BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALUMINIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING. Tri Angga Prasetyo ( )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN ANALISA

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perbesaran 100x adalah 100 µm. Sebelum dilakukan pengujian materi yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Pengelasan Gesek Baja Tahan Karat Austenitik AISI 304

Kolbi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Program Studi S-1 Teknik Mesin Fakultas Teknik, Yogyakarta 55183, Indonesia

PENGARUH DURASI GESEK, TEKANAN GESEK DAN TEKANAN TEMPA TERHADAP IMPACT STRENGTH SAMBUNGAN LASAN GESEK LANGSUNG PADA BAJA KARBON AISI 1045

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Mulai. Identifikasi Masalah. Persiapan Alat dan Bahan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian struktur mikro dilakukan untuk mengetahui isi unsur kandungan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan pelaksanaan percobaan serta analisis sebagai berikut:

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Sesudah dilakukan pengujian Uji Tarik dan Struktur Mikro pada Baja SS-400,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur mikro adalah gambaran dari kumpulan fasa-fasa yang dapat diamati

TUGAS AKHIR PENELITIAN STAINLESS STEEL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

BAB VII PROSES THERMAL LOGAM PADUAN

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

BAB III METODE PENELITIAN

TUGAS AKHIR. Oleh: Muhammad Husen Bahasa Dosen Pembimbing: Ir. Nur Husodo, M. Sc.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dengan pesat. Ditemukannya metode-metode baru untuk mengatasi

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

Analisa Kegagalan Sambungan Las Pada Tiang Penyangga Dermaga

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

I. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya

BAB IV DATA DAN ANALISA

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

BAB 1. PERLAKUAN PANAS

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

Gambar 4.1 Hasil anodizing aluminium 1XXX dengan suhu elektrolit o C dan variasi waktu pencelupan (a) 5 menit. (b) 10 menit. (c) 15 menit.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. waktu pengelasan dan pengaruh penambahan filler serbuk pada

PENGARUH VARIASI WAKTU UPSET

KATA PENGANTAR. Sidoarjo, Desember Fakultas. Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 1

PENINGKATAN KEKAKUAN PEGAS DAUN DENGAN CARA QUENCHING

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

UNIVERSITAS DIPONEGORO

PENGARUH POLA GERAKAN ELEKTRODE DAN POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKERASAN HASIL LAS PADA BAJA ST60

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA Oleh : Dwi Agus Santoso

ARI BUDIANTO N I M : D

BAB II KERANGKA TEORI

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

Available online at Website

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan selesai.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KECEPATAN PUTAR TOOL TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN ALLUMUNIUM 1XXX DENGAN METODE FRICTION STIR WELDING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. setiap spesimen dimasukkan kedalam Tabel IV.1 dibawah : 1 171,2 190,8-2 Logam Las 174,3 187,3 -

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

PENGARUH VARIASI BENTUK PERMUKAAN FORGING SAMBUNGAN LAS GESEK ROTARY TERHADAP KEKUATAN TARIK BAJA MILD STEEL. Abstract

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

Available online at Website

PENGARUH PROSES ANNEALING PADA HASIL PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK BAJA KARBON RENDAH

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI WAKTU TAHAN PADA PROSES NORMALIZING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO BAJA AISI 310S PADA PRESSURE VESSEL

Pengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH SISI PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK HASIL PENGELASAN DUA SISI FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5083 PADA KAPAL KATAMARAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengamatan, pengukuran serta pengujian terhadap masingmasing benda uji, didapatkan data-data hasil penyambungan las gesek bahan Stainless Steel 304. Data hasil pengujian adalah kekuatan tarik, struktur mikro, dan kekerasan hasil las. Data hasil pengujian tersebut akan ditampilkan pada bab ini beserta pembahasannya. 4.1. Hasil Pengelasan Gesek Secara Visual Setelah dilakukan proses pengelasan gesek dengan bahan Stainless Steel 304, maka didapatkan hasil seperti pada gambar 4.1. Gambar 4.1 Hasil Sambungan Las Gesek Dari gambar 4.1 dapat dilihat hasil penyambungan metode pengelasan gesek bahan Stainless Steel 304. Penyambungan tersebut dilakukan dengan parameter tekanan gesek yang bervariasi. Tekanan gesek yang digunakan yaitu 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90, 100, 110, dan 120 MPa. Hasil penyambungan terdapat flash pada daerah sambungan las. Bentuk flash yang terjadi pada sambungan ini bervariasi, dikarenakan pengaruh variasi tekanan gesek menyebabkan flash yang ditimbulkan berbeda-beda. Pada gambar 4.1 terlihat jelas bahwa semakin besar tekanan gesek yang digunakan semakin besar pula flash yang dihasilkan. Besarnya flash yang terjadi menyababkan adanya pemendekan hasil. Pemendekan hasil sambungan dapat dilihat pada tabel 4.1.

Pemendekan (mm) Tabel 4.1 Pemendekan Hasil Sambungan Las Gesek No Tekanan Panjang Awal Panjang Akhir Pemendekan Gesek (MPa) (mm) (mm) (mm) 1 20 60 57 3 2 30 60 55 5 3 40 60 54.5 4.5 4 50 60 53 7 5 60 60 52 8 6 70 60 48 12 7 80 60 47.5 12.5 8 90 60 43 17 9 100 60 42 18 10 110 60 39 21 11 120 60 37 23 Dari tabel 4.1 didapat data pemendekan hasil sambungan las. Data tersebut kemudian dibuat grafik hubungan antara besarnya pemendekan yang terjadi dengan tekanan gesek yang digunakan. Grafik tersebut ditampilkan pada gambar 4.2. 25 20 15 10 5 0 3 5 5.5 7 8 12 12.5 17 18 21 y = 0.2055x - 2.3818 R² = 0.9745 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 Tekanan Gesek (MPa) 23 Gambar 4.2 Grafik Hubungan Tekanan Gesek dan Pemendekan Dari gambar 4.2 grafik dapat disimpulkan bahwa besarnya tekanan gesek sangat berpengaruh pada besarnya pemendekan yang terjadi. Semakin besar tekanan gesek yang digunakan, semakin besar pula pemendekan yang terjadi.

Tegangan (MPa) 4.2. Hasil dan Analisis Pengujian Tarik Pengujian kekuatan tarik dilakukan pada masing-masing spesimen yang sudah tersambung dengan variasi tekanan gesek yang berbeda-beda. Sebelum dilakukan pengujian tarik, spesimen uji dilakukan proses pemesinan untuk menghilangkan flash pada daerah sambungan las. Tujuan menghilangkan flash untuk membentuk dimensi yang mengacu pada standar JIS Z 2201. Setelah dilakukan proses pemesinan selanjutnya spesimen dilakukan pengujian kekuatan tarik. Pengujian tarik dilakukan secara urut dari tekanan gesek 20 MPa sampai dengan tekanan 120 MPa. Hasil pengujian tarik dari masingmasing spesimen dapat dilihat pada gambar 4.3 grafik hubungan antara tegangan dan regangan. 700 600 500 400 300 200 100 0 0 0.1 0.2 0.3 0.4 Regangan PF 20 MPa PF 30 MPa PF 40 MPa PF 50 MPa PF 60 MPa PF 70 MPa PF 80 MPa PF 90 MPa PF 100 MPa PF 110 MPa PF 120 MPa Gambar 4.3 Grafik Hubungan Tegangan dan Regangan Setiap Parameter Dari gambar 4.3 dapat diketahui bahwa grafik tegangan dan regangan dari masing-masing sambungan memiliki karakteristik yang sama. Karakteristik yang tampak pada gambar 4.3 menandakan patahan bersifat getas. Dari gambar 4.3 dapat digunakan untuk mengetahui tegangan maksimum atau kekuatan tarik

maksimal yang dihasilkan. Hasil kekuatan tarik maksimal dari masing-masing parameter dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4.2 Hasil Uji Tarik Sambungan Las Gesek Bahan Stainless Steel 304 Tekanan Waktu Tekanan Waktu Kekuatan Tarik No Gesek Gesek Tempa Tempa (MPa) (MPa) (detik) (MPa) (detik) 1 20 10 150 10 402 2 30 10 150 10 569 3 40 10 150 10 589 4 50 10 150 10 575 5 60 10 150 10 601 6 70 10 150 10 605 7 80 10 150 10 619 8 90 10 150 10 627 9 100 10 150 10 637 10 110 10 150 10 625 11 120 10 150 10 685 Dari tabel 4.2 data pengujian tarik dapat diamati bahwa kekuatan tarik terlihat fluktuatif pada hasil tegangan tarik maksimum yang dihasilkan. Kekuatan tertinggi diperoleh pada variasi tekanan gesek 120 MPa yaitu sebesar 685 MPa. Sedangkan untuk hasil tegangan terendah ditunjukkan pada variasi tekanan gesek 20 MPa dengan hasil tegangan 402 MPa. Dengan ini kekuatan sambungan las lebih rendah daripada kekuatan tarik base metal Stainless Steel 304 yaitu sebesar 720 MPa (Seed Steel, 2017). Dari hasil pengujian tarik ini dapat disimpulkan bahwa tekanan gesek mempengaruhi hasil kekuatan tarik. Adanya peningkatan kekuatan tarik ketika tekanan gesek bertambah, tetapi terjadi penurunan kekuatan tarik ketika sudah mencapai tekanan yang maksimal. Hal ini dapat diamati dari hasil kekuatan tarik terbaik dan kekuatan tarik terendah pada gambar 4.4.

Kekuatan Tarik (MPa) 750 700 650 600 569 589 575 601 605 619 627 637 685 625 550 500 450 400 350 402 y = 1.7308x + 472.99 R² = 0.6492 300 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 Tekanan Gesek (MPa) Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kekuatan Tarik dan Tekanan Gesek Pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa tekanan gesek mempengaruhi hasil kekuatan tarik yang diperoleh. Gambar 4.4 menjelaskan bahwa mula-mula kekuatan tarik bergerak naik seiring bertambahnya tekanan gesek yang digunakan, namun setelah mencapai kekuatan tarik maksimumnya, kekuatan tarik mulai bergerak turun dengan semakin besarnya tekanan gesek yang digunakan. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa kekuatan tarik tertinggi terdapat pada tekanan gesek 120 MPa. Tekanan gesek yang besar menyebabkan ikatan material menyatu dengan baik sehingga mengakibatkan kekuatan tariknya tinggi. Dari hasil pengujian Haryanto dkk (2011), dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian tariknya memiliki karakter yang sama dengan penelitian ini. Seperti yang terlihat pada gambar 4.4 menjelaskan bahwa pengaruh tekanan gesek terhadap kekuatan tarik pada penelitian ini memiliki karakteristik yang sama dengan pengaruh yang dihasilkan pada penelitian sebelumnya. Hasil pengujian tarik menjelaskan bahwa mula-mula kekuatan tarik bergerak naik seiring bertambahnya tekanan gesek yang diberikan, namun setelah mencapai kekuatan tarik maksimum, kekuatan tarik mulai mengalami penurunan dengan besarnya tekanan yang diberikan. Adanya persamaan karakteristik pada hasil penelitian ini

dan penelitian sebelumnya, namun untuk hasil kekuatan tarik maksimum memiliki selisih yang cukup tinggi. Hasil kekuatan tarik tertinggi pada penelitian ini adalah 685 MPa (tekanan gesek 120 MPa), sedangkan pada penelitian sebelumnya (Haryanto dkk, 2011) adalah 726,57 MPa. Perbedaan hasil kekuatan tarik ini dapat disebabkan oleh pengaruh dari perbedaan parameter yang lainnya seperti kecepatan putar (725 rpm), waktu penekanan (52, 79, 44, dan 38 detik) dan material yang digunakan. 4.2.1. Fraktografi Setelah dilakukan pengujian tarik, patahan dari hasil sambungan dapat diamati. Hal ini bertujuan untuk mengetahui penyebab patahnya sambungan saat pengujian tarik. Dari hasil patahan dapat juga diketahui penyebab tingginya hasil kekuatan tarik yang diperoleh. Alat yang digunakan untuk mengamati hasil patahan pada penelitian ini yaitu Olympus model SZ-L W61 T6. Pada pengamatan penelitian ini patahan yang diamati hanya pada hasil patahan dengan kekuatan tarik terendah dan tertinggi, yaitu pada tekanan gesek 20 MPa dan 120 MPa. Patahan pada hasil sambungan las gesek bahan Stainless Steel 304 rata-rata terjadi pada sambungan (Gambar 4.5), namun kekuatan sambungan lebih tinggi ketimbang kekuatan logam induknya. (a) Gambar 4.5 (a) Penampang patahan hasil uji tarik variasi tekanan 120 Mpa, (b) Penampang patahan hasil uji tarik variasi tekanan 20 MPa. Seperti yang terlihat pada gambar 4.5 jenis patahan yang terjadi yaitu patah getas. Hal tersebut dikarenakan adanya thermoplastis antar interface. Pada waktu terjadi thermoplastis pada patahan getas, aliran panas tidak merata sehingga patahan terjadi pada sambungan ketika ditarik (Apriyanto, 2015). Pada penampang patahan tekanan gesek 20 MPa menunjukkan adanya daerah yang berwarna-warni. Hasil patahan ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya (b)

(Nugroho dkk, 2014). Seperti yang terlihat pada gambar 4.5 warna pada permukaan patah ini mengindikasikan adanya udara yang masih terjebak disambungan, dan berinteraksi dengan logam pada suhu pengelasan gesek yang tidak homogen kemudian membentuk oksida yang berbeda sehingga terlihat warna-warni. Getaran dapat mengakibatkan adanya jeda penempelan interface di beberapa bagian di permukaan gesek sehingga suhu oksida menjadi tidak seragam. Sedangkan pada penampang patahan tekanan gesek 120 MPa terlihat lebih sempurna. Hal ini dibuktikan dengan material yang banyak menyatu pada bagian sambungan las. Terlihat pada penampang patahan ini alur lebih kecil dan lebih rapat ketimbang penampang patahan dengan tekanan 20 MPa. Oleh karena itu dari gambar 4.5 terlihat bahwa bila luasan daerah lebih rapat maka kekuatan tariknya akan tinggi. 4.3. Hasil dan Analisis Struktur Mikro Berdasarkan hasil pengujian tarik, penelitian struktur mikro difokuskan pada hasil terbaik dan terendah. Hasil tersebut didapatkan pada variasi tekanan gesek 120 MPa dan 20 MPa. Dalam penelitian ini pengamatan secara mikro dilakukan pada beberapa titik, untuk melihat perubahan yang terjadi pada logam sambungan dan HAZ material Stainless Steel 304 setelah dilakukan proses penyambungan metode las gesek. Pengujian struktur mikro juga bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada material induknya. Pada pengujian struktur mikro ini spesimen yang sudah tersambung kemudian dipotong dan dibelah selanjutnya dicetak dengan resin. Setelah itu permukaan yang akan diuji mikro diamplas, dipoles, dan dilanjutkan pengetsaan pada masingmasing material sesuai standar ASTM G92.

1. Struktur mikro hasil pengelasan dengan tekanan gesek 120 MPa dengan pembesaran 200x (a) (b) (c) Gambar 4.6 (a) Pengamatan struktur mikro daerah logam las Stainless Steel 304, (b) Daerah terkena panas (HAZ), (c) Logam induk Stainless Steel 304 Pengambilan foto mikro dilakukan di beberapa titik pada hasil pengelasan Stainless Steel 304 dengan variasi tekanan gesek 120 MPa. Pengambilan foto ini bertujuan untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada hasil sambungan dan daerah yang terkena panas (HAZ) dan logam induknya. Dari gambar 4.6 dapat dilihat bahwa pada daerah sambungan las Stainless Steel 304 terdapat butiranbutiran halus yang berfasa austenit. Butiran kecil yang terlihat di daerah las Stainless Steel 304 butirannya semakin halus di daerah sambungan karena memiliki kecepatan pendinginan yang tinggi. Sedangkan pada daerah HAZ menunjukkan fasa austenit yang berbutir lebih besar. Ukuran butir meningkat karena masukan panas dan kecepatan pendinginan yang rendah. Struktur mikro fasa austenit terlihat jelas pada logam induk atau base metal dengan susunan butirnya besar sehingga material ini bersifat ulet (Nugroho dkk, 2014). Menurut Nurdiansyah dkk (2012), Struktur mikro berubah pasti akan menyebabkan sifat mekanik (kekerasan) berubah. Yang mampu merubah struktur mikro ada 3 faktor yaitu adanya perubahan komposisi logam, adanya perlakuan

panas, dan adanya pengaruh pengerjaan dingin (cold working). Pada peristiwa las gesek ini perubahan struktur dimungkinkan dari pengaruh pemanasan dan pengaruh tempa. Namun pengaruh panas akan dieliminir oleh proses tempa. Mestinya semakin panas akan memperbesar butir kristal struktur mikro, namun proses pembesaran butir kristal ini akan dihambat karena pengaruh tempa sehingga perubahan butir kristal yang sering terjadi di daerah pengaruh panas tersebut tidak terjadi karena ada proses tempa. 2. Struktur mikro hasil pengelasan dengan tekanan gesek 20 MPa dengan pembesaran 200x (a) Gambar 4.7 (a) Pengamatan struktur mikro daerah logam las Stainless Steel 304, (b) Daerah terkena panas (HAZ), (c) Logam induk Stainless Steel 304 Dari gambar 4.7 struktur mikro hasil pengelasan dengan tekanan gesek 20 MPa dapat diamati bahwa belum terjadi banyak perubahan. Butiran berfasa austenit yang terlihat pada daerah HAZ memiliki kemiripan dengan struktur mikro pada logam induk. Padahal daerah logam HAZ mendapatkan perlakuan yang berbeda saat pengelasan berlangsung, dengan adanya perlakuan yang berbeda maka daerah ini seharusnya memiliki struktur mikro yang berbeda dari logam induknya. Karena pemanasan maupun proses penempaan akan dapat merubah struktur mikro. Menurut Husodo dkk (2012), yang meneliti tentang penerapan teknologi las gesek (friction welding) dalam proses penyambungan dua buah pipa (b) (c)

logam baja karbon rendah. Mengatakan bahwa struktur mikro pada sambungan tidak banyak terjadi perubahan, yang berarti tidak banyak perubahan terhadap sifat mekanik suatu logam. 4.4. Hasil dan Analisis Pengujian Kekerasan Pengujian kekerasan dilakukan terhadap dua hasil pengelasan gesek. Dua hasil tersebut dipilih dari variasi analisis hasil pengujian tarik pada 11 spesimen benda yang diuji. Data diperoleh dari hasil kekuatan tarik yang tertinggi dan yang terendah. Data tersebut didapatkan pada variasi tekanan gesek 120 MPa dan 20 MPa. Kemudian dilakukan sambungan kembali dengan data yang diperoleh. Hasil sambungan kemudian dibelah dan diresin selanjutnya dilakukan pengamplasan pada permukaan spesimen untuk memperoleh permukaan yang halus pada saat dilakukan uji kekerasan. Permukaan benda uji yang masih terlihat kasar akan mempengaruhi nilai kekerasan yang diperoleh. Berputar Diam Berputar Diam (a) (a) (b) Gambar 4.8 Spesimen Pengujian Kekerasan (a) variasi tekanan gesek 120 MPa, (b) variasi tekanan gesek 20 MPa Pengujian kekerasan pada penelitian ini menggunakan metode uji vickers. Pada pengujian kekerasan ini akan ditentukan posisi atau titik yang akan dilakukan pengambilan data pada spesimen. Spesimen dengan variasi tekanan gesek 120 MPa dan 20 MPa dilakukan pada 15 titik pengujian. Penentuan titik nilai kekerasan ini dimulai dari 0 atau tengah hasil penyambungan, selanjutnya kearah kanan dengan nilai 0.5, 1.5, 3.5, 5.5, 7.5, 9.5, 15 mm kemudian kearah kiri -0.5, -1.5, -3.5, -5.5, -7.5, -9.5, -15 mm. Penentuan titik dalam pengujian kekerasan dapat dilihat pada gambar 4.9.

SS SS. 120 MPa Stainless Steel Las Stainless Steel Gambar 4.9 Titik Pengujian Kekerasan Pokok pembahasan dalam pengujian kekerasan ini diperoleh dari pengujian sebelumnya yaitu pada pengujian tarik. Hasil dari pengujian dengan kekuatan tarik tertinggi dan terendah tersebut yang akan dilakukan pengujian kekerasan. Nilai kekerasan hasil dari proses penyambungan las gesek bahan stainless steel 304 dengan tekanan gesek 120 MPa dan tekanan gesek 20 MPa dapat dilihat pada tabel berikut NO 1 Tabel 4.3 Hasil Uji Kekerasan Tekanan Gesek 120 MPa Kode Jarak dari d1 d2 d rata-rata Kekerasan Sambungan (μm) (μm) (μm) (VHN) 15 mm 38 38 38 256.8 9.5 mm 38 38 38 256.8 7.5 mm 39 39 39 243.8 5.5 mm 39 39 39 243.8 3.5 mm 40 39 39.5 237.7 1.5 mm 41 41 41 220.6 0.5 mm 41 40 40.5 226.1 0 mm 40 40 40 231.8 0.5 mm 41 40 40.5 226.1 1.5 mm 41 40 40.5 226.1 3.5 mm 40 40 40 231.8 5.5 mm 40 38 39 243.8 7.5 mm 40 39 39.5 237.7 9.5 mm 39 40 39.5 237.7 15 mm 39 38 38.5 250.2

SS SS. 20 MPa Stainless Steel Las Stainless Steel NO 1 Tabel 4.4 Hasil Uji Kekerasan Tekanan Gesek 20 MPa Kode Jarak dari d1 d2 d rata-rata Kekerasan Sambungan (μm) (μm) (μm) (VHN) 15 mm 39 38 38.5 250.2 9.5 mm 40 38 39 243.8 7.5 mm 40 40 40 231.8 5.5 mm 40 40 40 231.8 3.5 mm 41 40 40.5 226.1 1.5 mm 42 40 41 220.6 0.5 mm 40 40 40 231.8 0 mm 40 39 39.5 237.7 0.5 mm 40 40 40 231.8 1.5 mm 42 40 41 220.6 3.5 mm 40 40 40 231.8 5.5 mm 40 40 40 231.8 7.5 mm 39 39 39 243.8 9.5 mm 38 40 39 243.8 15 mm 39 38 38.5 250.2 Dalam penelitian ini memiliki dua variasi tekanan gesek yang menjadi pokok pembahasan. Dua variasi diatas diperoleh dari hasil pengujian tarik. Variasi yang dimaksud yaitu : 1. Variasi tekanan gesek 120 MPa, waktu gesek 10 detik, tekanan tempa 150 MPa, dan waktu tempa 10 detik. 2. Variasi tekanan gesek 20 MPa, waktu gesek 10 detik, tekanan tempa 150 MPa, dan waktu tempa 10 detik. Untuk memudahkan pembahasan, maka akan ditampilkan grafik dari hasil kedua variasi. Grafik hasil uji kekerasan sambungan las gesek bahan stainless steel 304 dapat dilihat pada gambar 4.10 berikut.

Kekerasan Berputar Diam 260 255 250 245 240 235 230 225 220 215-20 -15-10 -5 0 5 10 15 20 Jarak dari sambungan (mm) 120 Mpa 20 Mpa Gambar 4.10 Grafik Hasil Uji Kekerasan Pada gambar 4.10 menunjukkan bahwa pada variasi tekanan gesek 120 MPa nilai kekerasan tertinggi didapatkan di daerah logam induk spesimen yang berputar. Nilai kekerasan tersebut berjarak 15 mm dari sambungan dengan nilai kekerasan sebesar 256.8 VHN. Sedangkan untuk nilai kekerasan terendah berada pada jarak 1.5 mm dari sambungan spesimen berputar dengan nilai kekerasan 220.6 VHN. Pada daerah sambungan tingkat nilai kekerasannya menghasilkan perbedaan yang cukup jauh dengan logam induk. Pada jarak 0 sampai 0.5 spesimen yang berputar, jarak 0 nilai kekerasannya 231.8 VHN dan jarak 0.5 nilai kekerasannya 226.1 VHN. Sementara pada jarak 0.5 spesimen diam didapatkan nilai yang sama yaitu 226.1 VHN. Selanjutnya pada jarak yang semakin jauh dari sambungan pengelasan dihasilkan dengan nilai kekerasan yang semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pada proses pengelasan gesek terjadi deformasi plastis yang menyebabkan butiran-butiran kecil menumpuk pada daerah sambungan, hal itu yang diindikasikan menurunkan nilai kekerasan pada daerah sambungan. Pada gambar 4.10 menjelaskan bahwa pada variasi tekanan gesek 20 MPa, nilai kekerasan tertinggi didapatkan di daerah logam induk spesimen yaitu pada jarak 15 mm dengan nilai kekerasan 250.2 VHN. Sedangkan nilai kekerasan

terendah pada jarak 1.5 mm spesimen diam dan spesimen berputar dengan nilai kekerasan 220.6 VHN. Pada daerah sambungan nilai kekerasan cenderung naik yaitu 237.7 VHN. Sementara pada jarak 3.5 mm sampai 5.5 mm spesimen diam diperoleh nilai kekerasan yang cenderung sama yaitu sebesar 231.8 VHN. Hal ini dikarenakan pada saat proses pengelasan variasi tekanan gesek yang diberikan masih kecil sehingga tidak mengubah secara signifikan nilai kekerasannya. Dari grafik kekerasan diatas dapat disimpulkan bahwa variasi tekanan gesek yang semakin meningkat dapat mempengaruhi nilai kekerasan yang berbeda-beda. Nilai kekerasan daerah sambungan variasi tekanan gesek 120 MPa memiliki nilai kekerasan lebih kecil dibanding nilai kekerasan variasi tekanan 20 MPa. Pada daerah sambungan variasi tekanan gesek 120 MPa nilai kekerasannya 231.8 VHN. Sedangkan pada variasi tekanan gesek 20 MPa nilai kekerasannya 237.7 VHN. Hal ini menandakan bahwa penggunaan tekanan gesek yang besar akan sebanding dengan panas yang dihasilkan. Sedangkan semakin besar panas yang dihasilkan akan mempengaruhi perubahan struktur mikro yang ada. Perubahan struktur mikro inilah yang kemudian menurunkan nilai kekerasan dari hasil sambungan.