BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 39 /PJ/2011 TENTANG

BAB III HASIL PENELITAN. pajak untuk mempermudah administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan, disebutkan bahwa: WajibPajak adalah orang pribadi atau

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

PENDAHULUAN BAB I. terus berupaya dalam memaksimalkan potensi pajak untuk memenuhi APBN

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB III PEMBAHASAN. Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak dalam negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak dalam negeri adalah :

BAGIAN 1 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. e-registration melalui laman Direktorat Jenderal Pajak

BAB II LANDASAN TEORI. Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Pengabdian Masyarakat 2016 BAGIAN 3 PELATIHAN PENYUSUNAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TAHUNAN WAJIB PAJAK BADAN PADA KOPERASI DI KOTA BANDUNG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/ PMK.03/2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Sebagaimana tujuan dari negara Indonesia juga dapat sama-sama kita

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-01/PJ/2017 TENTANG PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

PER - 39/PJ/2011 TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

2018, No Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 32 /PJ/2017 TENTANG

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.03/2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMPUNAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara bertanggung jawab atas kesejahteraan rakyatnya. Guna

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Undang-Undang KUP dan Peraturan Pelaksanaannya

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA. Secara garis besar dasar hukumnya sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

LAPOR SPT TAHUNAN PPh OP MELALUI INTERNET

PER - 41/PJ/2015 PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE

SPT MASA & BUKTI PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23/26. PERATURAN DIRJEN PAJAK NOMOR PER-04/PJ/2017 Jakarta, 12 April 2017

NPWP dan Pengukuhan PKP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 14/PJ/2013

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari sektor pajak. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya kecenderungan penurunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan terbesar dari APBN negara Indonesia adalah

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152 /PMK.03/2009

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak. SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi. Tahun Pajak 2014 PJ.091/KUP/S/006/

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN Ditetapkan tanggal 17 Juli 2007 KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-06/PJ/2018 TENTANG

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BENDAHARA PEMERINTAH Jakarta, 5 Februari 2018


PELAKSANAAN e-spt TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEKAYU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN KANTOR PELAYANAN PAJAK ORANG PRIBADI. Syarat Objektif Syarat Subjektif. Wilayah tempat kedudukan. Wilayah tempat tinggal

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU Penelitian yang dilakukan oleh Naranthaka (2010) menggunakan teknik analisis data dengan metode silogisme dan interpretasi. Teknik analisis data tersebut untuk menarik kesimpulan dari data-data yang ada. Hasil dari penelitian tersebut adalah konsep e-filing perpajakkan di Indonesia belum sesuai dengan asas kepastian hukum. Hal ini dikarenaka dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-47/PJ./2008 masih belum diatur mengenai besaran atau kisaran tarif jasa Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi dan ketentuan mengenai penyelesaian sengketa yang bisa terjadi antara WajibPajak dan Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi dalam pelaksanaan e- Filing. Selain itu keakuratan konsep e-filing masih belum dapat menjamin kebenaran pelaporan SPT dalam sistem administrasi perpajakkan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan Akbar (2013) menggunakan analisis data dalam penelitian kualitatif. Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pengumpulan data menghasilkan pembuktian sesudah penggunaan sistem elektronik pajak, pertambahan jumlah wajib pajak terbukti meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun yang dipengaruhi oleh adanya penerapan sistem terbaru pada cara pendaftaran NPWP dan kemudahan- 7

8 kemudahan lainnya melalui sistem elektronik pajak yang diberlakukan di KPP Pratama Surabaya Gubeng sejak tahun 2006. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Jannah (2014) dapat diketahui bahwa efektivitas penggunaan fasilitas e-filing secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan Wajib Pajak dengan besarnya pengaruh sebesar 62%. Sementara sisanya sebesar 38% merupakan pengaruh lain diluar variabel efektivitas penggunaan fasilitas e-filing. Kemudian penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Gunawan (2015) menunjukkan hasil penelitiannya bahwa : 1. Kegunaan e-filing berpengaruh positif terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaporkan pajak. 2. Kemudahan e-filing tidak berpengaruh positif terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaporkan pajak. 3. Kerumitan e-filing tidak berpengaruh positif terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaporkan pajak. 4. Keamanan dan kerahasiaan e-filing berpengaruh positif terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaporkan pajak. 5. Kesiapan e-filing berpengaruh positif terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaporkan pajak. 6. Persepsi Wajib Pajak mengenai e-filing berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaporkan pajak.

9 Sementara itu penelitian yang dilakukan Jannah (2016) menunjukkan bahwa prosedur pelaporan SPT Tahunan secara e-filing tergolong rumit, karena dalam menyampaikannya memerlukan banyak tahapan dan jaringan yang sulit, sehingga membuang banyak waktu. Hasil perhitungan efektivitas kepatuhan Wajib Pajak bersifat fluktuatif, dengan total rata-rata adalah 74,2% yang dalam kategori cukup efektif. Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian sebelumnya dilakukan di lokasi yang berbeda. Meskipun ada tahun yang sama pada tahun 2015 sekarang, tetapi perbedaannya peneliti sebelumnya hanya mengunakan data kuantitatif dan peneliti sekarang mengunakan data kuantitatif dan data kualitatif. Sedangkan peneliti sebelumnya hanya membahas lebih ke efektivitasannya sosialisasi perpajakan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam melaporkan SPT Tahunan pada tahun 2010-2014.Dibandingkan penelitian sekarang membahas kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi sehubungan dengan penerapan sistem e-filing tahun 2010 2015. B. LANDASAN TEORI 1. Dasar Perpajakan a. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

10 Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. b. Fungsi Pajak Pemungutan pajak memiliki 2 macam fungsi, yaitu : 1) Fungsi budgetary (penerimaan) : Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan kegiatan ( rutin dan pembangunan ) pemerintah. Contoh : pajak sebagai sumber penerimaan APBN 2) Fungsi regulatory: Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Contoh : pengenaan pajak yang tinggi untuk minman keras, barang mewah dan rokok diberlakukan agar konsumsi atau produk tersebut dapat ditekan. c. Pengelompokkan pajak atau pembagian pajak 1.) Menurut golongan : pajak langsung dan pajak tidak langsung 2.) Menurut sifat : pajak subjektif dan pajak objektif d. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi beberapa bagian : 1.) Official Assessment System. 2.) Self assessment System. 3.) Withholding System

11 2. Pajak Penghasilan a. Subjek Pajak 1.) Subjek pajak adalah pihak, baik orang atau badan, yang menjadi sasaran oleh undang-undang untuk membayar atau memikul beban pajak. 2.) Subjek pajak dibedakan menjadi: Subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi atau badan yang bertempat tingal atau berkedudukan di dalam Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia atau luar Indonesia, baik dengan atau tanpa melalui bentuk usaha tetap di luar negeri dan juga warisan yang belum terbagi. Subjek pajak dalam negeri dapat berbentuk orang pribadi, warisan dan badan. Subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia, baik dengan ataupun tanpa melalui bentuk usaha tetap.subjek pajak luar negeri dapat dibedakan menjadi : - Orang pribadi tidak melalui bentuk usaha tetap. - Badan tidak melalui bentuk usaha tetap. - Bentuk usaha tetap.

12 b. Objek Pajak Objek Pajak penghasilan adalah penghasilan, yaitu penghasilan yang diperoleh oleh subjek pajak. Dalam hal ini yang menjadi objek pajak PPh adalah penghasilan. Penghasilan berdasarkan ketentuan pasal 4 ayat (1) UU PPh adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh orang pribadi, baik yang berasal dari Indonesia atau dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam benuk apapun. c. Pengelompokan Penghasilan Orang Pribadi 1) Penghasilan dari pekerjaan dalam rangka hubungan kerja atau kegiatan, yaitu berupa imbalan yang diperoleh dari pemberi kerja. 2) Penghasilan dari pekerjaan bebas,yaitu : Dokter Konsultan Akuntan Dan lain sebagainya. 3) Penghasilan dari usaha, yaitu usaha dagang, industri, atau jasa. 4) Penghasilan dari modal : Deviden Royalty Bunga Sewa

13 Keuntungan dari pengalihan harta. 5) Penghasilan lain-lain : Hadiah Penghargaan berupa uang Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala. Keuntungan karena pembebasan hutang. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak. 3. Wajib Pajak Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-89/PJ/2009 dijelaskan bahwa Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. 4. Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) a. Pengertian Surat pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007.

14 b. Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang : 1.) Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak. 2.) Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak. 3.) Harta dan kewajiban. 4.) Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan. c. Pelaporan SPT terdapat 2 cara : 1) Pelaporan SPT secara langsung atau manual : Pelaporan SPT secara langsung dilakukan WP dengan mengirimkan SPT dalam bentuk formulir langsung ke KPP atau KP2KP, termasuk yang dikirimkan melalui Pos atau lainnya. 2) Pelaporan SPT secara tidak langsung atau elektronik : Pelaporan SPT dapat dilakukan secara elektronik atau melalui sistem e-filling.

15 d. Pengelompokan SPT ada 3 : 1) Pengelompokan SPT sesuai Wajib Pajak :SPT Wajib Pajak Orang Pribadi, SPT Wajib Pajak Badan dan BUT (bentuk usaha tetap), dan SPT Wajib Pajak Bendaharawan. 2) Pengelompokan SPT sesuai jenis pajaknya :SPT PPh Tahunan Orang Pribadi, SPT PPh Tahunan Orang Pribadi Karyawan, SPT PPh Tahunan Badan dan SPT Masa PPh dan SPT Masa PPN. 3) Pengelompokan SPT sesuai kriteria SPT :SPT Lebih Bayar, SPT Kurang Bayar, SPT Nihil, SPT Rugi Tidak Lebih Bayar dan SPT Rugi Lebih Bayar. e. Jenis pajak yang harus dilaporkan melalui SPT Masa dan Tahunan : 1) Jenis pajak yang harus dilaporkan melalui SPT Masa :PPh Pasal 21/26, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23/26, PPh Pasal 25, PPh Pasal 4(2), PPh Pasal 15, PPN dan PPnBM. 2) Jenis pajak yang harus dilaporkan melalui SPT Tahunan :PPh Pasal 21, PPh Badan, PPh Badan US $, PPh Orang Pribadi dan PPh Orang Pribadi Karyawan. f. Batas waktu penyampaian SPT Masa dan Tahunan : 1) Batas waktu penyampaian SPT Masa paling lambat 20 hari setelah berakhirnya Masa Pajak. 2) Batas waktu penyampaian SPT TahunanWP Orang Pribadi paling lama 3 bulan setelah akhir tahun pajak. Bagi yang tahun pajaknya menggunakan tahun kalender, maka 3 bulan tersebut sama dengan

16 akhir bulan Maret tahun kalender berikutnya. Serta SPT Tahunan WP badan termasuk BUT paling lama 4 bulan setelah akhir tahun pajak. Bagi yang tahun pajaknya menggunakan tahun kalender, maka 4 bulan tersebut sama dengan akhir bulan April tahun kalender berikutnya. g. Batas waktu pelaporan dan pemotongan oleh Bendaharawan. Batas waktu pelaporan SPT Bendaharawan Pemerintah dan Badan tertentu paling lambat 20 hari setelah akhir masa pajak dilakukannya pembayaran dari pemotongan atau pemungutan pajak seperti :SPT PPh Pasal 21, SPT PPh Pasal 22, SPT PPh Pasal 23/26, SPT PPh Pasal 4 (2), dan SPT PPN. h. Bentuk surat pemberitahuan (SPT) Tahunan : 1) Formulir kertas (hard copy) : - Formulir 1770. Yang wajib mengisi dan menyampaikan : menerima atau memperoleh penghasilan dari pekerjaan bebas, menerima atau memperoleh penghasilan dari modal dan lain-lain. - Formulir 1770S. Yang wajib mengisi dan menyampaikan : pegawai yang menerima penghasilan dari satu pemberi kerja, Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI, pensiunan, dengan jumlah penghasilan neto di atas PTKP sebesar Rp2.880.000 per tahun dalam Tahun Pajak atau Tahun Buku, menerima atau

17 memperoleh penghasilan dari satu pemberi kerja termasuk dari istri atau anak angkat yang masih menjadi tanggungan, umur belum 18 tahun dan/atau belum kawin dan memperoleh penghasilan lainnya, dan pengusaha tertentu. - Formulir 1770SS Yang wajib mengisi dan menyampaikan adalah Wajib Pajak yang mempunyai penghasilan hanya dari satu pemberi kerja dengan jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan tidak lebih dari Rp60.000.000 setahun dan tidak mempunyai penghasilan lain kecuali penghasilan bunga bank dan/atau bunga koperasi. 2) Data elektronik (e-spt ) i. Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila : 1) SPT tidak ditandatangani. 2) SPT tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan atau dokumen yang dipersyaratkan. 3) Surat Pemberitahuan lebih bayar disampaikan setelah 3 tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis. 4) SPT disampaikan setelah Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan atau menerbitkan Surat Ketetapan Pajak. 5) SPT tidak dilampiri audit, bagi yang diaudit akuntan publik. 6) SPT disampaikan setelah dilakukan pemeriksaan atau diterbitkan SKP.

18 j. TataCara melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan : 1) Tata cara pelaporan SPT secara langsung dilakukan WP atau PKP dengan cara pengambilan formulir SPT di KPP, baik di tempat KPP atau melalui download pada situs DJP. Formulir yang dapat digunakan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam pelaporan SPT ada tiga yaitu formulir 1770, formulir 1770S dan formulir 1770SS. Setelah itu dilakukan pengisian SPT sesuai dengan petunjuk yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang dilakukan dengan benar, jelas dan lengkap. Kemudian dilakukan penandatanganan SPT. SPT telah dianggap lengkap apabila telah ditandatangani oleh yang berhak menandatangani SPT. Untuk WP Orang Pribadi ditandatangani oleh WP yang bersangkutan, sedangkan untuk WP badan ditandatangani oleh pengurus atau direksi. Penandatanganan SPT dapat dilakukan dengan cara tandatangan biasa atau tandatangan stempel. Setelah dilakukan penandatanganan, SPT dapat dilaporkan atau disampaikan secara langsung ke KPP atau melalui jasa pengiriman Pos atau lainnya. SPT yang dilaporkan langsung pada KPP akan dberikan tanda terima berupa print out komputer, yang akan dijadkan dasar penentuan terlambat tidaknya SPT diterima pada Direktorat Jenderal Pajak. 2) Tata cara pelaporan SPT secara elektronik atau e-filling dengan cara sistem on-line yang real time melalui media elektronik atau

19 website Direktur Jenderal Pajak ( www.pajak.go.id )selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu dengan standar Waktu Indonesia Bagian Barat, dimana tampilan log in dicontohkan sebagai berikut : Gambar 1 Tampilan Log In pada DJP Online Sumber: Direktorat Jenderal Pajak SPT yang dilaporkan pada akhir batas waktu penyampaian SPT yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu. SPT yang telah diisi secara benar, jelas dan lengkap disampaikan secara elektronik melalui suatu perusahaan ASP oleh WP ke Direktorat Jenderal Pajak. Setelah SPT disampaikan secara elektronik melalui perusahaan ASP yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak diberikan Bukti Penerimaan secara elektronik apabila SPT telah lengkap

20 SPT yang tidak lengkap, oleh Kepala KPP diberitahukan kepada WP secara elektronik. Dimana dapat digambarkan dengan seperti gambar dibawah ini secara skema gambar nya tentang tata cara pelaporan SPT serta alur pengelolaan SPT. Gambar 2 Cara Penyampaian SPT Tahunan Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

21 Gambar 3 Alur Pengelolaan SPT Sumber: Direktorat Jenderal Pajak 5. e-filling Penyampaian SPT secara elektronik ataue-filling adalah cara penyampaian SPT yang dilakukan dengan sistem online yang real time melalui media internet.wajib Pajak dapat menyampaikan SPT secara elektronik (e-filling) melalui satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak. Mulai Tahun 2011 untuk Wajib Pajak Orang Pribadi terdapat kemudahan untuk menyampaikan SPT Tahunan formulir 1770 S dan 1770 SS karena dapat menyampaikan SPT kapan saja, dimana saja, cepat dan gratis dengan syarat harus terhubung dengan jaringan internet.

22 Sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Direktorat Jenderal Pajak dengan Nomor PER 1/PJ/2014 tentang tata cara penyampaian surat pemberitahuan tahunan bagi Wajib Pajak Orang Pribadi menggunakan formulir 1770S atau 1770SS secara e-filling melalui website Direktorat Jenderal Pajak (www.pajak.go.id) a. Penyedia Jasa Aplikasi Penyedia jasa aplikasi atau Application Service Provider (ASP) adalah perusahaan penyedia jasa aplikasi yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian SPT secara elektronik ke Direktorat Jenderal Pajak.Perusahaan penyedia jasa aplikasi (ASP) harus memenuhi 4 syarat yaitu berbentuk badan, memiliki izin usaha penyedia jasa aplikasi (ASP), mempunyai NPWP dan telah dilakukan sebagai PKP, dan menandatangani perjanjian dengan Direktorat Jenderal Pajak.Perusahaan penyedia jasa aplikasi (ASP) yang memenuhi keempat syarat tersebut dapat mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak agar ditunjuk sebagai Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang dapat menyalurkan SPT dan Pemberitahuan SPT Tahunan secara elektronik. b. Syarat untuk dapat melakukan e-filling. 1) Memiliki Electronic Filling Identification Number (e-fin). Electronic Filling Identification Number (e-fin) adalah nomor identitas yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat

23 Wajib Pajak terdaftar kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-filling).electronic Filling Identification Number (e- FIN) diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dengan cara seperti berikut ini : Permohonan Wajib Pajak. Berkas yang diperlukan Wajib Pajak untuk mengajukan permohonan e-fin adalah formulir permohonan yang diisi dengan benar dan lengkap, fotokopi KTP Wajib Pajak dan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak atau surat keterangan terdaftar, kartu identitas diri asli yang ditunjukkan oleh Wajib Pajak, dan surat kuasa bermaterai yang diserahkan dan asli kartu identitas diri kuasa Wajib Pajak yang ditunjukkan, jika permohonan diajukan melalui kuasa Wajib Pajak. Dibawah terdapat contoh gambar lampiran formulir permohonan e-fin

24 Gambar 4 Formulir Permohonan e-fin Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

25 Permohonan e-fin Wajib Pajak dapat disetujui Direktorat Jenderal Pajak apabila alamat yang tercantum pada permohonan sama dengan alamat dalam database (master file) Wajib Pajak di Direktorat Jenderal Pajak, dan bagi Wajib Pajak yang mempunyai kewajiban SPT telah menyampaikan :SPT Tahunan PPh Orang Pribadi atau Badan untuk Tahun Pajak terakhir, SPT Tahunan PPh Pasal 21 untuk Tahun Pajak terakhir dan SPT Masa PPN untuk 6 Masa Pajak terakhir. Kepala KPP harus memberikan keputusan atas permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak untuk memperoleh Electronic Filling Identification Number (e-fin) paling lama 2 hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. Untuk masa berlakunya e-fin paling lama adalah 30 (tiga puluh) hari sejak diterbitkan. Wajib Pajak yang sudah mendapatkan Electronic Filling Identification Number (e-fin) harus mendaftarkan diri melalui websitepada satu atau beberapa Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak, dimana e-fin mempunyai nomor e-fin (10 digit) seperti contoh dibawah :

26 Gambar 5 Contoh Nomor e-fin Sumber : Internet Setelah mendaftarkan diri, Wajib Pajak akan memperoleh Digital Certificate (DC) dari Direktorat Jenderal Pajak melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) dimana Wajib Pajak mendaftarkan diri.jika Electronic Filling Identification Number (e-fin) hilang, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencetakan ulang dengan syarat menunjukkan kartu NPWP asli atau SKT dan dalam hal permohonan diterima secara lengkap. 2) Memperoleh sertifikat (digital certificate) dari Direktorat Jenderal Pajak.

27 Sertifikat digital (digital certificate) adalah alat yang berfungsi sebagai pengaman data Wajib Pajak dalam setiap proses penyampaian SPT secara elektronik (e-filling) melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) ke Direktorat Jenderal Pajak. Digital Certificate (DC) seterusnya akan digunakan sebagai alat yang berfungsi sebagai pengaman data Wajib Pajak dalam setiap proses penyampaian SPT dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan secara elektronik (e-filling) melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) ke Direktorat Jenderal Pajak. Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) harus mengirimkan tata cara pelaksanaan e-filling, aplikasi dan petunjuk penggunaan e-spt dan e-spty, dan informasi lainnya.e-spt dan e-spty yang telah diisi dan dilengkapi sesuai dengan ketetntuan serta dibubuhi tanda tangan elektronik atau tanda tangan digital disampaikan secara elektronik ke Direktorat Jenderal Pajak melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). Pengertian e-spt dan e-spty : e-spt adalah data SPT Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib Pajak dengan menggunakan aplikasi e- SPT yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. e-spty adalah data pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan Wajib Pajak dalam bentuk elektronik yang dibuat oleh Wajib

28 Pajak dengan menggunakan aplikasi e-spty yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Apabila e-spt dan e-spty dnyatakan lengkap oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka kepada Wajib Pajak diberikan Bukti Penerimaan Elektronik. Bukti Penerimaan Elektronik adalah informasi yang meliputi nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, tanggal, jam, Nomor Tanda Terima Elektronik (NTTE) dan Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) serta nama Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), yang tertera pada hasil cetakan SPT induk dan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.Dibawahterdapat contoh lampiran permintaan sertifikat elektronik dan Bukti Penerimaan Elektronik di bawah :

29 Gambar 6 Permintaan Sertifikat Elektronik Sumber: Direktorat Jenderal Pajak Gambar 7 Bukti Penerimaan Elektronik Sumber: Internet

30 c. Tata cara e-filling. Melaporkan SPT Tahunan melalui e-filling, harus registrasi terlebih dahulu. Tahapan untuk registrasi : 1. Datang langsung sendiri ke KPP/K2KP terdekat untuk melakukan aktivasi e-fin. 2. Mengisi, menandatangani dan menyampaikan Formulir Permohonan aktivasi e-fin (contoh formulir dibawah) 3. Permohonan harus dilakukan sendiri dan tidak dapat dikuasakan kepada pihak lain. Permohonan hanya dilakukan sekali untuk seluruh layanan DJP online. Gambar 8 Formulir Aktivasi e-fin Sumber: Direktorat Jenderal Pajak

31 Petunjuk registrasi sebelum melaporkan SPT melalui e-filling Gambar 9 Petunjuk Registrasi e-filling Sumber : Internet

32 Penyampaian SPT secara elektronik dapat dilakukan selama 24 jam sehari dan 7 hari seminggu dengan standar aktu Indonesia Bagian Barat. SPT yang disampaiakan secara elektronik pada akhir batas waktu penyampaian SPT yang jatuh pada hari libur, dianggap disampaikan tepat waktu. Tata cara pelaporan SPT dengan menggunakan e-filling dilakukan oleh Wajib Pajak seperti berikut ini : Untuk menggunakan layanan e-filling, harus login terlebih dahulu ke laman DJP Online. SPT yang telah diisi secara benar, jelas dan lengkap dsampaikan secara elektronik melalui suatu Perusahaan ASP oleh WP ke Direktorat Jenderal Pajak. Atas SPT yang disampaikan secara elektronik melalui perusahaan ASP yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak diberikan Bukti Penerimaan secara elektronik apabila SPT telah lengkap. SPT yang tidak lengkap, oleh Kepala KPP diberitahukan kepada WP secara elektronik. Dibawah terdapat contoh petunjuk praktis pengisian SPT Tahunan Pajak Orang Pribadi melalui e-filling.

33 Gambar 10 Petunjuk Pengisian Laporan SPT melalui e-filling Sumber : Internet

34 6. Kepatuhan Wajib Pajak Dalam rangka meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak sebagai bagian dari upaya pengamanan penerimaan pajak dan mengacu kepada rencana strategis Direktorat Jenderal Pajak (DJP) 2010-2015 serta kontrak kinerja DJP tahun 2010-2015, DJP perlu mengoptimalkan penyampaian surat pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh melalui kebijakan kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh pada tahun 2010 sampai tahun 2015. Salah satu diantaranya adalah menetapkan besarnya target rasio kepatuhan penyampaian SPT Tahunan PPh pada tahun 2014 minimal 70%. Target minimal pada KPP Pratama yang berada di Pulau Jawa sebagai berikut : Tabel 2 Target Minimal Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahun Target 2010 65% 2011 70% 2012 70% 2013 70% 2014 72,50% 2015 70% Sumber : Surat Edaran Direktur Jendral Pajak No. SE-18/PJ/2015 Berdasarkan surat edaran Direktur Jenderal Pajak dengan Nomor SE- 18/PJ/2015 dijelaskan tentang kriteria penilaian target rasio kepatuhan, dimana KPP dinyatakan tercapai apabila telah mencapai target minimal rasio sesuai tabel 2. Adapun indikator tingkat kepatuhan berdasarkan surat edaran Dirjen Pajak SE-18/PJ/2006 tanggal 27 Juli 2006 tentang Key Performance Indicator menyebutkan bahwa salah satu indikator kinerja dari kantor pajak adalah penyampaian SPT Wajib Pajak Orang Pribadi untuk

35 mengukur tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam menyampaikan SPT Tahunan. Dimana perhitungannya dengan rumus sebagai berikut : 7. Pertumbuhan Dalam melihat pertumbuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam pelaporan SPT Tahunan yang menggunakan sistem manual maupun sistem e-filing dari tahun ke tahun, dapat diukur dengan rasio pertumbuhan. Berdasarkan teori pertumbuhan (Halim, 2007:241), dapat disimpulkan bahwa rasio pertumbuhan mengukur seberapa besar tingkat jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi dalam pelaporan SPT Tahunan yang sudah di tentukan KPP Pratama Malang Selatan dari period eke periode berikutnya. Dimana rumus rasiopertumbuhan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi dalam pelaporan SPT Tahunan seperti dibawah : Keterangan : Jumlah WP OP th n :Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun Sekarang. Jumlah WP OP th -1 :Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi Tahun Sebelumnya.