ANALISIS KARAKTER PESERTA DIDIK KELAS V PADA PEMBELAJARAN PENJASKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SEKARBELA.

dokumen-dokumen yang mirip
JURNAL PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

PENGEMBANGAN KARAKTER KEMANDIRIAN MELALUI PRORGAM BOARDING SCHOOL (Studi Kasus Pada Siswa Di MTs Negeri Surakarta 1 Tahun Pelajaran 2013/2014)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

PERSEPSI SISWA KELAS X TKJ TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN IPPK DI SMK TAMANSISWA JETIS YOGYAKARTA. Oleh : Resti Kurnia Yulianti

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

PENGEMBANGAN BROSUR SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS SMP KELAS VII DENGAN MATERI KEADAAN ALAM DAN AKTIVITAS PENDUDUK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

HUBUNGAN PERSEPSI SISWA TENTANG METODE PEMBELAJARAN TEAM TEACHING TERHADAP MOTIVASI PENYELESAIN TUGAS GAMBAR TEKNIK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB 1 PENDAHULUAN. Nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

TAHUN AJARAN 2012/2013 PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki agar dapat hidup bermasyarakat dan memaknai hidupnya dengan nilai-nilai pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

KEMAMPUAN GURU DAN MOTIVASI SISWA SERTA SARANA DAN PRASARANA DALAM PEMBELAJARAN PENJASORKES KELAS IV DAN V DI SD NEGERI 22 ANDALAS PADANG

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam peradaban manusia. Pendidikan

PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR BERBASIS TEMATIK SEBAGAI PANDUAN PEMBELAJARAN BAGI GURU KELAS IV SD BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH:

PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

Oleh : Sri Admawati K BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EKSPLORASI MINAT BEKERJA, BERWIRAUSAHA, DAN MELANJUTKAN STUDI MAHASISWA PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN UPI

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dengan pendekatan Survei. Metode deskriptif menurut Moch. Nazir

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 9. tentang Perlindungan Anak mmenyatakan bahwa setiap anak berhak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan efesien, peranan guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

Pendataan, Pemetaan Sarana Dan Prasarana Olahraga Pendidikan Di Kabupaten Aceh Selatan Dari Tahun 2002 Sampai Dengan Dadi Dartija* 1 ABSTRAK

JURNAL PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

STRATEGI DOSEN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN DALAM MENANAMKAN KARAKTER ETIKA MAHASISWA DI STIKOM PGRI BANYUWANGI

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH VARIASI MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MINAT BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII DI MTsN SURAKARTA II

BAB I PENDAHULUAN. pribadi manusia secara normative. Pendidikan tidak hanya diperoleh di lembagalembaga

PENDATAAN, PEMETAAN SARANA DAN PRASARANA OLAHRAGA PENDIDIKAN DI KABUPATEN ACEH SELATAN DARI TAHUN 2002 SAMPAI DENGAN 2012

MENINGKATKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Program Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

Transkripsi:

ANALISIS KARAKTER PESERTA DIDIK KELAS V PADA PEMBELAJARAN PENJASKES DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE-KECAMATAN SEKARBELA Arif Yanuar Musrifin 1 ; Andi Anshari Bausad 2 1,2 Pendidikan Olahraga dan Kesehatan, FPOK IKIP Mataram e-mail: ayanuarmusrifin@yahoo.com Abstrak: Pendidikan pembelajaran penjaskes memberikan sokongan terhadap perkembangan karakter. Pelaksanaan proses pembelajaran yang ada di sekolah dasar memang merupakan poin penting untuk membentuk pendidikan karakter siswa, namun hal ini juga didukung oleh peran guru, perangkat pembelajaran seperti apa yang sudah dibuat sebagai pijakan atau dasar untuk mengajar. Melalui pembelajaran Penjaskes, karakter peserta didik sekolah dasar negeri di Kecamatan Sekarbela akan terbentuk dengan baik. Tujuan penelitian ini yang akan dicapai adalah (1) Mengukur hasil proses pembelajaran penjaskes melalui penerapan kurikulum pendidikan karakter pada karakter peserta didik kelas V se Kecamatan Sekarbela. (2) Mengidentifikasi nilai pendidikan karakter yang dicapai melalui pembelajaran penjaskes melalui penerapan kurikulum pendidikan karakter peserta didik kelas V se Kecamatan Sekarbela. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kuantitatif. Penelitian ini adalah penelitian populasi yang mengikutkan keseluruhan jumlah populasi sebagai sampel, sekolah dasar negeri yang ada di Kecamatan Sekarbela sebanyak 16 sekolah. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi metode Dokumentasi, Wawancara, Kuesioner atau Angket dan Observasi. Instrumen Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan kuesioner nilai-nilai pendidikan karakter penelitian. Teknik analisis data, dalam penelitian ini statistik deskriptif yang. Hasil Penelitian (1) Rerata total hasil nilai-nilai pendidikan karakter di Kecamatan Sekarbela sebesar 77,86 (2) Rerata total prosentase setiap nilai-nilai pendidikan karakter di Kecamatan Sekarbela, kategori sikap nilai jujur sangat baik 61,47 %, baik 24,26 %, kurang 10,61 %, kurang 0,19 %. Kategori sikap nilai hormat sangat baik 56,64 % baik 29,11 %, kurang 13, 73 %, sangat kurang 0,52 %. Ketegori sikap nilai tanggung jawab sangat baik 34,42 %, baik 41,45 %, kurang 27,05 %, kurang sekali 0,67 %. Kategori sikap nilai adil sangat baik 46,14 %, baik 32,41 %, kurang 19,26 %, kurang sekali 2, 19 %. Kategori sikap nilai peduli sangat baik 48,37 %, baik 38,24 %, kurang 13,40 %, kurang sekali 0 %. Ketegori sikap nilai kewarganegaran sangat baik 58,58 %, baik 25,57 %, Kurang 15,01 %, Kurang sekali 0,84 %. Kesimpulan (1) Hasil proses pembelajaran penjaskes melalui penerapan kurikulum pendidikan karakter pada karakter peserta didik kelas V se Kecamatan Sekarbela dalam kategori sangat baik. (2) Nilai-nilai Pendidikan Karakter yang dicapai melalui pembelajaran penjaskes melalui penerapan kurikulum pendidikan karakter pada karakter peserta didik kelas V se Kecamatan Sekarbela adalah nilai jujur, hormat dan kewarganegaraan dalam kriteria interprestasi skor baik. Kata Kunci: Karakter, Peserta Didik, Penjaskes PENDAHULUAN Pelaksanaan proses pembelajaran yang ada di sekolah dasar memang merupakan poin penting untuk membentuk pendidikan karakter siswa, namun hal ini juga didukung oleh peran guru, perangkat pembelajaran seperti apa yang sudah dibuat sebagai pijakan atau dasar untuk mengajar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zulnuraini, 2012. Pendidikan karakter: Konsep, Implementasi dan Pengembangan di sekolah dasar di kota Palu. (Jurnal DIKDAS, No. 1 Vol. 1). Pertama, bahwa guru merupakan faktor penting penentu keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah. Kedua, Muatan pendidikan karakter dalam pembelajaran yang benar-benar terlihat adalah nilai jujur, peduli, tanggung jawab, disiplin dan rasa hormat. Sedangkan nilai tekun, dapat dipercaya, berani, kelulusan, ketelitian, dan kewarganegaraan tidak terlihat. Ketiga, nilai karakter yang diutamakan di sekolah disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta masalah yang sering terjadi di sekolah religius, peduli lingkungan, disiplin, dan gemar membaca. Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat 70

Peserta didik pada kelas V atau diusia 10-12 tahun merupakan tahap peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja awal yang merupakan kondisi dimana pertumbuhan dan perkembangan peserta didik akan mengalami banyak perubahan. Dalam masa peralihan inilah banyak perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik. Perubahan kognisi, psikologis, emosi, perasaan, perilaku seksual dan lain-lain memberi dampak yang sangat besar terhadap pengaruh kualitas karakter peserta didik. Transisi keluar dari masa kanak-kanak menjadikan peserta didik untuk tumbuh dan berkembang dengan resiko yang cukup besar. Sebagian peserta didik kesulitan menangani begitu banyak perubahan yang terjadi dalam satu waktu dan mungkin membutuhkan perhatian untuk menghadapi perubahan-perubahan tersebut. Melalui analisis karakter peserta didik kelas V pada pembelajaran Penjasorkes di sekolah dasar negeri akan menjadi pemetaan nilai-nilai karakter siswa se Kecmatan Sekarbela yang nantinya ada menjadi bahan evaluasi untuk ke depannya, sehingga ada pembenaran atau perbaikan proses pelaksanaan pembelajaran Penjasorkes yang ada di sekolah dasar negeri se Kecamatan Sekarbela. KAJIAN LITERATUR Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dalam membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Ada tiga isu dalam dunia pendidikan saat ini, yakni visi, berkaitan dengan ke mana generasi ini akan diarahkan, arah hidup mereka; isu kedua adalah kompetensi, berkaitan dengan kualitas keterampilan dan pengetahuan yang akan menjadi bekal generasi muda; isu ketiga adalah karakter, berkaitan dengan kualitas pribadi untuk menjadi anggota masyarakat yang unggul (Huiit,2000, dalam Cholik,2011:39). Muh. Yusuf, 2012. (Membangun karakter peserta didik melalui pendidikan karakter Jurnal Ilmiah SPIRT, Vol. 12 No. 1 Tahun 2012) Keunggulan pendidikan olahraga dalam pembentukan karakter terletak pada konkretisasi nilai-nilai ke dalam perilaku sehari-hari. Hal ini merupakan ciri yang tidak mudah dilakukan pada subtansi lain dalam kurikulum dan pembelajaran yang cenderung teoritik, abstrak dan verbalistik. Untuk itu sebagai orang tua dan guru pendidikan jasmani memiliki kewajiban menanamkan, budaya dan melestarikan pendidikan karakter melalui aktivitas jasmani serta pendidikan jasmani. Peserta kelas didik kelas V merupakan klasifikasi kolompok umur ketiga apabila dilihat dari kegemaran terhadap permainan, dalam mengikuti kelas Penjasorkes tidak hanya untuk kegembiraan, tetapi peserta didik kelas V merupakan tingkatan yang paling Terakhir dalam jenjang pendidikan sekolah dasar, sehingga mereka sudah memiliki keterampilan dan ketangkasan sudah mulai lebih baik sudah bisa berfikir tentang kesiapan dirinya dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. Pembelajaran Penjaskes di sekolah dasar sendiri merupakan salah satu sarana yang penting untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan siswa dalam kehidupannya. Khusus untuk kurikulum penjas telah mengalami perubahan nama mata pelajaran dan subtansinya mulai dengan mata pelajaran dan subtansinya, mulai dengan istilah pendidikan jasmani olahraga kesehatan, penjas dan Terakhir pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Pergantian nama kurikulum penjas ini, berkonsekuensinya kepada perubahan berbagai infra struktur pembelajaran mulai dari penentuan tujuan, penentuan isi, proses (strategi pendekatan) serta evaluasinya (Rukmana, 2008). Dalam penyelenggaraan pendidikan karakter maka harus diketahui nilai-nilai apa yang kemudian terkandung dalam pendidikan karakter itu sendiri. Hal ini penting agar kita mampu mengetahui indikator-indikator dari setiap nilai pendidikan karakter agar nantinya kita akan lebih mudah untuk menanamkan nilai-nilai tersebut kepada para peserta didik tentunya dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai media pengembangan pendidikan karakter. Ada enam macam pilar karakter, dua pilar versi Lickona (1991) yakni hormat dan tanggung jawab, dan empat pilar lainnya versi Marteens (2004) yakni peduli, jujur, adil dan warga negara yang baik. Dari penjelasan pilar dan komponen pendidikan karakter diatas maka pilar-pilar tersebut dapat Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat 71

dijadikan landasan untuk mengembangkan pendidikan karakter, baik itu dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun di sekolah. Dengan pola pendidikan yang dirancang dengan tepat dan terarah diharapkan semua pilar tersebut dapat dikembangkan secara bersamaan dalam praktik kehidupan mereka sehari-hari. Dengan pemberian contoh dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari maka akan sangat memungkinkan pilar-pilar tersebut dapat dikembangkan dan memberi kontribusi terhadap pendidikan karakter itu sendiri. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kuantitatif. Penelitian deskriptif karena variabel utamanya adalah pendidikan karakter dan tidak ada perbandingan dengan variabel yang lain. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau penghubung dengan variabel lain (Sunarno dan Sihombing: 2011). Pendekatan kuantitatif karena data utama yang akan didapatkan berupa angka yang akan diolah melalui perhitungan statistik. A. Subyek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian populasi, dimana mengikutkan keseluruhan jumlah populasi menjadi sampel penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa sekolah dasar negeri kelas V se Kecamatan Sekarbela yang berjumlah 17 sekolah. B. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian digunakan untuk melakukan pengukuran dengan menghasilkan data kuantitatif yang akurat. Instrumen dalam penelitian ini berupa Kuesioner (angket), kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2012). Instrumen Kuesioner dalam penelitian ini mengunakan kuesioner nilai-nilai pendidikan karakter penelitian Bausad, 2012. Implementasi model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran penjasorkes memberikan perubahan karakter peserta didik kelas V SDN Batang Kaluku Kab. Gowa. Instrumen Kuesioner ini sudah teruji nilai validitasnya. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Kusioner nilai-nilai karakter terdiri dari 6 item karakter dan setiap item terdiri dari 4 pertanyaan/pernyataan. Adapun nilai-nilai karakter dalam instrumen tersebut adalah jujur, hormat, tanggung jawab, adil, peduli, kewarganegaraan. Instrumen tes nilai-nilai karakter berjumlah 24 item (4 soal/tiap item) dengan tiap item masing-masing memiliki 2 pernyataan/pertanyaan positif dan 2 pernyataan/pertanyaan negatif dengan menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2012). C. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data dari seluruh proses penelitian terkumpul. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data yang dilakukan dengan statistik yaitu statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah dikumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiono, 2012: 208). Dalam penelitian ini statistik deskriptif yang ditampilkan adalah penyajian data melalui tabel, grafik, perhitungan rata-rata, standar deviasi dan perhitungan persentase. Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat 72

HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian 1. Hasil Rerata Total Hasil Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Sekarbela No Nama HASIL 1. SDN 10 AMPENAN 76,83 2. SDN 15 AMPENAN 73,81 3. SDN 27 AMPENAN 69,01 4. SDN 31 AMPENAN 83,36 5. SDN 35 AMPENAN 81,5 6. SDN 38 AMPENAN 75,12 7. SDN 41 AMPENAN 83,41 8. SDN 4 KURANJI 66,76 9. SDN 19 AMPENAN 84,46 10 SDN 25 AMPENAN 82,34 11 SDN 40 AMPENAN 63,42 12 SDN 45 AMPENAN 82,75 13 SDN 2 AMPENAN 85,33 14 SDN 37 AMPENAN 79,94 15 SDN 2 KURANJI 70,1 16 SDN 4 BAJUR 80,27 17 SDN 43 AMPENAN 85,21 RERATA TOTAL 77,86 2. Hasil Rerata Total Prosentase Nilai Pendidikan Karekter Jujur dan Hormat Setiap Kategori Sikap Dari 17 Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Sekarbela No Nama Jujur Hormat SB B K KS SB B K KS 1 Rerata Total (%) 61,47 24,26 10,61 0,19 56,64 29,11 13,79 0,52 3. Hasil Rerata Total Prosentase Nilai Pendidikan Karekter Tanggung Jawab dan Adil Setiap Kategori Sikap Dari 17 Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Sekarbela No Nama Tanggung jawab Adil SB B K KS SB B K KS 1 Rerata Total (%) 34,42 41,45 27,05 0,67 46,14 32,41 19,26 2,19 4. Hasil Rerata Total Prosentase Nilai Pendidikan Karekter Peduli dan Kewarganegaraan Setiap Kategori Sikap Dari 17 Sekolah Dasar Negeri Se Kecamatan Sekarbela No Nama Peduli Kewarganegaraan SB B K KS SB B K KS 1. Rerata Total (%) 48,37 38,24 13,40 0 58,58 25,57 15,01 0,84 Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat 73

Keterangan SB : Sangat baik B : Baik K : Kurang SK : Kurang Sekali B. Pembahasan 1. Hasil proses pembelajaran penjaskes melalui penerapan kurikulum pendidikan karakter pada karakter peserta didik kelas V se Kecamatan Sekarbela Hasil penelitian yang ditunjukkan dalam deskripsi data penelitian untuk rerata total nilai-nilai pendidikan karakter sekolah dasar negeri se kecamatan sekarbela menunjukkan angka 77,86 dalam kategori sikap sangat baik. Maka proses pembelajaran penjaskes yang dilakukan oleh guru-guru penjaskes se kecamatan sekarbela berjalan dnegna baik dan memiliki tujuan yang sejalan dengan tujuan pendidikan yang dapat memberi kontribusi yang sangat berharga dan memberi inspirasi bagi kesejahteraan hidup manusia. Makna yang terkandung dalam pendidikan jasmani tidak sekedar sebagai pendidikan yang bersifat aktivitas fisik semata tetapi lebih luas lagi keterkaitan nya dengan tujuan pendidikan. Andi Anshari Bausad 2012, Pendidikan jasmani yang dirancang dengan baik dengan memperhatikan aspek-aspek apa saja yang ingin dikembangkan bisa menjadikan tujuan pendidikan karakter bisa terpenuhi melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter yang dicapai melalui pembelajaran penjaskes melalui penerapan kurikulum pendidikan karakter pada karakter peserta didik kelas V se Kecamatan Sekarbela Hasil penelitian yang ditunjukkan dalam deskripsi data penelitian hasil rerata total prosentase kategori sikap sangat baik nilai pendidikan karakter jujur 61,47 %, hormat 56,64 % dan kewarganegaraan 58,58 % dalam kriteria interprestasi skor baik. Nilai pendidikan karakter jujur, hormat dan kewarganegaraan merupakan nilai pendidikan karakter yang ada dalam setiap proses pembelajaran penjaskes di sekolah dasar negeri se kecamatan sekarbela pada siswa kelas V. Sedangkan 3 nilai pendidikan karakter lainya seperti tanggung jawab, adil dan peduli yang sesuai dengan instrument penelitian yang digunakanbelum tampak dalam setiap proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru-guru penjaskes se kecamatan Sekarbela. Kategori sikap kurang nilai pendidikan karakter tanggung jawab didapat rerata total paling tinggi dari 6 item nilai-nilai pendidikaan karakter dimana di dapatkan angka 27,05 % ini menunjukkan bahwa nilai pendidikan karakter tanggung jawab kurang dimilki oleh siswa kelas V sekolah dasar negeri se kecamatan Sekarbela. Banyak nilai yang terkandung dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan artinya bermain melalui permainan dan olahraga, maka secara tidak langsung bisa menumbuhkan nilai-nilai tersebut. Persoalannya kemudian adalah banyak guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang masih fokus pada penguasaan gerak dan teknik dasar pada permainan dan olahraga, masih belum optimal menanamkan nilai-nilai dengan sungguh-sungguh kepada peserta didik meskipun pada rancangan pembelajaran yang mereka buat telah mereka cantumkan beberapa poin karakter yang mereka ingin capai. Dalam penyelenggaraan pendidikan karakter maka harus diketahui nilai-nilai apa yang kemudian terkandung dalam pendidikan karakter itu sendiri. Hal ini penting agar kita mampu mengetahui indikator-indikator dari setiap nilai pendidikan karakter agar nantinya kita akan lebih mudah untuk menanamkan nilai-nilai tersebut kepada para peserta didik tentunya dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan sebagai media pengembangan pendidikan karakter. Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat 74

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Hasil proses pembelajaran penjaskes melalui penerapan kurikulum pendidikan karakter pada karakter peserta didik kelas V se Kecamatan Sekarbela di dapatkan rerata total dalam angka 77,86 dalam kategori sangat baik. 2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter yang dicapai melalui pembelajaran penjaskes melalui penerapan kurikulum pendidikan karakter pada karakter peserta didik kelas V se Kecamatan Sekarbela dengan kategori sikap sangat baik nilai jujur 61,47 %, hormat 56,64 % dan kewarganegaraan 58,58 % dalam kriteria interprestasi skor baik. B. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas maka akan diberikan saran antara lain: 1. Bagi Guru Penjasorkes: a. Memperbanyak menggunakan model-model pembelajaran dalam proses belajar mengajar di sekolah. b. Memperbanyak kreativitas untuk membentuk permainan-permainan yang dapat menumbuhkan nilai-nilai pendidikan karakter pada peserta didiknya, seperti nilai-nilai jujur, hormat, sportive, adil, tanggung jawab, saling berbagi tempat dan alat dan lain-lain. c. Pemahaman dan malakukan evaluasi nilai-nilai pendidikan karakter peserta didik yang diajar di setiap akhir pembelajaran, sub materi ataupun setiap akhir semester. 2. Bagi pemerintah daerah atau dinas pendidikan kota mataram a. Memperhatikan standar sarana dan prasarana sekolah menurut permendiknas no 24 tahun 2017, tentang standar sarana dan prasarana di jenjang sekolah dasar b. Memperbanyak ruang terbuka publik untuk siswa beraktivitas di luar jam sekolah. DAFTAR PUSTAKA Sunarno, A dan Sihombing, D. 2011. Metode Penelitian Keolahragaan. Surakarta: Yuma Pustaka. Bausad, A.A. 2102. Implementasi model pembelajaran kooperatif pada pembelajaran penjasorkes memberikan perubahan karakter peserta didik kelas V SDN Batang Kaluku Kab. Gowa. Gelora: Jurnal pendidikan Olahraga dan Kesehatan IKIP Mataram. Vol. 2. No. 2. Mataram 2014. Mutohir, C., dkk. 2011. Berkarakter Dengan berolahraga Berolahragalah Dengan Berkarakter. Surabaya: PT. Java Pustaka Group Muh Yusuf, 2012. Membangun Karakter peserta didik melalui pendidikan Jasmani dan Olahraga. Jurnal Ilmiah SPIRIT, ISSN: 1411-8319 Vol.12 No. 1 Tahun 2012. Rukmana, Anin. 2008. Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar. Nomor: 9 April 2008. Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Zulnuraini, 2012. Pendidikan karakter: Konsep, Implementasi dan Pengembangan di sekolah dasar di kota Palu. Jurnal DIKDAS, No. 1 Vol.1 Asosiasi Pendidik dan Pengembang Pendidikan Indonesia (APPPI) Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat 75