BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Prosedur e-filing dalam pengadministrasian perpajakan Sesuai dengan peraturan PER-146/PJ/2006 tanggal 29 September 2006, tentang Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN dan Lampiran dengan jumlah faktur lebih dari 30 lembar harus disampaikan dengan cara elektronik (e-spt dan e-filing), dan Penyampaian SPT dan Lampiran SPT dalam bentuk formulir kertas (hard copy) secara manual hanya diperkenankan sampai dengan Masa Pajak Desember Berdasarkan peraturan di atas, maka beberapa Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik. Terdapat beberapa prosedur atau tata cara e-filing yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP), yaitu sebagai berikut : a. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) harus memberikan keputusan atas permohonan yang diajukan oleh Wajib Pajak untuk memperoleh Electronic Filing Identification Number (efin) paling lama 2 hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap. b. Kepala Seksi Pelayanan atas nama Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) menandatangani Electronic Filing Identification Number (efin). c. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) menerima data Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak yang dikirimkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak. 46

2 d. Dalam hal Surat Pemberitahuan (SPT) tidak lengkap, Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) mengirimkan pemberitahuan kepada Wajib Pajak secara elektronik bahwa Surat Pemberitahuan (SPT) tidak lengkap. e. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) menerima induk Surat Pemberitahuan (SPT) yang memuat tanda tangan basah (tanda tangan asli) Wajib Pajak, Surat Setoran Pajak (bila ada), dan bukti penerimaan secara elektronik. f. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) menerima induk Surat Pemberitahuan (SPT) paling lama : 1) 14 hari sejak batas terakhir pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) jika Surat Pemberitahuan (SPT) disampaikan sebelum batas akhir penyampaian. 2) 14 hari sejak tanggal penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) jika Surat Pemberitahuan (SPT) disampaikan setelah lewat batas akhir penyampaian. g. Apabila dalam waktu 14 hari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tidak menerima induk Surat Pemberitahuan (SPT), Surat Setoran Pajak (bila ada) dan bukti penerimaan, maka data yang di-load tidak ditampilkan dan Wajib Pajak dianggap belum menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Peranan e-filing bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Penulis telah melakukan wawancara dengan bagian pelayanan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Jakarta Barat sehubungan dengan fasilitas e-filing (lampiran 1). Dari wawancara tersebut, penulis mendapatkan informasi sebagai berikut : 1. Berdasarkan KEP-21/PJ/2007 tanggal 26 Januari 2007 yang kemudian diubah dengan terbitnya KEP-120/PJ/2007 tanggal 4 September 2007 jumlah Wajib Pajak yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Barat sampai saat ini 47

3 seluruhnya berjumlah 541 Wajib Pajak. Dari jumlah tersebut, total Wajib Pajak yang menggunakan fasilitas e-filing untuk pelaporan Surat Pemberitahuan pada tahun 2007 adalah 27 Wajib Pajak atau 5% dari jumlah total Wajib Pajak. Jumlah ini terus bertambah seiring dengan bertambahnya pengetahuan Wajib Pajak mengenai e-filing hingga sampai pada pertengahan tahun 2008 jumlah Wajib Pajak yang menggunakan fasilitas e-filing dalam pelaporan Surat Pemberitahuan mengalami peningkatan sebanyak 10 Wajib Pajak. Jadi, total Wajib Pajak yang menggunakan e-filing di Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Barat dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 berjumlah 37 Wajib Pajak atau hanya terjadi peningkatan sebesar 1,8%. Gambar IV.1 Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Pengguna e-filing dan Manual Periode di KPP Madya Jakarta Barat Jumlah WP Tahun WP e-filing WP Manual 2. Dari total 37 Wajib Pajak yang menggunakan e-filing, seluruhnya menggunakan e-filing untuk melaporkan SPT PPN dan SPT PPh. Menurut penulis, hal ini terjadi karena untuk menggunakan e-filing Wajib Pajak harus menghubungi ASP 48

4 (Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi) untuk mendapatkan aplikasi yang akan diinstall ke komputer Wajib Pajak agar dapat terhubung dengan Direktorat Jenderal Pajak. Wajib Pajak akan dikenakan biaya oleh ASP atas pemasangan aplikasi ini. Masingmasing ASP menawarkan paket-paket biaya untuk menunjang layanan tersebut. Maka, untuk mengefisiensikan biaya yang telah dikeluarkan untuk jasa aplikasi tersebut, Wajib Pajak menggunakan e-filing untuk melaporkan SPT PPN dan juga SPT PPh. 3. Sampai dengan saat ini, Wajib Pajak yang menggunakan e-filing di Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Barat menyampaikan Surat Pemberitahuan mereka tepat pada waktunya. Induk Surat Pemberitahuan yang memuat tanda tangan dari Wajib Pajak sebagai bukti sah pelaporan pajak dengan e-filing (sebagaimana tercantum dalam Pasal 11 Undang-Undang Informatika dan Transaksi Elektronik) juga disampaikan sebelum lewat batas waktu yang ditentukan, yaitu paling lambat 14 hari setelah dilakukan upload data. 4. Penambahan jumlah Wajib Pajak yang menggunakan e-filing di KPP Madya Jakarta Barat tidak dapat diprediksi setiap bulannya. Hal ini disebabkan karena pelaporan Surat Pemberitahuan dengan e-filing membutuhkan pemahaman dan juga kesiapan yang cukup dari masing-masing Wajib Pajak. 5. Kendala-kendala yang dihadapi oleh KPP Madya Jakarta Barat dalam menerima pelaporan Surat Pemberitahuan melalui e-filing adalah konektivitas jaringan internet yang terputus, karena DJP akan mengirimkan data pajak yang telah disampaikan oleh Wajib Pajak kepada KPP secara online. 49

5 6. Manfaat yang diperoleh KPP dengan adanya e-filing adalah proses perekaman data dan pengarsipan menjadi lebih mudah. Hal ini disebabkan karena KPP hanya perlu melakukan pengarsipan Induk Surat Pemberitahuan saja. Dari hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi pada Direktorat Jenderal Pajak sehubungan dengan peningkatan kualitas pelayanan kepada Wajib Pajak yaitu dengan pelaporan Surat Pemberitahuan menggunakan e-filing, dapat memberikan manfaat bagi Kantor Pelayanan Pajak, antara lain : a. Pemrosesan data perpajakan menjadi lebih cepat dan akurat karena tidak diperlukan proses perekaman Surat Pemberitahuan (SPT) beserta lampirannya di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) karena Wajib Pajak telah menyampaikan datanya secara elektronik (e-filing). b. Pengarsipan file Wajib Pajak akan lebih mudah dan lebih cepat karena yang diarsip hanya Induk Surat Pemberitahuan (SPT) saja, sedangkan lampiran-lampirannya sudah tersimpan dalam database Direktorat Jenderal Pajak. Selain manfaat-manfaat di atas, Kantor Pelayanan Pajak juga mengalami kendala dalam pelaksanaan e-filing. Kendala yang dialami KPP adalah konektivitas jaringan internet yang masih menggunakan jaringan yang terpusat dari Direktorat Jenderal Pajak Prosedur e-filing bagi Wajib Pajak Terdapat beberapa prosedur atau tata cara e-filing yang dilakukan oleh Wajib Pajak dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), antara lain : 50

6 a. Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik (e-filing) melalui satu atau beberapa perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. b. Wajib Pajak yang akan menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) harus memiliki Electronic Filing Identification Number (efin) dan memperoleh Sertifikat (Digital Certificate) dari Direktorat Jenderal Pajak. c. Electronic Filing Identification Number (efin) diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar berdasarkan permohonan Wajib Pajak. d. Permohonan diajukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar dengan formulir yang disediakan pada Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor Kep-05/PJ/2005, dan melampirkan fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan disertai dengan fotokopi Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. e. Permohonan dapat disetujui apabila : 1) Alamat yang tercantum pada permohonan sama dengan alamat dalam database (master file) Wajib Pajak di Direktorat Jenderal Pajak. 2) Bagi Wajib Pajak yang telah mempunyai kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) telah menyampaikan : Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi atau Badan untuk Tahun Pajak terakhir 51

7 Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk Tahun Pajak terakhir. Surat Pemberitahuan (SPT) Masa Pajak Pertambahan Nilai untuk 6 Masa Pajak Terakhir. f.. Jika Electronic Filing Identification Number (efin) hilang, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pencetakan ulang dengan syarat manunjukkan asli kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dan menunjukkan asli Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. g. Wajib Pajak yang telah mendapatkan Electronic Filing Identification Number (efin) dapat mendaftarkan diri melaui website (situs) satu atau beberapa Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Pajak. h. Setelah Wajib Pajak mendaftarkan diri, Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) mengirimkan kepada Wajib Pajak tata cara penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik (e-filing). Aplikasi e-spt disertai dengan petunjuk penggunaannya dan informasi lainnya. i. Wajib Pajak meminta Sertifikat (Digital Certificate) ke Direktorat Jenderal Pajak melalui situs Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). Fungsi digital certificate adalah : Melakukan pengacakan data Surat Pemberitahuan (encryption) Otentifikasi pengirim data Surat Pemberitahuan (SPT) Menjamin integritas data Surat Pemberitahuan (SPT) 52

8 j. Sertifikat (Digital Certificate) diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Electronic Filing Identification Number (efin) yang didaftarkan oleh Wajib Pajak pada suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). 53

9 k. Sertifikat (Digital Certificate) seterusnya akan digunakan sebagai alat yang berfungsi sebagai pengaman data Wajib Pajak dalam setiap proses penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik (e-filing) melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). l. Surat Pemberitahuan (SPT) yang telah diisi dengan benar, jelas, dan lengkap disampaikan secara elektronik melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) oleh Wajib Pajak ke Direktorat Jenderal Pajak dengan langkah-langkah sebagai berikut : 54

10 Langkah ke-1 Wajib Pajak mengisi Nomor NPWP, User Name dan juga Password, kemudian Login pada aplikasi e-filing Client Tool yang disediakan oleh ASP (Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi). 55

11 Langkah ke-2 Wajib Pajak mengambil file SPT yang akan dilaporkan dengan e-filing dari folder Wajib Pajak. 56

12 Langkah ke-3 Setelah mengambil file dari folder, kemudian Wajib Pajak melaporkannya melalui e-filing. 57

13 Langkah ke-4 Setelah melaporkan SPT melalui e-filing, Wajib Pajak mendaftar untuk mendapatkan NTPA (Nomor Transaksi Pengiriman ASP) 58

14 Langkah ke-5 NTPA (Nomor Transaksi Pengiriman ASP) akan tampil disertai dengan file yang dilaporkan melalui e-filing. 59

15 Langkah ke-6 Setelah mendapatkan NTPA, Wajib Pajak akan mengambil NTPS (Nomor Transaksi Penyampaian SPT) hasil pelaporan melalui e-filing. 60

16 Langkah ke-7 Wajib Pajak mencetak dan menandatangani Induk Surat Pemberitahuan (SPT) yang telah diterima oleh Direktorat Jenderal Pajak. 61

17 Induk SPT PPh Induk SPT yang dicetak, disertai dengan NPWP, tanggal, jam, Nomor Transaksi Penyampaian SPT (NTPS) dan Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) serta nama Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). 62

18 Induk SPT Masa PPN 63

19 Apabila Surat Pemberitahuan (SPT) telah dinyatakan lengkap oleh Direktorat Jenderal Pajak, maka kepada Wajib Pajak diberikan Bukti Penerimaan secara elektronik 64

20 yang dibubuhkan pada bagian bawah Induk Surat Pemberitahuan (SPT) yang telah diterima oleh Direktorat Jenderal Pajak. Bukti Penerimaan secara elektronik berisi informasi yang meliputi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), tanggal, jam, Nomor Transaksi Penyampaian SPT (NTPS) dan Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) serta nama Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP). m. Wajib Pajak wajib menyampaikan Induk Surat Pemberitahuan (SPT) beserta Surat Setoran Pajak (bila ada) dan dokumen lainnya yang wajib dilampirkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar secara langsung atau melalui pos tercatat, paling lama : 1) 14 hari sejak batas terakhir pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) jika Surat Pemberitahuan (SPT) disampaikan sebelum batas akhir penyampaian. 2) 14 hari sejak tanggal penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik (e-filing) jika Surat Pemberitahuan (SPT) disampaikan setelah lewat batas akhur penyampaian. Surat Pemberitahuan (SPT) dianggap telah diterima dan tanggal penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) sesuai dengan tanggal yang tercantum pada Bukti Penerimaan secara elektronik. n. Apabila kewajiban menyampaikan Induk Surat Pemberitahuan (SPT) beserta Surat Setoran Pajak dan dokumen lainnya yang wajib dilampirkan disampaikan melaui pos secara tercatat, tanggal penerimaan Induk Surat Pemberitahuan beserta lampirannya adalah tanggal yang tercantum pada bukti pengiriman surat. Jika Wajib Pajak tidak menyampaikan Induk Surat Pemberitahuan (SPT) beserta 65

21 lampiran yang dipersyaratkan dalam jangka waktu yang telah ditentukan, Wajib Pajak dianggap tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan. o. Induk Surat Pemberitahuan (SPT) tetap harus disampaikan oleh Wajib Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat Wajib Pajak terdaftar, karena di dalam Induk Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut terdapat tanda tangan basah (tanda tangan asli) Wajib Pajak. Dalam Undang-Undang Informatika dan Transaksi Elektronik Bab III Pasal 11 mengenai Informasi Elektronik ditulis bahwa tanda tangan elektronik memiliki kekuatan hukum dan akibat hukum yang sah selama memenuhi ketentuan dalam Undang-undang tersebut Peranan e-filing Bagi Wajib Pajak Dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara juga dengan beberapa Wajib Pajak yang sudah menggunakan e-filing maupun yang belum menggunakan e-filing dalam pelaporan Surat Pemberitahuan mereka. Penulis menghubungi beberapa Wajib Pajak yang penulis jadikan sebagai sample. Dari 15 Wajib Pajak yang penulis hubungi, 6 diantaranya sudah menggunakan e-filing, sedangkan 9 lainnya belum menggunakan e-filing. Dari hasil wawancara dengan 6 Wajib Pajak yang telah menggunakan e-filing untuk pelaporan Surat Pemberitahuan, terdapat alasan-alasan utama dan alasan pendukung lainnya yang mendorong mereka untuk menggunakan e-filing, diantaranya : 66

22 Tabel IV. 1 Wawancara dengan Wajib Pajak yang Menggunakan e-filing Wajib Pajak Bidang Usaha Alasan Menggunakan e-filing A Selular Efisiensi waktu, pelaporan pajak dapat dilakukan kapan saja, Wajib Pajak tidak perlu mengantri di KPP B Provider HP Penyampaian data lebih cepat, selain itu Wajib Pajak tidak perlu mencetak lampiran-lampiran SPT hanya mencetak Induk SPT. C Supermarket Wajib Pajak C memiliki banyak cabang, sehingga dengan e-filing dapat memudahkan pemusatan PPN. D Industri Pelaporan pajak dapat dilakukan di kapan saja, walaupun hari libur, Wajib Pajak tidak perlu menunggu antrian di KPP. E Textile Jeans Pelaporan pajak lebih praktis, karena dilakukan dengan komputer, e-filing juga cukup aman karena menggunakan digital 67

23 certificate sebagai pengaman data. F Jasa Pengiriman Barang Dengan e-filing, Wajib Pajak hanya perlu mencetak Induk SPT saja untuk KPP Induk SPT tersebut dapat disampaikan ke KPP paling lambat 14 hari sejak tanggal upload, sehingga WP tidak perlu mengantri di KPP. Dari wawancara yang penulis lakukan kepada Wajib Pajak yang telah menggunakan e-filing, penulis mengevaluasi beberapa manfaat atau kelebihan yang dapat dirasakan oleh Wajib Pajak, antara lain : a. Efisiensi Waktu dan Uang 1) Pelaporan Surat Pemberitahuan dapat dilakukan secara cepat lewat internet. 2) Pelaporan Surat Pemberitahuan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminngu (tidak mengenal hari libur). Wajib Pajak orang pribadi dapat melakukannya di rumah atau dari tempatnya bekerja, sedangkan Wajib Pajak badan dapat melaporkan dari lokasi kantor atau usahanya. 3) Pelaporan tidak perlu dilakukan dengan mendatangi dan mengikuti antrian di Kantor Pelayanan Pajak. 4) Wajib Pajak dapat mengurangi biaya karena hanya mencetak Induk Surat Pemberitahuan saja 68

24 b. Mudah dan Akurat Aplikasi yang tersedia dibuat untuk mudah dibuat dan akurat karena penjumlahan atau penghitungan data Surat Pemberitahuan dilakukan secara otomatis dengan menggunakan komputer. c. Aman Data laporan pajak akan diolah dengan menggunakan sertifikat (Digital Certificates) yang didapatkan Wajib Pajak langsung dari Direktorat Jenderal Pajak sehingga data hanya dapat dibuka/dibaca oleh Ditjen Pajak Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) sebagai perantara pengiriman data tidak berhak dan tidak dapat membuka/membaca data pengguna layanannya (Wajib Pajak). d. Sentralisasi PPN Sentralisasi penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN bagi Wajib Pajak Badan yang memiliki beberapa cabang dapat dilakukan sehingga dapat mempermudah proses konsolidasi pelaporan pajak antar cabang. Selain 6 Wajib Pajak di atas, penulis juga menghubungi beberapa Wajib Pajak yang belum menggunakan e-filing untuk proses pelaporan pajak mereka. Dari wawancara tersebut, penulis memperoleh informasi sebagai berikut : 69

25 Tabel IV. 2 Wawancara dengan Wajib Pajak yang Belum Menggunakan e-filing Wajib Pajak Bidang Usaha Alasan Belum Menggunakan e-filing G Perdagangan Pihak manajemen belum tertarik dengan e-filing, karena e-filing masih dirasakan rumit H Farmasi Induk SPT masih tetap harus disampaikan ke KPP I Percetakan Jalur konektivitas internet yang dimiliki perusahaan tergolong lambat, sehingga belum memadai untuk e-filing. J Perdagangan Staff Perpajakan perusahaan sudah cukup berumur (tua), sehingga sulit untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi. K Properti Wajib Pajak tetap harus datang ke KPP untuk menyampaikan Induk SPT. L Perdagangan Dengan e-filing, ada biaya tambahan yang harus dikeluarkan untuk jasa ASP. 70

26 Wajib Pajak Bidang Usaha Alasan Belum Menggunakan e-filing M Jasa Perbaikan Mobil Resiko terputusnya jaringan internet, sehingga proses pelaporan pajak harus dilakukan berulang-ulang. N Kontraktor Wajib Pajak tetap harus datang ke KPP untuk melaporkan Induk SPT. O Jasa Asuransi Induk SPT tetap harus disampaikan ke KPP, sehingga e-filing kurang maksimal. Dari wawancara yang penulis lakukan kepada Wajib Pajak yang belum menggunakan e-filing, penulis mengevaluasi beberapa alasan Wajib Pajak belum mau menggunakan e-filing, diantaranya : a. Faktor Eksternal Perusahaan 1) Wajib Pajak masih harus mengirimkan Induk Surat Pemberitahuan secara manual ke KPP. Hal ini disebabkan karena belum adanya peraturan resmi yang dikeluarkan oleh DJP yang menetapkan bahwa transaksi elektronik dapat dinyatakan sah walaupun tidak ada tanda tangan Wajib Pajak. 2) Sosialisasi dari Direktorat Jenderal Pajak tentang e-filing belum cukup banyak, sehingga banyak Wajib Pajak yang tidak mengetahui prosedur-prosedur e-filing. 71

27 b. Faktor Internal Perusahaan 1) Sumber daya manusia yang dimiliki perusahaan memiliki keterbatasan di bidang teknologi, sehingga memiliki hambatan untuk menggunakan e-filing dalam pelaporan pajak mereka. 2) Pihak manajemen perusahaan yang menganggap e-filing adalah hal yang baru sehingga belum merasa yakin dengan pelaporan pajak secara e-filing dan memilih untuk melaporkan pajaknya dengan cara manual. 3) Jaringan internet perusahaan memiliki kecepatan konektivitas yang berbedabeda, bahkan ada perusahaan yang belum memiliki jaringan internet Perbedaan Antara Pelaporan Surat Pemberitahuan Secara e-filing dengan Manual Terdapat beberapa perbedaan antara pelaporan Surat Pemberitahuan secara e-filing dengan manual, antara lain dapat dilihat dari tabel berikut : 72

28 Tabel IV. 3 Perbedaan Antara Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Secara Manual dengan e-filing Dilihat Dari Cara mendapatkan formulir SPT Penyampaian SPT Secara Manual Wajib Pajak mengambil sendiri formulir SPT di KPP tempat Wajib Pajak terdaftar. Penyampaian SPT Secara e-filing Wajib Pajak cukup menginstall aplikasi SPT pada komputernya. Penghitungan pajak terutang Waktu yang dibutuhkan KPP untuk merekam data SPT Tempat untuk menyimpan data SPT Efisiensi Kertas Pengiriman data SPT Penghitungan pajak terutang dilakukan oleh Wajib Pajak. Lama, khususnya untuk data lampiran SPT. Pemborosan tempat untuk menyimpan dokumen SPT. Pemborosan kertas karena untuk lampiran-lampiran SPT. SPT diserahkan ke KPP dalam batas waktu yang ditentukan. Penghitungan secara otomatis oleh komputer Cepat, karena hanya menyimpan data SPT Tidak memerlukan tempat yang banyak. Kertas hanya untuk induk SPT dan bukti penerimaan. Data SPT ditransfer ke Ditjen Pajak melalui ASP, dan dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja (walaupun di hari Minggu). 73

29 Gambar IV. 2 Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Manual KPP TEMPAT PELAYANAN TERPADU SPT PENGARSIPAN FILE WAJIB PAJAK OLEH KPP Keterangan : Wajib Pajak yang hendak melaporkan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) secara manual datang ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat di mana Wajib Pajak terdaftar dengan membawa Surat Pemberitahuan (SPT) yang sudah lengkap. Kemudian Wajib Pajak harus mengambil nomor antrian dari mesin antrian dan menunggu giliran di tempat yang telah disediakan untuk kemudian melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) di Tempat Pelayanan Terpadu (loket pelayanan). Dengan sistem manual ini Wajib Pajak hanya dilayani pada hari dan jam kerja saja, sehingga Wajib Pajak tidak dapat melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) pada hari libur. 74

30 Gambar IV. 3 Penyampaian Surat Pemberitahuan dengan e-spt KPP Keterangan Sebelum melakukan e-spt, Wajib Pajak harus mengambil software e-spt dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) melalui Account Representative (AR). Software ini diberikan secara cuma-cuma dan berbentuk CD. Setelah itu Wajib Pajak akan menginstall software ini ke dalam komputer mereka baru kemudian mereka dapat melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) secara elektronik (e-spt). Softcopy e-spt dan juga Surat Pemberitahuan (SPT) Induk tetap harus dilaporkan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) sebagai bukti yang sah. 75

31 Gambar IV. 4 Penyampaian Surat Pemberitahuan dengan e-filing ASP Kantor Pusat KPP KPP SPT Induk KPP Keterangan : Dengan e-filing, Wajib Pajak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) dan lampiran-lampirannya dalam bentuk media elektronik. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) dapat diminimalkan dan waktu yang diperlukan untuk mempersiapkan Surat Pemberitahuan (SPT) lebih cepat. Kemudian Wajib Pajak mentransfer seluruh data Surat Pemberitahuan (SPT) tersebut beserta lampirannya ke pusat komputer Direktorat Jenderal Pajak dengan menggunakan jasa provider (Application Service Provider/ASP) yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak. Data dikirim oleh Wajib Pajak melalui ASP yang dipilihnya. 76

32 Setelah pihak ASP menerima data Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib Pajak, maka ASP akan memberikan Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) dan meneruskannya ke pusat komputer Direktorat Jenderal Pajak. Setelah data tersebut diterima oleh pusat komputer Direktorat Jenderal Pajak maka Wajib Pajak akan menerima Bukti Penerimaan dan Nomor Transaksi Penyampaian SPT (NTPS). Bukti penerimaan yang diterima dan induk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN yang telah ditandatangani, dikirim ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dimana Wajib Pajak yang bersangkutan terdaftar paling lambat 14 hari setelah tanggal upload. Dalam induk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN tersebut juga harus tertera Nomor Transaksi Pengiriman ASP (NTPA) dan Nomor Transaksi Penyampaian SPT (NTPS). Dengan diterimanya Bukti Penerimaan dan induk Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN ini, maka Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN secara yuridis sudah terima oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dimana Wajib Pajak tersebut terdaftar. 77

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat BAB IV PEMBAHASAN Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat membantu pembangunan nasional, besar dan kecilnya pajak suatu negara ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan rakyat

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 47/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN DAN PENYAMPAIAN PEMBERITAHUAN PERPANJANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITAN. pajak untuk mempermudah administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai

BAB III HASIL PENELITAN. pajak untuk mempermudah administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai BAB III HASIL PENELITAN A.Pengertian a. NPWP (Nomor Pokok wajib Pajak) adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak untuk mempermudah administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini pembangunan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa Pengusaha Kena Pajak untuk dapat

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIRJEN PAJAK NOMOR PER-1/PJ/2014 TANGGAL 6 JANUARI 2014 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MENGGUNAKAN FORMULIR 1770S ATAU 1770SS SECARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan suatu negara. Pembayaran

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan suatu negara. Pembayaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerimaan negara dari sektor pajak memegang peranan yang sangat penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan suatu negara. Pembayaran pajak adalah wujud dari kewajiban

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 39 /PJ/2011 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 39 /PJ/2011 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 39 /PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG

Lebih terperinci

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. Surabaya Barat tepatnya di Jl. Raya Kendung Kelurahan Sememi

BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan. Surabaya Barat tepatnya di Jl. Raya Kendung Kelurahan Sememi BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bhakti Dharma Husada didirikan pada tahun 2010 dan termasuk dalam klasifikasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2017 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2017 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE

Lebih terperinci

Kepada Yth, Bagian Pelayanan KPP Madya Jakarta Barat Jln. K.S. Tubun No.10 Jakarta Barat

Kepada Yth, Bagian Pelayanan KPP Madya Jakarta Barat Jln. K.S. Tubun No.10 Jakarta Barat L - 1 Kepada Yth, Bagian Pelayanan KPP Madya Jakarta Barat Jln. K.S. Tubun No.10 Jakarta Barat Dalam rangka untuk memperoleh informasi guna enyelesaikan tugas akhir, dengan inisaya mengajukan beberapa

Lebih terperinci

: Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Secara Elektronik : Ni Putu Putri Yuliana Dewi ABSTRAK

: Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Secara Elektronik : Ni Putu Putri Yuliana Dewi ABSTRAK Judul Nama : Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Tahunan Orang Pribadi Secara Elektronik : Ni Putu Putri Yuliana Dewi Nim : 1406043046 ABSTRAK e-spt adalah Surat Pemberitahuan beserta lampiran-lampirannya

Lebih terperinci

Penyampaian SPT Tahunan secara e-filing WP OP dengan formulir 1770S atau 1770SS. Lebih Mudah Lebih Murah Lebih Cepat

Penyampaian SPT Tahunan secara e-filing WP OP dengan formulir 1770S atau 1770SS. Lebih Mudah Lebih Murah Lebih Cepat Penyampaian SPT Tahunan secara e-filing WP OP dengan formulir 1770S atau 1770SS Lebih Mudah Lebih Murah Lebih Cepat Latar belakang Proses penerimaan SPT Tahunan selama ini menimbulkan efek antrian WP di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. TINJAUAN PENELITIAN TERDAHULU Penelitian yang dilakukan oleh Naranthaka (2010) menggunakan teknik analisis data dengan metode silogisme dan interpretasi. Teknik analisis data tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan, disebutkan bahwa: WajibPajak adalah orang pribadi atau

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan, disebutkan bahwa: WajibPajak adalah orang pribadi atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Membayar pajak merupakan sebuah kewajiban bagi seluruh warga negara yang telah berstatus menjadi Wajib Pajak. Dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang No.16 Tahun 2000

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK LAMPIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melaksanakan magang pada tanggal 16 Februari sampai dengan 31 Maret 2015 di Kantor Pelayanan Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penggunaan E-SPT Di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

BAB IV PEMBAHASAN. Penggunaan E-SPT Di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Penggunaan E-SPT Di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Penggunaan Aplikasi E-SPT di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga secara resmi dapat digunakan pada tahun 2007. Wajib

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penerimaan dari sektor perpajakan memegang peranan yang sangat penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan suatu negara, karena penerimaan terbesar suatu

Lebih terperinci

TATA CARA PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN SECARA e-filing MELALUI MENGAJUKAN PERMOHONAN e-fin. e-fin

TATA CARA PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN SECARA e-filing MELALUI  MENGAJUKAN PERMOHONAN e-fin. e-fin TATA CARA PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN SECARA e-filing MELALUI www.pajak.go.id 1 MENGAJUKAN PERMOHONAN a MELALUI WEBSITE DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (www.pajak.go.id) b MELALUI KANTOR PELAYANAN PAJAK TERDEKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber dana bagi pendapatan negara berasal dari pajak. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber dana bagi pendapatan negara berasal dari pajak. Pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sumber dana bagi pendapatan negara berasal dari pajak. Pajak menyumbangkan dana cukup besar bagi pendapatan suatu negara. Pendapatan ini nantinya akan digunakan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 17/PJ/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 17/PJ/2014 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 17/PJ/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, PROSEDUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat berdasarkan undang-undang dan ketentuan pelaksanaannya. Pajak merupakan salah satu penerimaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 03 /PJ/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 03 /PJ/2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 03 /PJ/2015 TENTANG PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Bab 1 Pengenalan Aplikasi Pajak Online. Aplikasi Pajak Online - Bagian 1

Bab 1 Pengenalan Aplikasi Pajak Online. Aplikasi Pajak Online - Bagian 1 Bab 1 Pengenalan Aplikasi Pajak Online 1 Aplikasi Pajak Online - Bagian 1 Macam Macam Aplikasi Pajak Online Sesuai dengan self assessment system yang berlaku dalam perpajakan di Indonesia, Wajib Pajak

Lebih terperinci

KPP Pratama Bandung Cibeunying, Sosialisasi Pelaporan SPT PPh 1770 S dan 1770 SS via e-filing

KPP Pratama Bandung Cibeunying, Sosialisasi Pelaporan SPT PPh 1770 S dan 1770 SS via e-filing KPP Pratama Bandung Cibeunying, 2014 Sosialisasi Pelaporan SPT PPh 1770 S dan 1770 SS via e-filing Definisi dan Dasar Hukum e-filing : suatu cara penyampaian SPT Tahunan secara elektronik yang dilakukan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/ PMK.03/2007

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/ PMK.03/2007 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/ PMK.03/2007 TENTANG BENTUK DAN ISI SURAT PEMBERITAHUAN, SERTA TATA CARA PENGAMBILAN, PENGISIAN, PENANDATANGANAN, DAN PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN Undang-Undang

Lebih terperinci

Page : 1

Page : 1 LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-37/PJ/2009 TENTANG : PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-27/PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

BAB II LANDASAN TEORI. Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar Perpajakan II.1.1 Pengertian Perpajakan Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai tulang punggung penerimaan Negara. Pajak sebagai sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak saat ini berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak saat ini berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar. Penerimaan pajak saat ini berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia, tetapi yang terjadi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-58/PJ/2015 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-58/PJ/2015 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-58/PJ/2015 TENTANG TATA CARA TINDAK LANJUT ATAS PERMINTAAN DATA FAKTUR PAJAK BERBENTUK ELEKTRONIK (e-faktur)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152 /PMK.03/2009

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152 /PMK.03/2009 PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 152 /PMK.03/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 181/PMK.03/2007 TENTANG BENTUK DAN ISI SURAT PEMBERITAHUAN, SERTA TATA CARA PENGAMBILAN, PENGISIAN,

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015 TENTANG PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE DIREKTUR

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 06/PJ/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015 TENTANG PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-06/PJ/2018 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-06/PJ/2018 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-06/PJ/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-20/PJ/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-20/PJ/2014 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-20/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN KODE AKTIVASI DAN PASSWORD, PERMINTAAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER-160/PJ/2006 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER-160/PJ/2006 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER-160/PJ/2006 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-17/PJ/2014 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-17/PJ/2014 TENTANG NOMOR PER-17/PJ/2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS NOMOR PER-24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN ATAU PENGGANTIAN, DAN TATA CARA DIREKTUR JENDERAL PAJAK Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Instansi 1. Sejarah KPP Pratama Kebumen Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Kebumen bermula dari Kantor Dinas Luar Tingkat I yang merupakan cabang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN Seperti yang sudah dijelaskan pada BAB II (Tinjauan Pustaka), bahwa EFIN merupakan Nomor Identitas yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak

Lebih terperinci

Nomor :...,... Hal : Permintaan Sertifikat Elektronik. Nama PKP :... Alamat :...

Nomor :...,... Hal : Permintaan Sertifikat Elektronik. Nama PKP :... Alamat :... Nomor :......,... Hal : Permintaan Sertifikat Elektronik Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak Tulungagung Jalan Ki Mangun Sarkoro No 17 Tulungagung Dengan ini, saya: Nama :... NIK/No Paspor * :... Jabatan

Lebih terperinci

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan) Definisi SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak

Lebih terperinci

PER - 41/PJ/2015 PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE

PER - 41/PJ/2015 PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE PER - 41/PJ/2015 PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE Contributed by Administrator Tuesday, 08 December 2015 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER -Â

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internet untuk menunjang pekerjaan mereka (Widyadinata, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. internet untuk menunjang pekerjaan mereka (Widyadinata, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan era globalisasi sekarang ini ditandai oleh berbagai macam perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Sebagai contoh yang sangat terlihat

Lebih terperinci

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto Definisi adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawah Departemen Keuangan yang memiliki tugas untuk mengamankan penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. bawah Departemen Keuangan yang memiliki tugas untuk mengamankan penerimaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah dan masyarakat sama-sama memiliki kewajiban dan hak yang dipenuhi terhadap satu sama lainnya. Pemerintah wajib menjaga keamanan, ketertiban, dan melaksanakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 32 /PJ/2017 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 32 /PJ/2017 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 32 /PJ/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-41/PJ/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah Indonesia yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan Negara terbesar, dimana pajak berkontribusi lebih dari 78% total penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan dan pembangunan di negara kita ini, tentu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan dan pembangunan di negara kita ini, tentu membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan dan pembangunan di negara kita ini, tentu membutuhkan dana yang cukup besar. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIRJEN PAJAK NOMOR PER-06/PJ/2014 TANGGAL 7 MARET 2014 TENTANG TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG MENGGUNAKAN FORMULIR 1770S ATAU 1770SS SECARA

Lebih terperinci

LAPORAN REALISASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH (DTP) YANG TELAH DIBERIKAN KEPADA PEKERJA MASA PAJAK 2009

LAPORAN REALISASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH (DTP) YANG TELAH DIBERIKAN KEPADA PEKERJA MASA PAJAK 2009 LAMPIRAN I LAPORAN REALISASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH (DTP) YANG TELAH DIBERIKAN KEPADA PEKERJA MASA PAJAK 2009 NO PEMBERI KERJA PEKERJA YANG MENERIMA PPh 21 DTP PENGHASILAN BRUTO

Lebih terperinci

ANALISIS PELAPORAN SPT WAJIB PAJAK MELALUI E- FILING DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOGOR PERIODE TAHUN 2007 S/D 2010

ANALISIS PELAPORAN SPT WAJIB PAJAK MELALUI E- FILING DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOGOR PERIODE TAHUN 2007 S/D 2010 ANALISIS PELAPORAN SPT WAJIB PAJAK MELALUI E- FILING DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BOGOR PERIODE TAHUN 2007 S/D 2010 Sita Bungadia 26210575 Pembimbing : Budiasih, SE., MMSI. LATAR BELAKANG MASALAH

Lebih terperinci

Kepada Yth, Bagian Pelayanan KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Jl. Matraman Raya No.43 Jakarta Timur

Kepada Yth, Bagian Pelayanan KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Jl. Matraman Raya No.43 Jakarta Timur Kepada Yth, Bagian Pelayanan KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Jl. Matraman Raya No.43 Jakarta Timur L 1 Dalam rangka untuk memperoleh informasi guna menyelesaikan tugas akhir, dengan ini saya mengajukan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) DALAM BENTUK FORMULIR KERTAS (HARD COPY)

Lebih terperinci

: Riri Humaeroh Fajri NPM : Program Studi : Akuntansi Komputer Dosen Pembimbing : Dr. Teddy Oswari, SE, MM

: Riri Humaeroh Fajri NPM : Program Studi : Akuntansi Komputer Dosen Pembimbing : Dr. Teddy Oswari, SE, MM ANALISIS PROSEDUR PEMBUATAN NPWP PRIBADI DAN NPWP KOLEKTIF PADA KPP PRATAMA BEKASI UTARA Nama : Riri Humaeroh Fajri NPM : 44209233 Program Studi : Akuntansi Komputer Dosen Pembimbing : Dr. Teddy Oswari,

Lebih terperinci

BENTUK KEPUTUSAN PEMINDAHAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

BENTUK KEPUTUSAN PEMINDAHAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 54/PJ/2009 TENTANG : TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK TERDAFTAR DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK TERDAFTAR DARI KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA SEHUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat terselesaikan dengan cepat, mudah dan praktis. Konsep inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat terselesaikan dengan cepat, mudah dan praktis. Konsep inilah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi dan informasi berkembang sangat pesat termasuk juga di Indonesia. Dengan berkembangnya teknologi dan informasi, segala hal dapat

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-44/PJ/2010 Tanggal 6 Oktober 2010 BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENGISIAN SERTA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) DIREKTUR

Lebih terperinci

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 8, NO 1, Edisi Februari 2016 (ISSN : )

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 8, NO 1, Edisi Februari 2016 (ISSN : ) ELEKTRONIK FAKTUR (E-FAKTUR) : APAKAH SUDAH EFEKTIF BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DALAM PELAPORAN SPT MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI? Edy Susanto Dosen Tetap STIE Semarang Abstrak PPN atau pajak pertambahan

Lebih terperinci

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pajak a. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. oleh Wajib Pajak akan masuk ke kas negara, kemudian melalui Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sektor terpenting bagi pemerintah karena pajak adalah sumber pemasukan Negara yang terbesar. Menurut Chandra Kepala Seksi Hubungan Eksternal

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; 2. Kepala Pusat Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan; 3. KepalaXantor Pengolahan

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PPN/S/001/2015-00 DASAR HUKUM UU PPN Pasal 13 (8 ) UU PPN (Tata Cara Pembuatan FP diatur dengan atau berdasarkan PMK) PMK PERDIRJEN KEPDIRJEN Pasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari sektor pajak. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya kecenderungan penurunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari sektor pajak. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya kecenderungan penurunan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perpajakan Indonesia 1. Pengertian Dan Fungsi Pajak Sumber pendapatan paling populer bagi negara saat ini adalah penerimaan dari sektor pajak. Hal ini terjadi sebagai akibat

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Menurut Undang-undang No. 42 Tahun 2009 dimana Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembayar pajak, dan (2) melakukan ketentuan perpajakan secara seragam untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembayar pajak, dan (2) melakukan ketentuan perpajakan secara seragam untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menilai keberhasilan penerimaan pajak, perlu diingat beberapa sasaran administrasi perpajakan, seperti : (1) meningkatkan kepatuhan para pembayar pajak,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA

BAB III GAMBARAN DATA BAB III GAMBARAN DATA A.Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan pada masa sebelum tax reform merupakan bentuk kerjasama antara Wajib Pajak dengan Direktorat Jenderal Pajak sebagai sarana yang penting

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA. III.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit

BAB III OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA. III.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit BAB III OBJEK DAN METODE PENGUMPULAN DATA III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga di Indonesia. Dengan berkembangnya teknologi dan informasi, segala hal dapat. memanfaatkan internet dalam melakukan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. juga di Indonesia. Dengan berkembangnya teknologi dan informasi, segala hal dapat. memanfaatkan internet dalam melakukan pelayanan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dan informasi berkembang sangat pesat termasuk juga di Indonesia. Dengan berkembangnya teknologi dan informasi, segala hal dapat terselesaikan

Lebih terperinci

PER - 39/PJ/2011 TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YA

PER - 39/PJ/2011 TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YA PER - 39/PJ/2011 TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YA Contributed by Administrator Friday, 23 December 2011 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK GEDUNG UTAMA LANTAI 9, JALAN JEND. GATOT SUBROTO NOMOR 40-42, JAKARTA 12190, KOTAK POS 124 TELEPON (021) 5250208, 5251609; FAKSIMILI 5732062;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya yaitu penerapan sistem e-filing, dimana

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya yaitu penerapan sistem e-filing, dimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pada awalnya Surat Pemberitahuan (SPT) pajak disampaikan oleh Wajib Pajak kepada Ditjen Pajak melalui Kantor Pelayanan Pajak (KPP) secara manual. Seiring dengan

Lebih terperinci

TATA CARA PERMOHONAN PIN, USER ID & PASSWORD

TATA CARA PERMOHONAN PIN, USER ID & PASSWORD LAMPIRAN I TATA CARA PERMOHONAN PIN, USER ID & PASSWORD 1. PKP Toko Retail melakukan pendaftaran melalui Aplikasi VAT Refund for Tourists dengan menginput: a. NPWP PKP dan nomor Surat Pengukuhan PKP atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk elektronik (e-filing). E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk elektronik (e-filing). E-filing adalah suatu cara penyampaian SPT Tahunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang pemungutannya dapat dipaksakan yang didasarkan pada undang-undang. Penerimaan Negara yang bersumber

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA III.1 Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga beralamatkan di Jl. K.H

Lebih terperinci

TATA CARA PENGAWASAN DATABASE MONITORING PELAPORAN DAN PEMBAYARAN PAJAK (MP3)

TATA CARA PENGAWASAN DATABASE MONITORING PELAPORAN DAN PEMBAYARAN PAJAK (MP3) Lampiran I Kep.Dirjen Pajak No. KEP- 162/PJ./2003 Tanggal 9 Juni 2003 Tentang Pelaksanaan Sistem Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak (MP3) Pada Direktorat Jenderal Pajak TATA CARA PENGAWASAN DATABASE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, oleh karena itu seperti negara-negara berkembang lainya Indonesia gencar melakukan pembangunan. Tujuan pembangunan

Lebih terperinci

PER - 5/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK, SUBJEK PAJAK, DAN OBJEK PAJAK DI WILAYAH KECAMA

PER - 5/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK, SUBJEK PAJAK, DAN OBJEK PAJAK DI WILAYAH KECAMA PER - 5/PJ/2010 TATA CARA PENATAUSAHAAN WAJIB PAJAK, SUBJEK PAJAK, DAN OBJEK PAJAK DI WILAYAH KECAMA Contributed by Administrator Thursday, 18 February 2010 Pusat Peraturan Pajak Online PERATURAN DIREKTUR

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membayar pajak. Seperti yang dikatakan oleh Sakti (2015: 2 ) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. untuk membayar pajak. Seperti yang dikatakan oleh Sakti (2015: 2 ) bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan pendapatan negara yang paling besar. Penerimaan pajak berasal dari iuran yang harus dibayar oleh rakyat sebagai konsekuensi berlakunya Undang-Undang.

Lebih terperinci

TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK SEHUBUNGAN DENGAN BEROPERASINYA PPDDP

TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK SEHUBUNGAN DENGAN BEROPERASINYA PPDDP LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE- 5 /PJ/2010 TENTANG : PENEGASAN PERLAKUAN ADMINISTRASI SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) UNTUK WAJIB PAJAK (WP) DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP) PINDAH

Lebih terperinci

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT PADA KP2KP

TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SPT PADA KP2KP LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-2/PJ/2011 TENTANG : TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) TATA CARA PENERIMAAN DAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULAN 1.1. Latar belakang Masalah BAB 1 PENDAHULAN 1.1. Latar belakang Masalah Pajak merupakan sumber keuangan Negara dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan. Pajak juga merupakan andalan pemerintah untuk memenuhi keuangan pemerintah

Lebih terperinci

Analisis Penerapan Sistem Pelaporan Pajak dengan Aplikasi E-Filling secara Online Iim Ibrahim Nur

Analisis Penerapan Sistem Pelaporan Pajak dengan Aplikasi E-Filling secara Online Iim Ibrahim Nur ULTIMA INFOSYS ISSN 2085-4579 Analisis Penerapan Sistem Pelaporan Pajak dengan Aplikasi E-Filling secara Online Iim Ibrahim Nur which an electronic form of the SPT application (e-spt) submitted via Internet;

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 24/PJ/2012 TENTANG BENTUK, UKURAN, TATA CARA PENGISIAN KETERANGAN, PROSEDUR PEMBERITAHUAN DALAM RANGKA PEMBUATAN, TATA CARA PEMBETULAN ATAU PENGGANTIAN,

Lebih terperinci

LAMPIRAN I TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK

LAMPIRAN I TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK LAMPIRAN I TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK I. PETUGAS POJOK PAJAK DAN/ATAU PETUGAS MOBIL PAJAK:. Menerima persyaratan pendaftaran

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER 2/PJ/2011 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 24 /PJ/2009

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 24 /PJ/2009 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 24 /PJ/2009 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBERITAHUAN KEPADA WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK

TATA CARA PEMBERITAHUAN KEPADA WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK LAMPIRAN I TATA CARA PEMBERITAHUAN KEPADA WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK 1. KPP Pratama Tigaraksa agar segera mengirim surat pemberitahuan kepada Wajib Pajak paling lama 5 (lima) hari kerja

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Nama (Tahun) 1. Avianto et al., 2016) 2. Sisilia Abdurrohm an et.al., (2015) Judul/Jurnal Analisa

Lebih terperinci

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si.

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si. MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si. amanitanovi@uny.ac.id *Makalah disampaikan pada Program Pengabdian Pada Masyarakat Pelatihan tentang Implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada perkembangan dan kemajuan dalam bidang kearsipan. Berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. berdampak pada perkembangan dan kemajuan dalam bidang kearsipan. Berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini akan menimbulkan terjadinya perubahan kehidupan manusia yang sangat pesat. Terutama pada bidang teknologi dan informasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pajak di Indonesia semakin meningkat dari masa ke masa. Pajak ditempatkan pada posisi teratas sebagai sumber penerimaan yang pertama dan utama dalam meningkatkan

Lebih terperinci