BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

: Ceramah, presentasi dan Tanya jawab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENALAN MAKANAN BAYI DAN BALITA. Oleh: CICA YULIA S.Pd, M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung zat kekebalan terhadap infeksi diantaranya immunoglobulin

Oleh : Seksi Gizi Dinas Kesehatan Provinsi Bali

PENGETAHUAN, SIKAP, PRAKTEK KONSUMSI SUSU DAN STATUS GIZI IBU HAMIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jumlah dan jenis bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh satu orang dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Notoadmojo, 2007 perilaku dari pandangan biologis merupakan sesuatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bayi yang baru lahir dan pada umur selanjutnya, apabila diberikan dalam jumlah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. setelah bayi berusia 6 bulan. Selain MP-ASI, ASI harus tetap diberikan kepada

Memperkenalkan Makanan pada Bayi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI), KONSUMSI GIZI, DAN KELENGKAPAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS) TERHADAP STATUS GIZI BAYI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Air Susu Ibu (ASI) Definisi Air Susu Ibu (ASI) Air susu ibu (ASI) adalah makanan utama bagi bayi yang kaya akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR PERSETUJUAN ORANGTUA

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Resep Makanan Bayi. (6-8 Bulan) Copyright TipsBayi.com & KartuBayi.com

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bagaimana Memberikan Makan Bayi Setelah Usia 6 Bulan

PDF Create! 3 Trial. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Air Susu Ibu ( ASI ) 1. Pengertian ASI Eksklusif

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. disamping ASI untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes RI, 1992). MP-ASI

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

Kebutuhan nutrisi dan cairan pada anak

BAB II LANDASAN TEORI. gizi selain dari air susu ibu (DepKes RI, 2006). berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

Kuesioner. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Ketepatan Pemberian MPASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

GIZI BAYI DAN BALITA. CATUR SAPTANING W, S.Gz, MPH

JAGUNG. Bahan Pangan Alternatif SERI BACAAN ORANG TUA

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

Pencernaan mekanik terjadi di rongga mulut, yaitu penghancuran makanan oleh gigi yang dibantu lidah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

IIMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan kegiatan pelayanan gizi di Rumah Sakit, pada dasarnya terdiri dari kegiatan pengadaan makanan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1: Kuesioner Penelitian KUESIONER A. DATA RESPONDEN

KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU ORANGTUA TERHADAP ANAK BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN ACEH BARAT DAYA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

GIZI IBU HAMIL TRIMESTER 1

DIIT GARAM RENDAH TUJUAN DIIT

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

BAB I PENDAHULUAN. Kolostrum merupakan air susu yang pertama kali keluar seringkali berwarna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Ibu Post partum di Ruang Perawatan Alamanda. Hari/Tanggal : Selasa, 24 September 2013

PEDOMAN PEMBERIAN MAKANAN BAYI DAN ANAK DALAM SITUASI DARURAT. Bagi Petugas Lapangan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0 6 bulan adalah ASI. Keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi,

BAB II TINJAUAN TEORI. berimbang (Eveline & nanang D, 2010, p.11).

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan pada balita usia 6-24 untuk memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI. 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

Gizi Masyarakat. Rizqie Auliana

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari Amerika Tengah, Amerika Selatan dan Meksiko. Tanaman yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Artikel Pola Asuh Gizi Pada Bayi Anak Makalah Pengertian Contoh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikan ASI dari kedua payudara, berikan ASI dari satu payudara sampai kosong

Resep MPASI Bagi Balita Berumur Setengah Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Pemanfaatan Konsultasi Gizi Untuk Peningkatan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Makanan Pendamping Air Susu Ibu Makanan pendamping air susu ibu adalah makanan yang diberikan pada bayi disamping air susu ibu, untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mulai umur 6 24 bulan. Bayi membutuhkan zat-zat gizi yang tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Seiring dengan bertambahnya umur anak, kebutuhan gizi juga meningkat. Untuk menyesuaikan kemampuan bayi dengan makanan tersebut maka pemberian makanan pendamping air susu ibu diberikan secara bertahap baik bentuk, jumlah, maupun macamnya (Aritonang, 1996). 1. Pedoman pemberian makanan pendamping air susu ibu. Disamping kandungan zat gizi air susu ibu sudah menurun seiring dengan bertambahnya umur pada saat bayi berumur 4 bulan sudah memiliki reflek mengunyah. Oleh karena itu, selain ASI masih tetap diberikan anak juga harus mulai diperkenalkan dan diberi makanan lunak. ( Aritonang, 1996 ). Adapun garis besar pemberian makanan pendamping air susu ibu menurut kelompok umur adalah sebagai berikut: a. Umur 0 6 bulan. Bayi hanya diberi ASI lebih sering lebih baik segera setelah lahir, ASI yang berwarna kekuning kuningan ( kolustrum ) diberikan pada bayi. b. Umur 6 9 bulan. Bayi terus diberi ASI pada umur 6 bulan alat cerna sudah sering berfungsi oleh karena itu bayi mulai diperkenalkan dengan makanan pendamping air susu ibu, lumat 2 3 kali sehari. Seperti bubur tepung, bubur encer, pisang lumat dan pepaya yang dilumatkan. Untuk mempertinggi nilai gizi makanan, dapat ditambahkan sayur dan lauk pauk yang dilumatkan.

c. Umur 9 12 bulan. Bayi terus diberi ASI disamping itu mulai diberikan makanan lunak seperti bubur nasi, bubur kacang hijau dan lain-lain. Pada umur 10 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga. d. Umur 12 24 bulan. Bayi perlu diberi ASI dan makanan lengkap sekurang kurangnya 3 kali sehari dengan porsi separuh makanan orang dewasa. Selain itu bayi tetap diberikan makanan selingan 2 3 kali sehari. 2. Masalah dalam kebiasaan pemberian makanan pendamping air susu ibu. Beberapa masalah yang sering muncul dalam pemberian makanan pendamping air susu ibu yang berakibat gagalnya perkembangan anak antara lain sebagai bentuk : a. Pemberian makanan sebelum ASI. Pemberian makanan seperti air kelapa, madu, pisang ataupun nasi kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar merupakan kebiasaan yang tidak baik, karena kemampuan tubuh si bayi masih sangat terbatas sehingga akan menimbulkan gangguan pencernaan bayi ( Aritonang, 1996 ). Pemberian makanan pendamping air susu ibu yang terlau cepat dan tidak sesuai dengan umur sangat tidak tepat, karena bayi yang baru lahir keadaan mulut dan pencernaannya belum siap untuk mencerna makanan permulaan pemberian ASI ( Moehji, 1986 ). b. Kolustrum dibuang. ASI yang pertama kali keluar yang berwarna kekuning kuningan mengandung banyak zat pelindung dan vitamin. Bila tidak diberikan secara sempurna atau dibuang dapat menurunkan daya tahan terhadap penyakit ( Aritonang, 1996 ).

c. Penggunaan satu payudara. Menyusui hanya dengan satu payudara tidak memanfaatkan produksi ASI secara optimal dan dapat mendorong penggunaan makanan pendamping air susu ibu lebih banyak, karena ASI yang dikonsumsi tidak penuh hingga bayi kekurangan zat gizi. d. Penyapihan terlalu dini. Kecenderungan penyapihan yang terlalu dini menyebabkan konsumsi zat-zat gizi anak rendah dan pemberian makanan pada anak kurang mendapat perhatian. e. Kebersihan kurang. Ibu kurang menjaga pada saat memberikan pada anak. Dalam menyuapi anak seringkali ibu tidak menggunakan sendok, tetapi menyuapi anak dengan tangan yang kurang bersih ( Aritonang, 1996 ). Adapun kebutuhan zat gizi yang dibutuhkan untuk bayi dan anak menurut umur, sebagai berikut : TABEL 1 KEBUTUHAN ZAT GIZI UNTUK BAYI DAN ANAK Golongan Energi Protein Vitamin A Fe umur (Kkal) (gr) (RE) (mg) 0 6 bulan 560 12 350 3 7-12 bulan 800 15 350 5 Sumber: Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V, 1998. 3. Pengaturan Makanan. a. Pemberian makanan harus disesuaikan dengan umur bayi. b. Selain untuk mendapatkan gizi pengaturan makanan juga baik untuk pemeliharaan, pemulihan, pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas fisik ( Poppy, 2001 ). 4. Tujuan Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu. a. Melengkapi zat gizi yang kurang pada ASI.

b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacammacam makanan dan berbagai rasa dan tekstur. c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan. d. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi ( Sunardi, 2001 ). 5. Cara pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Makanan pendamping air susu ibu dapat diberikan secara efisien, untuk itu perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Berikan secara hati-hati, sedikit demi sedikit dari bentuk encer, berangsur kebentuk yang lebih kental. b. Makanan baru diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan bahwa makanan betul-betul dapat diterima dengan baik. c. Makanan yang mudah menimbulkan alergi, yaitu sumber protein hewani diberikan terakhir, setelah pemberian buah-buahan, tepungtepungan, sayuran, daging dan lain-lain. Sedangkan telur diberikan pada umur 6 bulan. Cara pemberian makanan bayi mempengaruhi perkembangan emosinya, oleh karena itu jangan dipaksa sebaiknya diberikan saat lapar ( Sunardi, 2001 ). 6. Syarat Makanan Pendamping Air Susu Ibu. a. Makanan harus mengandung energi dan semua zat gizi yang dibutuhkan pada tingkat umurnya. b. Susunan hidangan disesuaikan denagn pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia dan kebiasaan makan. c. Bentuk dan porsi disesuaikan dengan selera serta daya terima bayi. d. Makanan harus bersih dan bebas dari kuman ( Poppy, 2001 ). 7. Bentuk Makanan Pendamping Air Susu Ibu. Pemberian makanan pendamping air susu ibu harus bertahap dan bervariasi, dari mulai bentuk cair kebentuk bubur kental, sari buah, buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat ( Poppy, 2001 ).

a. Buah-buahan. 1. Jeruk : peras, saring lalu encerkan dengan air matang dengan perbandingan yang sama. 2. Tomat : kupas kulitnya dan rendam dengan air panas, lalu haluskan terus saring, selanjutnya encerkan dengan air matang dengan perbandingan sama. 3. Pepaya, alpokat, pisang : kupas lalu kerok halus. 4. Buah yang asam dapat ditambah dengan gula pasir. b. Makanan lumat. Makanan lumat adalah maknan yang berbentuk halus atau setengah cair yang diberikan kepada bayi usia diatas 6 bulan dengan frekwensi 1 kali dalam sehari, dan untuk 9-12 bulan dengan frekwensi 2 kali dalam sehari. Salah satu cara makanan lumat adalah bubur susu. c. Makanan Lembek. Makanan lembek adalah bubur saring yang diberikan pada bayi usia 6 9 bulan dengan frekuensi 2 kali sehari.contoh makanan padat: biscuit, telur, buah. 8. Akibat pemberian makanan pendamping air susu ibu yang terlalu dini. Pemberian makanan pendamping yang terlalu dini dapat menyebabkan : a. Gangguan menyusui. Pada umumnya bayi yang mendapat cukup ASI dari ibunya, makanan tambahan diberikan pada umur 6 bulan atau lebih dan dalam porsi yang lebih kecil daripada bayi yang mendapatkan susu formula. b. Beban ginjal yang berlebihan. Makanan padat baik yang dibuat sendiri ataupun buatan pabrik cenderung mengandung kadar natrium klorida (Na cl / garam) yang tinggi sehingga akan menambah beban bagi ginjal.

Bayi yang mendapat makanan padat pada umur yang dini, mempunyai osmolitas plasma yang lebih tinggi daripada bayi yang 100 % mendapat ASI sehingga bayi cepat haus karena Hyperosmolar Dehydrasi. Hyperosmolitas merupakan penyebab haus sehingga menyebabkan penerimaan energi yang berlebihan. c. Alergi terhadap makanan. Belum matangnya sistim kekebalan dari usus pada umur yang dini, dapat menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan masa kanak-kanak. Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini menambah terjadinya alergi terhadap makanan. d. Gangguan pengaturan selera makanan. Makanan padat dinggap sebagai kegemukan pada bayi terutama pada bayi yang diberi susu formula dari pada bayi yang mendapat ASI. Hal ini disebabkan karena bayi yang diberi susu formula mendapatkan makanan padat lebih dulu. e. Bahan-bahan makanan yang merugikan. Makanan tambahan mengandung komponen-komponen alamiah yang jika diberikan pada waktu dini dapat merugikan seperti sukrosa. Penggunaan gula ini pada umur yang dini dapat membuat anak terbiasa akan makan makanan yang rasanya manis dan makanan yang mengandung gluten hendaknya jangan diberikan pada umur sebelum waktunya (Suharjo, 1989). B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu. 1. Pengetahuan Gizi Ibu Pemberian makanan pendamping air susu ibu yang terlalu dini dapat menyebabkan bayi kurang selera untuk minum ASI. Sebaliknya pemberian makanan pendamping terlambat dapat menyebabkan bayi sulit untuk menerima makanan pendamping air susu ibu (Poppy, 2001).

Pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan pengetahuan yang didapat dari keterangan. Pengetahuan yang didapat dari pengalaman disebut pengetahuan pengalaman. Sedangkan pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut ilmu pengetahuan (Waridjan, 1991). Pengetahuan gizi sangat penting dengan didasari pada tiga kenyataan, yaitu : 1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan. 2. Setiap orang akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi. 3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehungga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik kesejahteraan gizi (Suhardjo,1996). Semakin tinggi pengetahuan gizi seseorang akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang dipilih untuk dikonsumsi. Orang yang pengetahuan gizinya rendah akan berperilaku memilih makanan yang menarik panca indera yang tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai gizi makanan. Sebaliknya, mereka yang semakin tinggi pengetahuan gizinya lebih banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang nilai gizi makanan tersebut, sehingga seorang ibu dapat menyusun dan mengolah makanan yang bergizi bagi keluarga (Sediaoetama, 1989). Pengetahuan ibu tentang gizi dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu dapat ditingkatkan melalui pendidikan informal seperti penyuluhan, demo masak, melalui media massa baik elektronik maupun cetak. Penyuluhan atau peningkatan pengetahuan tentang gizi dan Makanan Pendamping Air Susu Ibu dapat diberikan oleh petugas kesehatan, seperti petugas gizi, ataupun kader. Bisa juga didapat melalui pengalaman sendiri atau orang lain. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang menjadi berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Dari penelitian dan pengalaman terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan ( Soekidjo dan Solitar. S, 1987 ).

Beberapa tingkatan dalam pengetahuan, yaitu : 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebanarnya. 4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen. 5. Sintesis (synthesis) Sistesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek ( Soekidjo dan Solitar. S, 1987). C. Praktik Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu Praktik adalah perbuatan nyata yang dilakukan oleh seseorang. Untuk mewujudkan sikap agar menjadi perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung seperti fasilitas, serta suatu kondisi yang memungkinkan seperti tingkat pengetahuan yang memadai dan sikap serta dukungan dari pihak lain, dan sebagainya. Perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktivitas manusia itu sendiri. Dengan kata lain perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang dapat diamati secara tidak langsung.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu perilaku makhluk hidup. Didalam proses pembentukan dan atau perubahan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri. Faktor dari dalam individu mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap, emosi dan motivasi yang berfungsi untuk mengolah rangsang dari luar ( Soekidjo. N, 1993 ). Sedangkan faktor dari luar individu meliputi lingkungan sekitar baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya.seorang ibu yang tidak memberi Makanan Pendamping Air Susu Ibu yang telah diterimanya dari Puskesmas, mungkin disebabkan karena ibu tersebut tidak atau belum tahu manfaat Makanan Pendamping Air Susu Ibu bagi anaknya (predisposing factor). Tetapi bisa juga karena tingkat pengetahuan yang kurang sehingga wawasan mengenai pentingya kesehatan untuk anak terbatas, bisa juga karena keterbatasan sumber daya dan sumber dana, atau kondisi yang tidak memungkinkan, atau sebab lain. Ada beberapa teori yang mengungkap determinan perilaku berangkat dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Diantara teori tersebut adalah teori Lawrence Green (1980). Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa perilaku seseorang ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni : 1. Faktor-faktor predisposisi ( predisposing factors ) yaitu factor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku keyakinan, nilai-nilai dan budaya. tertentu, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, kepercayaan. 2. Faktor Pendukung atau Pemungkin ( enabling factors ) yaitu factor yang memungkinkan terwujudnya perilaku tertentu tersebut, yang terwujud dalam lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas atau saran kesehatan, ketercapaian pelayanan kesehatan baik dari segi jarak maupun biaya.

3. Faktor-faktor Pendorong ( reinforcing factors ) Yaitu faktor yang memperkuat untuk terjadinya perilaku tersebut misalnya pendapat, dukungan, kritik baik dari keluarga, teman atau lingkungannya, juga sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Tetapi bisa juga karena tingkat pengetahuan yang kurang sehingga wawasan mengenai pentingnya kesehatan untuk anak terbatas, bisa juga karena keterbatasan sumber daya dan sumber dana, atau kondisi yang tidak memungkinkan, atau sebab lain ( Soekidjo. N, 1993 ). D. Kerangka Teori GAMBAR II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU Sumber : Green dan Kreuter (1980) Faktor Predisposisi (predisposing factors) a. Pengetahuan b. Sikap Faktor Pemungkin (enabling factors) a. Ketersediaan sarana b. Keterjangkauan c. Ketrampilan petugas kesehatan Praktik pemberian Makanan pendamping air susu ibu Faktor Penguat (reinforcing factors) b. Dukungan keluarga c. Perilaku petugas kesehatan d. Lingkungan E. Kerangka Konsep Variabel Bebas Pengetahuan Gizi Ibu Variabel Terikat Praktik Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu

F. Hipotesis Ada hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan praktik pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu pada bayi.