BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan pada dasarnya muncul karena adanya hasrat ingin tahu

dokumen-dokumen yang mirip
II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian tentang Tindak Pidana atau Strafbaar Feit. Pembentuk Undang-undang telah menggunakan kata Strafbaar Feit untuk

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

BAB II PENERAPAN KONSEP NOODWEER DALAM TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN SEBAGAI AKIBAT ADANYA TINDAK PIDANA KEHORMATAN KESUSILAAN

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORBAN PRANK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yaitu hukum public dan hukum privat. Hukum public adalah

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. PENDAHULUAN. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

P U T U S A N. No. 23 / Pid.B / 2013 / PN. UNH DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

P U T U S A N. Nomor : 12/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari segi kegiatannya, lebih tampak sebagai lembaga sosial. Sejak awal. dan meningkatkan kesejahteraan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara hukum, hal ini telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan di dalam masyarakat berkembang seiring dengan. tidak akan dapat hilang dengan sendirinya, sebaliknya kasus pidana semakin

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id

TINDAK PIDANA ASUSILA TERHADAP HEWAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ilmu pengetahuan hukum dikatakan bahwa tujuan hukum adalah

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

P U T U S A N. Nomor : 195/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pembunuhan. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah kasus. pembunuhan, dan tahun 2015 menjadi 48 kasus pembunuhan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

P U T U S A N Nomor : 65/Pid.B/2013/PN.UNH.

BAB I PENDAHULUAN F. Latar Belakang Masalah

Halaman 1 dari 12 Putusan Nomor : 173/Pid.B/2014/PN.Bkn

I. PENDAHULUAN. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia

Umur/Tgl. Lahir : 37 tahun/28 Mei 1977;

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana. hubungan seksual dengan korban. Untuk menentukan hal yang demikian

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan tanpa kecuali. Hukum merupakan kaidah yang berupa perintah

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan adalah suatu permasalahan yang terjadi tidak hanya di dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

kearah yang tidak baik atau buruk. Apabila arah perubahan bukan ke arah yang tidak

P U T U S A N Nomor : 49/Pid.B/2013/PN.BJ.

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. segala perbuatan melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

P U T U S A N No. 263/Pid.B/2013/PN.BJ. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kepada pemeriksaan keterangan saksi sekurang-kurangnya disamping. pembuktian dengan alat bukti keterangan saksi.

BAB I PENDAHULUAN. luka baik fisik maupun psikis. Istilah kekerasan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. nampaklah bahwa pembuktian itu hanyalah diperlukan dalam berperkara dimuka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada ujud pidana yang termuat dalam pasal pasal KUHP yaitu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

P U T U S A N. Nomor : 646/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

PERLINDUNGAN HUKUM PROFESIONALISME GURU

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

P U T U S A N No. 688/PID/2012/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Kapita Selekta Ilmu Sosial

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

BAB I PENDAHULUAN. dipertegas dalam Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-3 Pasal 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pasal 1 angka 11 Bab 1 tentang Ketentuan Umum Kitab Undang-Undang Hukum

PENGADILAN TINGGI MEDAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang khususnya berkaitan dengan hukum, moralitas serta ketidakadilan.

P U T U S A N NOMOR : 121 /PID/2014/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya, diperoleh. kesimpulan penting sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

P U T U S A N Nomor : 99/Pid.B./2013/PN.Unh. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hukum Indonesia, hal seperti ini telah diatur secara tegas di dalam Kitab Undangundang

P U T U S A N Nomor : 140/Pid.B/2013/PN.Unh.

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan yang dalam kehidupan sehari-hari ditunjukan oleh interaksi sosial

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan pada dasarnya muncul karena adanya hasrat ingin tahu yang teramat besar dari dalam diri manusia itu sendiri. Hasrat tersebut muncul dikarenakan banyak sekali terdapat aspek-aspek kehidupan yang masih gelap bagi manusia. Oleh karena itu manusia ingin mengetahui segi kebenaran dari kegelapan tersebut.manusia dapat mencari kebenaran dan menemukannya secara kebetulan. Artinya, penemuan-penemuan yang dilakukan tanpa direncanakan dan tanpa diperhitungkan terlebih dahulu. Memang perlu diakui, bahwa penemuan-penemuan semacam itu kadang-kadang berfaedah juga akan tetapi, kegiatan-kegiatan tersebut bukan merupakan kegiatan ilmiah, antara lain, karena keadaan-keadaannya yang tidak pasti sehingga (atau mendekati kepastian), dan yang hasil-hasilnyapun tidak dapat diperhitungkan, sehingga kemungkinan besar kurang dapat memberikan suatu gambaran yang sesungguhnya. Selain dari pada itu, maka kadang-kadang manusia bersungguh-sungguh inigin menemukan kebenaran, akan tetapi melalui metode untung-untungan. Artinya, dia berusaha untuk menemukan kebenaran dengan melalui percobaan-percobaan dan kesalahan-kesalahan. 1 1 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : UI-PRESS 2007) h.1-2. 1

Hukum tindak pidana penganiayaan adalah secara umum, tindak pidana terhadap tubuh pada KUHP disebut penganiayaan. Dibentuknya pengaturan tentang kejahatan terhadap tubuh manusia ini ditujukan bagi perlindungan kepentingan hukum atas tubuh dari perbuatan-perbuatan berupa penyerangan atas tubuh atau bagian dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit atau luka, bahkan karena luka yang sedemikian pada tubuh dapat menimbulkan kematian. Penganiayaan dalam kamus besar bahasa Indonesia dimuat arti sebagai berikut perilaku yang sewenang-wenang. Pengertian tersebut adanya pengertian dalam arti luas, yakni termasuk yang menyangkut perasaan atau batiniah. 2 Mengenai penganiayaan dalam pasal 351 KUHP, R. Soesilo dalam bukunya yang berjudul Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta komentar-komentarnya Lengkap pasal demi pasal, mengatakan bahwa undang-undang tidak memberi ketentuan apakah yang diartikan dengan penganiayaan itu. Menurut alinea ke 4 pasal ini masuk juga dalam pengertian penganiayaan ialah sengaja merusak kesehatan orang. R.Soesilo dalam buku tersebut juga memberikan contoh dengan apa yang dimaksud dengan perasaan tidak enak, rasa sakit, luka, dan merusak kesehatan. 2 Makalah hukum (Online) tersedia di :http://makalah-hukum-pidana.blogspot.co.id/2014/05/tindakpidana-penganiayaan.html 2

1. Perasaan tidak enak misalnya mendorong orang terjun ke kali sehingga basah, menyuruh orang berdiri diterik matahari, dan sebagainya. 2. Rasa sakit misalnya menyubit, memukul, dan sebagainya. 3. Luka misalnya mengiris, memotong, menusuk dengan pisau dan sebagainya. 4. Merusak kesehatan misalnya orang sedang tidur, dan berkeringat, dibuka jendela kamarnya, sehingga orang tersebut masuk angin. 3 Penganiayaan dilakukan terdakwa terhadap orang yang telah merusak kehormatan wanita secara otomatis ikut merusak kehormatan keluarga yang saat penganiayaan dilakukan pada hari selasa tanggal 23 oktober 2012 sekira jam 18:30 wib, bertempat di kampung batu ampar, kecamatan gedung aji baru, kabupaten tulang bawang saksi bersama isterinya mengantarkan saksi korban dan saksi 1 dan saksi saksi 2 dengan mengendarai 2 unit sepeda motor, tujuan saksi 1 mengantarkan saksi korban kerumah saksi saring karena saksi korban telah menyetubuhi kekasihnya sehingga kekasihnya takut untuk pulang kerumahnya sesampainya mereka di depan rumah saksi 3 kekasihnya turun dari sepeda motor yang dikendarai saksi korban, tiba-tiba terdakwa langsung menghampiri saksi korban lalu memukul saksi korban sebanyak 2 kali sehingga saksi korban terjatuh dari sepeda motor yang dikendarainya setelah itu tangan kanan saksi korban ditarik ataun diseret oleh saksi 3 ke arah dalam rumah 3 Ibid,http://makalah-hukum-pidana.blogspot.co.id/2014/05/tindak-pidana-penganiayaan.html 3

sambil saksi 3 memukul mata sebelah kanan saksi korban dengan menggunakan tangan kanannya sebanyak 1 kali setelah saksi korban berada di dalam rumah saksi, saksi korban diperintahkan oleh saksi lain untuk duduk dikursi ruang tamu setelah saksi korban duduk dikursi tersebut, saksi dengan menggunakan tangan kananya langsung menampar pipi sebelah kiri dan kanan saksi korban sebanyak 2 kali kemudian terdakwa dengan menggunakan tangan kanannya memukul wajah sebelah kiri saksi korban berulang kali setelah itu saksi lain dengan menggunakan tangan kirinya memukul saksi korban pada bagian tangan kiri hingga saksi korban terjatuh dari kursi yang di dudukinya lalu saksi dengan menggunakan tangan kananya langsung memukul pipi sebelah kanan saksi korban sebanyak 1 kali, kemudian saksi lain dengan menggunakan tangan kanannya ikut memukul pipi sebelah kanan korban sebanyak 2 kali, kemudian saksi saring melerai kejadian tersebut lalu saksi saring bertanya kepada saksi korban telah menodai kekasihnya yang kemudian dijawab oleh saksi korban sudah, mendengar kejadian tersebut saksi saring dengan menggunakan tangan kanannya langsung memukul saks korban sebanyak 5 kali, setelah itu saksi kembali bertanya sudah berapa kali bersetubuh dengan kekasihnya lalu dijawab oleh saksi korban sebanyak 4 kali, pihak keluarga mendengar jawaban saksi korban secara bersama-sama langsung melakukan pemukulan terhadap saksi korban. 4

1.2 Rumusan Masalah Dalam menyusun skripsi ini penulis hanya ingin membahas permasalahan yang ingin dibahas sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud dengan kehormatan dalam unsur bela paksa/noodweer? 2. Apakah perbuatan terdakwa dalam putusan No.536/K/PID/2014 dapat dianggap membela kehormatan sebagaimana dimaksud dalam unsur bela paksa? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud kehormatan dalam bela paksa yang dilakukan oleh terdakwa. 2. Untuk mengetahui putusan NO.536 K/PID/2014 apakah kedudukan pelaku merupakan membela kehormatan dalam bela paksa. 5

1.4. Manfaat Penelitian. 1. Dari hasil penelitian ini hendaknya memberikan pengetahuan yang lebih kepada Penulis mengenai penerapan hukum pidana terhadap terpidana dalam putusan NOMOR.536 K/PID/2014. 2. Penelitian ini memberikan gambaran yang jelas kepada penulis mengenai pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap terpidana. 1.5. Metode Penelitian (tipe penelitian dan jenis penelitian penelitian) Metode merupakan suatu unsur yang harus ada dalam suatu penelitian. Tanpa adanya metodologi, penelitian tidak akan bisa menemukan, merumuskan, menganalisa, maupun memecahkan masalah tertentu untuk mengungkapkan suatu kebenaran. 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan di dalam penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, yaitu mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai norma atau kaidah yang berlaku dalam masyarakat dan menjadi acuan perilaku setiap orang. 6

2. Jenis Penelitian Hukum: Dalam penelitian hukum normatif pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat dan dari bahan-bahan pustaka.yang diperoleh langsung dari masyarakat dinamakan data primer (atau data dasar), sedangkan yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka lazimnya dinamakan data sekunder. 4 Maka pada penulisan skripsi ini, metode yang akan digunakan dengan melakukan penelitian data putusan studi kasus nomor.536 K/PID/2014 agar mendapatkan landasan dan teori dengan menggunakan buku dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan pokok permasalahan. Karena meneliti bahan pustaka atau data sekunder. Data di bidang hukum dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu: a) Bahan hukum primer adalah hukum yang memiliki kekuatan hukum tetap dan mengikat yang meliputi peraturan perundang-undangan seperti KUHP (kitab undang-undang hukum pidana). b) Bahan hukum sekunder adalah yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti misalnya, hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya. 4 Soerjono soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif,( Jakarta;Penerbit oleh PT RajaGrafindo Persada), hlm13. 7

c) Bahan hukum tersier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, contohnya seperti kamus, bahan yang di dapat dari internet, dan lain sebagainya. 1.6. Definisi Operasional Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang diamati.definisi operasional mencakup hal-hal penting dalam penelitian yang memerlukan penjelasan.definisi operasional bersifat spesifik, rinci, tegas dan pasti yang menggambarkan karakteristik penelitian dan hal-hal yang dianggap penting. 1. Strafbaarfeit atau delict selanjutnya disebut perbuatan tindak pidana adalah perbuatan yang laranganya disertai sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut. 2. Hukum objektif (ius poenale) yang dibagi menjadi: hukum pidana materiil yaitu peraturan tentang syarat-syarat bilamana, siapa dan bagaimana sesuatu dapat dipidana, dan hukum pidana formal yaitu hukum acara pidana. 3. Hukum subjektif (ius punaenandi), yaitu meliputi hukum yang memberikan kekuasaan untuk menetapkan ancaman pidana, menetapkan putusan dan melaksanakan pidana yang hanya dibebankan kepada Negara atau pejabat yang ditunjuk untuk itu. 8

4. Penganiayaan adalah perilaku yang sewenang-wenang dalam kamus besar bahasa Indonesia, dari perbuatan-perbuatan berupa penyerangan atas tubuh atau bagian dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit atau luka, bahkan karena luka yang sedemikian pada tubuh dapat menimbulkan kematian. 5. Alasan penghapusan pidana dalam alasan pembenar dan alasan pemaaf cocok dengan pemisahan antara sifat melawan hukum dan kesalahan sebagai unsur yang dianggap harus ada dalam tiap-tiap perbuatan pidana.apabila dalam suatu keadaan tertentu satu unsurnya hilang, sifat dapat dipidananya perbuatan itu hilang.penghapusan pidana adalah akibat penghapusan sifat melawan hukum dan atau penghapusan kesalahan. 6. Alasan pembenar atau rechtsvaardigingsgrond ini bersifat menghapuskan sifat melawan hukum dan perbuatan yang di dalam KUHP dinyatakan sebagai dilarang. Karena sifat melawan hukumnya dihapuskan, maka perbuatan yang semula melawan hukum itu menjadi dapat dibenarkan dengan demikian pelakunya tidak dipidana. Contohnya seperti perbuatan yang merupakan pembelaan darurat. 7. Alasan pemaaf atau schulduitsluitingsgrond ini menyangkut pertanggung jawaban seseorang terhadap perbuatan pidana yang telah dilakukanya atau criminal responsibility. Alasan pemaaf ini menghapuskan kesalahan orang yang melakukan delik, alasan ini dapat dijumpai di dalam halo rang itu melakukan perbuatan dalam keadaan: Tidak dipertanggungjawabkan 9

(ontoerekeningsvaatbaar), Pembelaan terpaksa yang melampaui batas (noodweer excess), dan Daya paksa (overmacht). 8. Pembelaan terpaksa atau noodweer) yang menyatakan, terpaksa melakukan perbuatan untuk pembelaan, karena ada serangan atau ancaman serangan seketika itu yang melawan hukum, terhadap diri sendiri maupun orang lain, terhadap kehormatan kesusilaan atau harta benda sendiri maupun orang lain, tidak dipidana. 9. Serangan (aanval) itu harus timbul secara mendadak atau mengancam secara langsung dan serangan itu bersifat bertentangan dengan hukum; artinya sudah mulai atau belum berakhir. Bila serangan itu dikatakan sudah mulai dan belum berakhir itu tergantung pada keadaan. 10. Pembelaan itu harus karena terpaksa, pembelaan itu harus setimpal, imbang dan pembelaan itu untuk membela dari serangan yang ditujukan kepada tubuh(badan), kesusilaan dan barang. 11. Kehormatan dalam bela paksa yang dimaksud di sini bukanlah kehormatan dalam arti nama baik melainkan dalam arti seksual. 1.7 Sistematika Penulisan Dengan tujuan agar dalam penulisan skripsi ini dapat tersusun dengan baik maka untuk lebih memudahkan pembahasan yang ingin penulis sampaikan maka akan disusun dengan sistematika sebagai berikut: 10

BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis akan memberikan penjelasan tentang apa yang terjadi dan landasan pemikiran dalam skripsi yang akan dijelaskan pada Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Operasional, Sistematika Penulisan melalui literatur dan media (Online) BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN Dalam bab ini diuraikan hasil kajian pustaka berupa penelusuran literatur dan media online (internet) yang telah dilakukan, mengenai sejarah pembentukan KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana), ruang lingkup berlakunya hukum pidana, Pengertian hukum Pidana, Pengertian Tindak pidana, Pengertian Tindak Pidana Penganiayaan dan Fungsi Tindak Pidana. BAB III TINJAUAN UMUM PENERAPAN AJARAN BELA PAKSA (NOODWEER) TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN (STUDI KASUS NOMOR.536 K/PID/2014) 11

Pada bab ini penulis mencoba memberikan gambaran mengenai Dasar Penghapus Pidana, Alasan Penghapus Pidana, Pengertian Bela Paksa (noodweer), dan Pengertian Kehormatan dalam Pengertian Bela Paksa (noodweer). BAB IV ANALISA KASUS Pada bab ini penulis mencoba menganalisa jawaban dari pokok permasalahan yang diteliti dalam penulisan ini yakni gambaran perbuatan yang dilakukan oleh terdakwa mengenai Resume Putusan, Amar Putusan, Pengertian kehormatan Dalam Unsur-Unsur Bela Paksa (noodweer), dan Penganiayaan yang dilakukan oleh Terdakwa dalam Putusan Nomor 536 K/PID/2014 merupakan membela Kehormatan dalam Bela Paksa. BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis akan memberikan kesimpulan gambaran tentang masalah yang terdapat dalam skripsi ini dan mencoba memberikan saran sebagai suatu jalan keluar dari permasalahan yang terdapat dalam skripsi ini. 12