hendaryono

7 & Wijayani, 1994). Berdasarkan penelitian Rijhwani & Shanks (1998) menunjukkan bahwa siklus subkultur pada akar rambut tanaman Catharanthus roseus memberikan pengaruh pada kecepatan pertumbuhan dan biomassa akar. Pada siklus subkultur 2 minggu diperoleh hasil pertumbuhan yang lebih cepat sementara pada siklus subkultur 4 minggu menunjukkan kecepatan pertumbuhan yang lambat, begitu juga dengan biomassa akar yang diperoleh. Periode subkultur yang lebih pendek memberikan pengaruh akar tumbuh lebih baik ditinjau dari ketersediaan nutrien dan oksigen pada media, akar lebih leluasa tumbuh dan optimal. Sehingga diasumsikan bahwa semakin pendek periode subkultur akar rambut, berat kering akar yang diperoleh semakin tinggi. Meningkatnya berat kering akar akan berakibat pada meningkatnya kadar saponin. 1.4 Hipotesis Penelitian 1.4.1 Hipotesis Kerja Jika subkultur memberikan pengaruh terhadap berat kering akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.), maka terdapat perbedaan berat kering akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) Jika subkultur memberikan pengaruh terhadap kadar saponin akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.), maka terdapat perbedaan kadar saponin akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). 1.4.2 Hipotesis Statistik H 0 : Tidak ada pengaruh periode subkultur terhadap berat kering akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.).

8 H a : Ada pengaruh periode subkultur terhadap berat kering akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). 1.5 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh periode subkultur terhadap berat kering akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). 2. Mengetahui berat kering akar yang paling tinggi pada akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) dari perlakuan periode subkultur 2 minggu, 3 minggu, 4 minggu, dan tanpa subkultur. 3. Mengetahui pengaruh periode subkultur terhadap kadar saponin akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.). 4. Mengetahui kadar saponin yang paling tinggi pada akar rambut tanaman ginseng jawa (Talinum paniculatum Gaertn.) dari perlakuan periode subkultur 2 minggu, 3 minggu, 4 minggu, dan tanpa subkultur. 1.6 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai upaya peningkatan kadar saponin pada akar ginseng jawa yang diketahui sangat bermanfaat dalam berbagai pengobatan penyakit. Sehingga nantinya diharapkan dapat meningkatkan produktifitas saponin akar.